• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kerangka Teori

3. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2004: 73).

b. Tujuan Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan (Binti Nur Aisyah, 2014: 4-5):

1) Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.

2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus dana, sehingga dapat digulirkan.

3) Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiyaan memberikan peluang bagi masyarakat agar mau meningkatkan daya produksiya.

4) Membuka lapangan kerja baru artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahandana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. 5) Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha

produktif mampu melakukan aktivitas-aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya.

Adapun secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:

1) Upaya memaksimalkan laba 2) Upaya meminimalkan risiko 3) Pendayaguaan sumber ekonomi 4) Penyaluran kelebihan dana c. Fungsi Pembiayaan:

Pembiayaan yang diselenggarakan oleh Bank Syariah secara umum berfungsi untuk:

1) Meningkatkan daya guna uang 2) Meningkatkan daya guna barang 3) Meningkatkan peredaran uang 4) Menimbulkan kegairahan berusaha

5) Stabilitas ekonomi

Dari fungsi diatas bisa dikatakan bahwa, masyarakat yang memiliki uang berlebih dan dititipkan di bank maka uang tersebut akan dimanfaatkan oleh orang lain untuk usaha, sehingga mendapatkan hasil. Hasil tersebut yang kemudian diberikan sesuai proporsi dan nisbah yang ditentukan kepada nasabah penyimpan dana dan juga bank sebagai pengelola (Binti Nur Aisyah, 2014: 9-11).

d. Prosedur Pembiayaan

Prosedur pembiayaan adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan. Perbedaannya dengan program adalah program menyatakan apa yang harus dikerjakan, sedangkan prosedur berbicara tentang bagaimana melaksanakannya. Setiap pejabat bank yang berhubungan dengan pembiayaan harus menempuh prosedur pembiayaan yang sehat, yaitu meliputi prosedur pembiayaan, prosedur administrasi serta prosedur pengawasan pembiayaan (Zainal Arifin, 2009: 253).

Prosedur Analisis Pembiayaan meliputi: 1) Berkas dan pencatatan

2) Data pokok dan analisis pendahuluan

a) Realisasi pembelian, produksi dan penjualan b) Rencana pembelian, produksi dan penjualan

c) Jaminan

d) Laporan keuangan

e) Data kualitatif dari calon debitur 3) Penelitian data

4) Penelitian atas realisasi usaha 5) Penelitian atas rencana usaha e. Prinsip-Prinsip Pembiayaan

Prinsip-prinsip pembiayaan merupakan pedoman-pedoman yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis pembiayaan, diantaranya (Binti Nur Aisyah, 2014: 80):

1) Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pembiayaan. Hal ini yang perlu ditekankan pada nasabah di bank syariah adalah sifat amanah, kejujuran, kepercayaan seorang nasabah. Kegunaan penilaian karakter adalah untuk mengetahui sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh gambaran tentang karakter calon nasabah dapat ditempuh langkah sebagai berikut:

a) Meneliti riwayat hidup calon customer b) Meneliti reputasi calon customer c) Meminta bank to bank information

d) Meminta informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon mudharib berada

e) Mencari informasi apakah calon customer suka berjudi

f) Mencari informasi apakah calon customer memiliki hobi berfoya-foya.

2) Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usahanya guna memperoleh laba sehingga dapat mengembalikan pinjaman atau pembiayaan dari laba yang dihasilkan. Penilaian ini bermanfaat untuk mengukur sejauh mana calon mudharib mampu melunasi hutang-hutangnya secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan:

a) Pendekatan historis, yaitu menilaipast performance, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu.

b) Pendekatan financial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini untuk menjamin profesionalitas kerja perusahaan.

c) Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon mudharib mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk melakukan perjanjian pembiayaan dengan bank atau tidak.

d) Pendekatan manajerial, yaitu dengan menilai sejauhmana kemampuan dan ketrampilan customer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan.

e) Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon mudharib mengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, bahan baku, peralatan atau mesin-mesin, administrasi keuangan, industrial relation, sampai dengan kemampuan merebut pasar.

3) Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam. Hal ini juga termasuk struktur modal, kinerja hasil dari modal bila debiturnya merupakan perusahaan, dan segi pendapatan jika debiturnya merupakan perorangan. Makin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon mudharib menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan.

4) Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank. Penilain terhadap collateral meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan dan bentuk kebendaan, melainkan bisa juga berbentuk jaminan pribadi, rekomendasi dan avalis. Penilaian terhadap collateral dapat ditinjau dari dua segi:

a) Segi ekonomis, yatu nilai ekonomis dari barang yang diagunkan

b) Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan.

5) Condition of economy artinya keadaan meliputi kebijakan pemerintah, politik, segi budaya yang mempengaruhi perekonomian. Penilaian terhadap kondisi ekonomi dapat dilihat dari:

a) Keadaan konjungtor

b) Peraturan-peraturan pemerintah

c) Situasi, politik dan perekonomian dunia d) Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran

Prinsip analisis pembiayaan yang lain dengan 7P yang terdiri dari (Kasmir, 2003: 93):

1) Personalityyaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.

2) Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

3) Perpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit atau pembiayaan, termasuk jenis kredit atau pembiayaan yang diinginkan nasabah.

4) Prospect yaitu menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

5) Payment yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit atau pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit atau pembiayaan yang diperolehnya.

6) Profitability yaitu untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba

7) Protection tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit atau pembiayaan yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan.

f. Aspek-Aspek Analisis Pembiayaan

Aspek –aspek yang perlu dianalisis dalam proses pembiayaan di bank syariah antara lain (Binti Nur Aisyah, 2014: 89):

1) Aspek yuridis, di dalam aspek yuridis diberikan batasan untuk memudahkan pelaksanaan analisis yaitu melalui penelitian terhadap legalitas pendirian perusahaan (badan usaha), legalitas usaha, legalitas pengajuan permohonan pembiayaan dan legalitas barang jaminan.

2) Aspek pemasaran

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam aspek pemasaran antara lain:

a) Produk atau jasa yang dipasarkan

b) Penentuan volume atau rencana pemasaran produk

c) Mengadakan penilaian terhadap kebijakan dan strategi pemasaran yang akan dilakukan oleh costumer

d) Mengadakan penilaian terhadap manajemen pemasaran perusahaan customer

e) Keadaan pemasaran saat ini f) Prospek pemasaran

g) Target pemasaran

h) Evaluasi pasar dan pemasaran hasil produksi 3) Aspek Manajemen dan Organisasi

4) Aspek Teknis

Lingkup aspek teknis dalam analisis pembiayaan adalah menilai apakah barang yang diproduksi customer dapat dibuat dengan kualitas yang baik dan dengan biaya produksi yang rendah, sehingga laku dijual dan menguntungkan.

5) Aspek Keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usaha dan bagaimana menggunakan dana tersebut.

g. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena kesulitan-kesulitan keuangan yang dhadaipi nasabah. Penyebab kesulitan keuangan peusahaan nasabah dapat dibagi dalam dua faktor yaitu faktor interal dan faktor eksternal:

1) Faktor internal adalah faktor yang ada d dalam perusahaan sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilhat dari beberapa hal seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pegeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, serta pemodalan yang tidak cukup.

2) Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan kondisi perekonomian dan perdagangan, dan perubahan-perubahan teknologi.

Untuk menentukan langkah yang perlu diambil dalam menghadapi pembiayaan bermasalah terlebih dahulu perlu diteliti sebab-sebab terjadinya pembiayaan bermasalah.Bila pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor eksternal seperti bencana alam, bank tidak perlu lagi melakukan analisis lebih lanjut.Yang perlu adalah bagaimana membantu nasabah untuk segera memperoleh peggantian dari perusahaan asuransi.Yang perlu diteliti adalah faktor internal, yaitu yang terjadi karena sebab-sebab manajerial.Bila bank telah melakukan pengawasan secara seksama dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, lalu timbul pembiayaan bermasalah, sedikit banyak terkait pula dengan kelemahan pengawasan itu sendiri.Kecuali bila aktvitas pengawasan telah dilaksanakan dengan baik, masih juga terjadi kesulitan keuangan, perlu diteliti sebab-sebab kemacetan tersebut secara lebih mendalam.Mungkin kesulitan itu disengaja oleh manajemen perusahaan, yang berarti pengusaha telah melakukan hal-hal yang tidak jujur. Misalnya dengan sengaja pengusaha mengalihkan penggunaan dana yang tersedia untuk keperluan yag disepakati (Zainul Arifin, 2009: 258)

Pengendalian risiko pembiayaan dilakukan untuk menjaga agar pembiayaan yang diberikan lancar danproduktif, pengendalian risiko pembiayaan dapat dilakukan dengan cara (Cici Paramita, 2014): 1) Preventif Control of Finance, yaitu pengendalian pembiayaan yang

dilakukan dengan tindakan pencegahan sebelum pembiayaan tersebut bermasalah, upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara: a) Menetapkan prosedur dan kebijakan pembiayaan

Prosedur dan kebijakan pembiayaan merupakan acuan bank dalam pengendalian risiko mulai dari pemberian pembiayaan sampai pada penagihan.prosedur dan kebijakan pembiayaan yang baik dan terartur memudahkan koordinasi pusat dengan cabang dalam melakukan pengawasan terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan.

b) Meningkatkan kualitas SDM

Manajemen melakukan pelatihan sebagai upaya untuk terus meningkatkan kualitas SDM, seperti pelatihan analisa pembiayaan dan pelatihan aspek legal dan akad-akad syariah, project finance and loan syndication training, serta personal development.

c) Asuransi

Guna mengurangi kemungkinan kerugian dari risiko pembiayaan, bank melakukan kerjasama dengan beberapa

asuransi, yaitu asuransi jiwa yang digunakan apabila peminjam meninggal dunia dan asuransi pembiayaan untuk mengurangi kerugian akibat pembiayaan macet.

d) Penagihan Intensif

Penagihan secara intensif dilakukan dengan cara para account manager akan memantau saldo di rekening tabungan nasabahnya dan melakukan potongan sejumlah angsuran jatuh tempo.

e) Manajemen kolektibilitas

Pengelolaan kolektibilitas penting dilakukan karena berpengaruh terhadap kelangsungan usaha suatu bank. Manajemen kolektibilitas dilakukan dengan cara:

(1) Mengevaluasi setiap pembiayaan

(2) Membuat action plan penyelesaian pembiayaan

(3) Membuat proyeksi coll untuk mengetahui sejak awal tingkat kesehatan pembiayaan.

2) Repressive Control of Finance, yaitu pengendalian dan pengelolaan pembiayaan dilakukan melalui tindakan penyelesaian setelah pembiayaan tersebut bermasalah, upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara:

(1) Proses revitalisasi yaitu upaya yang dilakukan bank jika usaha nasabah masih berjalan dan hasil usaha

nasabah dianggap mampu memenuhi kewajiban angsuran kepada bank. Proses revitalisasi meliputi: (a) Reschedulingyaitu perubahan ketentuan

pembiayaan yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya, sehingga nasabah yang terlambat membayar pembiayaan diberi jangka waktu tertentu untuk membayar dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(b) Reconditioningyaituperubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan termasuk perubahan jangka waktu sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo pembiayaan

(c) Restructuringyaitu perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan termasuk perubahan jangka waktu dan perubahan maksimum saldo pembiayaan.

(2) Penyelesaian dengan jaminan, yaitu melalui jaminan yang dilakukan jika nasabah sudah tidak lagi memiliki usaha dan tidak kooperatif dalam menyelesaikan pembiayaan.

i. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah yaitu kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (Shahibul maal) menyediakan seluruh

(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola (Binti Nur Aisyah, 2014: 183-184).

1) Rukun Mudharabah ( Muhammad, 2008: 56)

Kontrak mudharabah terjadi jika rukun kontrak sebagai berikut: a) Shahibul mal (pemilik dana)

b) Mudharib (pelaksana atau usahawan) c) Modal (mal)

d) Kerja atau usaha e) Keuntungan f) Ijab qabul

2) Ketentuan Penyaluran Dana Mudharabah

Ketentuan pelaksanaan kontrak mudharabah atau penyaluran dana dengan kontrak mudharabah di bank syariah diatur dalam fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000, sebagai berikut:

a) Penyaluran dana mudharabah adalah penyaluran dana yanh disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif

b) Dalam penyaluran dana ini LKS sebagai shahibul mal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha),

sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha

c) Jangka waktu usaha, tata cara pengambilan dana dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha)

d) Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syariah, dan LKS tidak ikut serta dalam manajemen perusahaan atau proyek, tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan e) Jumlah dana penyaluran dana harus dinyatakan dengan jelas

dalam bentuk tunai dan bukan piutang

f) LKS sebaga penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian g) Pada prinsipnya,dalam penyaluran danamudharabah tidak ada

jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabla mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad

h) Kriteria pengusaha, prosedur penyauran dana, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN

i) Biaya operasional dibebankan kepada mudharib

j) Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atas biaya yang telah dikeluarkan (Muhammad, 2008: 56-58).

3) Rukun dan syarat Penyaluran Dana

Aplikasi rukun dan syarat penyaluran dana dengan akad mudharabah pada bank syariah terjadi ketika (Muhammad, 2008: 58):

a) Penyedia dana (shahibul mal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum

b) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad) dengan memerhatikan hal-hal berikut:

(1) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad)

(3) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

c) Modal ialah sejumlah uang dan/atau barang yang dinilai oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:

(1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya

(2) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai (3) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus

dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad d) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai

kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:

(1) Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan untuk satu pihak

(2) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dalam bentuk persentase (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan

(3) Penyediaan dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh

menanggung kerugian apa pun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan

e) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai pertimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memerhatikan hal-hal berikut ini:

(1) Kegiatan usaha adalah hak ekslusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan

(2) Penyediaan dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan (3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam

dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktivitas itu.

f) Beberapa Ketentuan Hukum Penyaluran Dana

Ketentuan hukum yang diperhatikan bank syariah dalam menyalurkan danamudharabah adalah:

(1) Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu (2) Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan

(3) Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan

(4) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaian dilakukan melalui Badan Arbitase Syariah setelah tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Dokumen terkait