IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI SEDEKAH TERPIMPIN
PADA PEMBIAYAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM
PEMBIAYAAN SYARIAH (MITRA USAHA IDEAL) BUNGAH
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
SKRIPSI
Oleh :
Danifatus Sunnah Mabdalif
NIM : C04213014
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin Pada Pembiayaan di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (Mitra Usaha Ideal) Bungah Dalam Perspektif Ekonomi Islam “. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah mengenai implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah, implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah dalam perspektif Ekonomi Islam serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah.
Guna menjawab permasalahan di atas, maka data penelitian ini dihimpun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan metode analisis data Studi Kasus dengan rancangan Singgle Case, dengan teknik pengolahan data yakni, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik pengecekan keabsahan temuan melalui kredibilitas, dependebilitas dan konfirmabilitas.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah terjadinya implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah, karena minimnya dana SHU yang tidak mencukupi untuk menunjang kegiatan sosial pertahunnya, sehingga pada Bulan Agustus 2015, digagaslah metode sedekah terpimpin oleh pengurus KSPPS-MUI, dengan cara mewajibkan nasabah yang melakukan transaksi pembiayaan, untuk membayar sedekah sebesar 0,5% dari plafond yang dicairkan setelah akad berlangsung, dan nasabah dapat membayar secara tunai dengan menggunakan uang pribadi, atau minta dipotongkan langsung dari plafond yang dicairkan oleh KSPPS-MUI Bungah. Sedangkan implikasi dari adanya penerapan sedekah terpimpin oleh KSPPS-MUI dalam perspektif ekonomi islam adalah dapat terwujud keseimbangan kesejahteraan, karena KSPPS-MUI dapat menjadi sarana untuk mengajarkan dan menanamkan jiwa sosial terhadap masyarakat, agar dapat memberikan hak-hak dan membantu meringankan beban fakir miskin maupun lembaga sosial lainnya, sehingga orang yang bersedekah mendapatkan pahala dan diganti oleh Allah berlipat ganda, karena KSPPS-MUI menggunakan prinsip al-Falah. Faktor pendukung implementasi sedekah adalah tambahan dana untuk kegiatan sosial, banyak nasabah yang melakukan transaksi pembiayaan di KSPPS-MUI, menanamkan jiwa sosial kepada nasabah yang melakukan transasksi pembiayaan, inovasi Produk dan berorientasi kedepan untuk perkembangan Koperasi dan sebagai tambahan likuiditas KSPPS-MUI. Sedangkan faktor penghambatnya nasabah memerlukan waktu untuk membiasakan diri dalam melakukan sedekah.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ………. i
PERNYATAAN KEASLIAN ………... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... iii
PENGESAHAN ..……….………... iv
PERSEMBAHAN .………..………... v
MOTTO ………...…..………... vi
ABSTRAK ………..………..……….. vii
KATA PENGANTAR …..………..……….... viii
DAFTAR ISI ……..………. x
DAFTAR TRANSLITERASI ………... xii
DAFTAR LAMPIRAN ………... xiv
DAFTAR TABEL ...…….………... xv
DAFTAR GAMBAR .……..………... xvi
BAB I : PENDAHULUAN …..………... 1
A. Latar Belakang Masalah ….…………... 1
B. Identifikasi dan batasan Masalah ………... 7
C. Rumusan Masalah …....………... 8
D. Kajian Pustaka ………...…………... 8
E. Tujuan Penelitian ….….……….. 11
F. Manfaat Penelitia...……….. 12
G. Definisi Operasional ...………... 12
H. Metodologi Penelitian…….………. 15
I. Sistematika Pembahasan ..………... 30
BAB II : SEDEKAH DAN PEMBIAYAAN DALAM PERSPESTIF EKONOMI ISLAM …..………... 32
A. Sedekah ………...………... 32
BAB III : Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin pada Pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah
A. Gambaran Umum KSPPS-MUI Bungah ... 58 B. Fungsi Pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah………..….……... 64 C. Ketentuan Pembiayaan dan Mekanisme Perhitungannya ... 66 D. Perkembangan Bisnis KSPPS-MUI... 69
E. Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin ………... 87
BAB IV : Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin pada Pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah
A. Analisis Implementasi Sedekah Terpimpin pada Pembiayaan... 58 B. Implikasi Sedekah Terpimpin pada Pembiayaan……... 109 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Diterapkannya Sedekah
Terpimpin……..……….. 110 BAB V Penutup
A. Kesimpulan ……….
B. Saran ………...
111 113
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan zaman, dekadensi akhlaq bangsa semakin memburuk,
Para pengusaha yang tamak akan pencapaian profitabilitas usaha, menjadikan mereka kikir untuk mendermakan sebagian hartanya, terutama dalam bersedekah. Dimana cakupan sedekah lebih luas dari sekedar zakat maupun infaq. Karena
sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau mendermakan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Sedekah dilakukan sebagai
wujud kecintaan hamba terhadap nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya, sehingga seorang hamba rela menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan agama baik dalam rangka membantu sesama maupun
perjuangan dakwah Islam.
Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
sedekah sudah seharusnya menjadi kewajiban yang ditunaikan oleh setiap muslim. Sedekah merupakan ibadah yang mempunyai dimensi ganda, yaitu horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkaitan dengan bentuk dan pola
hubungan antar manusia, sedangkan dimensi vertikal berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan.
Dalam agama Islam khususnya, sedekah merupakan amal ibadah yang sangat dianjurkan dan banyak manfaatnya, termasuk dalam menjalankan usaha. Secara
2
seseorang jatuh miskin dan mengalami kerugian, justru sebaliknya, uang yang dikeluarkan untuk bersedekah akan mendatangkan manfaat, karena sesuai janji
Allah SWT bahwa orang yang selalu mengeluarkan sedekah hartanya, maka sebenarnya ia tidak sedang merugi, karena Allah akan menggantinya berkali-kali
lipat dari jumlah sedekah yang dikeluarkannya. Sedekah merupakan unsur Ilahi yang tidak dapat dilogikakan oleh akal semata. Akan tetapi, keajaiban sedekah mampu memberikan pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan kesuksesan.
Sedekah atau dalam bahasa Arab, ṣādaqaḥ, berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti, suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharapkan ridho Allah SWT dan pahala semata.1
Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud salah
satunya adalah firman Allah SWT yang berbunyi :
Artinya: perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
1
3
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.( QS : Al-Baqarah 261 ).2
Ayat ini berkaitan dengan peristiwa Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin
„Auf. Ketika itu, Rasullullah S.A.W menganjurkan kepada semua orang untuk
mendermakan hartanya untuk kepentingan membiayai perang tabuk. Maka
Abdurrahman bin „auf dengan membawa empat ribu dirham untuk pribadi dan
keluarga, sedangkan empat ribu lainnya disedekahkan di jalan Allah SWT. Maka
Rasullullah berkata kepadanya “ mudah-mudahan Allah memberikan berkah
dirham yang kamu sisakan dan memberkahi juga dirham yang kamu
sedekahkan”.3
Demikian kisah para sahabat yang tanpa pamrih mendermakan hartanya yang semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah SWT. Mereka sama sekali tidak takut miskin, sebab mereka yakin bahwa dengan bersedekah, hidup menjadi
semakin berkah, rizkipun bertambah. Sementara manusia yang hidup di era globalisasi ini justru enggan bersedekah, lantaran secara matematik mereka
berpikir akan mengalami kerugian karena hartanya berkurang. Padahal sudah jelas dalam firman Allah SWT, bahwasannya jika Allah sudah berjanji, maka Allah tidak akan mengingkari janjinya, sehingga bagaimanapun kedudukan dan
pekerjaan yang dimiliki, baik menjadi seorang direktur, menteri, bupati, ataupun menjadi seorang wirausaha yang sukses sekalipun, tetaplah sebagai seorang
muslim khususnya memiliki sifat kedermawanan. Berbagi dengan sesama juga
2
Yusuf Qardhawi, Shadaqah Cara Islam Mengentas Kemiskinan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 173.
3
4
memiliki manfaat agar usaha yang sedang ditempuh dapat berbuah keberkahan disertai dengan keikhlasan.
Menurut Thobroni dalam buku Mukjizat Sedekah, orang yang gemar bersedekah adalah mereka yang memahami arti kehidupan dalam hidupnya. Di
dalam rumus hidupnya, orang yang gemar bersedekah lebih memahami makna pentingnya berbagi kepada sesama, daripada suka menuntut dan meminta yang seringkali bukan haknya. Orang yang kaya mendapatkan
kemudahan dan kesempatan yang luas dari Allah untuk mengeluarkan sebagian hartanya bagi orang-orang yang membutuhkan. Sedekah akan
membuat amalan ibadah mereka semakin lengkap di mata Allah SWT, dan semakin sempurna untuk kehidupan sosialnya di tengah masyarakat luas.4
Pada hakikatnya, sedekah dilakukan atas dasar keikhlasan dan keridhaan bagi
orang yang hendak mendermakan hartanya, bukan dengan paksaan, karena jika suatu perbuatan dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah, maka
keberkahan yang akan di peroleh. Namun berbeda dengan koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah (mitra usaha ideal), atau biasa disebut KSSPS – MUI, yang berada di Kecamatan Bungah.
Koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah mitra usaha ideal (KSPPS-MUI) yang berada di Jl. Raya Bungah KM. 18, RT. 04 RW. 02, Kec. Bungah-Gresik,
pada awalnya dirintis oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Gresik, pada awalnya nama koperasi syariah tersebut adalah KJKS-MUI pada Tahun
4
5
2012-2015, kemudian di awal tahun 2016, koperasi tersebut beralih nama menjadi KSPPS-MUI. Lembaga keuangan tersebut mencetuskan sebuah sistem
penggalangan dana sosial melalui metode sedekah terpimpin. Dimana nasabah disyaratkan membayar sedekah sebesar 0,5% dari plafond yang diajukan, sebagai
suatu syarat pencairan pembiayaan.
Sedekah terpimpin merupakan suatu terobosan baru yang dicetuskan sejak tahun 2015. Selain untuk dana sosial, hal tersebut juga bertujuan untuk menggali
dan mendorong kesadaran diri masyarakat. Sedekah terpimpin ini diperuntukkan pada Setiap nasabah yang melakukan pembiayaan, mereka disyaratkan untuk
membayar biaya admin, pembukaan buku rekening dan juga biaya sedekah sebesar 0,5 % dari plafond yang dicairkan oleh pihak KSPPS – MUI, untuk pengajuan pembiayaan murābaḥah maupun rāhn mā’al Ijārah.
Adapun ilustrasi pembayaran sedekah sebagai syarat pencairan pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah. Misalnya :“ Plafond yang dicairkan : Rp. 10.000.000,
maka nasabah membayar sedekah sebesar 0,5% dari plafond yang di cairkan. Sehingga ia membayar Rp. 50.000 untuk biaya sedekah yang nantinya akan dimasukkan dalam rekening dana sosial yang dimiliki oleh lembaga KSPPS –
MUI, disertai dengan membayar biaya admin 1% jika jangka waktu pembayaran angsuran pembiayaan dalam kurun waktu 1 tahun, dan jika jangka waktu
pembayaran angsuran pembiayaan selama 18 bulan, maka biaya adminnya 1,5% , namun jika jangka waktu pembayaran angsuran dalam kurun waktu 2 tahun, maka
6
Dana sedekah tersebut akan disimpan pada rekening sedekah dan infaq sosial yang dimiliki oleh KSPPS – MUI, yang nantinya akan dibagikan setiap 1
tahun sekali kepada masyarakat yang membutuhkan, dengan mengadakan kegiatan sosial untuk menyalurkan dana sedekah yang telah dihimpun dari
nasabah-nasabah yang melakukan pembiayaan sebelumnya, kepada fakir miskin, anak yatim - piatu, dan pada masyarakat yang membutuhkan.
Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti menemukan permasalahan yang
menarik dalam penerapan konsep sedekah terpimpin di KSPPS – MUI Bungah. Dimana nasabah yang mengajukan pembiayaan dan dicairkan dananya,
disyaratkan untuk membayar biaya sedekah sebesar 0,5% atas syarat yang dibuat oleh KSPPS – MUI Bungah dalam prosedur pencairan pembiayaan. Sedangkan konsep dasar dari sedekah sendiri memiliki pengertian yakni, suatu pemberian
yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu, namun pada
praktiknya, lembaga KSPPS – MUI justru mensyaratkan nasabah untuk membayar sedekah dan membatasi jumlah yang harus dibayarkan, padahal seharusnya sedekah dilakukan atas dasar sukarela tanpa adanya batasan dan
keterpaksaan.
Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin Pada Pembiayaan di
7
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, maka penulis melakukan identifikasi
masalah yaitu:
1. Pengelolaan dana sedekah, koperasi simpan pinjam syariah, mitra usaha ideal
Bungah.
2. Upaya yang dilakukan dalam menjalankan terobosan metode baru, yakni sedekah terpimpin.
3. Proses penerapan sedekah terpimpin oleh koperasi simpan pinjam syariah, mitra usaha ideal.
4. Persamaan sedekah dan infaq.
5. Implikasi sedekah terpimpin terhadap pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah. 6. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan sedekah
terpimpin di KSPPS-MUI Bungah.
Dari beberapa identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah
pada penelitian ini yaitu :
1. Proses implementasi sedekah terpimpin kepada nasabah, oleh koperasi simpan pinjam syariah, mitra usaha ideal .
2. Implikasi sedekah terpimpin terhadap pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah. 3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan sedekah
8
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan
masalah di atas, maka penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagaimana berikut:
1. Bagaimana implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah ?
2. Bagaimana implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI
Bungah dalam perspektif Ekonomi Islam ?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi dan implikasi
sedekah terpimpin?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang
sudah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada. Penelitian ini tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi. Adapun penelitian yang telah ada dan berkaitan dengan judul yang diteliti, seperti
karya-karya di bawah ini :
Pertama, penelitian Fandi Fuad Mirza yang berjudul, “Pengaruh Perilaku
Sedekah Terhadap Perkembangan Usaha”.5Penelitian skripsi ini dilakukan untuk menguji secara empiris ada atau tidak adanya pengaruh perilaku sedekah
5
9
terhadap perkembangan usaha pada peserta komunitas usaha mikro muamalat berbasis masjid. Objek penelitian ini adalah pada peserta komunitas usaha mikro
muamalat berbasis masjid (KUM3) di KJKS BMT An-Najah Wiradesa. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perilaku sedekah merupakan faktor yang
dapat digunakan sebagai prediktor dalam meningkatkan perkembangan usaha. Semakin banyak dan sering bersedekah maka akan semakin tinggi perkembangan usahanya dengan dibarengi niat yang tulus dan keikhlasan
hati.6 Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena titik tekan penelitian ini pada sisi pengaruh implementasi sedekah terpimpin oleh KSPPS –
MUI pada pembiayaan. Sedangkan penelitian di atas mengkaji tentang pengaruh perilaku sedekah terhadap perkembangan usaha.
Kedua, penelitian Ais Fitaloka yang berjudul, “ Pemikiran Ibnu Hazm Tentang
Sedekah Sebagai Pemberdayaan Fakir Miskin”7
. Pada skripsi ini dibahas mengenai sebuah pemikiran Ibnu Hazm yang menyatakan bahwa sedekah dapat
dipaksakan terhadap orang-orang kaya dalam rangka memenuhi kebutuhan fakir-miskin, karena dalam pandangannya, zakat bukanlah akhir dari tanggung jawab seorang muslim yang kaya terhadap saudaranya yang tidak mampu, dengan
catatan, harta-harta kaum muslimin sebelumnya yang telah terhimpun seperti dana zakat, wakaf dan juga harta-harta baitul māl sudah tidak lagi mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan fakir-miskin yang harus dipenuhi untuk menjaga kemaslahatan. Namun berbeda dengan skripsi di atas, skripsi ini membahas
6
Ibid. 7
10
tentang suatu konsep sedekah yang dilakukan atas dasar peraturan dalam pencairan pembiayaan, yang telah ditentukan jumlahnya, dan diberlakukan bagi
siapapun yang melakukan pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah, baik golongan menengah ke atas, maupun menengah kebawah.
Ketiga, penelitian Andy Riswan Ritonga yang berjudul, “Analisis Faktor-faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) Melalui Bazda Sumatera Utara.”8 Pada penelitian tersebut membahas tentang faktor pendorong muzakki dalam melakukan pembayaran dana ZIS melalui Bazda Sumatera Utara. Namun berbeda dengan skripsi ini, peneliti tidak hanya mengkaji
mengenai faktor pendorong saja namun juga faktor penghambat dari adanya implementasi sedekah terpimpin di KSPPS – MUI Bungah.
Keempat, penelitian Mardiah Ratnasari yang berjudul, “ Konsep Sedekah
Dalam Perspektif Pendidikan Islam (Studi analisis isi terhadap buku ajar fiqih di
madrasah)”.9
Skripsi ini menganalisis tentang efektivitas praktik sedekah secara
realistis oleh pelajar MI, MTS dan MA dengan adanya materi sedekah di dalam isi buku ajar fiqih di madrasah, yang mengajarkan siswa untuk bersedekah. Namun berbeda dengan skripsi tersebut, peneliti melakukan objek penelitian di sebuah
instansi atau lembaga koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah di Bungah, yang juga membahas tentang implementasi sedekah beserta implikasinya yang
ditinjau dalam perspektif ekonomi syariah, disertai subjek penelitiannya adalah
8
Andy Riswan Ritonga, “Analisis Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) Melalui Bazda Sumatera Utara” (skripsi- - Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara Medan, 2012).
9
Mardiah Ratnasari, “konsep Sedekah Dalam Perspektif Pendidikan Islam (Studi Analisis Isi
Terhadap Buku Ajar Fiqih Di Madrasah)” (Skripsi- - Program Studi Pendidikan Agama Islam,
11
nasabah dan stakeholder pada lembaga tersebut, sedangkan skripsi diatas objek penelitiannya pada seluruh siswa mulai dari MI, MTS dan MA, dan ditinjau
menurut perspektif pendidikan Islam.
Kelima, penelitian Rachmi Ardhila yang berjudul, “ Peran Program
Nikmatnya Sedekah Untuk Membangun Kesadaran Bersedekah Pada Jamaah Di
MNC TV”.10
Skripsi tersebut membahas tentang suatu program televisi yang dikonsep untuk dinikmati oleh seluruh masyarakat dengan tujuan masyarakat
dapat mengambil hikmah dari adanya program acara televisi tersebut, sehingga masyarakat dapat tergerak hatinya untuk berbagi dengan sesama. Namun berbeda
dengan skripsi ini, peneliti membahas tentang suatu metode sedekah terpimpin yang di terapkan pada nasabah yang melakukan pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah.
Berdasarkan pada beberapa kajian pustaka di atas, belum ditemukan kajian
yang membahas tentang “Implementasi dan implikasi sedekah terpimpin pada
pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah dalam perspektif ekonomi Islam“.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di
KSPPS – MUI Bungah.
2. Untuk mengetahui implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS –
MUI Bungah Berdasarkan perspektif ekonomi islam.
10
Rachmi Mardhiah, “Peran Program Nikmatnya Sedekah Untuk Membangun Kesadaran
Bersedekah Pada Jamaah MNC TV” (Skripsi- - Program Studi Komunikasi dan Penyiaran
12
3. Untuk mengetahui faktor – faktor pendorong dan penghambat dalam pelaksanaan implementasi sedekah terpimpin.
F. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah:
1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memberi sumbangsih ilmu pengetahuan dan tambahan informasi terhadap Instansi
KSPPS – MUI Bungah, yang mungkin dapat bermanfaat untuk mencapai profitabilitas yang berkah melalui metode sedekah terpimpin.
2. Aspek Praktis
a. Bagi civitas akademik, dapat menjadi sumbangsih pemikiran dan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang lebih kompleks. Manfaat
lainnya sebagai sarana pengembangan pengetahuan ilmiah, dan diharpakan dapat mengembangkan konsep sedekah yang baik, guna mendapatkan
keberkahan dalam kegiatan bermuamalah.
b. Bagi masyarakat, dapat memotivasi dan membangun ideologi untuk saling berbagi dengan sesama manusia, terutama dengan lingkungan sekitar dan
senantiasa berpegang teguh pada syariat islam dalam bermuamalah.
G. Definisi Operasional
Konsep-konsep perlu didefinisikan secara jelas oleh peneliti agar pembaca
13
oleh pembaca. Definisi operasional merupakan suatu langkah yang dapat memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel dan untuk memudahkan
pengukuran masing-masing variabel berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Untuk menghindari kesalahan dan pemahaman yang tidak dikehendaki dan bersebrangan dalam penelitian, maka diperlukan adanya pembatasan makna mengenai term yang digunakan dalam penelitian kali ini yakni, Implementasi dan
Implikasi Sedekah Terpimpin pada Pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Definisi istilah yang ada adalah sebagai berikut:
Sedekah menurut Muhammad Sanusi, merupakan pemberian yang dikeluarkan secara sukarela kepada siapa saja, tanpa nisab dan tanpa adanya aturan waktu yang mengikat. Sedekah berarti sesuatu yang diberikan dengan
tujuan mendekatkan diri pada Allah.11
Sedekah sama dengan infak, baik secara hukum maupun ketentuannya.
Namun jika infak berkaitan dengan materi, maka sedekah memiliki arti yang lebih luas yang menyangkut hal-hal yang bersifat non materi. Seperti yang diterangkan dalam hadis riwayat muslim yang menyatakan bahwa ” jika tidak
mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil,
berhubungan suami isteri dan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar adalah
sedekah.12
Syaikh „athiyyah Muhammad salim berkata tentang masalah sedekah dan
berbuat baik, “sedekah tidaklah hanya terbatas dengan harta dan dinilai dengan
11
Muhammad Sanusi, The Power of Sedekah, (Yogyakarta, Pustaka Insan Madani, 2009), 8-9. 12Fahrur Mu‟is,
14
harta saja, akan tetapi ia mencakup seluruh amal shalih, perkataan yang baik, wajah yang berseri-seri, membantu seseorang menaiki kendaraannya, dan
membantu menaikkan barang-barang bawaannya keatas kendaraan tersebut, serta menangguhkan pembayaran utang orang yang kesulitan sebagai sedekah dan
meringankan bebannya13. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya infaq adalah bagian dari sedekah.
Sedangkan sedekah yang dimaksud dalam hal ini adalah sedekah yang
bersifat wajib dimana lembaga keuangan KSPPS – MUI mensyaratkan nasabah yang melakukan pembiayaan, untuk membayar sedekah sebesar 0,5 % dari
plafond pembiayaan yang dicairkan, atau yang biasa dikenal dengan istilah sedekah terpimpin, sehingga nasabah melakukan sedekah atas dasar kebijakan/ ketentuan ketika pencairan pembiayaan oleh KSPPS – MUI Bungah.
Pembiayaan adalah menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan dana untuk dikembangkan disektor riil.14 Pembiayaan menurut sifat penggunaannya, dapat dibagi menjadi dua hal berikut, yaitu:15
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
13
Khalid bin sulaiman ar-Rabi, Shodaqoh Memang Ajaib, (Solo, Wacana Ilmiah Press, 2006), 69. 14
Ismail Nawawi, Keuangan Islam (Diskursus teori, studi kasus dan pengantar praktek pada kelembagaan keuangan bank dan non bank), (Sidoarjo, CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2015), 229. 15
15
Dalam hal ini pembiayaan yang dimaksud adalah pembiayaan yang ditinjau dari perspektif ekonomi islam, pembiayaan dalam perspektif ekonomi islam
memiliki berbagai macam bentuk akad pembiayaan, seperti, murābaḥah, muḍārabah, musyārakah, rāhn, qardh, qarḍul ḥāsan dan lain sebagainya.
Sedangkan di KSPPS – MUI Bungah ini hanya menyediakan dua fasilitas akad pembiayaan kepada nasabah, dengan prinsip jual beli dan gadai, yakni berupa akad pembiayaan murābaḥah dan rāhn mā’al Ijārah. Yang dimana KSPPS – MUI
mewajibkan pihak yang dibiayai atau nasabah untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut dengan cara diangsur, sesuai jangka waktu yang telah ditentukan
sebelumnya, dengan imbalan atau bagi hasil yang telah disepakati.
Sedangkan kepanjangan dari KSPPS – MUI jika dijabarkan yakni, “koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah mitra usaha ideal” yang awalnya memang
dirintis oleh Majelis Ulama Indonesia wilayah Gresik Jawa Timur.
Dari penjabaran di atas, maka definisi operasional penelitian yang dimaksud
adalah mengenai implementasi dan implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah yang di tinjau dalam perspektif ekonomi Islam.
H. Metodologi Penelitian
1. Bentuk Pendekatan Penelitian
Metode penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam
16
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.16 Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup
deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.17
Penelitian tentang implementasi dan implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah dalam perspektif ekonomi syariah ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti memahami dan menghayati tentang implementasi dan implikasi sedekah terpimpin. Menurut Donal Ary, penelitian kualitatif memiliki enam cara yaitu : (1) memperdulikan
konteks dan situasi (concern of contexs), (2) berlatar belakang alamiah (natural setting), (3) manusia sebagai instrumen utama (human instrumen), (4)
data bersifat deskriptif (descriptive data), (5) rancangan penelitian muncul bersamaan dengan pengamatan (emergent design), (6) analisis data secara induktif (inductive design).18
Tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realitas empiris dari adanya implementasi sedekah terpimpin
yang ada di KSPPS – MUI Bungah secara mendalam, rinci dan tuntas. Kegiatan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara intensif dan terperinci
16
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta, Salemba Humanika, 2010), 17
17
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2007),60
18
17
tentang gejala dan fenomena sosial yang berada di KSPPS – MUI yaitu mengenai masalah yang berkaitan dengan sedekah terpimpin baik
implementasi, implikasi, serta faktor-faktor yang memengaruhi. Dengan demikian, penelitian ini berjenis deskriptif analisis, karena hasil dari penelitian
ini berupa data deskriptif dalam bentuk kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati serta hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah sedekah terpimpin .
Kegiatan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara intensif dan terperinci tentang gejala sosial, yang diteliti yaitu mengenai masalah yang
berkaitan dengan sedekah terpimpin. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis, karena hasil dari penelitian ini berupa data deskriptif dalam bentuk kata tertulis atau lisan dan perilaku dari
orang-orang yang diamati serta hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah sedekah terpimpin.
Berdasarakan penjelasan di atas dalam penelitian deskriptif kualitatif, penulis berusaha untuk mencari tahu, menggambarkan data, mendeskripsikan suatu kejadian atau informasi yang kemudian diidentifikasi dan dievaluasi.
Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana implementasi dan implikasi sedekah terpimpin terkait dengan pembiayaan yang diberikan oleh
pihak KSPPS – MUI berdasarkan perspektif ekonomi Islam. 2. Data yang dikumpulkan
18
dan pembiayaan syariah (mitra usaha ideal), struktur prganisasi, sistem operasional manajemen, sistem operasional prosedur, laporan anggaran
pendapatan dan biaya Tahun 2015, laporan neraca KSPPS-MUI Bungah Tahun 2015. Data-data diatas peneliti dapatkan dari sumber data yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data
yang dapat memberikan data penelitian secara langsung.19 Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber yang mampu atau dapat memberikan informasi
atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.20 a) Sumber Data Primer
Sumber data primer dari penelitian ini adalah dari stakeholder yang ada di
KSPPS – MUI Bungah, nasabah yang melakukan pembiayaan dan orang-orang yang berkaitan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan data ini
untuk mendapatkan informasi langsung mengenai permasalahan yang penulis teliti yakni tentang implikasi dan upaya penerapan sedekah terpimpin pada pembiayaan terhadap nasabah, dimana objek penelitian tersebut adalah
koperasi simpan pinjam syariah, mitra usaha ideal yang berada di kota Bungah-Gresik. Narasumber yang diwawancarai adalah pengurus KSPPS –
MUI, manajer, Kabag. Kita, Kabag. Bisnis , karyawan, nasabah yang melakukan transaksi pembiayaan dan marketing KSPPS - MUI.
19
Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1991), 87.
20
19
b) Sumber Data Sekunder
Penelitian menggunakan sumber data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan dari data primer. Salah satu metode dalam pengumpulan data sekunder adalah
dukumen, Dukumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Dapat berupa rekaman atau dukumen tertulis seperti arsip, database, surat-surat, rekaman, gambar,
benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan masalah sedekah terpimpin dan pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah. Banyak peristiwa yang telah lama
terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar dukumen atau arsip. Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara di KSPPS-MUI Bungah. Akan
tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistic yang dimiliki KSPPS-MUI. Menurut
Sugiyono studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan/menggunakan
studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya.21 3. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, Sesuai dengan prosedur tersebut, maka cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga
teknik pengumpulan data yaitu; 1) observasi (observation), 2) wawancara
21
20
(interview), dan 3) dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini selanjutnya dikelompokkan dalam dua cara pokok yaitu metode interaktif yang meliputi
observasi dan wawancara, antara lain: a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian.22 Metode observasi yaitu studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan23. Observasi dilakukan secara sistematis (berkerangka) mulai dari metode yang digunakan dalam observasi sampai cara-cara pencatatannya.
Dalam penelitian ini peneliti memantau gejala pada obyek penelitian
yang akan diteliti yaitu mengenai implementasi dan implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah dalam perspektif
Ekonomi Islam . b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan
penelitian untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui komunikasi langsung dengan subjek penelitian, baik dalam situasi
sebenarnya ataupun dalam situasi buatan24. Berguna untuk melengkapi metode observasi lapangan. Sedangkan data-data yang tidak diperoleh dari
22
Hadari Nawawi dan M. Martini, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Jogjakarta, Gadjah Mada Press, 2006), 98.
23
21
wawancara dalam teknik ini digunakan teknik wawancara mendalam tanpa struktur. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyan dan interview yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.25
Wawancara adalah alat yang dipergunakan dalam komunikasi langsung yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari informasi yang dijawab secara lisan oleh
interview.26 Wawancara ditujukan pada Manajer KSPPS-MUI, Perwakilan Pengurus KSPPS-MUI, Kabag Keuangan, IT dan Administrasi, Kabag
Bisnis , Karyawan, dan Marketing KSPPS – MUI, serta dokumen-dokumen yang ada di kantor KSPPS – MUI bungah yang berkenaan dengan implementasi dan implikasi sedekah terpimpin pada pencairan
pembiayaan terhadap nasabah, guna memperoleh data yang sesuai dengan fokus penelitian.
Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah merupakan model pilihan apabila pewawancara mengetahui apa yang tidak diketahuinya, dengan
merumuskan atau membuat pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu dan informan diharpkan menjawab dalam hal-hal kerangka wawancara dan
definisi serta ketentuan dari masalah. dalam wawancara terstruktur pertanyaan ada ditangan pewawancara dan jawaban terletak pada
informan, sehingga hal tersebut digunakan untuk menggali data tentang
25
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003), 117. 26
22
(1). Sejarah berdirinya kantor KSPPS – MUI kecamatan Bungah, (2). Profil KSPPS – MUI kecamatan Bungah, (3) Bagaimana implementasi dan
Implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah. Dalam kegiatan ini, peneliti tidak menggunakan instrumen wawancara
terstandar. Sebelum wawancara dilakukan, terlebih dahulu membuat dan menyusun pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan fokus penelitian yang akan dipertanyakan kepada informan. Selain itu, pewawancara juga
menyelipkan pertanyaan-pertanyaan pendalaman di saat berlangsungnya wawancara dengan tujuan untuk menggali data yang lebih mendalam lagi
tentang hal-hal yang diwawancarakan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimulai dari hal-hal yang bersifat umum dan mengarah pada hal-hal yang khusus.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah kegiatan tertulis mengenai berbagai kegiatan atau
kejadian yang dari segi waktu relatif belum terlalu lama.27 Adapun kegiatan tertulis atau arsip-arsip yang ditelaah dalam penelitian ini ialah arsip-arsip yang disimpan oleh KSPPS – MUI, Manajer, maupun yang
berada di tangan perorangan, yang berupa dokumen-dokumen sejarah, biografi, sistem dan mekanisme kerja, peraturan-peraturan yang pernah
dibuat, rekaman berwujud foto dan rekaman dengar. Dokumen-dokumen yang diperoleh kemudian diseleksi sesuai dengan fokus penelitian.
27
23
Metode pengumpulan data di atas digunakan secara simultan, dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara data satu dengan data yang
lain. Peneliti berusaha memperoleh keabsahan data sebaik mungkin. Sebagai alat pengumpul data adalah tape recorder, camera/foto, dan
lembar catatan lapangan.
Diantara dokumen-dokumen yang akan dianalisis meliputi: (1). Catatan sejarah berdiri dan perkembangannya, (2). Foto-foto yang menjadi
dokumen, terutama yang berkaitan dengan implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI Bungah, (3). Program kerja,
dan standar operasional prosedur di KSPPS – MUI Bungah. 4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data (case study) maksudnya adalah Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Dengan rancangan peneltian (single-case experimental design) yakni, sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan (intervensi) dengan kasus tunggal.
Kasus tunggal dapat berupa beberapa subjek dalam satu kelompok atau subjek yang diteliti adalah tunggal data yang dikumpulkan.28 Sehingga penelitian ini hanya membahas mengenai masalah implementasi, implikasi serta faktor pendukung dan penghambat adanya sedekah terpimpin di
MUI, dan permaslahan tersebut hanya ada di lembaga
28
24
MUI Bungah saja, serta tidak dimiliki oleh lembaga koperasi syariah lainnya.
Sebelum data dianalisis, adapun langkah-langkah teknik pengolahan data Menurut Miles Huberman yakni, dengan mengumpulkan data hingga
penelitian itu berakhir secara simultan terus menerus. Selanjutnya, interpretasi dan penafsiran data dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoretis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan
penelitian. Analisis data meliputi (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) Mengambil kesimpulan lalu diferifikasi.29
Model analisis Interaktif: Miles dan Huberman
a. Proses Reduksi data
Proses Reduksi data ialah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasikan data yang sedemikian rupa sehingga diperoleh
kesimpulan akhir dan diverifikasi. Laporan-laporan reduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, dan difokuskan mana yang penting dicari tema atau
polanya dan disusun lebih sistematis.30
29
Djunaidi Ghony & Fauzan Almansharu, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2014), 306.
30
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung, Tarsito, 2003), 129.
Pengumpulan Data Reduksi Data
25
Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Peneliti mengumpulkan semua data hasil penelitian yang berupa
wawancara, foto-foto, dokumen-dokumen kantor KPPS -MUI kecamatan Bungah serta catatan penting lainnya yang berkaitan dengan implementasi
dan implikasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS-MUI bungah dalam perspektif Ekonomi Islam. Selanjutnya, peneliti memilih data yang penting dan menyusunnya secara sistematis dan disederhanakan.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data atau menyajikan data. Dengan mendisplaykan data atau menyajikannya, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami
tersebut.31
c. Penarikan kesimpulan
Menarik kesimpulan haruslah selalu mendasarkan diri atas semua data-data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau
keinginan peneliti.
Kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian
berlangsung, yaitu pada awal peneliti mengadakan penelitian di kantor KPPS - MUI Bungah dan selama proses pengumpulan data. Dengan
bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus akan
31
26
diperoleh kesimpulan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Dengan demikian, peneliti melakukan kesimpulan secara terus menerus, sehingga
akan memperoleh kesimpulan yang bersifat menyeluruh dan semakin mendalam. Dan pada akhirnya, peneliti melakukan kesimpulan secara terus
menerus selama penelitian berlangsung di kantor KPPS – MUI Bungah. Agar dalam meneliti penelitian ini peneliti bisa mendalami mengenai Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin Pada Pembiayaan di
KSPPS-MUI Bungah Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
5. Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut Moleong ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan
(credability), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).32 Namun penelitian ini, hanya menggunakan tiga kriteria, yakni:
a. Kredibilitas.
Kredibilitas data digunakan dalam penelitian ini untuk
membuktikan kesesuaian antara hasil pengamatan dengan kenyataan di lapangan. Apakah data atau informasi yang diperoleh sesuai dengan
apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Untuk memperoleh kredibilitas data, peneliti mengacu kepada
rekomendasi Lincoln dan Guba 1985, yang memberikan tujuh teknik
32
27
untuk pencapaian kredibilitas data yaitu : (1) memperpanjang masa observasi, (2) pengamatan yang terus menerus, (3) triangulasi, (4)
membicarakan dengan rekan sejawat, (5) menganilisis kasus negatif, (6) menggunakan bahan referensi, dan (7) mengadakan member cek.
Dari ketujuh teknik pencapaian kredibilitas tersebut peneliti memilih langkah-langkah sebagai berikut:
a. Ketekunan pengamatan: adalah mengadakan pengamatan/
observasi terus-menerus terhadap subyek yang diteliti guna memahami gejala lebih mendalam, sehingga mengetahui aspek
yang penting, terfokus dan relevan dengan topik penelitian.
b. Triangulasi: adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber di luar data tersebut sebagai bahan
perbandingan. Triangulasi yang digunakan adalah ;
1) Triangulasi Sumber, yaitu dengan cara membandingkan data
dari sumber data yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Seperti menguji kredibilitas dan tentang Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin Pada Pembiayaan di
KSPPS-MUI Bungah Dalam Perspektif Ekonomi Islam, maka pengumpulan data dan pengujiannya dilakukan ke perintis
28
2) Triangulasi teknik, dilakukan dengan pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas kata
dengan triangulasi teknik yaiyu mengecek data kepada sumber data yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
mengungkapkan data tentang Implementasi dan Implikasi Sedekah Terpimpin Pada Pembiayaan di KSPPS-MUI Bungah Dalam Perspektif Ekonomi Islam, lalu dicek dengan observasi
langsung ke Manajer, Kabag. Kita, Kabag. Bisnis , Karyawan, dan Marketing KSPPS - MUI, kemudian dengan dokumentasi.
Pengujian ini dilakukan melalui informan, teknik, wawancara, observasi,dokumen.
3) Triangulasi waktu,untuk menguji kredibilitas data dengan
menggunakan triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada aktu yang berbeda. Peneliti yang
melakukan wawancara di sore hari, bisa mengulanginya di pagi hari dan mengeceknya kembali di sore hari. Pengujian ini dilakukan melalui informan, pagi hari, siang hari, dan sore hari.
Trangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari
pada nara sumber masih segar, sebelum banyak masalah, akan memberikan data valid yang lebih kredibel. Jadi triangulasi
29
derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informasi yang satu keinforman yang lainnya.
b. Dependabilitas.
Untuk menghindari kesalahan dalam memformulasikan hasil
penelitian, maka kumpulan dan interpretasi data yang ditulis dan dikonsultasikan dengan berbagai pihak untuk ikut memeriksa proses penelitian yang dilakukan peneliti, agar temuan penelitian dapat
dipertahankan (dependable) dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Mereka yang ikut memeriksa adalah dosen pembimbing pada
penelitian ini.
Dalam proses pembuatan proposal penelitian ini telah diperiksa oleh dosen pembimbing dan diajukan untuk diseminarkan. Untuk
menghindari kesalahan dalam memformulasikan hasil penelitian, maka kumpulan dan interpretasi data yang ditulis dan dikonsultasikan
dengan berbagai pihak untuk memeriksa proses penelitian nanti agar dapat dipertahankan dan dipertanggungjawabkan.
c. Konfirmabilitas.
Konfirmabilitas dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan dependabilitas, perbedaannya terletak pada orientasi penilaiannya.
Konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil (produk) penelitian, terutama yang berkaitan dengan deskripsi temuan penelitian dan
30
menilai proses penelitian, mulai pengumpulan data sampai pada bentuk laporan yang terstruktur dengan baik.
I. Sistematika Pembahasan
Bab Pertama, Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika pembahasan.
Bab Kedua, Pada bab ini berisi tentang landasan teoritik mengenai teori
sedekah dan teori pembiayaan dalam perspektif islam.
Bab Ketiga, Pada bab ini membahas tentang sejarah Koperasi simpan pinjam (Mitra Usaha Ideal) di Bungah, latar belakang berdirinya Koperasi simpan pinjam
Mitra Usaha Ideal di Bungah, Visi dan Misi koperasi simpan pinjam syariah Mitra Usaha Ideal di Bungah, struktur organisasi koperasi simpan pinjam Mitra Usaha
Ideal di Bungah, produk pembiayan koperasi simpan pinjam Mitra Usaha Ideal di Bungah, standar operasional prosedur koperasi simpan pinjam Mitra Usaha Ideal dan hasil penelitian.
Bab Keempat, Pada bab ini akan membahas tentang Bagaimana implementasi sedekah terpimpin pada pembiayaan di KSPPS – MUI di Bungah, dan Bagaimana
analisis sedekah terpimpin pada KSPPS – MUI di Bungah dalam perspektif islam, serta faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi sedekah terpimpin.
Bab Kelima, Pada bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang
31
merupakan jawaban dari masalah berdasarkan data yang diperoleh dan akan disajikan secara ringkas dan jelas. Sehingga dalam bab ini akan diuraikan
BAB II
SEDEKAH DAN PEMBIAYAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
A. Sedekah
1. Pengertian Sedekah
Sedekah adalah mengeluarkan harta demi mendekatkan diri kepada Allah. Sedekah merupakan benteng sekaligus penolak bala’ dan keburukan yang
besar. Sedekah juga menolak kematian yang buruk (sû’ul khâtimah).1 Ibnu
Mandzur dalam Lisân al-‘Arab menuturkan bahwa sedekah adalah apa yang kamu sedekahkan kepada orang fakir karena Allah. Sedekah akan membuat
amalan ibadah semakin lengkap di mata Allah SWT, dan semakin sempurna untuk kehidupan sosial ditengah masyarakat luas.2
Secara etimologi sedekah berasal dari bahasa Arab ash-Shadâqah, yang
berarti, suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah
tertentu.3 Juga berarti pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebut sadaqah at tatawwu’ (sedekah secara spontan dan sukarela).4
1
Fahrur Mu’is, Dikejar Rezeki dari Sedekah, (Solo, Taqiya Publishing, 2016), 27. 2
Muhammad Thobroni, Mukjizat Sedekah, (Yogyakarta, Pustaka Marwa, 2007), 26. 3
Fahrur Mu’is, Dikejar Rezeki dari Sedekah…, 13. 4
33
Para ahli fiqih sepakat bahwa hukum sedekah pada dasarnya adalah
sunnah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Namun adakalanya hukum sedekah berubah menjadi haram, apabila harta yang
disedekahkan tersebut digunakan untuk kemaksiatan, dan adakalanya berubah menjadi wajib, apabila seseorang bernadzar untuk bersedekah apabila hajatnya
terpenuhi, maka sedekah wajib dilaksanakan. 2. Perbedaan Antara Zakat, Infak dan Sedekah
Sebelum membahas sedekah lebih dalam, maka perlu diketahui perbedaan
antara zakat, infak dan sedekah, di antaranya sebagai berikut :
a) Zakat dalam pandangan islam merupakan hak golongan dhuafa dan
mustahik lainnya, atau utang bagi kelompok kaya. Demikian pula zakat merupakan hak maklum, maksudnya sudah ditentukan jumlah dan ukurannya, lalu ukuran ini sudah dimaklumi kelompok wajib zakat dan
kelompok penerimanya.5 Zakat juga berarti nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah
untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, berkah, tumbuh dan berkembang.6
Ayat-ayat al-Qur’an, hadist dan ijma’ (consensusulama’) menyatakan
bahwa zakat adalah wajib. Zakat merupakan pilar agama yang
mengokohkan bangunan Islam. Dengan demikian bagi yang mengingkari
5
Yusuf Qardhawi, Shadaqah Cara Islam Mengentas Kemiskinan…, 99. 6
34
kewajiban tersebut dan enggan membayarnya berarti keluar dari agama
Islam.
Dalam Syariat Islam, orang yang berhak menerima zakat terdiri dari 8
golongan, di antaranya, fakir, miskin, amil, muallaf, riqob, gharim, fii sabiilillah dan ibnu sabil. Zakat dikeluarkan seperempat dari sepersepuluh
atau 2,5% dari uang dan harta perniagaan setiap muslim yang mencapai nisab.7
Al-Qur’an memandang bahwa menunaikan zakat itu salah satu sifat
orang mukmin, dan sifat orang dermawan yang taqwa. Sebaliknya al- Qur’an memandang orang yang tidak menunaikan zakat itu salah satu sifat
orang musyrik dan orang munafik, maka menunaikannyapun menjadi bukti keimanan.8 Adapun makna zakat secara bathiniah, yaitu:
i Pengucapan dua kalimat syahadat merupakan langkah yang
mengikatkan diri seseorang dengan tauhid disamping penyaksian tentang keesaan Al-Ma’bud yakni Allah SWT.
ii Menyucikan diri dari sifat kebakhilan.
Karena kebakhilan termasuk dalam muhlikat (sifat-sifat yang menjerumuskan ke dalam kebinasaan). Sebagaimana firman Allah
SWT dalam Surat at-Taubah:
7
Yusuf Qardhawi, Shadaqah Cara Islam Mengentas Kemiskinan..., 85. 8
35
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta meraka. Dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman mereka dan Allah Maha mendengar lagi mengetahui.(QS. At Taubah: 103).
iii Mensyukuri Nikmat.
iv Mengikis sifat kebakhilan dari dalam hati serta memperlemah kecintaan kepada harta.
v Menganjurkan secara tidak langsung kepada orang lain untuk berzakat
atau bersedekah juga.
vi Mempererat hubungan antara si kaya dan si miskin.9
b) Infak, berasal dari kata nafaqa, yang berarti sesuatu yang telah berlalu atau habis. Sedangkan menurut istilah, berarti menafkahkan sesuatu kepada
orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah SWT semata.10
Infak juga berarti, mengeluarkan sebagian dari harta, pendapatan, atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika
zakat ada nisabnya, maka infak tidak mengenal nisab. Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu, maka infak boleh diberikan kepada
siapapun juga. Misalnya untuk kedua orangtua, anak yatim, dan lain sebagainya.11 Ditambah lagi infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, baik orang kaya
maupun miskin.
9
Jawad Mughniyah, Fiqih Imam Ja’far Shadiq, (Jakarta, Lentera, 2009), 66-67. 10
Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 5, (Jakarta, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Cet I, 1996), 716.
36
Persoalan infak dibahas lebih mendalam di dalam kitab-kitab fikih.
Sayid Sabiq, ahli Fikih Kontemporer Mesir mengatakan, bahwa infak dibagi pada perbuatan wajib dan sunnah, infak yang wajib di masukkan
pada kajian bidang zakat, sedangkan infak yang sunnah disebut infak saja atau sedekah sunnah.12
c) Pengertian sedekah menurut bahasa berarti benar, sedangkan menurut istilah, sedekah yaitu, pemberian dari seorang muslim secara sukarela, tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu atau suatu pemberian
yang dilakukan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala semata.13
Menurut al jurjani, seorang pakar bahasa Arab dan pengarang buku at-Ta’rifat, mengartikan sedekah, sebagai pemberian seseorang secara ikhlas kepada yang berhak menerimanya yang diiringi oleh
pemberian pahala dari Allah SWT, maka infak berarti pemberian sumbangan harta untuk kebaikan dan termasuk dalam kategori
sedekah.14
Adapun pendapat lain, yang menyatakan Sedekah sama dengan infak, baik secara hukum maupun ketentuannya. Namun, jika infak
berkaitan dengan materi, maka sedekah memiliki arti yang lebih luas yang menyangkut hal-hal yang bersifat non materi. 15 Seperti yang
diterangkan dalam hadis riwayat muslim yang menyatakan bahwa jika
12
Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam…,717. 13
Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 5, (Jakarta, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Cet I, 1996), 1617.
14 Ibid.
37
tidak mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami isteri dan melakukan amar ma’ruf
nahi munkar adalah sedekah.16
Sedangkan dalam kajian fikih islam, infak dibedakan dari zakat dan sedekah. Zakat merupakan derma yang telah ditetapkan jenis,
jumlah dan waktu pelaksanaannya, sedangkan infak tidak terdapat ketentuan mengenai jenis dan jumlah harta yang akan dikeluarkan serta tidak pula ditentukan kepada siapa saja infak itu harus diberikan.
Yang terpenting infak itu dilakukan dengan ikhlas. Sementara itu, terdapat persamaan antara infak dan sedekah dari segi pengertiannya,
yaitu sama-sama memberikan atau mendermakan sesuatu kepada orang lain. Namun dari segi waktunya terdapat perbedaan antara keduanya, jika infak dikeluarkan pada saat mendapatkan rezeki dari
Allah SWT, tanpa ditentukan kadar jumlah yang harus dikeluarkannya, sedangkan sedekah tidak ada ketentuan waktunya, dan tidak ada pula
ketentuan mengenai jumlahnya maupun peruntukannya.17
Syaikh „Athiyyah Muhammad Salim berkata, tentang masalah sedekah dan berbuat baik, “sedekah tidaklah hanya terbatas dengan
harta dan dinilai dengan harta saja, akan tetapi ia mencakup seluruh amal shalih, perkataan yang baik, wajah yang berseri-seri, membantu
seseorang menaiki kendaraannya, dan membantu menaikkan barang-barang bawaannya ke atas kendaraan tersebut, serta menangguhkan
16
Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam…,1618. 17
38
pembayaran utang orang yang kesulitan sebagai sedekah dan
meringankan bebannya.18
Sedekah tidak kenal batasan, secara garis besar bahwa sedekah
tidak hanya berupa harta duiniawi saja, akan tetapi juga dengan harta rohani, misalnya :
i. Sedekah dengan harta duniawi berupa uang, pakaian, pangan, atau
benda apapun yang dilihat oleh mata dan milik pribadi. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 92 :
Artinya :Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu maka sungguh, Allah mengetahuinya.(QS. Al-Imran: 92).
Menafkahkan sebagian harta dengan mengharap ridho Allah jauh lebih baik daripada hanya sekedar memberi tanpa arti, atau
mengharapkan imbalan dari orang lain. Sedekah berupa harta benda memang tidak dibatasi siapa yang memberi dan menerima,
tentang sedekah yang diberikan dari orang nonmuslim ada konteks tertentu yang berhak untuk diseleksi (karena terhalang agama).
18
39
ii. Sedekah yang bukan berupa harta duniawi, melainkan bisa dilihat
dengan hati, yaitu sedekah yang berupa kebaikan, memberikan pertolongan, bahkan memberikan senyuman dapat diketegorikan
sebagai sedekah. 19
3. Adab Bersedekah
Adapun adab dan syarat yang harus dijaga dan diperhatikan ketika
bersedekah, di antaranya sebagai berikut:20 a) Berasal dari usaha yang halal
Sedekah tidak diperbolehkan berasal dari barang haram walaupun dari
usaha yang halal. Tidak seharusnya pula memberikan sedekah untuk membantu hal-hal yang haram, seperti wakaf untuk tempat maksiat atau
gereja. Karena sedekah tidak akan diterima jika berasal dari sesuatu yang haram.
b) Sedekah berasal dari harta yang baik dan yang paling utama.
c) Ikhlas untuk mencari ridha Allah
Sedekah tidak boleh diiringi dengan riya’. Seseorang harus meniatkan
sedekahnya hanya untuk Allah. d) Merahasiakan sedekah.
e) Tidak mengharap balasan yang banyak dari sedekahnya. f) Memberikan sedekah kepada orang yang paling membutuhkan. g) Memberikan sedekah dengan wajah yang berseri dan lapang dada.
19
Wahyu Indah Retnowati, Hapus Gelisah dengan Sedekah, (Jakarta, 2007, Qultum Media), 15. 20
40
h) Menyegerakan bersedekah
i) Tidak mengungkit-ungkit sedekah dan tidak menyakiti perasaan penerima sedekah.
4. Prioritas Penerima dalam Bersedekah
Adapun beberapa orang yang menjadi prioritas dalam menerima sedekah, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Al- Baqarah 177:
Artinya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah kebaktian orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang-orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Baqarah: 177).
Jika dirinci maka sebagai berikut:21
a) Kerabat b) Anak yatim.
c) Fakir – miskin.
21
41
d) Hamba sahaya atau pelayan
e) Tetangga dan teman sejawat. f) Musafir dan para peminta.
Sedekah haruslah diberikan sesuai tepat pada sasarannya, agar nilai manfaatnya lebih besar dan fungsinya mencakup skala yang lebih luas. Agar
sedekah benar-benar bisa sampai pada sasaran yang tepat, yaitu, prioritas kebutuhan dan manfaatnya.22 Prioritas dalam kategori ini bisa beragam
wujudnya, di antaranya adalah:
a) Orang yang dalam kondisi darurat harus didahulukan dari pada yang tidak darurat.
b) Orang yang lemah harus didahulukan dari pada yang kuat. c) Orang yang shalih haru didahulukan dari pada yang tidak shalih.
d) Bantuan yang manfaatnya bisa dirasakan oleh banyak orang lebih diutamakan dari pada yang hanya dirasakan oleh satu atau beberapa orang
saja.
Sedekah tidak terbatas tempat dan golongan, siapa saja berhak mendapatkan sedekah. Tetapi pada dasarnya ada dua golongan utama yang
paling berhak mendapatkan sedekah, yaitu:
a) Sesama muslim, yaitu pemberian sedekah yang dilakukan kepada siapa saja baik fakir miskin atau orang terlantar yang seagama lebih utama
mendapatkan sedekah daripada non-muslim.
22
42
b) Sedekah dapat diberikan kepada siapa saja, tidak memandang dari agama,
ras, suku, kebangsaan, status sosial, maupun kehidupannya. Sedekah diberikan bagi siapa saja yang membutuhkan uluran tangan, baik berupa
materi maupu spiritual.23
5. Manfaat Sedekah