• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Badan Narkotika Nasional TTD. Anang Iskandar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Badan Narkotika Nasional TTD. Anang Iskandar"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridhoNya, Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2014 ini berhasil disusun dan dipublikasikan. Penyusunan laporan ini merupakan amanat dari pasal 70 (j) Undang-undang (UU) Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang menyatakan BNN mempunyai tugas membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, BNN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden.

Laporan Tahunan ini, berisi tentang gambaran penyelenggaraan dan hasil penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi BNN selama Tahun 2014, yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.

Dengan semakin berkembangnya organisasi BNN, berdampak pula pada peningkatan kinerja organisasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan dibidang P4GN terutama di Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah terbentuk.

Sedangkan BNN di Kabupaten/Kota yang belum terbentuk pemerintah daerah seolah berlomba mengajukan pembentukan organisasi BNN diwilayah kerjanya, oleh karena maraknya masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang menyebar hingga kepedesaan. Pembentukan BNNK/Kota diharapkan juga meningkatkan fungsinya dibidang pemberantasan, karena kewenangan penyelidikan dan penyidikan di BNK/Kota selama ini belum ada.

Semoga laporan tahunan ini, menjadi bagian sarana komunikasi dan informasi terkait dengan penanganan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia, dan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Januari 2015

Kepala Badan Narkotika Nasional TTD

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN SINGKAT LAPORAN TAHUNAN BNN TAHUN ANGGARAN 2014 …… ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. LATAR BELAKANG ………. 1

B. DASAR HUKUM ……….. 2

C. MAKSUD DAN TUJUAN ………. 2

D. LINGKUP LAPORAN ………. 2

E. SISTEMATIKA PENULISAN ……… 3

F. STRUKTUR ORGANISASI ……….. 3

BAB II PENYELENGGARA PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014 …….. 4

A. PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014 ………. 4

B. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BNN TAHUN 2014 ……… 4

1. Sekretariat Utama BNN ……….. 4

2. Inspektorat Utama BNN ………. 23

3. Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN ………. 25

4. Balai Diklat BNN ……… 40

5. Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN ……… 41

C. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) TAHUN 2014 ……… 44

1. Deputi Bidang Pencegahan BNN ……….. 45

2. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN ……… 53

3. Deputi Bidang Rehabilitasi BNN ……… 55

4. Deputi Bidang Pemberantasan BNN ……….. 62

5. Deputi Bidang Hukum dan Kerja sama BNN ………. 71

D. PELAKSANAAN KEGIATAN P4GN DI KEWILAYAHAN OLEH BNNP DAN BNNK/KOTA ……….. 75

1. Bidang Pencegahan ……… 76

2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat ……… 78

3. Bidang Pemberantasan ………... 79

(4)

BAB III PENUTUP ………... 82 LAMPIRAN RINCIAN KEGIATAN BNNP DAN BNNK/KOTA

(5)

RINGKASAN SINGKAT

LAPORAN TAHUNAN BNN TAHUN ANGGARAN 2014

Penyusunan Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2014 ini merupakan amanat dari pasal 70 (j) Undang-undang (UU) Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang menyatakan BNN mempunyai tugas membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang. Laporan tahunan ini, menjelaskan terkait dengan pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.

Memasuki usia yang ke 5 tahun sejak ditetapkan dengan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, BNN telah melaksanakan berbagai aktivitas mulai dari Pusat, Provinsi dan 100 Kabupaten/Kota. Adapun kegiatan yang dilaksanakan BNN melalui 5 (lima) pilar terdiri dari Bidang Pencegahan, Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Rehabilitasi, Bidang Pemberantasan serta Bidang Hukum dan Kerjasama.

Pilar pertama yaitu Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dilaksanakan

melalui kegiatan advokasi dan diseminasi informasi secara menyeluruh dan terintegrasi kepada target sasaran pencegahan yaitu lingkungan pendidikan, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat serta lingkungan pekerja.

Upaya advokasi dan diseminasi informasi merupakan penjabaran dari pelaksanaan Undang – Undang Nomor 35 tahun 2009, dan didukung dengan adanya Kebijakan Nasional dibidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) yang dituangkan kedalam Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 2011.

Ditingkat Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota,kebijakan P4GN didukung dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika.

Pilar kedua yaitu Pemberdayaan Masyarakat, penanggulangan

penyalahgunaan Narkoba, tak dapat lepas dari partisipasi masyarakat dalam membantu BNN untuk menekan jumlah penyalahguna Narkoba yang terus meningkat. Berbagai upaya dan kebijakan pro rakyat terus di tumbuh kembangkan melalui pendekatan kelembagaan/organisasi dan pendekatan personal.

(6)

Optimalisasi kegiatan dilakukan melalui penciptaan lingkungan bebas Narkoba dengan membentuk satuan tugas diberbagai tingkatan seperti lingkungan kerja, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan pemberdayaan masyarakat melalui berbagai kegiatan seperti lomba sekolah, lomba kampus, lomba lingkungan kerja bebas Narkoba, dengan diikuti kegiatan test urin.

Pilar ketiga yaitu Bidang Rehabilitasi, tahun 2014 merupakan tahun bersejarah

bagi BNN khususnya di bidang Rehabilitasi. Pada tahun ini, tepatnya tanggal 26 Januari, bertempat di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, Ketua DPR RI, Ketua DPD RI, Wakil Ketua MPR RI, Kapolri, dan Kepala BNN mengukuhkan pencanangan Tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba dengan jargon “Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara”.

Pada tanggal 11 Maret 2014, telah ditandatangani Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kepala BNN tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi.

Peraturan Bersama bertujuan mewujudkan koordinasi dan kerja sama secara optimal penyelesaian permasalahan Narkoba dalam rangka menurunkan jumlah pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba melalui program pengobatan, perawatan, dan pemulihan pecandu Narkoba dan korban penyalahgunaan Narkoba sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana, dengan tetap melaksanakan pemberantasan peredaran gelap Narkoba. Ini juga menjadi pedoman teknis dalam penanganan pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana untuk menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Strategi pengurangan (demand)/permintaan Narkoba dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi dimensi pencegahan dan rehabilitasi. BNN terus berupaya memaksimalkan lembaga rehabilitasi yang sudah ada dan meningkatkan pelayanan rehabilitasi sehingga dapat menjangkau penyalah guna Narkoba diseluruh Indonesia, salah satunya melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL).

Pasca diterapkannya PP No. 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika, Kemenkes telah menetapkan 316 IPWL yang tersebar di 33 provinsi, termasuk beberapa klinik milik BNN, BNNP dan Pusdokkes Polri. Selain itu terdapat 50 IPWL yang berada dibawah naungan Kementerian Sosial dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia. Dengan demikian, jumlah IPWL di Indonesia adalah sebanyak 366 IPWL. BNN sendiri memiliki 1 (satu) Balai Besar Rehabilitasi di Lido – Bogor dan 3 (tiga) Balai Rehabilitasi yang terletak di Baddoka-Makassar, Nongsa-Batam, dan Tanah Merah-Samarinda.

(7)

Deputi Bidang Rehabilitasi terus berupaya memberikan penanganan pasca rehabilitasi, salah satunya adalah dengan mengembangkan program pasca rehabilitasi yang bertujuan untuk mengembalikan potensi dan rasa kepercayaan diri melalui berbagai program pasca rehabilitasi.

Pilar ke empat yaitu Bidang Pemberantasan BNN. sepanjang tahun 2014

Bidang Pemberantasan BNN telah berhasil mengungkap berbagai kasus tindak pidana Narkoba dengan berbagai barang bukti yang berhasil disita termasuk aset para bandar Narkoba. Adapun kasus tindak kejahatan Narkoba yang diungkap BNN dan BNNP pada tahun 2014, adalah sebagai berikut :

a. Jumlah kasus yang diungkap BNN adalah sebanyak 103 Laporan Kasus Narkotika (LKN), dan sebanyak 72 LKN sudah dinyatakan P21.

b. Jumlah tersangka yang diamankan BNN adalah sebanyak 196 orang, dengan perbandingan 158 laki-laki dan 38 perempuan, 174 orang merupakan warga negara Indonesia (WNI) dan 24 orang lainnya merupakan warga negara asing (WNA).

c. Selain mengungkap tindak kejahatan Narkoba, BNN juga mengungkap tindak pidana pencucian uang (TPPU) terkait bisnis Narkoba. Pada tahun 2014 ini, BNN mengungkap 11 kasus TPPU dan mengamankan 12 orang tersangka, dengan nilai aset yang setelah dikonversikan kedalam nilai rupiah berjumlah Rp 77.584.753.378,-. Aset yang disita meliputi rumah, tanah, mobil, motor, perhiasan, dan apartemen. Selain itu, masih ada aset senilai Rp 32.276.000.000,- yang hingga saat ini masih dalam proses.

d. Sampai dengan tahun 2014, sebanyak 135 WNI di luar negeri terancam hukum-an mati karena terlibat tindak pidhukum-ana Narkoba. Jumlah WNI yhukum-ang ditahhukum-an di luar negeri sebanyak 380 orang, 107 diantaranya diamankan pada periode 2014. e. Sampai dengan tahun 2014, pelaku tindak pidana Narkoba yang memperoleh

vonis hukuman mati di Indonesia berjumlah 64 orang, dengan perincian 27 WNI dan 37 WNA.

f. Terkait peredaran New Psychoactive Substances (NPS), Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN telah menemukan 35 NPS yang saat ini beredar luas di Indonesia. Dari 35 NPS tersebut, 18 diantaranya telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014.

g. Untuk mengatasi peredaran gelap Narkoba di tempat hiburan malam, BNN melalui BNN Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Kepolisian dan TNI kerap melakukan razia tempat hiburan malam. Di tahun 2014, telah dilakukan razia sebanyak 20 kali di 19 lokasi di Jakarta. Dari razia tersebut, sebanyak 1.163 orang melakukan tes urine dan 334 orang diantaranya positif mengonsumsi Narkoba. Dari pengunjung yang positif tersebut, sebanyak 157 orang melakukan konseling adiksi 1 kali dalam sebulan, dan 3 orang WNA (Sudan, Malaysia, Belanda) terancam di deportasi dari Indonesia.

(8)

h. Jaringan sindikat narkotika yang berhasil diungkap pada tahun 2014 diantaranya:

1) Jaringan Sindikat Tiongkok dengan barang bukti Shabu seberat 6.566,9 gram Shabu.

2) Jaringan sindikat Ganja dengan barang bukti 8,088 ton Ganja.

3) Jaringan Sindikat Iran dengan Barang Bukti 40,1 kg Shabu dan Shabu campur seberat 35 kg.

4) Jaringan Sindikat West African.

5) Jaringan sindikat Penyelundupan Narkotika dari Malaysia via Laut.

Pilar kelima yaitu Bidang Hukum dan Kerjasama BNN, telah melaksanakan

penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan berbagai instansi pemerintah, swasta dan komponen masyarakat. Selama tahun 2014, BNN telah menandatangani MoU dengan 4 kementerian yakni Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Di tahun ini BNN juga telah menandatangani nota kesepakatan dengan beberapa instansi swasta diantaranya adalah PT Jasa Marga (Persero Tbk), dan beberapa perusahaan telekomunikasi (PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT Telekomunikasi Selular, Tbk, PT Indosat, Tbk, PT XL Axiata, Tbk, PT Bakrie Telecom, Tbk, PT Hutchison 3 Indonesia, PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, PT Pasifik Satelit Nusantara).

Komponen masyarakat juga turut dilibatkan dalam upaya P4GN melalui nota kesepahaman yang ditandatangani oleh beberapa kelompok masyarakat seperti Persatuan Wartawan Indonesia, Badan Sepak Bola Rakyat Indonesia, Sentra Komunikasi, Universitas Merdeka Malang.

Selain kerjasama dalam negeri, BNN juga ikut aktif mengikuti berbagai pertemuan Tingkat Menteri ASEAN bidang Narkoba ke-3 (3rd ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters/3rd AMMDM) semua kegiatan tersebut dalam upaya memerangi peredaran gelap Narkoba.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan global. Kejahatan Narkoba dilakukan secara terorganisir, tanpa batas (global), dan sudah multi etnis (melibatkan berbagai suku bangsa). Deklarasi politik PBB menganjurkan penanganan permasalahan Narkoba harus dilaksanakan secara seimbang antara demand reduction dan supply reduction dengan mengedepankan prinsip

“common and share responsibility”. Dewasa ini terjadi perubahan paradigma

penanganan penyalahgunaan Narkoba dengan memberikan hukuman alternatif selain pidana penjara yaitu rehabilitasi bagi penyalah guna atau pecandu Narkoba.

Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai focal point penanggulangan Narkoba di tanah air telah melakukan berbagai upaya penanggulangan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, melalui Bidang Pencegahan dengan Advokasi dan Diseminasi Informasi, Pemberdayaan Masyarakat dalam upaya Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan Pemberdayaan Alternatif guna menciptakan lingkungan bebas Narkoba. Bidang Rehabilitasi melalui penguatan lembaga rehabilitasi komponen masyarakat, penguatan lembaga rehabilitasi instansi pemerintah dan kegiatan rehabilitasi serta pasca rehabilitasi, bidang pemberantasan dengan melakukan pemutusan jaringan Narkoba baik tingkat nasional maupun Internasional serta meningkatkan kerjasama regional dan Internasional untuk mencegah masuknya Narkoba ke Indonesia.

Ditingkat kewilayahan, Badan Narkotika Nasional telah menunjukkan peningkatan peran pelaksanaan P4GN yang diemban oleh 33 BNNP sedangkan untuk Kabupaten/Kota pelaksanaan P4GN masih terbatas dengan pembentukan BNNK/Kota yang hingga berakhirnya tahun 2014, BNNK/Kota baru terbentuk di 100 Kab./Kota. Para Bupati/Walikota sebenarnya sudah menginginkan pembentukan BNNK/Kota diwilayah kerjanya, karena Narkoba sudah menyebar hingga pedesaan.

(10)

Penyusunan laporan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada

stakeholder dan masyarakat lainnya terkait dengan berbagai kegiatan yang

telah dilaksanakan BNN, sepanjang tahun 2014.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;

2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

3. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) Tahun 2011-2015;

4. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 03 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional;

5. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 04 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud.

Maksud penyusunan laporan tahunan 2014 ini, adalah sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN, memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu laporan ini disusun sebagai sarana pengendalian dan penilaian kinerja dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good

governance and clean government).

2. Tujuan.

Sedangkan tujuan dari penyusunan laporan tahunan ini, guna memberikan informasi/gambaran tentang realisasi kegiatan dan anggaran BNN selama tahun anggaran 2014.

D. LINGKUP LAPORAN

Laporan ini menggambarkan mengenai pelaksanaan dan pencapaian kegiatan melalui 2 Program yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN, dan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba yang ditetapkan untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN.

(11)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam laporan ini termuat beberapa Bab yang berisi mengenai penjelasan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari Badan Narkotika Nasional, yaitu : 1. BAB I Pendahaluan berisi Latar Belakang, Tugas Pokok dan fungsi, Lingkup

Laporan, dan Sistematika Penulisan

2. BAB II Penyelenggaraan Program dan Kegiatan P4GN Tahun 2014 3. BAB III Penutup

F. STRUKTUR ORGANISASI

SETTAMA ITTAMA KEPALA DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN DEPUTI BIDANG DAYAMAS DEPUTI BIDANG BERANTAS DEPUTI BIDANG REHABILITASI DEPUTI BIDANG HUKUM & KERMA

PUS LITDATIN

BNNP

BNNK/KOTA BALAI DIKLAT

PUSLITDATIN

(12)

BAB II

PENYELENGGARAAN PROGRAM DAN

KEGIATAN BNN TAHUN 2014

A. PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014

Arah kebijakan pemerintah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangungan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, menetapkan bahwa BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) mengemban tugas pada 2 (dua) jenis Program yaitu Program Dukungan Manajemen dan Program Teknis. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dilaksanakan oleh Sekretariat Utama BNN, Inspekstorat Utama BNN, Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN, Balai Pendidikan dan Pelatihan BNN, serta Balai Uji Laboratorium Narkoba BNN.

Sedangkan Program Teknis yaitu Program Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba menjadi tugas operasional yang dilaksanakan oleh kedeputian yaitu: Deputi Bidang Pencegahan, Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan dan Deputi Hukum dan Kerjasama serta unsur Pelaksana teknis lainnya yaitu Organisasi BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

B. PROGRAM

DUKUNGAN

MANAJEMEN

DAN

PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BNN

Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya BNN, merupakan program generik/penunjang, guna mendukung pelaksanaan kegiatan dukungan yang dilaksanakan oleh: Sekretariat Utama BNN, Inspektorat Utama BNN, Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN, Balai Pendidikan dan Pelatihan BNN dan Balai Uji Laboratorium Narkoba BNN, dengan gambaran kegiatan sebagai berikut:

1. Sekretariat Utama BNN.

Sekretariat Utama BNN, melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BNN. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi:

(13)

a. pengoordinasian kegiatan di lingkungan BNN;

b. pengoordinasian, penyinkronisasian, dan pengintegrasian dalam pe-nyusunan perencanaan program dan anggaran di lingkungan BNN; c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi

ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip, dan dokumentasi di lingkungan BNN;

d. pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana serta hubungan masyarakat;

e. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara;

f. pengoordinasian, penyinkronisasian, dan pengintegrasian dalam pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN; dan

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala BNN.

Sekretariat Utama BNN, membawahi 4 Biro yaitu Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian dan Organisasi, Biro Umum dan Biro Keuangan. Masing-masing Biro mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda. Adapun gambaran pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh masing-masing Biro yang ada di jajaran Sekretariat Utama BNN dalam tahun anggaran 2014 adalah sebagai berikut:

a. Biro Perencanaan.

Biro Perencanaan mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan kegiatan Kebijakan dan Strategi Nasional di bidang P4GN, mengkoordinasikan pelaksanaan Kebijakan dan Strategi BNN,

mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan program dan

anggaran BNN serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan BNN. Adapun uraian kegiatan yang diuraian dalam laporan ini merupakan gambaran inti pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai berikut:

1) Seminar sehari tindak lanjut Focus Group Discussion (FGD) dengan Tema: Re-Orientasi Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Masalah Narkotika di Indonesia.

Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengeksplorasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan koordinasi, integrasi, simplifikasi antar lembaga dengan mengutamakan prinsip “common and share responsibility” dalam penanganan permasalahan narkotika secara nasional. Sedangkan tujuannya untuk memperoleh rekomendasi pemecahan permasalahan ke depan menuju terwujudnya kebersamaan dalam penanganan permasalahan narkotika secara nasional dalam bingkai mempersiapkan landasan yang kokoh bagi pembangunan manusia yang berkualitas mampu memiliki daya saing di tingkat nasional.

(14)

Seminar tersebut antara lain menyimpulkan bahwa masalah Narkotika lebih berbahaya dari masalah korupsi, karena masalah korupsi identik dengan masalah pengelolaan keuangan negara, sedangkan dampak narkotika, selain merugikan keuangan negara (untuk kegiatan penegakan hukum, rehabilitasi dan berbagai aspek lainnya) juga berdampak pada pelemahan sumber daya manusia utamanya para generasi muda penerus bangsa. BNN akan mengupayakan gebrakan dengan mengembangkan ke setiap Kementerian/ Lembaga lingkungan bebas Narkoba sebagaimana amanat Inpres Nomor 12 Tahun 2011.

2) Rapat Koordinasi Arah Kebijakan Nasional Penanganan Permasalahan Narkotika di Indonesia.

Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menggali berbagai permasalahan yang berkaitan dengan koordinasi, integrasi, simplifikasi antar lembaga pemerintah dengan mengutamakan prinsip “common and share responsibility” dalam penanganan permasalahan Narkoba secara nasional. Sedangkan tujuannya

adalah untuk memperoleh rekomendasi pemecahan

permasalahan ke depan menuju terwujudnya kebersamaan dalam penanganan permasalahan narkotika secara nasional bagi pecandu, korban penyalahguna dalam mempersiapkan landasan yang kokoh bagi pembangunan manusia yang berkualitas mampu memiliki daya saing di tingkat internasional. Inti Rekomendasi Rakor tersebut yaitu:

a) Dalam menangani perkara kejahatan Narkoba harus dilakukan pemilahan secara jeli antara pengedar/bandar Narkoba dengan pengguna Narkoba. Kepada mereka diberlakukan hukuman yang berbeda, apabila terbukti sebagai pengguna Narkoba murni maka direhabilitasi namun jika terbukti sebagai pengedar/bandar, maka harus dihukum seberat-beratnya.

b) Penerapan pasal tunggal 127 tanpa menyertakan pasal pokok disejumlah wilayah dapat dilaksanakan, namun belum bisa diterapkan pada beberapa wilayah, karena

masing-masing aparat penegak hukum memiliki

perbedaan pemahaman dalam penanganan perkara Narkoba terutama terkait penyalahguna Narkoba. Oleh karena itu, harus ada persamaan persepsi dalam konstruksi hukum maupun tataran teknis terkait implementasi pasal 127 (pengguna Narkoba yang tertangkap tangan maupun yang sedang mengkonsumsi/ sedang membeli Narkoba).

(15)

c) Tim Asesmen Terpadu (TAT) harus dipilih dari orang-orang yang memiliki kompetensi dan teruji integritasnya. Perlu pelatihan bagi tim asesmen supaya dapat bertugas dengan baik dan menghindari kesalahan hasil asesmen atau praktik-praktik rekayasa kasus.

d) Perlu adanya langkah-langkah terobosan hukum dalam penanganan penyalah guna Narkoba.

e) Sosialisasi terkait penanganan hukum penyalah guna Narkoba harus dilaksanakan dengan melibatkan seluruh unsur-unsur peradilan mulai dari kalangan Penyidik, Penuntut, hingga Hakim dan Lapas.

3) Musyawarah Perencanaan dan Pengembangan BNN, BNNP dan BNNK/Kota.

Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan (Musren)

Tahunan BNN 2014, dilaksanakan dalam rangka merumuskan, mengkoordinasikan, serta mensinkronisasikan kegiatan seluruh unit kerja BNN terkait dengan desain pelaksanaan program dan kegiatan P4GN, juga merupakan tahap awal dalam siklus tahunan perencanaan bidang penganggaran dilingkungan BNN. Musren tahun 2014 dilaksanakan dengan melibatkan seluruh unit kerja dilingkungan BNN, mengambil tema “SINKRONISASI PELAKSANAAN PROGRAM P4GN PUSAT DAN PERWAKILAN BNN DIDAERAH”, Pelaksanaan musren berhasil merumuskan tujuan, sasaran, strategis, arah kebijakan dan strategi BNN serta perumusan rancangan awal rencana kerja BNN tahun 2015.

4) Pertemuan Tiga Pihak/Trilateral Meeting.

Pertemuan Tiga Pihak/Trilateral Meeting memiliki maksud dan tujuan dalam rangka Penyusunan Rencana Kerja BNN tahun 2015 sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi daftar program, kegiatan prioritas, beserta ukuran kinerja BNN yang akan didanai sesuai dengan pagu indikatif, serta daftar kebutuhan yang diusulkan mendapat pendanaan.

b) Meningkatkan koordinasi dan kesepahaman antara Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Badan Narkotika Nasional terkait dengan pencapaian sasaran-sasaran prioritas pembangunan yang akan dituangkan dalam RKP, pokok-pokok kebijakan fiskal, dan kebijakan belanja tahun 2015.

c) Menjaga konsistensi kebijakan yang ada dalam dokumen perencanaan dengan dokumen penganggaran yaitu antara RPJM, RKP, Renja K/L dan RKA-KL.

(16)

d) Mendapatkan komitmen bersama atas penyempurnaan yang perlu dilakukan terhadap Rancangan Awal RKP, yaitu kepastian mengenai Prioritas Pembangunan Nasional, Pendanaan Pembangunan Nasional, dan Program Tematik.

5) Penyusunan RKA/KL

Pelaksanaan penyusunan RKA/KL BNN dilaksanakan di Jakarta, dengan mengundang seluruh satuan kerja BNN dari Satker BNN Pusat, Satker BNNP dan Satker BNNK/Kota serta 2 Satker Balai Rehabilitasi yang ada di Badokka Makassar dan Tanah Merah di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga yang selanjutnya disingkat RKA-KL merupakan

dokumen rencana anggaran tahunan Kementerian

Negara/Lembaga yang disusun menurut bagian anggaran Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan Pagu Alokasi Anggaran yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan RI, Rencana Kerja (Renja) BNN 2014, RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN, standar biaya, dan kebijakan pemerintah lainnya. Sebanyak 146 satker BNN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia berhasil menyusun RKA-K/L dan berhasil diteliti serta direviu guna mencapai kualitas perencanaan penganggaran yang semakin membaik.

6) Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan dan Anggaran.

Evaluasi dan Pelaporan merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan guna mengetahui sejauhmana realisasi kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dan juga bagaimana pelaksanaan kegiatan dapat mewujudkan visi misi organsisasi. Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) menjadi data pendukung dalam proses pengambilan keputusan untuk pengembangan program dan kegiatan dimasa mendatang.

Oleh karena itu pelaksanaan evaluasi merupakan proses yang sangat perlu dilakukan dan perlu kesinambungan pelaksanaannya. Dilingkungan BNN pelaksanaan evaluasi

kegiatan dan anggaran sudah terlaksana, dengan

menghasilkan produk laporan mingguan, bulanan, triwulan dan semester. Disamping itu, BNN telah memiliki aplikasi Monitoring dan Evaluasi kegiatan dan anggaran, melalui aplikasi tersebut, dapat termonitor kinerja satker baik harian, mingguan dan bulanan. Manfaatnya dapat mendorong Satker untuk meningkatkan kinerja berikut penyerapan anggarannya.

(17)

Berkat dukungan aplikasi tersebut data pelaporan BNN ke K/L dapat terjaga kesinambungannya. Hasil Evaluasi dan pelaporan BNN yang dilakukan oleh Tim Evaluasi Pengawasan dan Penyerapan Anggaran (TEPPA) semester I tahun 2014 telah menghasilkan BNN sebagai Kementerian/Lembaga yang memperoleh “Terbaik II” dari seluruh K/L, dalam hal pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran.

Guna mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Satker BNNP dan sebagian BNNK/Kota, Biro Perencanaan Settama BNN, telah melakukan Monitoring dan Evaluasi program P4GN di 16 Provinsi. Pelaksanaan evaluasi terhadap kinerja Satker dikewilayahan sebagai sarana masukan dalam proses pengambilan keputusan bagi pimpinan. Rekapitulasi masukan masyarakat terkait kinerja BNN selama tahun 2014, setelah dirumuskan dengan metode Liker dikaitkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas pelaksanaan RKA-KL, tergambar kinerja BNN memperoleh kategori nilai “Baik”

b. Biro Kepegawaian dan Organisasi BNN.

Biro Kepegawaian dan Organisasi Settama BNN mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepegawaian dan penyiapan pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, dengan gambaran pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai berikut :

1) Pengembangan dan Kesejahteraan Pegawai BNN

Kegiatan tersebut di atas bertujuan untuk membentuk

jabatan fungsional dalam rangka pengembangan

profesionalisme pegawai. Pelaksanaan kegiatan

pengembangan dan kesejahteraan pegawai BNN, Biro Kepegawaian telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut : a) Penyusunan dokumen jabatan fungsional penyuluh, b) Penyusunan dokumen jabatan fungsional konselor, c) Penyusunan dokumen jabatan penyidik,

d) Penyusunan dokumen penataan penguatan dan

(18)

Dalam penetapan kinerja target dokumen yang disusun sebanyak 4 dokumen, akan tetapi dalam pelaksanaannya dapat menyusun 5 dokumen. Meningkatnya target yang dicapai disebabkan kebijakan pimpinan dalam efiensi anggaran dengan hasil output capaian yang lebih maksimal. Dokumen rencana pengembangan dan kesejahteraan pegawai yang disusun dalam rangka pengembangan organisasi BNN menuju organisasi yang profesional.

Dokumen rencana pengembangan dan kesejahteraan pegawai yang disusun sudah diimplementasi di satker BNN, BNNP dan BNN Kab/Kota.

2) Pegawai yang direkrut dan mengikuti pengembangan

kompetensi bidang tugas

Adapun tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk pemenuhan kebutuhan pegawai BNN, BNNP, BNN Kab/Kota dan meningkatkan kompetensi pegawai BNN agar profesional dalam melaksanakan tugas. Pendidikan dan Pengembangan pegawai diperuntukan bagi pegawai BNN.

Target kegiatan berupa jumlah pegawai yang direkrut dan mengikuti pengembangan kompetensi bidang tugas dengan uraian sebagai berikut:

a) Peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur dengan rincian sebagai berikut:

(1) Pendidikan dan pengembangan Pegawai (a) Lanjutan Rintisan Gelar Dalam Negeri

Lanjutan rintisan gelar dalam negeri diikuti oleh 27 pegawai BNN bekerja sama dengan

Universitas Indonesia dalam program

pascasarjana (S-2) P4GN.

(b) Program Spesialis Kedokteran Jiwa.

Pegawai BNN yang mengikuti program ini

hanya 1 orang. Tempat pelaksanaan

perkuliahan dan praktek di Kampus FH – Universitas Indonesia Salemba, RS Cipto Mangunkusumo dan RSPAD Gatot Subroto. (c) Program Sarjana (S1) Bidang Kepegawaian.

Pegawai BNN yang mengikuti program sarjana (S-1) bidang Kepegawaian berjumlah 2 orang. Tempat perkuliahan program tersebut di BKN.

(19)

(2) Diklat Perubahan Mind Set dan Culture Set

Pada tahun 2014 Biro Kepegawaian dan Organisasi

Settama BNN mengadakan kegiatan Diklat

Perubahan Mind Set dan Culture Set bagi pegawai BNN. Kegiatan tersebut diselenggarakan selama dua hari dibagi dalam 2 gelombang, gelombang I dilaksanakan tanggal 25 – 26 Agustus 2014 sedangkan gelombang II tanggal 1 – 2 September 2014.

Jumlah pegawai yang mengikuti kegiatan tersebut berjumlah 400 orang. Adapun narasumber pada kegiatan tersebut dari Kemenpan & Reformasi Birokrasi, Kepala BNN dan para pejabat eselon I BNN. Pentingnya Diklat Perubahan Mind Set dan Culture Set adalah agar tercipta perubahan pola pikir dan budaya kerja pegawai BNN menjadi budaya yang mengembangkan sikap dan perilaku kerja yang berorientasi pada hasil yang diperoleh dari produktivitas kerja dan kinerja yang tinggi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. (3) Bimbingan Teknis Pengisian SKP dan Pengisian

Simpeg

Pentingnya kegiatan Bimtek Pengisian Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Pengisian Data Aplikasi Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) adalah mensosialisasi tata cara pembuatan SKP dan Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG).

Pelaksanaan kegiatan Bimtek Pengisian Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Pengisian Data Aplikasi

Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) BNN

diselenggarakan di Jakarta yang diikuti oleh 50 pegawai terdiri dari perwakilan satker BNN. Narasumber pada acara dimaksud adalah pejabat eselon II BKN, Sestama dan Karo Kepegawaian & Organisasi Settama BNN.

(20)

(4) Penerimaan Pegawai Negeri Sipil

Pada tahun 2014, BNN melaksanakan rekrutmen pegawai, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pegawai BNN, BNNP, BNN Kab/Kota. Jumlah pegawai yang akan direkrut pada tahun 2014 semula ditargetkan sebanyak 1,000 orang. Namun target tersebut tidak tercapai karena adanya perubahan kuota dari Kementerian PAN & RB, menjadi 393 orang, namun dalam pelaksanannya yang memenuhi syarat kelulusan hanya 370 orang. Jumlah pegawai yang direkrut tidak mencapai target disebabkan :

(a) Ketidak siapan pelamar mengikuti proses seleksi terutama pada saat mengikuti ujian

kompetensi dasar yang menggunakan

Computer Asisted Test (CAT)

(b) Terdapat pelamar yang telah memenuhi syarat dan dinyatakan lulus seleksi mengajukan pengunduran diri.

(5) Assesment Penyidik

Pentingnya Assesment Penyidik adalah untuk men-dapatkan pegawai yang mempunyai kompetensi sebagai penyidik BNN yang kredibel. Assesment penyidik telah dilaksanakan dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang. Dalam kegiatan tersebut BNN bekerjasama dengan lembaga psikologi.

(6) Assesment Pegawai

Pentingnya kegiatan Assesment Pegawai (Lelang Jabatan secara Terbuka untuk Eseslon I dan II) adalah untuk mengisi jabatan yang lowong yang dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan. Pada tahun 2014 jumlah peserta yang mengikuti lelang jabatan secara terbuka berjumlah 16 orang.

(21)

b) Bulan layanan dukungan manajemen dan operasional unit kerja

Pentingnya Layanan Dukungan Manajemen dan Operasional Unit Kerja adalah untuk meningkatkan pelayanan operasional Biro Kepegawaian dan Organisasi kepada seluruh pegawai BNN dan di daerah.

Manfaatnya agar pegawai mendapatkan hak-haknya baik secara administratif maupun kualitatif melalui pengelolaan layanan yang diberikan.

Layanan Dukungan Manajemen dan Operasional Unit Kerja meliputi kegiatan Layanan Operasional Perkantoran dan Layanan Kualitas SDM.

Kegiatan Layanan Operasional Perkantoran

meliputi Layanan Operasional Biro Kepegawaian dan Organisasi dan Rakor BNN dan Polri dalam pelaksanaan P4GN.

Kegiatan Layanan Kualitas SDM meliputi pelayanan kesehatan pegawai (Poliklinik), pelayanan pembinaan jasmani dan rohani/mental pegawai, layanan operasional mutasi pegawai, supervisi dan evaluasi kepegawaian, organisasi dan RB dan pelantikan/pengambilan sumpah pejabat eselon I, II, III dan IV.

c. Biro Keuangan.

Biro Keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan keuangan, dengan gambaran tugas yang dilaksanakan sebagai berikut:

1) Pelaporan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

2) Penyusunan Laporan Keuangan BNN mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, serta Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tentang Pedoman

Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/

(22)

Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan BNN T.A 2013 Badan Narkotika Nasional memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Laporan Keuangan BNN merupakan laporan konsolidasi dari seluruh jenjang di bawah BNN yang meliputi 146 Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B), 33 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang – Wilayah (UAPPA/B-W), 1 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/ Barang – Eselon I (UAPPA/B-E1), dan 1 Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA/B.

Laporan keuangan ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh BNN yang dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/ Lembaga.

SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAK dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satker/Kementerian Negara/ Lembaga, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan dokumen lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya.

Penyajian Laporan Keuangan BNN telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sasaran yang direncanakan mengenai opini keuangan yang menjadi target kinerja Settama BNN pada tahun 2014, direalisasikan dengan berbagai aktivitas lainnya seperti:

• Penyelesaian laporan keuangan yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP)

Sebagai upaya meningkatkan laporan keuangan yang sesuai Sistem Akuntasi Pemerintah (SAP) seluruh satuan kerja BNN telah menunjukkan peran serta dan keseriusan dalam mewujudkan organisasi BNN yang tertib dalam pengelolaan administrasi keuangan negara. Guna mewujudkan hal tersebut BNN telah melakukan

berbagai aktivitas dalam pengembangan dan

peningkatan pengetahuan terkait dengan pengelolaan keuangan negara.

(23)

Pembentukan Satker baru mendorong harus

diadakan pembinaan pengelolaan keuangan di

lingkungan BNN, guna meningkatkan pemahaman seluruh satker yang baru terbentuk tentang pengelolaan keuangan secara mandiri. Dalam rangka pembinaan terhadap Satker-satker yang baru dibentuk, BNN mengedepankan penyusunan laporan keuangan secara tertib dan tepat waktu sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam pelaporan keuangan ke pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan.

Pembinaan yang dilakukan diantaranya Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Keuangan di BNNP dan BNNK/Kota. Kegiatan ini dilaksanakan di BNNP dan

mengikutsertakan BNNK/Kota yang berada di

wilayahnya. Peserta dari kegiatan ini yaitu PPK, Bendahara Pengeluaran, Staf Pengelola, dan Staf Unit Akuntansi di masing – masing satker.

Manfaat dari kegiatan ini yaitu satker–satker tersebut dapat melakukan penyerapan anggaran dan membuat pertanggung jawaban keuangan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Selain itu, kegiatan pembinaan lain yang diberikan yaitu kegiatan Pembinaan Pengelolaan Anggaran dan Rakernas tingkat Pusat, BNNP, dan BNNK/Kota.

Kegiatan ini melibatkan para KPA, PPK, Bendahara Pengeluaran, Staf Pengelola, dan Staf Unit Akuntansi. Kegiatan ini dimaksudkan agar para pengelola keuangan di masing-masing satker dapat mengelola anggaran sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk pembinaan ditingkat pusat diadakan kegiatan Rapat Konsolidasi untuk para Bendahara. Kegiatan ini dilaksanakan pada awal tahun dan menjelang akhir tahun yang diikuti oleh Bendahara Pengeluaran dan Staf Pengelola.

Dari kegiatan–kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil yang optimal dengan terlaksananya laporan keuangan yang sesuai Sistem Akuntasi Pemerintah (SAP). Hal ini berdampak pada tercapainya sasaran strategis yaitu terlaksananya sistem dan prosedur pembukuan dan pelaporan keuangan sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP).

(24)

3) Kegiatan lainnya yang dilakukan yaitu penyusunan laporan keuangan bulanan, triwulan dan semester sebagaimana yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Adapun laporan keuangan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

a) Laporan Triwulan

Kegiatan penyusunan Laporan Keuangan Triwulan di lingkungan BNN melibatkan petugas SAKPA, SIMAK dan persedian dari satker-satker di BNN Pusat. Kegiatan ini dimaksudkan guna tercapai penyusunan laporan keuangan Triwulan yang baik, benar, akurat, akuntabel dan tepat waktu sehingga BNN dapat menyajikan laporan

keuangan yang sesuai dengan metode yang

dipersyaratkan dan pengiriman laporan tepat waktu, hal ini dimaksudkan guna mendukung capaian dan mempertahankan opini Badan Pemeriksa Keuangan terkait dengan pengelolaaan keuangan di Kementerian/ Lembaga yaitu Opini pengelolaan keuangan tertinggi yaitu Wajar Tanpa Pengecualian.

b) Laporan Semester.

Penyusunan dan pengiriman laporan Keuangan BNN Semester I terlaksana dengan baik yang melibatkan petugas SAKPA, SIMAK dan persedian dari satker-satker di BNN Pusat, Satker BNNP dan Satker BNNK/Kota. Pengiriman laporan sesuai dengan target waktu yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Badan Narkotika Nasional menyerahkan Laporan Keuangan Semester I TA. 2014 dengan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.

c) Laporan Keuangan Tahunan BNN Unaudited dan Audited.

Pelaksanaan kegiatan penyusunan Laporan

Keuangan Tahunan BNN Unaudited dan Audited juga dilakukan dengan melibatkan Satker Pusat dan Daerah, laporan dibuat dan dikirim sesuai dengan tenggang waktu sebagaimana jadwal yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.

Selama tahun anggaran 2014, BNN secara rutin membuat dan mengirimkan laporan terkait dengan realisasi keuangan kepada instansi terkait.

(25)

Dalam rangka pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan, BNN membuat laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas Laporan Keuangan, dimana Informasi Laporan Keuangan yang disajikan disusun sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai perwujudan pertang-gungjawaban atas penggunaan anggaran dan/atau barang.

Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPR, laporan keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu

oleh BPK. Pelaporan yang dilakukan dengan

mempedomani peraturan yang ada dalam pelaksanaan sistem dan prosedur pembukuan dan pelaporan keuangan sesuai SAP.

d. Biro Umum.

Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan pemberian dukungan ketatausahaan, kerumahtanggaan, dokumentasi, logistik, pengelolaan barang milik/kekayaan negara, serta hubungan masyarakat, dengan uraian sebagai berikut:

1) Melaksanakan kegiatan peran serta masyarakat dan media massa dalam mengakses informasi di lingkungan BNN

Peran media massa dalam penyebarluasan informasi sangat berpengaruh dalam pembentukan opini masyarakat, oleh karena itu BNN sebagai lembaga yang sangat berkepentingan terhadap peran serta masyarakat dalam pengembangan program dan kegiatan di bidang P4GN, sangat berkepentingan akan keberadaan media. Melalui berbagai media elektronik dan media cetak dan media online seperti

Web Side BNN, dan Call Center BNN. Menyadari arti

pentingnya peran media dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat, BNN membangun system yang canggih dalam menyajikan informasi kepada masyarakat termasuk juga sebagai sarana untuk melaporkan terjadinya tindakan kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

(26)

Respon dari masyarakat yang diterima oleh BNN pada tahun 2014 melalui website www.bnn.go.id dan media sudah menunjukkan peningkatan yang lebih berarti dibandingkan tahun sebelumnya. Hitungan pastinya tidak dapat diperlihatkan secara statistik dikarenakan belum adanya metode penghitungan (survey secara global) terkait jumlah respon masyarakat terhadap penayangan berita terkait institusi BNN. Ketidaktersediaan Hit Counter pada website BNN juga menjadi salah satu kendala dalam proses pengumpulan data respon masyarakat dan media massa dalam mengakses informasi BNN. Selain itu, layanan Suara Masyarakat juga dapat menjadi jembatan komunikasi terkait adanya informasi tindak pidana Narkoba terjadi dilingkungan masyarakat.

Sepanjang tahun 2014, jumlah suara masyarakat yang masuk ke BNN sebanyak ± 9.547 pertanyaan. Ini dapat menjadi

indikator peran serta masyarakat terhadap fasilitas Suara Masyarakat yang diselenggarakan oleh BNN. Beragam jenis pertanyaan dari masyarakat masuk melalui layanan Suara Masyarakat, namun secara garis besar mengarah kepada jenis pertanyaan sebagai berikut :

a) Pertanyaan terkait organisasi BNN sebanyak 529 pertanyaan.

b) Pertanyaan terkait rehabilitasi BNN sebanyak 158 pertanyaan.

c) Pertanyaan terkait rekrutmen pegawai BNN sebanyak 8.188 pertanyaan.

d) Informasi terkait tindak pidana narkotika yang terjadi dilingkungan masyarakat sebanyak 125 pertanyaan. e) Informasi Layanan Suara Masyarakat.

Setiap pertanyaan yang masuk ke Layanan Suara Masyarakat, secara langsung sudah diberikan jawaban, akan tetapi tidak ada indikator yang dapat mengetahui tingkat kepuasan masyarakat atas layanan yang telah diberikan. Sehingga dibutuhkan sebuah penelitian mengenai tingkat kepuasan peran serta masyarakat terkait informasi yang diberikan. Dalam melaksanakan layanan informasi BNN juga menyediakan fasilitas Drugs Education Drugs Information (DEDI) yang memfokuskan target sasaran kepada kalangan remaja dan anak-anak.

(27)

Melalui fasilitas DEDI, masyarakat, dalam hal ini remaja dan anak-anak, dapat mengakses berbagai informasi bahaya Narkoba melalui fasilitas games interaktif yang tersedia didalam sub web DEDI. Sepanjang tahun 2014, sub web DEDI telah memiliki 1.045 member dengan total visitor sebanyak 217.966 pengunjung. Ini menunjukkan bahwa masyarakat memberikan respon positif terhadap layanan informasi DEDI yang diberikan oleh BNN. Selain itu diadakan fasilitas lainnya seperti dibawah ini :

a) Media komunikasi lainnya

Indikator peran serta masyarakat dalam mengakses informasi terkait bahaya penyalahgunaan Narkoba di lingkungan BNN juga dapat dilihat dari fasilitas Media Sosial yang dikelola oleh BNN. Sejauh ini, jumlah member BNN dalam situs jejaring Facebook mencapai angka 5.258 member. Sedangkan dalam situs jejaring Twitter BNN telah memiliki 11.178 follower sebagai member yang dapat mengakses informasi melalui @INFOBNN.

BNN juga turut memaksimalkan fasilitas informasi dengan membuat paket berita dan mengunduhnya di

Humas News BNN (youtube.com) setiap hari. Respon

masyarakat terhadap paket berita yang disajikan oleh BNN dapat dilihat dari jumlah viewer Humas News BNN sebanyak 46.443 pengunjung pada tahun 2014 lalu. b) Pameran Informasi Narkoba

Guna menjangkau masyarakat secara lebih dekat, BNN secara rutin melaksanakan pameran informasi Narkoba. Dalam kegiatan pameran ini, masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba yang dikemas dalam berbagai produk informasi seperti: stiker, poster, brosur, bros, dan lain-lain, yang dapat diperoleh secara gratis di stand pameran BNN. Tidak hanya itu, pengunjung juga dapat berinteraksi dan berkomunikasi langsung kepada pen-jaga stand. Selama diselenggarakannya pameran, petugas menyajikan tayangan informasi layanan masyarakat di stand BNN.

(28)

Sepanjang tahun 2014, BNN telah menyelenggarakan 8 kegiatan pameran dengan total pengunjung ± 2.750 orang. Ini membuktikan bahwa masyarakat memberikan respon terhadap informasi terkait kelembagaan BNN melalui kegiatan pameran yang diselenggarakan oleh BNN.

c) Layanan Perpustakaan BNN

Perpustakaan BNN dibangun dengan tujuan sebagai sarana penyedia informasi bahaya penyalahgunaan Narkoba bagi internal BNN serta masyarakat umum. Pentingnya peranan perpustakaan terlihat dari banyaknya jumlah pengunjung dengan tujuan mengakses informasi terkait narkotika melalui koleksi buku milik perpustakaan BNN.

Sarana tersebut akan memiliki kinerja yang baik apabila didukung dengan administrasi yang memadai sehingga akan mengarah pada upaya pencapaian tujuan yang telah dicanangkan.

Dengan adanya perpustakaan yang memiliki koleksi buku khusus tentang Narkoba diharapkan layanan masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan seputar Narkoba dapat terpenuhi. Namun demikian, koleksi buku perpustakaan yang ada saat ini masih kurang memadai.

Berdasarkan tuntutan kebutuhan akan informasi yang terus berkembang perlu dipersiapkan akses informasi kepada masyarakat yang sifatnya ilmiah baik untuk kepentingan edukasi, informasi, penelitian

maupun kebutuhan lainnya. Oleh sebab itu,

Perpustakaan BNN perlu melakukan penambahan buku-buku yang berkaitan dengan bidang kesehatan, teknologi infomasi, SDM, dan sebagainya.

Selama diselenggarakannya pelayanan perpus-takaan BNN, kendala utamanya terbatasnya sarana prasarana perpustakaan. Namun demikikan, BNN terus berupaya meningkatkan layanan perpustakaan guna memenuhi kebutuhan pengunjung termasuk pemenuhan fasilitas penyediaan layanan informasi bagi masyarakat.

(29)

c) Peran Serta Media Massa.

BNN secara berkala melakukan penyebarluasan informasi dengan memaksimalkan peran media massa sebagai perpanjangan tangan dalam menyampaikan berbagai upaya dan kebijakan yang ditetapkan kepada khalayak umum. Berbagai kegiatan dilakukan BNN guna menjangkau respon media massa dalam mengakses informasi di lingkungan BNN.

Sepanjang tahun 2014, BNN telah

menyelenggarakan 60 kali peliputan media/konferensi pers dengan mengundang para wartawan dari berbagai media cetak, elektronik dan online. Melalui kegiatan konferensi pers, diharapkan pengelola media dapat respon dalam mengakses informasi di lingkungan BNN.

Untuk memaksimalkan strategi di bidang P4GN, BNN telah melaksanakan berbagai kegiatan pendukung lainnya, seperti :

• Layanan Masyarakat

Sebagai wadah komunikasi dengan

masyarakat, BNN membuka layanan Suara

Masyarakat yang dapat diakses melalui website BNN (www.bnn.go.id). Pada tahun ini, telah masuk sebanyak 8.088 suara masyarakat yang meliputi pertanyaan seputar penerimaan CPNS, laporan masyarakat, konsultasi dan lain sebagainya.

Selain layanan melalui website, BNN juga membuka layanan Call Center dan SMS Center, yang pada tahun ini telah menerima 5.915 telepon/ SMS dari masyarakat dengan pertanyaan terbanyak seputar informasi umum. Melalui layanan Call

Center dan SMS Center ini, BNN juga

menindaklanjuti laporan masyarakat terkait adanya peredaran gelap Narkoba di suatu tempat.

Tercatat sebanyak 19 informasi yang didapat dengan perincian sebagai berikut : 2 sumir; 1 dalam proses penyelidikan; 13 tidak ditemukan jaringan; 2 informasi benar dan diserahkan ke Polres; dan 1 ditindaklanjuti untuk direhabilitasi.

(30)

BNN juga memiliki Website Indonesia Bergegas, www.indonesiabergegas.com, yang telah dikunjungi oleh ± 295.393 pembaca dan website dedihumas.bnn.go.id dengan total pengunjung ± 234.707. Selain itu BNN juga aktif di jejaring sosial seperti twitter (@INFOBNN dan @DEDIHUMAS) dengan total follower 402.149, Facebook (Humas BNN, Preman, dan Dedi Humas) dengan total

friends 974.237 dan youtube dengan jumlah viewer

45.000.

2) Opini Laporan Barang Milik Negara (LBMN) BNN.

Pelaksanaan kegiatan Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) Semester I Tahun 2014 dilaksanakan dengan melibatkan seluruh Satker BNN dengan jumlah peserta sebanyak 336 orang, peserta berasal dari 9 Satker Pusat, 2 Satker Balai Rehabilitasi, 33 Satker BNNP dan 100 Satker BNNK/Kota.

Kegiatan SIMAK BNN dilaksanakan dalam rangka memenuhi kewajiban instansi pemerintah untuk membuat laporan keuangan yang meliputi Laporan Barang Milik Negara. Laporan Barang Milik Negara merupakan item-item yang harus dikelola, digunakan dan difungsikan sesuai dengan peruntukannya. Kegiatan tersebut terangkum dalam bentuk aplikasi SIMAK BMN, dimana data tersebut adalah Pelaporan terhadap jumlah barang yang disesuaikan dengan nilai barang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Pada saat audit atau pemeriksaan keuangan negara oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Pengelolaan Barang Milik Negara sangat mempengaruhi penilaian/opini terhadap suatu instansi/kementerian/lembaga. Pada tahun 2011, 2012 dan 2013 opini BPK atas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BNN adalah Wajar Tanpa Pengecualian dan pada tahun 2014 diharapkan BNN memperoleh penilaian/opini yang sama.

Tahun 2013 BNN mendapat penghargaan BMN Award dari Dirjen Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, sebagai juara III kategori Kepatuhan Pelaporan Barang Milik Negara T.A. 2012. Penghargaan ini diperuntukan kepada kementerian/lembaga dengan jumlah Satuan Kerja (satker) lebih dari 100 Satker.

(31)

Tahun 2014 BNN mendapat penghargaan dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai juara I Kategori Utilisasi Barang Milik Negara (BMN) dalam acara Refleksi dan Apresiasi Pengelolaan BMN pada Kementerian atau Lembaga (K/L).

2. Inspektorat Utama BNN.

Inspektorat Utama BNN setiap tahun melakukan kegiatan pengawasan terkait tingkat kepatuhan pegawai BNN terhadap peraturan perundang-undangan. Indikator kinerja terlaksananya pengawasan dan pengendalian akuntabilitas kinerja dan keuangan, sementara sasaran strategis “Meningkatnya pengawasan dan pengendalian akuntabilitas kinerja dan keuangan”. Kegiatan yang dilakukan bidang Pengawasan berdasarkan program Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya BNN antara lain:

a. Tingkat kepatuhan pegawai BNN terhadap peraturan perundang-undangan dengan target 90 % dan terealisasi sebesar 66,67 % dan Tingkat kepatutan pejabat dan pegawai BNN dalam pelaksanaan rencana, program, dan anggaran dengan target 80%.

Analisis capaian dihitung berdasarkan persentase tingkat kepatuhan pegawai BNN terhadap peraturan perundang-undangan diukur dengan menghitung jumlah seluruh pegawai BNN selama tahun 2014, dari jumlah pegawai BNN sebanyak 1.716 pegawai, mulai dari tingkat Pusat (BNN), BNNP dan BNNK/Kota.

Yang tidak dilakukan tindakan disiplin pegawai sebagai berikut: 1) Yang mendapat teguran/sanksi baik secara lisan/tertulis berupa pelanggaran disiplin pegawai sebanyak : 238 pegawai. 2) Yang mematuhi peraturan sebanyak : 1.478 pegawai.

b. Tingkat kepatutan pejabat dan pegawai BNN dalam pelaksanaan rencana, program, dan anggaran dengan target 80%.

Analisis capaian dihitung berdasarkan jumlah pejabat dan pegawai BNN yang terlibat langsung di dalam pengelolaan APBN yaitu penyusunan rencana program dan anggaran sebanyak 379 orang terdiri dari : 119 orang Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), 141 orang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), dan 119 orang Bendahara Pengeluaran (BP). Dari 379 orang pejabat pengelola APBN. Yang tidak dilakukan tindakan disiplin pegawai sebagai berikut :

1) Pejabat dan pegawai yang mendapat teguran/sanksi

(32)

2) Pejabat yang tidak mendapat teguran/sanksi sebanyak 352 pejabat.

Persentase tingkat kepatutan pejabat dan pegawai BNN dalam pelaksanaan rencana, program dan anggaran tahun 2014 mencapai sasaran sebesar 92,87%. Dengan jumlah sasaran obyek pemeriksaan sebanyak 119 Satker terdiri dari :

1) Badan Narkotika Nasional : 11 Satker.

2) Badan Narkotika Nasional Provinsi : 33 Satker.

3) Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota : 75 Satker. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pengawasan untuk mencapai sasaran program dan kegiatan, Inspektorat Utama BNN mendapat dukungan anggaran yang bersumber dari DIPA APBN Satuan Kerja Inspektorat Utama BNN.

Capaian Output kegiatan pada Inspektorat Utama BNN Tahun Anggaran 2014 adalah sebagai berikut :

NO. KOMPONEN KEGIATAN

TARGET/ VOLUME KEGIATAN

REALISASI % KET

1. Audit Satker Pusat 1 Laporan 2 Laporan 200,00 +100% 2. Audit Satker BNNP dan BNNK 153 Lap 159 Laporan 103,00 +3,00% 3. Supervisi audit Satker dan Kegiatan BNNP dan

BNNK/Kota

39 Lap 40 Laporan 102,00 +2,00% 4. Pemantauan dan Pemutakhiran Tindak Lanjut

Hasil Pengawasan

1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 5. Pendampingan Pengawasan Eksternal 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 6. Reviu Laporan Keuangan BNN TA. 2013 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 7. Reviu Laporan Keuangan BNN Semester I TA. 2014 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 8. Evaluasi LAKIP Satker BNN 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 9. Monev Inpres No. 5 Tahun 2004 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 10. Program Kerja Pengawasan Tahunan Tahun 2015 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 11. LAKIP Ittama BNN TA. 2013 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 12. Penyusunan Program/Rencana Kerja TA.2015 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 13. Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan Tahunan

Aparat Intern Pemerintah (APIP) Tahun 2013

1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 14. Laporan Akhir Tahun Ittama BNN 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 15. Penyusunan Renstra Ittama TA.2015-2019 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 16. Penyusunan RKA-KL Ittama 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 17. Penegakan Disiplin dan Kode Etik Pegawai BNN 12 Laporan 12 Laporan 100,00 0 18. Pengawasan Tujuan Tertentu/Khusus 47 Laporan 14 Laporan 25,00 -75,00% 19. Verifikasi Dalam Rangka Serah Terima Jabatan

Eselon I, dan III

14 Laporan 14 Laporan 100,00 0 20. Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan

Satker-satker BNN

1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 21. Layanan Dukungan Manajemen dan Operasional

Unit Kerja 12 Bln Layanan 12 Bln Layanan 100,00 0 22. Pengadaan Perangkat Pengolah Data 13 Unit 13 Unit 100,00 0

(33)

3. Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN.

Dalam upaya mendukung keberhasilan pelaksanaan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) selama tahun 2014 Puslitdatin BNN melaksanakan berbagai kegiatan, yaitu diantaranya :

a. Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di

Indonesia di 17 Provinsi di Indonesia Tahun 2014.

Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia di 17 Provinsi di Indonesia Tahun 2014 bekerjasama antara Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI). Survei ini dilaksanakan di 17 Provinsi dengan metode kuantitatif dan kualitatif dengan jumlah responden sebanyak 2.414 responden.

Pelaksanaan survei tersebut dari tanggal 15 Januari – 15 Desember 2014, dengan tujuan sebagai berikut :

1) Tujuan umum.

• Diketahuinya estimasi angka penyalahgunaan Narkoba dan besaran kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Tahun 2014.

2) Tujuan khusus.

a) Diperolehnya gambaran pola pakai, pola edar, dan tempat peredaran Narkoba dikalangan penyalahguna. b) Diperolehnya informasi mengenai jumlah barang bukti

Narkoba mencakup, jenis, harga, dan asal Narkoba dari pihak Kepolisian.

c) Dianalisisnya kebijakan program pencegahan dan penanggulangan Narkoba di Indonesia.

d) Diperolehnya besaran proporsi konsekuensi akibat penyalahgunaan Narkoba.

e) Diperolehnya rata-rata biaya penyalahgunaan Narkoba menurut jenis penyalahgunaan Narkoba.

f) Diestimasinya biaya ekonomi dan sosial, baik real cost maupun opportunity cost yang harus dipikul oleh penyalahguna, keluarga dan masyarakat akibat penyalahgunaan Narkoba.

Hasil Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia di 17 Provinsi di Indonesia Tahun 2014 bekerjasama antara BNN dengan Puslitkes UI antara lain:

(34)

1) Diperkirakan angka prevalensi tahun 2014 berkisar antara 2,1% sampai 2,25%.

2) Proyeksi angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba setahun terakhir di Indonesia, 2014 – 2020 (dalam persen (%)) sebagai berikut :

No. Skenario Tahun

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1. Naik 2,25 2,33 2,39 2,45 2,49 2,53 2,56

2. Stabil 2,18 2,20 2,21 2,23 2,24 2,26 2,27

3. Turun 2,10 2,04 2,00 2,96 1,94 1,93 1,93

3) Jumlah penyalah guna Narkoba diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang yang pernah pakai Narkoba dalam setahun terakhir (current users) pada kelompok usia 10-59 tahun.

4) Prevalensi penyalah guna Narkoba tahun 2003, 2004, 2009, 2011 dan 2014.

PREVALENSI TAHUN

2003 2004 2009 2011 2014

Penyalahguna Narkoba 1,5% 1,75% 1,99% 2,2% 2,18%

5) Perkiraan Jumlah Penyalah guna Per Provinsi.

a) Semua provinsi di pulau Jawa secara absolut memiliki jumlah penyalah guna yang terbanyak dibandingkan provinsi-provinsi di luar Jawa, kecuali Sumatera Utara. Hal ini disebabkan jumlah populasi penduduk yang lebih besar dibandingkan kota-kota di luar Jawa. Namun, apabila distandarisasi dengan angka prevalensi, tidak demikian. Angka prevalensi dihitung dengan membagi jumlah penyalah guna (absolut) dengan angka jumlah penduduk per tiap provinsi. Provinsi DKI Jakarta (4,73%) memiliki angka prevalensi yang paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya, diikuti oleh Kaltim (3,07%) dan Kepri (2,94%).

b) Secara angka absolut provinsi yang terendah adalah Papua Barat, sedangkan angka prevalensi terendah adalah Papua (1,23%). Hal ini yang patut dicermati di Provinsi Papua penyalah guna dan angka prevalensinya semakin meningkat tajam sebab tingkat peredaran Narkoba jenis ganja yang masuk dari perbatasan Papua Nugini semakin marak. Apalagi harganya jauh lebih murah dibandingkan jenis shabu.

(35)

6) Peringkat Penyalah guna Narkoba Tahun 2014 No. Provinsi Jumlah Penyalah guna Preva-lensi (%) Rang-king Populasi (10-59) 1. DKI Jakarta 364.174 4,74 1 7.688.600 2. Kaltim 59.195 3,07 2 1.930.936 3. Sumut 300.134 3,06 3 9.808.600 4. Kepri 41.767 2,94 4 1.421.800 5. DI Yogya 62.028 2,37 5 2.621.600 6. Jabar 792.206 2,34 6 33.905.400 7. Maluku 27.150 2,32 7 1.169.800 8. Bali 66.785 2,22 8 3.008.900 9. Sulut 38.307 2,19 9 1.745.500 10. Sulteng 43.591 2,11 10 2.065.100 11. Sulbar 18.887 2,09 11 903.800 12. NAD 73.201 2,08 12 3.525.900 13. Sulsel 125.643 2,08 13 6.052.100 14. Banten 177.110 2,02 14 8.770.800 15. Jatim 568.304 2,01 15 28.271.400 16. Kalbar 69.164 2,01 16 3.446.100 17. Kalsel 57.929 2,01 17 2.888.300 18. Riau 90.453 1,99 18 4.552.500 19. Kalteng 35.811 1,95 19 1.835.300 20. Jambi 47.064 1,89 20 2.491.900 21. Bengkulu 25.784 1,88 21 1.370.000 22. Jateng 452.743 1,88 22 24.131.300 23. Babel 18.574 1,85 23 1.002.500 24. Malut 14.988 1,85 24 810.100 25. Sumbar 65.208 1,80 25 3.622.500 26. Sumsel 98.329 1,69 26 5.828.800 27. Gorontalo 13.885 1,68 27 824.800 28. Sultra 27.328 1,59 28 1.720.000 29. Irjabar 9.952 1,57 29 634.300 30. Kaltara 16.165 1,54 30 1.051.364 31. Lampung 89.046 1,52 31 5.853.100 32. NTB 51.519 1,50 32 3.423.300 33. NTT 51.298 1,49 33 3.440.900 34. Papua 28.980 1,23 34 2.358.200 INDONESIA 4.022.702 2,18 184.175.500

(36)

b. Survei Cepat (Rapid Survei) Pemahaman Masyarakat tentang Pencegahan di Provinsi DKI Jakarta.

Kegiatan survei cepat ini bekerjasama antara Badan Narkotika Nasional dengan FISIP Universitas Nasional (Unas) dengan jumlah responden sebanyak 200 responden dan teknik pengambilan sample dengan menggunakan cluster multistage. Pelaksanaan survei cepat selama 3 (tiga) bulan yaitu dari bulan Maret – Juni 2014 dengan lokasi di DKI Jakarta.

Tujuan dari suvei cepat ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui efek sosialisasi BNN pada tingkat pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku masyakarat dalam upaya P4GN.

2) Untuk mengetahui efektifitas berbagai bentuk kegiatan sosialisasi BNN dan penyebaran informasi melalui media massa dan media luar ruang dalam upaya P4GN.

3) Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap rehabilitasi dan hukuman bagi pengedar Narkoba.

Sedangkan manfaat dari survei cepat diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi pemerintah khususnya instansi penegak hukum yang berwenang menjalankan P4GN.

Kesimpulan dari survei cepat (rapid survei) pemahaman masyarakat tentang Pencegahan di Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut :

1) Responden, baik pelajar/mahasiswa maupun pekerja,

umumnya memiliki pengetahuan yang cukup tinggi tentang

institusi BNN dan juga kegiatan pencegahan dan

pemberantasan Narkoba, meskipun istilah P4GN dan pemahaman tentang UU Narkotika masih sangat rendah. 2) Persepsi tentang kegiatan sosialisasi bahaya Narkoba juga

cukup baik. Responden berpendapat bahwa kegiatan BNN cukup detil, jelas, kreatif, dan interaktif. Selain dari kegiatan BNN secara langsung, responden juga mendapatkan informasi bahaya Narkoba dari berbagai media, baik media massa maupun media luar ruang.

3) Hal itu memunculkan sikap yang positif responden dengan kesediaan mereka untuk terlibat dalam kegiatan pencegahan dan pemberantasan Narkoba.

Gambar

Tabel Kegiatan Pemusnahan Barang Bukti
Tabel Capaian Kinerja Tahun 2010-2014
Grafik Jumlah Penyalah guna dan/atau Pecandu Narkoba  yang Mengikuti Program Wajib Lapor di BNN

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan per tanaman, jumlah malai pertanaman, jumlah gabah berisi per malai, persentase gabah hampa per malai, bobot

Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor akan menyebabkan penurunan kualitas udara akibat emisi polutan dari hasil pembakaran bahan bakar sehingga beberapa penelitian telah

Strong flour terbuat dari gandum yang keras (hard wheat), mengandung protein yang lebih tinggi dan digunakan untuk membuat roti dan produk yang menggunakan ragi

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Data dan informasi ini merupakan data tahun 2005 yang dikumpulkan dari unit utama di lingkungan Departemen Kesehatan dan instansi lainnya di pusat seperti Badan Pusat Statistik

Pada penelitian yang dilakukan oleh Jorgensen (2010) yang mengungkapkan bahwa variabel status sosial ekonomi tidak berpengaruh pada pengetahuan keuangan siswa

Seleksi dilakukan dengan memilih lima galur harapan yang memiliki nilai tengah untuk karakter bobot biji per petak lebih tinggi dari pembanding Pangrango yang merupakan

Fungsi dan Tugas Marketing Public Relations di PT Radio Mustika Abadi (I-Radio 89.6 FM Jakarta) telah dilakukan oleh Departement Marketing dimana seorang Account Executive