• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI SEDEKAH TERPIMPIN PADA PEMBIAYAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH (MITRA USAHA IDEAL) BUNGAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI SEDEKAH TERPIMPIN PADA PEMBIAYAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH (MITRA USAHA IDEAL) BUNGAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI SEDEKAH TERPIMPIN

PADA PEMBIAYAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM

PEMBIAYAAN SYARIAH (MITRA USAHA IDEAL) BUNGAH

DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

SKRIPSI

Oleh :

Danifatus Sunnah Mabdalif

NIM : C04213014

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin Pada Pembiayaan di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (Mitra Usaha Ideal) Bungah Dalam Perspektif Ekonomi Islam “. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah mengenai implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah, implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah dalam perspektif Ekonomi Islam serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah.

Guna menjawab permasalahan di atas, maka data penelitian ini dihimpun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan metode analisis data Studi Kasus dengan rancangan Singgle Case, dengan teknik pengolahan data yakni, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik pengecekan keabsahan temuan melalui kredibilitas, dependebilitas dan konfirmabilitas.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah terjadinya implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah, karena minimnya dana SHU yang tidak mencukupi untuk menunjang kegiatan sosial pertahunnya, sehingga pada Bulan Agustus 2015, digagaslah metode sedekah terpimpin oleh pengurus KSPPS-MUI, dengan cara mewajibkan nasabah yang melakukan transaksi pembiayaan, untuk membayar sedekah sebesar 0,5% dari plafond yang dicairkan setelah akad berlangsung, dan nasabah dapat membayar secara tunai dengan menggunakan uang pribadi, atau minta dipotongkan langsung dari plafond yang dicairkan oleh KSPPS-MUI Bungah. Sedangkan implikasi dari adanya penerapan sedekah terpimpin oleh KSPPS-MUI dalam perspektif ekonomi islam adalah dapat terwujud keseimbangan kesejahteraan, karena KSPPS-MUI dapat menjadi sarana untuk mengajarkan dan menanamkan jiwa sosial terhadap masyarakat, agar dapat memberikan hak-hak dan membantu meringankan beban fakir miskin maupun lembaga sosial lainnya, sehingga orang yang bersedekah mendapatkan pahala dan diganti oleh Allah berlipat ganda, karena KSPPS-MUI menggunakan prinsip al-Falah. Faktor pendukung implementasi sedekah adalah tambahan dana untuk kegiatan sosial, banyak nasabah yang melakukan transaksi pembiayaan di KSPPS-MUI, menanamkan jiwa sosial kepada nasabah yang melakukan transasksi pembiayaan, inovasi Produk dan berorientasi kedepan untuk perkembangan Koperasi dan sebagai tambahan likuiditas KSPPS-MUI. Sedangkan faktor penghambatnya nasabah memerlukan waktu untuk membiasakan diri dalam melakukan sedekah.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ………. i

PERNYATAAN KEASLIAN ………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... iii

PENGESAHAN ..……….………... iv

PERSEMBAHAN .………..………... v

MOTTO ………...…..………... vi

ABSTRAK ………..………..……….. vii

KATA PENGANTAR …..………..……….... viii

DAFTAR ISI ……..………. x

DAFTAR TRANSLITERASI ………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiv

DAFTAR TABEL ...…….………... xv

DAFTAR GAMBAR .……..………... xvi

BAB I : PENDAHULUAN …..………... 1

A. Latar Belakang Masalah ….…………... 1

B. Identifikasi dan batasan Masalah ………... 7

C. Rumusan Masalah …....………... 8

D. Kajian Pustaka ………...…………... 8

E. Tujuan Penelitian ….….……….. 11

F. Manfaat Penelitia...……….. 12

G. Definisi Operasional ...………... 12

H. Metodologi Penelitian…….………. 15

I. Sistematika Pembahasan ..………... 30

BAB II : SEDEKAH DAN PEMBIAYAAN DALAM PERSPESTIF EKONOMI ISLAM …..………... 32

A. Sedekah ………...………... 32

(8)

BAB III : Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin pada Pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah

A. Gambaran Umum KSPPS-MUI Bungah ... 58 B. Fungsi Pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah………..….……... 64 C. Ketentuan Pembiayaan dan Mekanisme Perhitungannya ... 66 D. Perkembangan Bisnis KSPPS-MUI... 69

E. Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin ………... 87

BAB IV : Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin pada Pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah

A. Analisis Implementasi Sedekah Terpimpin pada Pembiayaan... 58 B. Implikasi Sedekah Terpimpin pada Pembiayaan……... 109 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Diterapkannya Sedekah

Terpimpin……..……….. 110 BAB V Penutup

A. Kesimpulan ……….

B. Saran ………...

111 113

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan zaman, dekadensi akhlaq bangsa semakin memburuk,

Para pengusaha yang tamak akan pencapaian profitabilitas usaha, menjadikan mereka kikir untuk mendermakan sebagian hartanya, terutama dalam bersedekah. Dimana cakupan sedekah lebih luas dari sekedar zakat maupun infaq. Karena

sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau mendermakan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Sedekah dilakukan sebagai

wujud kecintaan hamba terhadap nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya, sehingga seorang hamba rela menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan agama baik dalam rangka membantu sesama maupun

perjuangan dakwah Islam.

Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam,

sedekah sudah seharusnya menjadi kewajiban yang ditunaikan oleh setiap muslim. Sedekah merupakan ibadah yang mempunyai dimensi ganda, yaitu horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkaitan dengan bentuk dan pola

hubungan antar manusia, sedangkan dimensi vertikal berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan.

Dalam agama Islam khususnya, sedekah merupakan amal ibadah yang sangat dianjurkan dan banyak manfaatnya, termasuk dalam menjalankan usaha. Secara

(10)

2

seseorang jatuh miskin dan mengalami kerugian, justru sebaliknya, uang yang dikeluarkan untuk bersedekah akan mendatangkan manfaat, karena sesuai janji

Allah SWT bahwa orang yang selalu mengeluarkan sedekah hartanya, maka sebenarnya ia tidak sedang merugi, karena Allah akan menggantinya berkali-kali

lipat dari jumlah sedekah yang dikeluarkannya. Sedekah merupakan unsur Ilahi yang tidak dapat dilogikakan oleh akal semata. Akan tetapi, keajaiban sedekah mampu memberikan pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan kesuksesan.

Sedekah atau dalam bahasa Arab, ṣādaqaḥ, berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan

sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti, suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharapkan ridho Allah SWT dan pahala semata.1

Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud salah

satunya adalah firman Allah SWT yang berbunyi :

























































Artinya: perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah

1

(11)

3

melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.( QS : Al-Baqarah 261 ).2

Ayat ini berkaitan dengan peristiwa Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin

„Auf. Ketika itu, Rasullullah S.A.W menganjurkan kepada semua orang untuk

mendermakan hartanya untuk kepentingan membiayai perang tabuk. Maka

Abdurrahman bin „auf dengan membawa empat ribu dirham untuk pribadi dan

keluarga, sedangkan empat ribu lainnya disedekahkan di jalan Allah SWT. Maka

Rasullullah berkata kepadanya “ mudah-mudahan Allah memberikan berkah

dirham yang kamu sisakan dan memberkahi juga dirham yang kamu

sedekahkan”.3

Demikian kisah para sahabat yang tanpa pamrih mendermakan hartanya yang semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah SWT. Mereka sama sekali tidak takut miskin, sebab mereka yakin bahwa dengan bersedekah, hidup menjadi

semakin berkah, rizkipun bertambah. Sementara manusia yang hidup di era globalisasi ini justru enggan bersedekah, lantaran secara matematik mereka

berpikir akan mengalami kerugian karena hartanya berkurang. Padahal sudah jelas dalam firman Allah SWT, bahwasannya jika Allah sudah berjanji, maka Allah tidak akan mengingkari janjinya, sehingga bagaimanapun kedudukan dan

pekerjaan yang dimiliki, baik menjadi seorang direktur, menteri, bupati, ataupun menjadi seorang wirausaha yang sukses sekalipun, tetaplah sebagai seorang

muslim khususnya memiliki sifat kedermawanan. Berbagi dengan sesama juga

2

Yusuf Qardhawi, Shadaqah Cara Islam Mengentas Kemiskinan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 173.

3

(12)

4

memiliki manfaat agar usaha yang sedang ditempuh dapat berbuah keberkahan disertai dengan keikhlasan.

Menurut Thobroni dalam buku Mukjizat Sedekah, orang yang gemar bersedekah adalah mereka yang memahami arti kehidupan dalam hidupnya. Di

dalam rumus hidupnya, orang yang gemar bersedekah lebih memahami makna pentingnya berbagi kepada sesama, daripada suka menuntut dan meminta yang seringkali bukan haknya. Orang yang kaya mendapatkan

kemudahan dan kesempatan yang luas dari Allah untuk mengeluarkan sebagian hartanya bagi orang-orang yang membutuhkan. Sedekah akan

membuat amalan ibadah mereka semakin lengkap di mata Allah SWT, dan semakin sempurna untuk kehidupan sosialnya di tengah masyarakat luas.4

Pada hakikatnya, sedekah dilakukan atas dasar keikhlasan dan keridhaan bagi

orang yang hendak mendermakan hartanya, bukan dengan paksaan, karena jika suatu perbuatan dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah, maka

keberkahan yang akan di peroleh. Namun berbeda dengan koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah (mitra usaha ideal), atau biasa disebut KSSPS – MUI, yang berada di Kecamatan Bungah.

Koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah mitra usaha ideal (KSPPS-MUI) yang berada di Jl. Raya Bungah KM. 18, RT. 04 RW. 02, Kec. Bungah-Gresik,

pada awalnya dirintis oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Gresik, pada awalnya nama koperasi syariah tersebut adalah KJKS-MUI pada Tahun

4

(13)

5

2012-2015, kemudian di awal tahun 2016, koperasi tersebut beralih nama menjadi KSPPS-MUI. Lembaga keuangan tersebut mencetuskan sebuah sistem

penggalangan dana sosial melalui metode sedekah terpimpin. Dimana nasabah disyaratkan membayar sedekah sebesar 0,5% dari plafond yang diajukan, sebagai

suatu syarat pencairan pembiayaan.

Sedekah terpimpin merupakan suatu terobosan baru yang dicetuskan sejak tahun 2015. Selain untuk dana sosial, hal tersebut juga bertujuan untuk menggali

dan mendorong kesadaran diri masyarakat. Sedekah terpimpin ini diperuntukkan pada Setiap nasabah yang melakukan pembiayaan, mereka disyaratkan untuk

membayar biaya admin, pembukaan buku rekening dan juga biaya sedekah sebesar 0,5 % dari plafond yang dicairkan oleh pihak KSPPS – MUI, untuk pengajuan pembiayaan murābaḥah maupun rāhn mā’al Ijārah.

Adapun ilustrasi pembayaran sedekah sebagai syarat pencairan pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah. Misalnya :Plafond yang dicairkan : Rp. 10.000.000,

maka nasabah membayar sedekah sebesar 0,5% dari plafond yang di cairkan. Sehingga ia membayar Rp. 50.000 untuk biaya sedekah yang nantinya akan dimasukkan dalam rekening dana sosial yang dimiliki oleh lembaga KSPPS –

MUI, disertai dengan membayar biaya admin 1% jika jangka waktu pembayaran angsuran pembiayaan dalam kurun waktu 1 tahun, dan jika jangka waktu

pembayaran angsuran pembiayaan selama 18 bulan, maka biaya adminnya 1,5% , namun jika jangka waktu pembayaran angsuran dalam kurun waktu 2 tahun, maka

(14)

6

Dana sedekah tersebut akan disimpan pada rekening sedekah dan infaq sosial yang dimiliki oleh KSPPS – MUI, yang nantinya akan dibagikan setiap 1

tahun sekali kepada masyarakat yang membutuhkan, dengan mengadakan kegiatan sosial untuk menyalurkan dana sedekah yang telah dihimpun dari

nasabah-nasabah yang melakukan pembiayaan sebelumnya, kepada fakir miskin, anak yatim - piatu, dan pada masyarakat yang membutuhkan.

Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti menemukan permasalahan yang

menarik dalam penerapan konsep sedekah terpimpin di KSPPS – MUI Bungah. Dimana nasabah yang mengajukan pembiayaan dan dicairkan dananya,

disyaratkan untuk membayar biaya sedekah sebesar 0,5% atas syarat yang dibuat oleh KSPPS – MUI Bungah dalam prosedur pencairan pembiayaan. Sedangkan konsep dasar dari sedekah sendiri memiliki pengertian yakni, suatu pemberian

yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu, namun pada

praktiknya, lembaga KSPPS – MUI justru mensyaratkan nasabah untuk membayar sedekah dan membatasi jumlah yang harus dibayarkan, padahal seharusnya sedekah dilakukan atas dasar sukarela tanpa adanya batasan dan

keterpaksaan.

Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin Pada Pembiayaan di

(15)

7

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, maka penulis melakukan identifikasi

masalah yaitu:

1. Pengelolaan dana sedekah, koperasi simpan pinjam syariah, mitra usaha ideal

Bungah.

2. Upaya yang dilakukan dalam menjalankan terobosan metode baru, yakni sedekah terpimpin.

3. Proses penerapan sedekah terpimpin oleh koperasi simpan pinjam syariah, mitra usaha ideal.

4. Persamaan sedekah dan infaq.

5. Implikasi sedekah terpimpin terhadap pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah. 6. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan sedekah

terpimpin di KSPPS-MUI Bungah.

Dari beberapa identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah

pada penelitian ini yaitu :

1. Proses implementasi sedekah terpimpin kepada nasabah, oleh koperasi simpan pinjam syariah, mitra usaha ideal .

2. Implikasi sedekah terpimpin terhadap pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah. 3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan sedekah

(16)

8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan

masalah di atas, maka penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagaimana berikut:

1. Bagaimana implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah ?

2. Bagaimana implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI

Bungah dalam perspektif Ekonomi Islam ?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi dan implikasi

sedekah terpimpin?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang

sudah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau

duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada. Penelitian ini tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi. Adapun penelitian yang telah ada dan berkaitan dengan judul yang diteliti, seperti

karya-karya di bawah ini :

Pertama, penelitian Fandi Fuad Mirza yang berjudul, “Pengaruh Perilaku

Sedekah Terhadap Perkembangan Usaha”.5Penelitian skripsi ini dilakukan untuk menguji secara empiris ada atau tidak adanya pengaruh perilaku sedekah

5

(17)

9

terhadap perkembangan usaha pada peserta komunitas usaha mikro muamalat berbasis masjid. Objek penelitian ini adalah pada peserta komunitas usaha mikro

muamalat berbasis masjid (KUM3) di KJKS BMT An-Najah Wiradesa. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perilaku sedekah merupakan faktor yang

dapat digunakan sebagai prediktor dalam meningkatkan perkembangan usaha. Semakin banyak dan sering bersedekah maka akan semakin tinggi perkembangan usahanya dengan dibarengi niat yang tulus dan keikhlasan

hati.6 Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena titik tekan penelitian ini pada sisi pengaruh implementasi sedekah terpimpin oleh KSPPS –

MUI pada pembiayaan. Sedangkan penelitian di atas mengkaji tentang pengaruh perilaku sedekah terhadap perkembangan usaha.

Kedua, penelitian Ais Fitaloka yang berjudul, “ Pemikiran Ibnu Hazm Tentang

Sedekah Sebagai Pemberdayaan Fakir Miskin”7

. Pada skripsi ini dibahas mengenai sebuah pemikiran Ibnu Hazm yang menyatakan bahwa sedekah dapat

dipaksakan terhadap orang-orang kaya dalam rangka memenuhi kebutuhan fakir-miskin, karena dalam pandangannya, zakat bukanlah akhir dari tanggung jawab seorang muslim yang kaya terhadap saudaranya yang tidak mampu, dengan

catatan, harta-harta kaum muslimin sebelumnya yang telah terhimpun seperti dana zakat, wakaf dan juga harta-harta baitul māl sudah tidak lagi mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan fakir-miskin yang harus dipenuhi untuk menjaga kemaslahatan. Namun berbeda dengan skripsi di atas, skripsi ini membahas

6

Ibid. 7

(18)

10

tentang suatu konsep sedekah yang dilakukan atas dasar peraturan dalam pencairan pembiayaan, yang telah ditentukan jumlahnya, dan diberlakukan bagi

siapapun yang melakukan pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah, baik golongan menengah ke atas, maupun menengah kebawah.

Ketiga, penelitian Andy Riswan Ritonga yang berjudul, “Analisis Faktor-faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) Melalui Bazda Sumatera Utara.”8 Pada penelitian tersebut membahas tentang faktor pendorong muzakki dalam melakukan pembayaran dana ZIS melalui Bazda Sumatera Utara. Namun berbeda dengan skripsi ini, peneliti tidak hanya mengkaji

mengenai faktor pendorong saja namun juga faktor penghambat dari adanya implementasi sedekah terpimpin di KSPPS – MUI Bungah.

Keempat, penelitian Mardiah Ratnasari yang berjudul, “ Konsep Sedekah

Dalam Perspektif Pendidikan Islam (Studi analisis isi terhadap buku ajar fiqih di

madrasah)”.9

Skripsi ini menganalisis tentang efektivitas praktik sedekah secara

realistis oleh pelajar MI, MTS dan MA dengan adanya materi sedekah di dalam isi buku ajar fiqih di madrasah, yang mengajarkan siswa untuk bersedekah. Namun berbeda dengan skripsi tersebut, peneliti melakukan objek penelitian di sebuah

instansi atau lembaga koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah di Bungah, yang juga membahas tentang implementasi sedekah beserta implikasinya yang

ditinjau dalam perspektif ekonomi syariah, disertai subjek penelitiannya adalah

8

Andy Riswan Ritonga, “Analisis Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) Melalui Bazda Sumatera Utara” (skripsi- - Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara Medan, 2012).

9

Mardiah Ratnasari, “konsep Sedekah Dalam Perspektif Pendidikan Islam (Studi Analisis Isi

Terhadap Buku Ajar Fiqih Di Madrasah)” (Skripsi- - Program Studi Pendidikan Agama Islam,

(19)

11

nasabah dan stakeholder pada lembaga tersebut, sedangkan skripsi diatas objek penelitiannya pada seluruh siswa mulai dari MI, MTS dan MA, dan ditinjau

menurut perspektif pendidikan Islam.

Kelima, penelitian Rachmi Ardhila yang berjudul, “ Peran Program

Nikmatnya Sedekah Untuk Membangun Kesadaran Bersedekah Pada Jamaah Di

MNC TV”.10

Skripsi tersebut membahas tentang suatu program televisi yang dikonsep untuk dinikmati oleh seluruh masyarakat dengan tujuan masyarakat

dapat mengambil hikmah dari adanya program acara televisi tersebut, sehingga masyarakat dapat tergerak hatinya untuk berbagi dengan sesama. Namun berbeda

dengan skripsi ini, peneliti membahas tentang suatu metode sedekah terpimpin yang di terapkan pada nasabah yang melakukan pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah.

Berdasarkan pada beberapa kajian pustaka di atas, belum ditemukan kajian

yang membahas tentang “Implementasi dan implikasi sedekah terpimpin pada

pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah dalam perspektif ekonomi Islam“.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di

KSPPS – MUI Bungah.

2. Untuk mengetahui implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS –

MUI Bungah Berdasarkan perspektif ekonomi islam.

10

Rachmi Mardhiah, “Peran Program Nikmatnya Sedekah Untuk Membangun Kesadaran

Bersedekah Pada Jamaah MNC TV” (Skripsi- - Program Studi Komunikasi dan Penyiaran

(20)

12

3. Untuk mengetahui faktor – faktor pendorong dan penghambat dalam pelaksanaan implementasi sedekah terpimpin.

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah:

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memberi sumbangsih ilmu pengetahuan dan tambahan informasi terhadap Instansi

KSPPS – MUI Bungah, yang mungkin dapat bermanfaat untuk mencapai profitabilitas yang berkah melalui metode sedekah terpimpin.

2. Aspek Praktis

a. Bagi civitas akademik, dapat menjadi sumbangsih pemikiran dan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang lebih kompleks. Manfaat

lainnya sebagai sarana pengembangan pengetahuan ilmiah, dan diharpakan dapat mengembangkan konsep sedekah yang baik, guna mendapatkan

keberkahan dalam kegiatan bermuamalah.

b. Bagi masyarakat, dapat memotivasi dan membangun ideologi untuk saling berbagi dengan sesama manusia, terutama dengan lingkungan sekitar dan

senantiasa berpegang teguh pada syariat islam dalam bermuamalah.

G. Definisi Operasional

Konsep-konsep perlu didefinisikan secara jelas oleh peneliti agar pembaca

(21)

13

oleh pembaca. Definisi operasional merupakan suatu langkah yang dapat memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel dan untuk memudahkan

pengukuran masing-masing variabel berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Untuk menghindari kesalahan dan pemahaman yang tidak dikehendaki dan bersebrangan dalam penelitian, maka diperlukan adanya pembatasan makna mengenai term yang digunakan dalam penelitian kali ini yakni, Implementasi dan

Implikasi Sedekah Terpimpin pada Pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Definisi istilah yang ada adalah sebagai berikut:

Sedekah menurut Muhammad Sanusi, merupakan pemberian yang dikeluarkan secara sukarela kepada siapa saja, tanpa nisab dan tanpa adanya aturan waktu yang mengikat. Sedekah berarti sesuatu yang diberikan dengan

tujuan mendekatkan diri pada Allah.11

Sedekah sama dengan infak, baik secara hukum maupun ketentuannya.

Namun jika infak berkaitan dengan materi, maka sedekah memiliki arti yang lebih luas yang menyangkut hal-hal yang bersifat non materi. Seperti yang diterangkan dalam hadis riwayat muslim yang menyatakan bahwa ” jika tidak

mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil,

berhubungan suami isteri dan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar adalah

sedekah.12

Syaikh „athiyyah Muhammad salim berkata tentang masalah sedekah dan

berbuat baik, “sedekah tidaklah hanya terbatas dengan harta dan dinilai dengan

11

Muhammad Sanusi, The Power of Sedekah, (Yogyakarta, Pustaka Insan Madani, 2009), 8-9. 12Fahrur Mu‟is,

(22)

14

harta saja, akan tetapi ia mencakup seluruh amal shalih, perkataan yang baik, wajah yang berseri-seri, membantu seseorang menaiki kendaraannya, dan

membantu menaikkan barang-barang bawaannya keatas kendaraan tersebut, serta menangguhkan pembayaran utang orang yang kesulitan sebagai sedekah dan

meringankan bebannya13. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya infaq adalah bagian dari sedekah.

Sedangkan sedekah yang dimaksud dalam hal ini adalah sedekah yang

bersifat wajib dimana lembaga keuangan KSPPS – MUI mensyaratkan nasabah yang melakukan pembiayaan, untuk membayar sedekah sebesar 0,5 % dari

plafond pembiayaan yang dicairkan, atau yang biasa dikenal dengan istilah sedekah terpimpin, sehingga nasabah melakukan sedekah atas dasar kebijakan/ ketentuan ketika pencairan pembiayaan oleh KSPPS – MUI Bungah.

Pembiayaan adalah menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan dana untuk dikembangkan disektor riil.14 Pembiayaan menurut sifat penggunaannya, dapat dibagi menjadi dua hal berikut, yaitu:15

1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha

produksi, perdagangan, maupun investasi.

2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

13

Khalid bin sulaiman ar-Rabi, Shodaqoh Memang Ajaib, (Solo, Wacana Ilmiah Press, 2006), 69. 14

Ismail Nawawi, Keuangan Islam (Diskursus teori, studi kasus dan pengantar praktek pada kelembagaan keuangan bank dan non bank), (Sidoarjo, CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2015), 229. 15

(23)

15

Dalam hal ini pembiayaan yang dimaksud adalah pembiayaan yang ditinjau dari perspektif ekonomi islam, pembiayaan dalam perspektif ekonomi islam

memiliki berbagai macam bentuk akad pembiayaan, seperti, murābaḥah, muḍārabah, musyārakah, rāhn, qardh, qarḍul ḥāsan dan lain sebagainya.

Sedangkan di KSPPS – MUI Bungah ini hanya menyediakan dua fasilitas akad pembiayaan kepada nasabah, dengan prinsip jual beli dan gadai, yakni berupa akad pembiayaan murābaḥah dan rāhn mā’al Ijārah. Yang dimana KSPPS – MUI

mewajibkan pihak yang dibiayai atau nasabah untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut dengan cara diangsur, sesuai jangka waktu yang telah ditentukan

sebelumnya, dengan imbalan atau bagi hasil yang telah disepakati.

Sedangkan kepanjangan dari KSPPS – MUI jika dijabarkan yakni, “koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah mitra usaha ideal” yang awalnya memang

dirintis oleh Majelis Ulama Indonesia wilayah Gresik Jawa Timur.

Dari penjabaran di atas, maka definisi operasional penelitian yang dimaksud

adalah mengenai implementasi dan implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah yang di tinjau dalam perspektif ekonomi Islam.

H. Metodologi Penelitian

1. Bentuk Pendekatan Penelitian

Metode penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam

(24)

16

hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.16 Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti membiarkan

permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup

deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.17

Penelitian tentang implementasi dan implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah dalam perspektif ekonomi syariah ini

menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti memahami dan menghayati tentang implementasi dan implikasi sedekah terpimpin. Menurut Donal Ary, penelitian kualitatif memiliki enam cara yaitu : (1) memperdulikan

konteks dan situasi (concern of contexs), (2) berlatar belakang alamiah (natural setting), (3) manusia sebagai instrumen utama (human instrumen), (4)

data bersifat deskriptif (descriptive data), (5) rancangan penelitian muncul bersamaan dengan pengamatan (emergent design), (6) analisis data secara induktif (inductive design).18

Tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realitas empiris dari adanya implementasi sedekah terpimpin

yang ada di KSPPS – MUI Bungah secara mendalam, rinci dan tuntas. Kegiatan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara intensif dan terperinci

16

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta, Salemba Humanika, 2010), 17

17

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2007),60

18

(25)

17

tentang gejala dan fenomena sosial yang berada di KSPPS – MUI yaitu mengenai masalah yang berkaitan dengan sedekah terpimpin baik

implementasi, implikasi, serta faktor-faktor yang memengaruhi. Dengan demikian, penelitian ini berjenis deskriptif analisis, karena hasil dari penelitian

ini berupa data deskriptif dalam bentuk kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati serta hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah sedekah terpimpin .

Kegiatan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara intensif dan terperinci tentang gejala sosial, yang diteliti yaitu mengenai masalah yang

berkaitan dengan sedekah terpimpin. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis, karena hasil dari penelitian ini berupa data deskriptif dalam bentuk kata tertulis atau lisan dan perilaku dari

orang-orang yang diamati serta hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah sedekah terpimpin.

Berdasarakan penjelasan di atas dalam penelitian deskriptif kualitatif, penulis berusaha untuk mencari tahu, menggambarkan data, mendeskripsikan suatu kejadian atau informasi yang kemudian diidentifikasi dan dievaluasi.

Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana implementasi dan implikasi sedekah terpimpin terkait dengan pembiayaan yang diberikan oleh

pihak KSPPS – MUI berdasarkan perspektif ekonomi Islam. 2. Data yang dikumpulkan

(26)

18

dan pembiayaan syariah (mitra usaha ideal), struktur prganisasi, sistem operasional manajemen, sistem operasional prosedur, laporan anggaran

pendapatan dan biaya Tahun 2015, laporan neraca KSPPS-MUI Bungah Tahun 2015. Data-data diatas peneliti dapatkan dari sumber data yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data

yang dapat memberikan data penelitian secara langsung.19 Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber yang mampu atau dapat memberikan informasi

atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.20 a) Sumber Data Primer

Sumber data primer dari penelitian ini adalah dari stakeholder yang ada di

KSPPS – MUI Bungah, nasabah yang melakukan pembiayaan dan orang-orang yang berkaitan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan data ini

untuk mendapatkan informasi langsung mengenai permasalahan yang penulis teliti yakni tentang implikasi dan upaya penerapan sedekah terpimpin pada pembiayaan terhadap nasabah, dimana objek penelitian tersebut adalah

koperasi simpan pinjam syariah, mitra usaha ideal yang berada di kota Bungah-Gresik. Narasumber yang diwawancarai adalah pengurus KSPPS –

MUI, manajer, Kabag. Kita, Kabag. Bisnis , karyawan, nasabah yang melakukan transaksi pembiayaan dan marketing KSPPS - MUI.

19

Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1991), 87.

20

(27)

19

b) Sumber Data Sekunder

Penelitian menggunakan sumber data sekunder ini untuk memperkuat

penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan dari data primer. Salah satu metode dalam pengumpulan data sekunder adalah

dukumen, Dukumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Dapat berupa rekaman atau dukumen tertulis seperti arsip, database, surat-surat, rekaman, gambar,

benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan masalah sedekah terpimpin dan pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah. Banyak peristiwa yang telah lama

terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar dukumen atau arsip. Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara di KSPPS-MUI Bungah. Akan

tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistic yang dimiliki KSPPS-MUI. Menurut

Sugiyono studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan/menggunakan

studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya.21 3. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, Sesuai dengan prosedur tersebut, maka cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga

teknik pengumpulan data yaitu; 1) observasi (observation), 2) wawancara

21

(28)

20

(interview), dan 3) dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini selanjutnya dikelompokkan dalam dua cara pokok yaitu metode interaktif yang meliputi

observasi dan wawancara, antara lain: a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian.22 Metode observasi yaitu studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan23. Observasi dilakukan secara sistematis (berkerangka) mulai dari metode yang digunakan dalam observasi sampai cara-cara pencatatannya.

Dalam penelitian ini peneliti memantau gejala pada obyek penelitian

yang akan diteliti yaitu mengenai implementasi dan implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah dalam perspektif

Ekonomi Islam . b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan

penelitian untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui komunikasi langsung dengan subjek penelitian, baik dalam situasi

sebenarnya ataupun dalam situasi buatan24. Berguna untuk melengkapi metode observasi lapangan. Sedangkan data-data yang tidak diperoleh dari

22

Hadari Nawawi dan M. Martini, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Jogjakarta, Gadjah Mada Press, 2006), 98.

23

(29)

21

wawancara dalam teknik ini digunakan teknik wawancara mendalam tanpa struktur. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

yang mengajukan pertanyan dan interview yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.25

Wawancara adalah alat yang dipergunakan dalam komunikasi langsung yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari informasi yang dijawab secara lisan oleh

interview.26 Wawancara ditujukan pada Manajer KSPPS-MUI, Perwakilan Pengurus KSPPS-MUI, Kabag Keuangan, IT dan Administrasi, Kabag

Bisnis , Karyawan, dan Marketing KSPPS – MUI, serta dokumen-dokumen yang ada di kantor KSPPS – MUI bungah yang berkenaan dengan implementasi dan implikasi sedekah terpimpin pada pencairan

pembiayaan terhadap nasabah, guna memperoleh data yang sesuai dengan fokus penelitian.

Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah merupakan model pilihan apabila pewawancara mengetahui apa yang tidak diketahuinya, dengan

merumuskan atau membuat pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu dan informan diharpkan menjawab dalam hal-hal kerangka wawancara dan

definisi serta ketentuan dari masalah. dalam wawancara terstruktur pertanyaan ada ditangan pewawancara dan jawaban terletak pada

informan, sehingga hal tersebut digunakan untuk menggali data tentang

25

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003), 117. 26

(30)

22

(1). Sejarah berdirinya kantor KSPPS – MUI kecamatan Bungah, (2). Profil KSPPS – MUI kecamatan Bungah, (3) Bagaimana implementasi dan

Implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah. Dalam kegiatan ini, peneliti tidak menggunakan instrumen wawancara

terstandar. Sebelum wawancara dilakukan, terlebih dahulu membuat dan menyusun pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan fokus penelitian yang akan dipertanyakan kepada informan. Selain itu, pewawancara juga

menyelipkan pertanyaan-pertanyaan pendalaman di saat berlangsungnya wawancara dengan tujuan untuk menggali data yang lebih mendalam lagi

tentang hal-hal yang diwawancarakan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimulai dari hal-hal yang bersifat umum dan mengarah pada hal-hal yang khusus.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kegiatan tertulis mengenai berbagai kegiatan atau

kejadian yang dari segi waktu relatif belum terlalu lama.27 Adapun kegiatan tertulis atau arsip-arsip yang ditelaah dalam penelitian ini ialah arsip-arsip yang disimpan oleh KSPPS – MUI, Manajer, maupun yang

berada di tangan perorangan, yang berupa dokumen-dokumen sejarah, biografi, sistem dan mekanisme kerja, peraturan-peraturan yang pernah

dibuat, rekaman berwujud foto dan rekaman dengar. Dokumen-dokumen yang diperoleh kemudian diseleksi sesuai dengan fokus penelitian.

27

(31)

23

Metode pengumpulan data di atas digunakan secara simultan, dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara data satu dengan data yang

lain. Peneliti berusaha memperoleh keabsahan data sebaik mungkin. Sebagai alat pengumpul data adalah tape recorder, camera/foto, dan

lembar catatan lapangan.

Diantara dokumen-dokumen yang akan dianalisis meliputi: (1). Catatan sejarah berdiri dan perkembangannya, (2). Foto-foto yang menjadi

dokumen, terutama yang berkaitan dengan implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah, (3). Program kerja,

dan standar operasional prosedur di KSPPS – MUI Bungah. 4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data (case study) maksudnya adalah Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang

mempelajarinya sebagai suatu kasus. Dengan rancangan peneltian (single-case experimental design) yakni, sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan (intervensi) dengan kasus tunggal.

Kasus tunggal dapat berupa beberapa subjek dalam satu kelompok atau subjek yang diteliti adalah tunggal data yang dikumpulkan.28 Sehingga penelitian ini hanya membahas mengenai masalah implementasi, implikasi serta faktor pendukung dan penghambat adanya sedekah terpimpin di

MUI, dan permaslahan tersebut hanya ada di lembaga

28

(32)

24

MUI Bungah saja, serta tidak dimiliki oleh lembaga koperasi syariah lainnya.

Sebelum data dianalisis, adapun langkah-langkah teknik pengolahan data Menurut Miles Huberman yakni, dengan mengumpulkan data hingga

penelitian itu berakhir secara simultan terus menerus. Selanjutnya, interpretasi dan penafsiran data dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoretis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan

penelitian. Analisis data meliputi (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) Mengambil kesimpulan lalu diferifikasi.29

Model analisis Interaktif: Miles dan Huberman

a. Proses Reduksi data

Proses Reduksi data ialah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasikan data yang sedemikian rupa sehingga diperoleh

kesimpulan akhir dan diverifikasi. Laporan-laporan reduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, dan difokuskan mana yang penting dicari tema atau

polanya dan disusun lebih sistematis.30

29

Djunaidi Ghony & Fauzan Almansharu, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2014), 306.

30

Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung, Tarsito, 2003), 129.

Pengumpulan Data Reduksi Data

(33)

25

Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Peneliti mengumpulkan semua data hasil penelitian yang berupa

wawancara, foto-foto, dokumen-dokumen kantor KPPS -MUI kecamatan Bungah serta catatan penting lainnya yang berkaitan dengan implementasi

dan implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI bungah dalam perspektif Ekonomi Islam. Selanjutnya, peneliti memilih data yang penting dan menyusunnya secara sistematis dan disederhanakan.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data atau menyajikan data. Dengan mendisplaykan data atau menyajikannya, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami

tersebut.31

c. Penarikan kesimpulan

Menarik kesimpulan haruslah selalu mendasarkan diri atas semua data-data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau

keinginan peneliti.

Kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian

berlangsung, yaitu pada awal peneliti mengadakan penelitian di kantor KPPS - MUI Bungah dan selama proses pengumpulan data. Dengan

bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus akan

31

(34)

26

diperoleh kesimpulan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Dengan demikian, peneliti melakukan kesimpulan secara terus menerus, sehingga

akan memperoleh kesimpulan yang bersifat menyeluruh dan semakin mendalam. Dan pada akhirnya, peneliti melakukan kesimpulan secara terus

menerus selama penelitian berlangsung di kantor KPPS – MUI Bungah. Agar dalam meneliti penelitian ini peneliti bisa mendalami mengenai Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin Pada Pembiayaan di

KSPPS-MUI Bungah Dalam Perspektif Ekonomi Islam.

5. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut Moleong ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan

(credability), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).32 Namun penelitian ini, hanya menggunakan tiga kriteria, yakni:

a. Kredibilitas.

Kredibilitas data digunakan dalam penelitian ini untuk

membuktikan kesesuaian antara hasil pengamatan dengan kenyataan di lapangan. Apakah data atau informasi yang diperoleh sesuai dengan

apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Untuk memperoleh kredibilitas data, peneliti mengacu kepada

rekomendasi Lincoln dan Guba 1985, yang memberikan tujuh teknik

32

(35)

27

untuk pencapaian kredibilitas data yaitu : (1) memperpanjang masa observasi, (2) pengamatan yang terus menerus, (3) triangulasi, (4)

membicarakan dengan rekan sejawat, (5) menganilisis kasus negatif, (6) menggunakan bahan referensi, dan (7) mengadakan member cek.

Dari ketujuh teknik pencapaian kredibilitas tersebut peneliti memilih langkah-langkah sebagai berikut:

a. Ketekunan pengamatan: adalah mengadakan pengamatan/

observasi terus-menerus terhadap subyek yang diteliti guna memahami gejala lebih mendalam, sehingga mengetahui aspek

yang penting, terfokus dan relevan dengan topik penelitian.

b. Triangulasi: adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber di luar data tersebut sebagai bahan

perbandingan. Triangulasi yang digunakan adalah ;

1) Triangulasi Sumber, yaitu dengan cara membandingkan data

dari sumber data yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Seperti menguji kredibilitas dan tentang Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin Pada Pembiayaan di

KSPPS-MUI Bungah Dalam Perspektif Ekonomi Islam, maka pengumpulan data dan pengujiannya dilakukan ke perintis

(36)

28

2) Triangulasi teknik, dilakukan dengan pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas kata

dengan triangulasi teknik yaiyu mengecek data kepada sumber data yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya

mengungkapkan data tentang Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin Pada Pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah Dalam Perspektif Ekonomi Islam, lalu dicek dengan observasi

langsung ke Manajer, Kabag. Kita, Kabag. Bisnis , Karyawan, dan Marketing KSPPS - MUI, kemudian dengan dokumentasi.

Pengujian ini dilakukan melalui informan, teknik, wawancara, observasi,dokumen.

3) Triangulasi waktu,untuk menguji kredibilitas data dengan

menggunakan triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada aktu yang berbeda. Peneliti yang

melakukan wawancara di sore hari, bisa mengulanginya di pagi hari dan mengeceknya kembali di sore hari. Pengujian ini dilakukan melalui informan, pagi hari, siang hari, dan sore hari.

Trangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari

pada nara sumber masih segar, sebelum banyak masalah, akan memberikan data valid yang lebih kredibel. Jadi triangulasi

(37)

29

derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informasi yang satu keinforman yang lainnya.

b. Dependabilitas.

Untuk menghindari kesalahan dalam memformulasikan hasil

penelitian, maka kumpulan dan interpretasi data yang ditulis dan dikonsultasikan dengan berbagai pihak untuk ikut memeriksa proses penelitian yang dilakukan peneliti, agar temuan penelitian dapat

dipertahankan (dependable) dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Mereka yang ikut memeriksa adalah dosen pembimbing pada

penelitian ini.

Dalam proses pembuatan proposal penelitian ini telah diperiksa oleh dosen pembimbing dan diajukan untuk diseminarkan. Untuk

menghindari kesalahan dalam memformulasikan hasil penelitian, maka kumpulan dan interpretasi data yang ditulis dan dikonsultasikan

dengan berbagai pihak untuk memeriksa proses penelitian nanti agar dapat dipertahankan dan dipertanggungjawabkan.

c. Konfirmabilitas.

Konfirmabilitas dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan dependabilitas, perbedaannya terletak pada orientasi penilaiannya.

Konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil (produk) penelitian, terutama yang berkaitan dengan deskripsi temuan penelitian dan

(38)

30

menilai proses penelitian, mulai pengumpulan data sampai pada bentuk laporan yang terstruktur dengan baik.

I. Sistematika Pembahasan

Bab Pertama, Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab Kedua, Pada bab ini berisi tentang landasan teoritik mengenai teori

sedekah dan teori pembiayaan dalam perspektif islam.

Bab Ketiga, Pada bab ini membahas tentang sejarah Koperasi simpan pinjam (Mitra Usaha Ideal) di Bungah, latar belakang berdirinya Koperasi simpan pinjam

Mitra Usaha Ideal di Bungah, Visi dan Misi koperasi simpan pinjam syariah Mitra Usaha Ideal di Bungah, struktur organisasi koperasi simpan pinjam Mitra Usaha

Ideal di Bungah, produk pembiayan koperasi simpan pinjam Mitra Usaha Ideal di Bungah, standar operasional prosedur koperasi simpan pinjam Mitra Usaha Ideal dan hasil penelitian.

Bab Keempat, Pada bab ini akan membahas tentang Bagaimana implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI di Bungah, dan Bagaimana

analisis sedekah terpimpin pada KSPPS – MUI di Bungah dalam perspektif islam, serta faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi sedekah terpimpin.

Bab Kelima, Pada bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang

(39)

31

merupakan jawaban dari masalah berdasarkan data yang diperoleh dan akan disajikan secara ringkas dan jelas. Sehingga dalam bab ini akan diuraikan

(40)

BAB II

SEDEKAH DAN PEMBIAYAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Sedekah

1. Pengertian Sedekah

Sedekah adalah mengeluarkan harta demi mendekatkan diri kepada Allah. Sedekah merupakan benteng sekaligus penolak bala’ dan keburukan yang

besar. Sedekah juga menolak kematian yang buruk (sû’ul khâtimah).1 Ibnu

Mandzur dalam Lisân al-‘Arab menuturkan bahwa sedekah adalah apa yang kamu sedekahkan kepada orang fakir karena Allah. Sedekah akan membuat

amalan ibadah semakin lengkap di mata Allah SWT, dan semakin sempurna untuk kehidupan sosial ditengah masyarakat luas.2

Secara etimologi sedekah berasal dari bahasa Arab ash-Shadâqah, yang

berarti, suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah

tertentu.3 Juga berarti pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebut sadaqah at tatawwu’ (sedekah secara spontan dan sukarela).4

1

Fahrur Mu’is, Dikejar Rezeki dari Sedekah, (Solo, Taqiya Publishing, 2016), 27. 2

Muhammad Thobroni, Mukjizat Sedekah, (Yogyakarta, Pustaka Marwa, 2007), 26. 3

Fahrur Mu’is, Dikejar Rezeki dari Sedekah…, 13. 4

(41)

33

Para ahli fiqih sepakat bahwa hukum sedekah pada dasarnya adalah

sunnah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Namun adakalanya hukum sedekah berubah menjadi haram, apabila harta yang

disedekahkan tersebut digunakan untuk kemaksiatan, dan adakalanya berubah menjadi wajib, apabila seseorang bernadzar untuk bersedekah apabila hajatnya

terpenuhi, maka sedekah wajib dilaksanakan. 2. Perbedaan Antara Zakat, Infak dan Sedekah

Sebelum membahas sedekah lebih dalam, maka perlu diketahui perbedaan

antara zakat, infak dan sedekah, di antaranya sebagai berikut :

a) Zakat dalam pandangan islam merupakan hak golongan dhuafa dan

mustahik lainnya, atau utang bagi kelompok kaya. Demikian pula zakat merupakan hak maklum, maksudnya sudah ditentukan jumlah dan ukurannya, lalu ukuran ini sudah dimaklumi kelompok wajib zakat dan

kelompok penerimanya.5 Zakat juga berarti nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah

untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, berkah, tumbuh dan berkembang.6

Ayat-ayat al-Qur’an, hadist dan ijma’ (consensusulama’) menyatakan

bahwa zakat adalah wajib. Zakat merupakan pilar agama yang

mengokohkan bangunan Islam. Dengan demikian bagi yang mengingkari

5

Yusuf Qardhawi, Shadaqah Cara Islam Mengentas Kemiskinan…, 99. 6

(42)

34

kewajiban tersebut dan enggan membayarnya berarti keluar dari agama

Islam.

Dalam Syariat Islam, orang yang berhak menerima zakat terdiri dari 8

golongan, di antaranya, fakir, miskin, amil, muallaf, riqob, gharim, fii sabiilillah dan ibnu sabil. Zakat dikeluarkan seperempat dari sepersepuluh

atau 2,5% dari uang dan harta perniagaan setiap muslim yang mencapai nisab.7

Al-Qur’an memandang bahwa menunaikan zakat itu salah satu sifat

orang mukmin, dan sifat orang dermawan yang taqwa. Sebaliknya al- Qur’an memandang orang yang tidak menunaikan zakat itu salah satu sifat

orang musyrik dan orang munafik, maka menunaikannyapun menjadi bukti keimanan.8 Adapun makna zakat secara bathiniah, yaitu:

i Pengucapan dua kalimat syahadat merupakan langkah yang

mengikatkan diri seseorang dengan tauhid disamping penyaksian tentang keesaan Al-Ma’bud yakni Allah SWT.

ii Menyucikan diri dari sifat kebakhilan.

Karena kebakhilan termasuk dalam muhlikat (sifat-sifat yang menjerumuskan ke dalam kebinasaan). Sebagaimana firman Allah

SWT dalam Surat at-Taubah:

                      7

Yusuf Qardhawi, Shadaqah Cara Islam Mengentas Kemiskinan..., 85. 8

(43)

35

Artinya:

Ambillah zakat dari sebagian harta meraka. Dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman mereka dan Allah Maha mendengar lagi mengetahui.(QS. At Taubah: 103).

iii Mensyukuri Nikmat.

iv Mengikis sifat kebakhilan dari dalam hati serta memperlemah kecintaan kepada harta.

v Menganjurkan secara tidak langsung kepada orang lain untuk berzakat

atau bersedekah juga.

vi Mempererat hubungan antara si kaya dan si miskin.9

b) Infak, berasal dari kata nafaqa, yang berarti sesuatu yang telah berlalu atau habis. Sedangkan menurut istilah, berarti menafkahkan sesuatu kepada

orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah SWT semata.10

Infak juga berarti, mengeluarkan sebagian dari harta, pendapatan, atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika

zakat ada nisabnya, maka infak tidak mengenal nisab. Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu, maka infak boleh diberikan kepada

siapapun juga. Misalnya untuk kedua orangtua, anak yatim, dan lain sebagainya.11 Ditambah lagi infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, baik orang kaya

maupun miskin.

9

Jawad Mughniyah, Fiqih Imam Ja’far Shadiq, (Jakarta, Lentera, 2009), 66-67. 10

Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 5, (Jakarta, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Cet I, 1996), 716.

(44)

36

Persoalan infak dibahas lebih mendalam di dalam kitab-kitab fikih.

Sayid Sabiq, ahli Fikih Kontemporer Mesir mengatakan, bahwa infak dibagi pada perbuatan wajib dan sunnah, infak yang wajib di masukkan

pada kajian bidang zakat, sedangkan infak yang sunnah disebut infak saja atau sedekah sunnah.12

c) Pengertian sedekah menurut bahasa berarti benar, sedangkan menurut istilah, sedekah yaitu, pemberian dari seorang muslim secara sukarela, tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu atau suatu pemberian

yang dilakukan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala semata.13

Menurut al jurjani, seorang pakar bahasa Arab dan pengarang buku at-Ta’rifat, mengartikan sedekah, sebagai pemberian seseorang secara ikhlas kepada yang berhak menerimanya yang diiringi oleh

pemberian pahala dari Allah SWT, maka infak berarti pemberian sumbangan harta untuk kebaikan dan termasuk dalam kategori

sedekah.14

Adapun pendapat lain, yang menyatakan Sedekah sama dengan infak, baik secara hukum maupun ketentuannya. Namun, jika infak

berkaitan dengan materi, maka sedekah memiliki arti yang lebih luas yang menyangkut hal-hal yang bersifat non materi. 15 Seperti yang

diterangkan dalam hadis riwayat muslim yang menyatakan bahwa jika

12

Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam…,717. 13

Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 5, (Jakarta, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Cet I, 1996), 1617.

14 Ibid.

(45)

37

tidak mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami isteri dan melakukan amar ma’ruf

nahi munkar adalah sedekah.16

Sedangkan dalam kajian fikih islam, infak dibedakan dari zakat dan sedekah. Zakat merupakan derma yang telah ditetapkan jenis,

jumlah dan waktu pelaksanaannya, sedangkan infak tidak terdapat ketentuan mengenai jenis dan jumlah harta yang akan dikeluarkan serta tidak pula ditentukan kepada siapa saja infak itu harus diberikan.

Yang terpenting infak itu dilakukan dengan ikhlas. Sementara itu, terdapat persamaan antara infak dan sedekah dari segi pengertiannya,

yaitu sama-sama memberikan atau mendermakan sesuatu kepada orang lain. Namun dari segi waktunya terdapat perbedaan antara keduanya, jika infak dikeluarkan pada saat mendapatkan rezeki dari

Allah SWT, tanpa ditentukan kadar jumlah yang harus dikeluarkannya, sedangkan sedekah tidak ada ketentuan waktunya, dan tidak ada pula

ketentuan mengenai jumlahnya maupun peruntukannya.17

Syaikh „Athiyyah Muhammad Salim berkata, tentang masalah sedekah dan berbuat baik, “sedekah tidaklah hanya terbatas dengan

harta dan dinilai dengan harta saja, akan tetapi ia mencakup seluruh amal shalih, perkataan yang baik, wajah yang berseri-seri, membantu

seseorang menaiki kendaraannya, dan membantu menaikkan barang-barang bawaannya ke atas kendaraan tersebut, serta menangguhkan

16

Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam…,1618. 17

(46)

38

pembayaran utang orang yang kesulitan sebagai sedekah dan

meringankan bebannya.18

Sedekah tidak kenal batasan, secara garis besar bahwa sedekah

tidak hanya berupa harta duiniawi saja, akan tetapi juga dengan harta rohani, misalnya :

i. Sedekah dengan harta duniawi berupa uang, pakaian, pangan, atau

benda apapun yang dilihat oleh mata dan milik pribadi. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 92 :































Artinya :

Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu maka sungguh, Allah mengetahuinya.(QS. Al-Imran: 92).

Menafkahkan sebagian harta dengan mengharap ridho Allah jauh lebih baik daripada hanya sekedar memberi tanpa arti, atau

mengharapkan imbalan dari orang lain. Sedekah berupa harta benda memang tidak dibatasi siapa yang memberi dan menerima,

tentang sedekah yang diberikan dari orang nonmuslim ada konteks tertentu yang berhak untuk diseleksi (karena terhalang agama).

18

(47)

39

ii. Sedekah yang bukan berupa harta duniawi, melainkan bisa dilihat

dengan hati, yaitu sedekah yang berupa kebaikan, memberikan pertolongan, bahkan memberikan senyuman dapat diketegorikan

sebagai sedekah. 19

3. Adab Bersedekah

Adapun adab dan syarat yang harus dijaga dan diperhatikan ketika

bersedekah, di antaranya sebagai berikut:20 a) Berasal dari usaha yang halal

Sedekah tidak diperbolehkan berasal dari barang haram walaupun dari

usaha yang halal. Tidak seharusnya pula memberikan sedekah untuk membantu hal-hal yang haram, seperti wakaf untuk tempat maksiat atau

gereja. Karena sedekah tidak akan diterima jika berasal dari sesuatu yang haram.

b) Sedekah berasal dari harta yang baik dan yang paling utama.

c) Ikhlas untuk mencari ridha Allah

Sedekah tidak boleh diiringi dengan riya’. Seseorang harus meniatkan

sedekahnya hanya untuk Allah. d) Merahasiakan sedekah.

e) Tidak mengharap balasan yang banyak dari sedekahnya. f) Memberikan sedekah kepada orang yang paling membutuhkan. g) Memberikan sedekah dengan wajah yang berseri dan lapang dada.

19

Wahyu Indah Retnowati, Hapus Gelisah dengan Sedekah, (Jakarta, 2007, Qultum Media), 15. 20

(48)

40

h) Menyegerakan bersedekah

i) Tidak mengungkit-ungkit sedekah dan tidak menyakiti perasaan penerima sedekah.

4. Prioritas Penerima dalam Bersedekah

Adapun beberapa orang yang menjadi prioritas dalam menerima sedekah, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Al- Baqarah 177:

                                                                                     Artinya:

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah kebaktian orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang-orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Baqarah: 177).

Jika dirinci maka sebagai berikut:21

a) Kerabat b) Anak yatim.

c) Fakir – miskin.

21

(49)

41

d) Hamba sahaya atau pelayan

e) Tetangga dan teman sejawat. f) Musafir dan para peminta.

Sedekah haruslah diberikan sesuai tepat pada sasarannya, agar nilai manfaatnya lebih besar dan fungsinya mencakup skala yang lebih luas. Agar

sedekah benar-benar bisa sampai pada sasaran yang tepat, yaitu, prioritas kebutuhan dan manfaatnya.22 Prioritas dalam kategori ini bisa beragam

wujudnya, di antaranya adalah:

a) Orang yang dalam kondisi darurat harus didahulukan dari pada yang tidak darurat.

b) Orang yang lemah harus didahulukan dari pada yang kuat. c) Orang yang shalih haru didahulukan dari pada yang tidak shalih.

d) Bantuan yang manfaatnya bisa dirasakan oleh banyak orang lebih diutamakan dari pada yang hanya dirasakan oleh satu atau beberapa orang

saja.

Sedekah tidak terbatas tempat dan golongan, siapa saja berhak mendapatkan sedekah. Tetapi pada dasarnya ada dua golongan utama yang

paling berhak mendapatkan sedekah, yaitu:

a) Sesama muslim, yaitu pemberian sedekah yang dilakukan kepada siapa saja baik fakir miskin atau orang terlantar yang seagama lebih utama

mendapatkan sedekah daripada non-muslim.

22

(50)

42

b) Sedekah dapat diberikan kepada siapa saja, tidak memandang dari agama,

ras, suku, kebangsaan, status sosial, maupun kehidupannya. Sedekah diberikan bagi siapa saja yang membutuhkan uluran tangan, baik berupa

materi maupu spiritual.23

5. Manfaat Sedekah

Gambar

 Gambar 1.1
  Tabel 3.1
  Tabel 3.3 NO KETERANGAN
  Tabel 3.4 KETERANGPROYEKSI REALITA
+5

Referensi

Dokumen terkait

Toki ohjeistus on suunnattu nimenomaan korjausprosessin sisällä toimiville lääketieteen edustajille, mutta sitä käyttävät myös esimerkiksi trans*ihmiset itse hakiessaan

masyarakat produktif karena memiliki berbagai macam usaha yang memang benar – benar membutuhkan lembaga keuangan yang mampu mendorong usaha maupun sector ekonomi

Hasil analisis angket menunjukkan 76,3% responden pernah menggunakan lulur, 70% responden menggunakan lulur dalam bentuk semi padat, 86% responden belum pernah menggunakan lulur

Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi

Dilatar belakangi dari masalah diatas dan penelitian yang selinier, perlu dibuatkannya sebuah Rancang Bangun Sistem Dismantling Perangkat Sewa Proyek Seat

1) Rendahnya jumlah penyalah guna dan keluarga penyalah guna Narkoba yang melapor diri ke IPWL berkaitan dengan masalah internal (predisposing) yang ada dalam diri penyalah guna

Efek histamin pada tekanan darah  yaitu pada beberapa manusia atau spesies lain, dilatasi arteriol dan kapiler akibat hisamin dosis sedang menyebabkan penurunan tekanan

Berita Acara Sidang Komisi Penilai AMDAL Provinsi Lampung Nomor: 152/KOMDAL/II.05/201S tanggal 6 November 2015 mengenai Penilaian Dolrumen Analisis Dampak Lingkungan