• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

5. Pembiayaan Murabahah   di PT. Bank Muamalat Indonesia

a. Definisi

1) Fiqih

Murabahah adalah suatu akad jual beli barang, di mana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba/keuntungan dalam jumlah tertentu.

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan/harga beli dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

b. Aspek Syariah

1) Murabahah

“… Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, ...”

(Q.S. Al Baqarah (2) : 275)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlahkamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka rela diantara kamu…”

(Q.S. Annisa (4) : 29)

2) Musyawarah dan Kesepakatan

Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan dalam menentukan keputusan dan akan memperlancar urusan. Masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah dana masyarakat.

“Dan bagi orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan Shalat, sedang urusan merreka diputuskan dengan musyawarah antar

mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka”

(Q.S. Asy Syuura (42) : 38 )

3) Jaminan

Berdasarkan Fatwa Dewan Sya’riah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah, maka telah ditetapkan pada ketetapan ketiga mengenai jaminan dalam murabahah :

a) Jaminan dalam Murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.

b) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

“ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai), sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi, jika vsebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah, …”

(Q.S. Al Baqarah (2) : 283)

Dokumen adalah salah satu syarat transaksi/pengikatan antara bank dan nasabah yang dapat dipergunakan sebagai bukti.

“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, maka hendaklah kamu menuliskannya dengan benar. ..”

(Q.S. Al Baqarah (2) : 282)

5) Saksi

Persaksian merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan perkara. Saksi harus orang yang adil dan bijaksana, tidak cacat mata, bias bicara, dan juga tidak cacat hukum.

“…Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantara kamu. Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki,, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. …. “

6) Wanprestasi

Wanprestasi diberlakukan bila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak menepati kewajibannya terhadap bank sesuai perjanjian. Dalam hukum Islam, seseorang diwajibkan untuk menghormati dan mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang dipercayakan kepadanya.

“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.”

(Q.S. 23 : 8)

c. Rukun dan Syarat Murabahah

1) Rukun Jual Beli

a) Penjual (Ba’i)

b) Pembeli (Musytari)

c) Obyek Jual Beli

d) Harga (Tsaman) :

(1) Harga Beli

(2) Margin Keuntungan

(3) Harga Jual

e) Ijab Qabul

2) Syarat Jual Beli

a) Pihak yang berakad :

(1) Ridha/kerelaan kedua belah pihak.

(2) Punya kewenangan untuk melakukan jual beli.

(4) Nasabah/pembeli mempunyai kemampuan untuk membayar.

Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank :

(1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

(2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.

(3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

(4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

(5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

(6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini, bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah-nasabah berikut biaya yang diperlukan.

(7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

(8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

(9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli Murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

b) Barang / Obyek

(1) Barang itu ada meskipun tidak ditempat, namun ada pernyataan kesanggupan untuk mengadakan barang itu.

(2) Barang itu milik sah dan dikuasai penjual.

(3) Barang yang diperjualbelikan harus berwujud.

(4) Tidak termasuk kategori yang diharamkan.

(5) Barang tersebut sesuai dengan spesifikasi yang disepakati.

(6) Apabila benda bergerak, maka kepemilikan barang itu bisa langsung berpindah dan dikuasai pembeli dan pembayaran harga barang dikuasai dan menjadi hak penjual. Sedangkan barang tidak bergerak, maka kepemilikan barang dapat beralih setelah dokumentasi jual beli dan perjanjian/akad diselesaikan.

(1)Harga beli adalah harga beli barang oleh bank ditambah biaya-biaya untuk memperoleh barang tersebut.

(2)Harga jual bank adalah harga beli ditambah margin keuntungan.

(3)Margin keuntungan adalah keuntungan yang disepakati penjual dan pembeli.

(4)Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian.

(5)Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama.

d. Skema Murabahah 1) Skema Fiqh-Murabahah Gambar 4.7 PENJUAL  PEMBELI  BARANG 1. Negoisasi & 2. Akad Jual 5. Bayar 3.  Kirim  4. Terima  Barang &  Dokumen 

2) Skema Teknis Perbankan - Murabahah

Gambar 4.8

e. Aspek Teknis

1) Implementasi

a) Barang yang boleh dibeli

Murabahah ditujukan untuk pembelian aset/obyek jual beli, seperti :

(1) Pembelian rumah / gedung atau sejenisnya

(2) Pembelian kendaraan/alat transportasi

PENJUAL  PEMBELI  BARANG 1. Negoisasi &  Persyaratan  2. Akad Jual Beli 7. Bayar 3.  Beli 

Barang  4.Dokumen Kirim Barang   & 

5. Terima  Barang & 

(3) Pembelian alat-alat/ mesin-mesin industri

(4) Pembelian aset lain yang tidak bertentangan dengan syariah dan disetujui bank.

b) Bank

Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam Murabahah berdasarkan pesanan bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah.

Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.

(1) Pada prinsipnya bank bertindak sebagai penyedia barang.

(2) Dalam kondisi tertentu bank dapat mewakilkan (wakalah) pembelian barang tersebut kepada nasabah

(3) Bank berhak menetukan supplier dalam pembelian barang.

(4) Bank menerbitkan Purchase Order (PO) sesuai kesepakatan dengan nasabah kepada supplier agar barang tersebut dikirim ke nasabah.

(5) Bank akan langsung mentransfer uang pembelian barang kepada penjual/supplier, bukan diberikan langsung kepada nasabah, kecuali bank mewakilkan kepada nasabah (melalui akad wakalah)

(6) Dalam hal bank me-wakalah-kan kepada nasabah, maka akad wakalah dilakukan pada saat penyerahan uang dari bank kepada nasabah.

(7) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, maka akad murabahah dilakukan setelah kepemilikan barang secara prinsip dikuasai oleh bank.

c) Nasabah

Ketentuan Murabahah kepada nasabah :

(1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank.

(2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terdahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

(3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membelinya) sesuai

dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

d) Pemasok Barang/Supplier

Pemasok barang/supplier adalah orang atau badan hukum yang membantu bank dalam penyediaan barang sesuai permintaan nasabah. Bank akan membeli barang sesuai permintaan nasabah ke supplier dan menjual kembali barang tersebut ke nasabah.

e) Harga

(1) Ketentuan harga jual (pricing) ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian.

(2) Pembayaran Murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu, juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda.

(3) Harga yang disepakati adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan.

(4) Jika bank mendapat potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak nasabah. Apabila potongan itu

terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.

(5) Apabila nasabah memberikan uang muka (‘urbun) , maka ditetapkan bahwa :

(a) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

(b) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

(c) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

(d) Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka :

Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia hanya tinggal membayar sisa harga.

Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi nasabah wajib melunasi kekurangannya.

f) Uang Muka dalam Murabahah

Ketentuan umum dalam uang muka :

(1) Dalam akad pembiayaan Murabahah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat.

(2) Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.

(3) Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut.

(4) Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan kepada nasabah.

(5) Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian . LKS harus mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.

Para ulama sepakat bahwa meminta uang muka dalam akad jual beli adalah boleh (jawaz).

g) Jangka Waktu

Jangka waktu murabahah disesuaikan dengan kemampuan nasabah untuk mencicil angsuran harga jual.

h) Penundaan Pembayaran

(1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya.

(2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

i) Bangkrut dalam Murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya , bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali atau berdasarkan kesepakatan.

j) Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran

(1) Sanksi yang dikenakan Lembaga Keuangan Syariah kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.

(2) Nasabah yang tidak / belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.

(3) Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.

(4) Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

(5) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

(6) Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.

k) Diskon dalam Murabahah

(1) Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi obyek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah.

(2) Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan.

(3) Jika dalam jual beli murabahah lembaga keuangan syariah mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon , karena itu diskon adalah hak nasabah.

(4) Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.

(5) Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.

l) Potongan Pelunasan Dalam Murabahah

(1) Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, Lembaga Keuangan Syariah boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.

(2) Besar potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan pada kebijakan dan pertimbangan Lembaga Keuangan Syariah.

m) Penyelesaian hutang dalam Murabahah

(1) Secara prinsip, hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap bekewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank.

(2) Jika nasabah menjual barang tesebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

(3) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.

n) Lain-lain

Apabila aset murabahah yang telah dibeli bank sebagai penjual dalam murabahah dengan pesanan yang mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan mengurangi nilai akad.

2) Dokumentasi

a) Surat Persetujuan Prinsip (offering letter)

b) Surat Permohonan Realisasi Murabahah

c) Akad Wakalah (bila diperlukan)

d) Tanda Terima Uang Nasabah (dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah)

f) Surat Sanggup

g) Perjanjian Pengikatan Jaminan

h) Tanda Terima Barang - Wakalah

i) Tanda Terima Barang – Murabahah

f. Aspek Administrasi

1) Pembayaran

a) Dana pembelian barang akan dibayarkan setelah akad perjanjian ditandatangani dengan dilengkapi dokumen resmi pembelian barang yang diperjualbelikan.

b) Pembayaran Murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.

2) Kewajiban Nasabah

a) Pembayaran kewajiban (angsuran) dilakukan dengan mendebit rekening nasabah di Bank Muamalat.

b) Jika nasabah melakukan pembayaran uang muka, maka pembayaran tersebut dianggap sebagai angsuran kewajiban pertama.

c) Jika nasabah mengalami wanprestasi atau menunda pembayaran, maka pembayaran administrasi tunggakan kewajiban nasabah dimasukkan dalam rekening sosial Bank Muamalat (charity account). 3) Pendapatan

a) Pendapatan bank diakui bila kewajiban nasabah sudah di bayar.

b) Semua biaya administrasi yang timbul akibat dari perjanjian ini ditanggung oleh nasabah, dan diakui sebagai pendapatan bank.

4) Asuransi

Biaya asuransi barang ditanggung oleh nasabah.

g. Prosedur Pembiayaan Murabahah di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk Persyaratan Umum (Pembiayaan Rupiah dan US Dollar)

Pembiayaan Perorangan

Usia 21-54 tahun (tidak melebihi usia pensiun) Masa kerja minimal dua tahun

Foto kopi KTP suami istri sebanyak dua buah Foto kopi Kartu Keluarga

Foto kopi Surat Nikah Surat persetujuan suami/istri

Slip gaji asli selama 3 bulan terakhir

Surat keterangan/rekomendasi dari perusahaan

Foto kopi NPWP (bagi pengajuan diatas Rp. 100 juta) Rekening bank selama 3 bulan terakhir

Foto kopi jaminan (tanah, bangunan atau kendaraan yang dibeli) Angsuran tidak melebihi 40% dari gaji pokok

Pembiayaan Koperasi Surat Permohonan Foto kopi NPWP Foto kopi SIUP Foto kopi TDP

AD/ART Koperasi dan perubahannya Surat pengesahan dari Departemen Koperasi

Susunan pengurus koperasi yang disahkan oleh Departemen Koperasi Laporan Keuangan 2 tahun terakhir

Laporan Rapat Anggaran Tahunan (RAT) selama 2 tahun terakhir Cash flow projection selama masa pembiayaan

Data jaminan

Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha

Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di Bank Muamalat Pembiayaan Korporasi (PT/CV)

Surat Permohonan Foto kopi NPWP Foto kopi SIUP

Foto kopi TDP dan kelengkapan izin usaha lainnya Foto kopi KTP Direksi

Company Profile

Akta pendirian dan perubahannya

Foto kopi rekening koran 3 bulan terakhir Laporan Keuangan 2 tahun terakhir

Cash flow projection selama masa pembiayaan Data jaminan

Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha

Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di Bank Muamalat

Prosedur pembiayaan murabahah :

1) Nasabah melakukan permohonan, dengan mengisi formulir permohonan pembiayaan yang menginformasikan :

a) Tujuan permohonan pembiayaan b) Data pribadi pemohon

c) Data pekerjaan d) Data suami/istri e) Data Keuangan nasabah f) Data pinjaman lain nasabah g) Data kekayaan nasabah

h) Data simpanan/rekening di bank i) Data Jaminan

2) Petugas Bank memeriksa kelengkapan formulir dan dokumen yang dilampirkan

3) Tanggung jawab utama untuk mendapatkan dokumen-dokumen secara lengkap yang berhubungan dengan pemberian pembiayaan terletak pada

Account Manager, yang kemudian akan membubuhkan parafnya pada dokumen-dokumen tersebut sebagai bukti bahwa kebenaran dokumen telah diperiksa. Kepala Administrasi Kredit Marketing wajib memeriksa kembali kelengkapan dokumen dengan jalan membandingkannya terhadap checklist yang tersedia, serta memberitahukannya kepada Account Manager jika terdapat kekurangan.

4) Account Manager melakukan analisa terhadap kelayakan pembiayaan dilihat dari segi 5C ((1) Character: Watak/Sifat; (2) Capacity: Kemampuan menjalankan usaha; (3) Capital: Modal yang dimiliki nasabah); (4) Condition of Economy; (5) Collateral)

5) Setelah dianalisis, kemudian kredit investigator melakukan taksasi jaminan (apabila diperlukan)

6) Surat-surat berharga yang dijaminkan akan dicatat secara terperinci pada Tanda Terima Barang Jaminan atau media lainnya yang disediakan untuk itu, dan prosedur penyimpanannya dilaksanakan sesuai instruksi Operasi yang berlaku. Sebagai catatan silang (cross reference) nomor dari Lembar Majemuk Tanda Terima Barang Jaminan akan dicatat pada Kartu Pinjaman/Pembiayaan. Seorang Pejabat Bank akan membubuhkan parafnya pada Kartu Pinjaman/Pembiayaan sebagai tanda ketentuan tersebut telah dilaksanakan sebagaimana mestinya.

7) Apabila pembiayaan yang diajukan lebih dari 250 juta, maka Account Manager akan meminta Financing Risk Officer untuk melihat aspek risiko yang mungkin muncul.

8) Apabila semua tahapan tersebut telah dijalani, permohonan pembiayaan diajukan ke Komite Penanaman Dana untuk dimintai persetujuannya, dengan limit :

a) Sampai dengan 1 Milyar, limit kepada Pimpinan Cabang Medan. b) Sampai dengan 3,5 Milyar Limit kepada Area Manager Sumatera

Bagian Utara.

c) Lebih dari 3,5 Milyar limit kepada pembiayaan penanaman dana kantor pusat/Dewan Direksi/Dewan Komisaris.

9) Apabila permohonan tidak disetujui, maka dilakukan penolakan.

10) Setelah permohonan disetujui, selanjutnya masuk ke proses dokumentasi yang dikerjakan oleh Unit Support Pembiayaan Dana, antara lain :

a) Surat Persetujuan Prinsip (offering letter)

b) Surat Permohonan Realisasi Murabahah

c) Akad Wakalah (bila diperlukan)

d) Tanda Terima Uang Nasabah (dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah)

e) Akad Murabahah

f) Surat Sanggup

g) Perjanjian Pengikatan Jaminan

i) Tanda Terima Barang – Murabahah

11) Setelah semua dokumen lengkap di cek, diminta dropping yang akan dilakukan oleh Back Office ke dalam administrasi pembiayaan .

12) Pengisian data di komputer perusahaan untuk tujuan pelaporan meliputi,

a) Kode Pembiayaan

b) Nomer Fasilitas

c) Nomer Kartu

d) Nama Account Manager yang bertanggungjawab

e) Nama Nasabah

f) Nomer Rekening

g) Status Piutang

h) Sifat

i) Jenis

j) Outstanding Pokok Bulanan

k) Outstanding Piutang Bulanan

Dokumen terkait