• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : SEDEKAH DAN PEMBIAYAAN DALAM PERSPESTIF

B. Pembiayaan

46

B. Pembiayaan

1. Definisi Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.33

Adapun menurut pendapat lain, pembiayaan secara luas berarti finansial atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Sedangkan, dalam arti sempit pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Namun, dalam perbankan pembiayaan dikaitkan dengan bisnis di mana pembiayaan merupakan pendanaan baik aktif maupun pasif yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan kepada nasabah dan bisnis merupakan aktivitas berupa jasa, perdagangan dan industri guna memaksimalkan nilai keuntungan.34

Sasaran pembiayaan adalah terhadap semua faktor ekonomi yang memungkinkan untuk dibiayai seperti pertanian, industri rumah tangga (home industri), perdagangan dan jasa. Hal tersebut bertujuanm, agar produk pembiayaan dapat memberikan manfaat di dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

2. Unsur-unsur Pembiayaan 33

Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2001), 92. 34

Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, (Yogyakarta, UII Press, 2002), 260.

47

a. Kepercayaan

Suatu keyakinan pemberi pinjaman (bank) bahwa pembiayaan yang diberikan berupa uang, barang ataupun jasa, akan benar-benar diterima kembali dimana akan ditentukan dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, karena sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan penelitian atau penyelidikan yang mendalam tentang nasabah. Hal itu dilakukan demi keamanan dan kemampuan dalam membayar biaya yang dilakukan.

b) Kesepakatan

Hal ini dilakukan dalam suatu perjanjian, dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing, kesepakatan penyaluran pembiayaan yang dituangkan dalam akad pembiayaan. c) Jangka waktu

Setiap pinjaman yang dilakukan memiliki jangka waktu yang ditentukan. Hal ini mencangkup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati.

b) Resiko

Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja ataupun tidak sengaja. Resiko yang disengaja yaitu resiko yang diakibatkan oleh nasabah sengaja tidak mau membayar padahal mampu membayar, sedangkan resiko yang tidak disengaja yaitu resiko yang diakibatkan karena nasabah tertimpa musibah, seperti bencana alam yang tidak dapat dihindari oleh nasabah.

48

c) Balas jasa

Dalam bank konvensional yang dimaksud balas jasa dalam bentuk bunga, biaya profisi dan komisi serta biaya administrasi yang merupakan keuntungan bank, sedangkan dalam prinsip syariah, balas jasanya dalam bentuk bagi hasil.35

3. Macam-macam Pembiayaan

Dalam menjelaskan jenis-jenis pembiayaan dapat dilihat dari tujuannya, jangka waktunya, jaminan serta orang yang menerima dan memberi pembiayaan. Pembiayaan menurut sifat penggunaan dapat dibagi menjadi dua hal, sebagai berikut:

1. Pembiayaan Menurut Sifatnya

Pembiayaan menurut sifatnya, dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pembiayaan Produktif. Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut:

b. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan, seperti peningkatan produksi dan keperluan untuk menmabah jumlah barang yang di perdagangkan.

c. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods).

35

49

d. Pembiayaan Konsumtif. Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kousumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.36

4. Pembiayaan Menurut Hukum Ekonomi Syariah

Secara garis besar produk pembiayaan menurut hukum ekonomi syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu:

a) Pembiayaan dengan prinsip Jual Beli (Ba‟i)

Prinsip jual beli (Ba‟i) adalah prinsip jual beli yang dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan hak milik barang atau benda (Transfer Of Property), yang mana Tingkat keuntungan ditentukan didepan (diawal) dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan yakni sebagai berikut.37

i. Pembiayaan Murabahah.

Menurut istilah fiqih, dalam kamus Istilah fiqih dijelaskan, bahwa murabahah, adalah bentuk jual beli barang dengan tambahan harga (Cost Plus) atas harga pembelian yang pertama secara jujur. Dengan Murabahah ini, orang pada hakikatnya ingin mengubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam-meminjam menjadi transaksi jual beli.38 ii. Pembiayaan Salam.

36

Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta, Gema Insani Press, 2001), 37.

37

Ahamad Djazuli, Lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta, Grafindo Persada, 2002), 78. 38

50

iii. Pembiayaan Istisna’.

iv. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah).

Transaksi Ijarah dilandasi oleh adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksi adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah.

b) Berdasarkan prinsip Bagi Hasil

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut.

i. Pembiayaan Musyarakah.

Musyarakah adalah kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih untuk suatu usha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.39

ii. Pembiayaan Mudharabah.

Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola dana untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah. Pada pembiayaan ini BMT bertindak sebagai penyalur dana (shohibul maal) dan anggota atau

39

51

nasabah sebagai penerima (mudhairb) untuk usaha dengan bagi hasil keuntungan yang telah ditentukan.40

c) Pembiayaan dengan Akad Pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi di tujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan sebuah akad. Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah sebagai berikut:41

i. Hiwalah (Alih Hutang-Piutang). ii. Rahn (Gadai).

iii. Qardh (penyediaan dana tagihan). iv. Wakalah (Perwakilan).

v. Kafalah (Garansi Bank).

5. Perbedaan Kredit dengan Pembiayaan

Kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar secara mengangsur atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dan cara membayarnya juga dengan cara mengangsur sesuai dengan perjanjian yang disepakati sebelumnya. Sedangkan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

40

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah…, 97.

41

52

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.42 Keuntungan utama lembaga keuangan syariah baik perbankan maupun non bank, adalah dari selisih antara bagi hasil yang diterima dari alokasi dana tertentu. Oleh karena itu, baik faktor-faktor sumber dana maupun alokasi sumber dana memegang peranan yang sama pentingnya. Penentuan sumber dana perbankan akan berpengaruh terhadap bagi hasil alokasi dana yang akan dibebankan. Kegiatan alokasi dana yang terpenting, adalah alokasi dana dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal kredit bagi bank berdasarkan prinsip konvensional, dan pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah.43 Sedangkan dalam perbankan syari’ah sebenarnya penggunaan kata pinjam meminjam kurang tepat digunakan disebabkan dua hal: pertama, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam Islam. Kedua, pinjam meminjam adalah akad komersial yang artinya bila seseorang meminjam sesuatu ia tidak boleh diisyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya, karena setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat adalah riba, sedangkan para ulama’ sepakat bahwa riba itu haram. Oleh karena itu dalam

perbankan syari’ah, pinjaman tidak disebut kredit akan tetapi disebut

pembiayaan.44

42

Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2001), 92.

43

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta, PT. Raga Grafindo Persada, 2014), 95-96.

44Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, (Jakarta, Gema Insani, 2001), 170.

53

Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli tidak dilarang dalam Islam, hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 275.

         

Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah itu tidak melarang adanya praktek jual beli, tetapi Allah melarang/mengharamkan adanya riba.

Adapun akad perjanjian dibutuhkan dalam sistem pembiayaan pada suatu lembaga keuangan, karena akad dibutuhkan dalam jual beli terutama perihal pembiayaan, dan akad merupakan bagian dari ijab qabul. Akad adalah ikatan, pengokohan, dan penegasan dari satu pihak atau kedua belah pihak.45

Mayoritas ulama berpendapat bahwa asal dari semua transaksi adalah halal. Namun asal dari persyaratan memang masih diperselisihkan. Mayoritas ulama berpendapat bahwa persyaratan itu harus diikat dengan nash-nash atau kesimpulan-kesimpulan dari nash berdasarkan ijtihad. Kalangan Hambaliyah dan Ibnu Syurmah serta sebagian pakar Hukum Islam di kalangan Malikiyyah berpendapat lain. Mereka menyatakan bahwa transaksi dan persyaratan itu bebas,46 namun demikian, telah disepakati bahwa asal dari perjanjian itu adalah keridhaan kedua belah pihak, konsekuensinya apa yang telah disepakati bersama harus dilaksanakan.47

45

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, (Jakarta, Amzah, 2010), 15. 46

Abdullah al-Muslih dan Shalah ash Shawi, Terjemahan Abu Umar Basyir, Mâ Lâ Yasa’ut Tâjiru Jahluhu, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta, Darul Haq, 2004), 58.

47

Nurul Hak, Ekonomi Islam Hukum Bisnis Syariah (Mengupas Ekonomi Islam, Bank Islam, Bunga Uang, dan Bagi Hasil, Wakaf Uang dan Sengketa Ekonomi Syariah), (Yogyakarta, Teras, 2011), 209.

54

6. Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.48 Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:

a. Upaya memaksimalkan laba.

b. Upaya memaksimalkan resiko, artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, akan tetapi, sumber daya modalnya tidak ada, maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

48

Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, Manajemen operasional Bank Syariah, (Cirebon, STAIN Press, 2009), 68.

55

d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan.49

7. Prinsip Analisis Pembiayaan

Prinsip adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu tindakan, prinsip analisis pembiayaan adalah pedoman-pedoman yang harus diperhatikan oleh pejabat pembiayaan di bank-bank syari’ah termasuk juga BMT, pada saat melakukan analisis pembiayaan. Secara umum prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C dan 7P, yaitu:

a. Character, artinya, sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman. b. Capacity, artinya, kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan

mengembalikan pinjaman yang diambil.

c. Capital, artinya, besarnya modal yang diperlukan peminjam.

d. Collateral, artinya, jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank.

e. Condition, artinya, keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak.50

49

Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, (Yogyakarta, UII Press, 2002), 17-18.

50

56

Sedangkan prinsip analisis pembiayaan yang 7P, antara lain sebagai berikut:

a. Personality

yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

b. Party

yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

a. Purpose

yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam melakukan transaksi pembiayaan termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan pembiayaan dapat bermacam-macam, sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif/produktif dan lain sebagainya. b. Prospect

yaitu untuk memulai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

c. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pinjaman dalam transaksi pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian pinjaman.

57

d. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba, profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat.

e. Protection

tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan (barang atau jaminan asuransi).51

51

BAB III

IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI SEDEKAH TERPIMPIN PADA PEMBIAYAAN DI KSPPS-MUI BUNGAH

A. Gambaran Umum Koperasi Simpan Pinjam Syariah (Mitra Usaha Ideal) Bungah

1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya KSPPS-MUI Bungah

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Mitra Usaha Ideal, yang disingkat (KSPPS-MUI), pada awalnya, bernama KJKS-MUI, kemudian di awal tahun 2016, koperasi tersebut beralih nama menjadi KSPPS-MUI. Badan hukum yang dijadikan landasan formal beroperasinya KSPPS-MUI dari Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Gresik dengan Surat Keputusan Nomor: 09/BH/XVI-6/437.56/IV/2012, tanggal 03 April 2012.1

Sebagai modal awal didukung oleh Dewan Pendiri yang terdiri 27 anggota, gabungan dari Pengurus MUI Kabupaten Gresik dan tokoh-tokoh yang mempunyai kepedulian terhadap perekonomian yang menggunakan

sistem syari’ah. Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Mitra Usaha

Ideal (KSPPS-MUI), diresmikan oleh Bupati Gresik Drs. H. Moh. Qosim, M.Si dan Ketua MUI Propinsi Jawa Timur Drs. KH. Abd. Shomad Bukhori

1

59

pada tanggal 05 Mei 2012 bertempat di (Kantor Pusat KSPPS-MUI), Jl. Raya Bungah KM.18 Bungah-Gresik.2

Adapun nama – nama anggota pendiri dari KSPPS-MUI tersebut adalah:

2. Visi dan Misi KSPPS-MUI Adapun Visi KSPPS-MUI adalah:

Islami, Sehat, Sejahtera, Bermanfaat dan Terpercaya (ISBAT).

2

Ibid.

1. Drs.H.Moh.Qosim,M.Si 2. KH. Moh. Chusnan Ali 3. Drs.HM.Mansoer Shodiq 4. Drs. Ec. H.Abd.Muhith 5. Drs. H.Moh.Nadib 6. H.Nasrul Adhim 7. H.Ilham Kholiq Lubis 8. HM.Nuril Adhim,SH. 9. H. Zulfan Hasyim, SH.MH 10.H.Moh Saidi 11.H.Marsudi 12.H.Noer Aziz 13.H.Khuderi 14.H.Abdul Mu'i 15. HJ.Munifah,SH. 16. H.Utomo

17. H.Abdur Rochman Sholeh 18. Marwan, S.Pd. 19. H.Chuzaini AM 20. Hj.Indasah 21. H.Edris 22. H.Ach Chusairi 23. Fakhrur Rozi, S.Pd 24. H.AH.Nadlir Malik,SH.MH 25. H. Fadrul Mubin 26. Suyanto 27. H.Sholihun

60

Sedangkan Misi KSPPS-MUI adalah:

a) Mengelola KSPPS MUI sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

b) Mendorong keluarga KSPPS - MUI berperilaku dan bertindak menurut kaidah-kaidah Islam.

c) Meningkatkan profesionalisme SDM di lingkungan KSPPS-MUI demi terwujudnya lembaga keuangan yang Islami, sehat, berkembang dan berkah. d) Meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat.

e) Memanfaatkan teknologi informasi up to date dengan mengedepankan transparansi, akuntabilitas dan amanah.3

3. SDM ( Sumber Daya Manusia)

Dalam mengaplikasikan kegiatannya, Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah mitra usaha ideal (KSPPS – MUI), memiliki SDM yang berkualitas, yakni gabungan dari Pengurus MUI Kabupaten Gresik dan tokoh-tokoh yang mempunyai kepedulian terhadap perekonomian yang menggunakan sistem syari’ah, serta karyawan yang berkompeten dan professional.

Mereka selalu melakukan inovasi dan mengembangkan atas ide-ide dalam program koperasi, serta melaksanakan tugas masing-masing dengan penuh tanggung jawab, amanah, disiplin dan semangat dalam diri untuk senantiasa

fastâbiqul khairât, mensyiarkan dan mengedukasi masyarakat luas mengenai

3

Rudianto, Manajer KSPPS-MUI, Wawancara, Kantor Pusat KSPPS-MUI Bungah, 2 Oktober 2015.

61

adanya sistem ekonomi syariah yang tidak mengandung gharar maupun unsur riba.

4. Struktur Organisasi KSPPS – MUI Bungah

Berikut ini merupakan struktur organisasi kantor pusat KSPPS – MUI Bungah:4

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Pengelola Kantor Pusat KSPPS – MUI Bungah.

Keterangan :

a. Rapat anggota, merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi, yakni terdiri dari seluruh anggota koperasi simpan pinjam pembiayaan mitra usaha ideal (KSPPS – MUI).

4

62

b. Pengurus, di antaranya :

a) Ketua : Drs.Ec. H. Abd. Muhith b) Wakil ketua I : H. Nasrul Adhim

c) Wakil ketua II : Drs. H. Moh. Mansoer Shodiq d) Sekretaris : Drs. H. Moh. Nadib, M.Si. e) Bendahara : H. M. Nuril Adhim, SH c. Pengawas, di antaranya :

a) DPS (Dewan Pengawas Syariah) : KH. Moh. Chusnan Ali b) Pengawas Manajemen : H. Nur Kholish

d. Manajer : Rudianto, SE.

e. Kabag Keuangan, IT dan Administrasi : Ahmad Mu’afiq, S.Pd.I f. Kabag Bisnis : Adib Prasetyo, S.H.I

g. Account Officer , di antaranya : a) Faruq Abdullah

b) Anneke Fajarwati Susilo h. Teller : Fasilatul Lailiyah, SE.

B. Macam-macam Produk dan Pembiayaan KSPPS – MUI Bungah 1. Funding (Simpanan)

Dalam usaha penghimpunan dana/permodalan KSPPS MUI Gresik menawarkan jenis-jenis simpanan sebagai berikut :

63

a) Tabungan Syariah/Umum

Tabungan Syariah (dapat diambil sewaktu-waktu, nisbah bagi hasil 30% penabung: 70% koperasi).

b)Tabungan peduli siswa

Tabungan peduli siswa (Dapat diambil sewaktu –waktu untul lembaga, nisbah bahas 30% penabung:70% koperasi).

c) Tabungan qurban

Tabungan qurban (Waktu pengambilan menjelang qurban, nisbah bagi hasil 40% penabung : 60% koperasi).

d)Tabungan Haji/Umroh

Tabungan Haji/Umroh (waktu pengambilan menjelang keberangkatan, nisbah bagi hasil 40% penabung: 60% koperasi).

e) Deposito Berjangka

3 bulan nisbah bagi hasil 50% penabung ; 50% koperasi 6 bulan nisbah bagi hasil 53% penabung ; 47% koperasi 9 bulan nisbah bagi hasil 55% penabung ; 45% koperasi 12 bulan nisbah bagi hasil 60% penabung; 40% koperasi 2. Landing (Pembiayaan)

Dalam penyaluran modal yang ada dan dana yang telah terhimpun KSPPS MUI Gresik menawarkan jenis-jenis pembiayaan antara lain :

a) Râhn mâ’al ijâroh (jasa) b)Murâbaḥah (jual beli) c) Muḍârabah

64

d)Qordhul ḥâsan

3. Point Payment Online Banking (PPOB) a) Pembayaran rekening listrik

b)Pembayaran cicilan motor/mobil (WOM,BAF, ADIRA) c) Pembayaran PDAM

d)Pembayaran Tagihan TELKOM e) Pulsa5

C. Fungsi Pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah

Pembiayaan merupakan salah satu aktivitas utama pada KSPPS – MUI karena pembiayaan adalah sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha KSPPS – MUI. Karenanya, merupakan kewajiban dari semua stakeholders KSPPS – MUI, Pengurus, Manajemen, Karyawan dan Anggota KSPPS – MUI dalam mempromosikan pembiayaan KSPPS – MUI. Manajemen dan Pengurus menyusun kiat-kiat atau pendekatan yang bijak, cerdik, menarik dan menyenangkan dalam mempromosikan pembiayaan KSPPS – MUI, memberikan bonus kepada unsur terkait yang mendorongnya untuk berhasil dalam promosi dan yang menguntungkan perusahaan.6

1. Manfaat pembiayaan

a. Manfaat bagi anggota dan calon anggota

Manfaat pembiayaan bagi anggota dan calon anggota adalah sebagai berikut :

5

KSPPS-MUI Bungah, Rapat Anggota Tahunan 2015, (Gresik, KSPPS-MUI, 2015), 12. 6

65

i. Sebagai modal untuk membiayai usaha produktif

ii. Menambah modal kerja yang sudah berjalan sehingga dapat meningkatkan keuntungan.

iii. Memperoleh sarana produksi untuk menunjang usaha.

iv. Mendapatkan barang kebutuhan dengan cara pembayaran yang ringan. 2. Manfaat bagi KSPPS – MUI

Manfaat pembiayaan bagi KSPPS – MUI adalah sebagai berikut : 1) Merupakan sumber pembentukan kekayaan dan pendapatan. 2) Menjamin kelangsungan kegiatan usaha.

3) Mewujudkan kepedulian sosial : pembiayaan usaha mikro dan berfungsi sebagai ibadah dalam menaggulangi kemiskinan dan ketimpangan sosial.7 3. Tujuan Penggunaan Dana

Berdasarkan tujuan penggunaan dana oleh anggota dan calon anggota dapat dibedakan menjadi:

a. Pembiayaan Modal Kerja yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memberikan modal usaha seperti pembelian bahan baku atau barang modal (persediaan) yang akan diperdagangkan.

b. Pembiayaan Investasi yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk modal usaha pembelian sarana/peralatan produksi dan atau pembelian barang modal berupa aktiva tetap/investaris.

7

KSPPS-MUI Bungah, Standar Operasional Manajemen dan Standar Operasional Prosedur, (Gresik, KSPPS-MUI, 2015), 24.

66

c. Pembiayaan Konsumtif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembelian barang-barang konsumtif yang memiliki daya guna dan tahan cukup lama sehingga yang dapat diperlakukan dengan akad ijarh tau ijarah bitamlik.8

D. Ketentuan Pembiayaan dan Mekanisme Perhitungannya 1. Persyaratan Pembiayaan

Adapun persyaratan pengajuan pembiayaan yang harus dipenuhi, antara lain: a. Jujur.

b. Tidak mempunyai masalah dengan lembaga keuangan lain. c. Siap disurvey.

d. Foto copy KTP suami istri 2 lembar dan atau wali. e. Foto copy Kartu Keluarga ( KK ) 1 lembar.

f. Foto copy BPKB ( barang jaminan ) 1 lembar ( jaminan tidak boleh ditukar sebelum lunas).

g. Foto copy STNK / pajak terbaru 1 lembar. h. Cek fisik kendaraan. 9

2. Biaya realisasi pembiayaan.

a. Biaya Pembiayaan Murabahah/Rahn10 i. Ujroh :

1 % dari besaran pembiayaan (Jangka waktu 12 bulan). 1,5 % dari besaran pembiayaan (Jangka waktu 18 bulan). 2 % dari besaran pembiayaan (Jangka waktu 24 bulan).

8

Ibid., 25. 9

KSPPS-MUI Bungah, Peraturan Khusus KJKS-MUI, (Gresik, KSPPS-MUI, 2012). 1. 10

67

ii. Infaq/Sedekah : 0,5 % dari besaran pembiayaan b. Biaya Pembiayaan Rahn Talangan Haji

i. Ujroh : Rp.100.000,- c. Materai

i. Pembiayaan dengan besaran dibawah Rp. 1.000.000,- bermaterai 1 (materai 3.000).

ii. Pembiayaan dengan besaran Rp.1.000.000,- sampai Rp.50.000.000,- bermaterai 2 (materai 6.000).

iii. Pembiayaan Talangan Haji bermaterai 6 (materai 6.000). d. Tabungan

Nilai setoran awal untuk pembiayaan :

< 5.000.000 10.000

≥ 5.000.000 sampai ≤ 10.000.000 25.000

>10.000.000 sampai ≤ 20.000.00 50.000

>50.000.000 100.000 3. Penentuan Plafond Pembiayaan

Adapun ketentuan penentuan plafond pembiayaan di kantor cabang dan kantor pusat, antara lain:11

a. Untuk plafond pembiayaan sampai dengan Rp. 3 juta, komite pembiayaan adalah Account Officer (AO) dengan sepengetahuan Kepala Cabang.

11

68

b. Untuk plafond pembiayaan diatas 3 juta sampai dengan Rp. 10 juta, Komite Pembiayaan adalah AO dan Kepala Cabang KSPPS – MUI dengan sepengetahuan Manager.

c. Untuk plafond pembiayaan diatas 10 juta sampai dengan Rp. 20 juta, Komite Pembiayaan adalah AO, Kepala Cabang dan Manajer.

d. Untuk plafond pembiayaan sampai dengan RP. 30 Juta, Komite Pembiayaan adalah AO, kepala Cabang dan Manajer dengan sepengetahuan Pengurus.

Adapun penentuan plafond pembiayaan kantor pusat, antara lain:

Dokumen terkait