• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN P4GN DI KEWILAYAHAN OLEH

BAB II PENYELENGGARA PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014

D. PELAKSANAAN KEGIATAN P4GN DI KEWILAYAHAN OLEH

Tahun 2014 seluruh BNNP yang sudah terbentuk di 33 Provinsi, telah melaksanakan kegiatan terkait dengan Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba, demikian juga halnya Satker BNNK/Kota di 100 Kabupaten/Kota, sudah melaksanakan kegiatan sebagaimana program kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Satuan Kerja BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota merupakan miniatur BNN Pusat di daerah dengan melaksanakan satu program yaitu Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.

Penyelenggaraan P4GN ditingkat kewilayahan sudah menunjukkan perkembangan yang positif. Hal tersebut didukung dengan adanya Inpres Nomor 12 Tahun 2011 tentang Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015, yang ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika. Inpres dan Permendagri tersebut telah mendorong pemerintah daerah dan komponen masyarakat melaksanaan program P4GN, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya pemerintah daerah yang mengalokasikan anggaran untuk kegiatan P4GN (laporan kegiatan BNNP/BNNK terlampir).

Demikian juga pihak komponen masyarakat termasuk perusahaan swasta di kewilayahan sudah melaksanakan program P4GN bersama dengan

BNNP/BNNK setempat. Pada umumnya pemerintah daerah telah

mengalokasikan anggaran dalam APBD, selain itu ada juga pemerintah daerah yang mengalokasikan anggaran P4GN dalam bentuk Hibah yang diberikan ke BNNP/BNNK setempat. Berdasarkan laporan dari BNNP/BNNK pemerintah daerah dan pihak swasta sudah melaksanakan kerjasama dalam pelaksanaan program P4GN.

Seperti halnya kegiatan yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang di BNN Pusat, BNNP juga sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dibidang P4GN

yaitu melaksanakan Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, dan

Pemberantasan, sedangkan BNNK/Kota fungsi pemberantasan belum sampai tahap pemberkasan, kewenangannya baru pada tahap pemetaan jaringan Narkoba yang ada diwilayah tersebut, untuk selanjutnya hasil pemetaan dimaksud sebagai dasar bagi BNN melaksanakan penyelidikan dan penyidikan. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh Satker BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

1. Bidang Pencegahan.

Penyampaian pesan P4GN dengan Wahana desiminasi informasi, merupakan sarana penyampaian pesan P4GN kepada khalayak ramai. Sarana dimaksud yaitu terdiri dari berbagai media elektronik (televisi dan radio), media online (internet), Non elektronik (media cetak), dan sarana komunikasi tradisional lainnya yang ada di masyarakat yang biasanya dilakukan melalui berbagai pagelaran seni budaya. Keberhasilan penyampaian pesan P4GN melalui desiminasi informasi, sejak digulirkan sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian terkait pengaruh media dimaksud dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaann P4GN.

Namun demikian dari berbagai pendapat masyarakat, sangat mengharapkan peningkatan peran media massa dalam penyampaian pesan terkait dengan upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Oleh karena sifat media yang langsung ke masyarakat, pesan yang disampaikan sangat dipengaruhi oleh sumber berita (narasumber) sarana komunikasi yang digunakan dan kemampuan audiens untuk menangkap pesan yang diterimanya. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan oleh BNN mulai dari tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten/kota selalu memberdayakan keberadaan wahana desiminasi informasi, ini artinya bahwa pesan P4GN kepada masyarakat sudah tersebar luas, seiring dengan terbenduk di 33 provinsi dan 100 kabupaten/kota.

Guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P4GN, juga dilakukan penguatan melalui pelaksanaan advokasi pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Advokasi pencegahan yang dilakukan untuk memperkuat pelaksanaan penyampaian pesan melalui berbagai wahana desiminasi informasi. Proses komunikasi melalui wahana desiminasi informasi agak sulit mengetahui respons masyarakat/ khalayak oleh karena sifatnya satu arah, sedangkan pelaksanaan advokasi, sifatnya lebih komunikatif karena umumnya bersifat dialogis.

Kekurangan pelaksanaan advokasi ini sifatnya terbatas pada waktu dan lokasi yang sama, namun pada saat itu juga dapat diketahui respon dari penerima pesan. Karena masing-masing sarana komunikasi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka sarana desiminasi informasi dan advokasi menjadi pilihan yang dilakukan BNN secara simultan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam upaya pelaksanaan P4GN.

Sasaran advokasi pencegahan penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan selain kepada individu juga dilakukan melalui pendekatan kelembagaan. Pendekatan individu dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan yang mengundang orang per orang kedalam satu kegiatan tertentu seperti pelaksanaan advokasi pembentukan kader, dengan berbagai target sasaran seperti: Siswa, Mahasiswa, Pekerja baik pegawai swasta maupun pegawai di instansi pemerintah serta advokasi pencegahan melalui pendekatan kelembagaan. Hasil nyata pedekatan advokasi yang dilakukan adalah semakin banyaknya kader anti Narkoba yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat dan juga semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan P4GN.

Untuk mengetahui peran pencegahan yang dilakukan selama ini kepada masyarakat, pada tahun 2014 yang lalu, BNN telah melaksanakan monitoring dan evaluasi program P4GN di 16 Provinsi, dengan sasaran adalah masyarakat yang pernah menerima program P4GN yang dilaksanakan oleh BNN, BNNP dan BNNK/Kota. Hasil kompulir data dari penerima program (siswa, mahasiswa, pegawai pemerintah, pegawai swasta, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda) sangat

mendukung keberadaan lembaga BNN dalam memerangi

2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

Maraknya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba ditanah air, diduga sebagai akibat kurang berdayanya masyarakat untuk memberikan perlawanan terhadap kejahatan Narkoba. Oleh sebab itulah perlu dilakukan penguatan kepada masyarakat. Peran penguatan dalam upaya pemberdayaan masyarakat saat ini juga dilaksanakan oleh Satuan kerja BNN yang ada Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di kewilayahan juga mengemban tugas dan fungsi rehabilitasi. Adapun gambaran kegiatan Satker BNN di kewilayahan adalah sebagai berikut:

a. Penguatan kelembagaan (instansi pemerintah dan swasta)

b. Peningkatan lingkungan bebas Narkoba di lokasi perkotaan maupun pedesaan.

c. Pemberdayaan untuk masyarakat yang menjadi korban

penyalahgunaan Narkoba, agar melapor diri secara sukarela di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) BNN.

d. Pemberian layanan Terapi dan Rehabilitasi bagi korban penyalahguna Narkoba.

Upaya menciptakan lingkungan/lembaga bersih Narkoba, dilakukan melalui tahapan pemberian peningkatan kemampuan menangkal Narkoba dilanjutkan dengan pelaksanaan test urin kepada peserta yang mengikuti kegiatan pemberdayaan dimaksud. Hasil pelaksanaan tes urin ini merupakan petunjuk awal suatu lingkungan dikatakan bebas Narkoba.

Berdasarkan hasil laporan dari kewilayahan, kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama ini, belum bisa berjalan secara optimal oleh karena keterbatasan anggaran yang ada di Satker BNNP dan BNNK/Kota, terutama dalam hal penyediaan alat tes urin. Informasi kurangnya pelaksanaan test urin ini juga diperoleh dari masyarakat penerima program dari BNN, saat pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program P4GN yang dilakukan Tahun 2014.

Pemberdayaan masyarakat baik yang dipedesaan maupun di perkotaan dilakukan dengan memberikan peningkatan ketrampilan masyarakat pada berbagai aspek kehidupan seperti ketrampilan teknik memperbaiki handphone, tehnik perbengkelan untuk pria, sedangkan untuk wanita dilakukan dengan kemampuan rias (salon), ketrampilan dibidang jasa boga. Peningkatan ketrampilan ini sifatnya masih terbatas, oleh karena BNN dihadapkan pada berbagai keterbatasan sumber daya manusia dan sumber daya keuangan.

3. Bidang Pemberantasan.

Guna mengoptimalkan pemberantasan Narkoba yang disinyalir melalui berbagai pelabuhan resmi maupun melalui jalur tidak resmi (jalur tikus), Satker BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota juga telah melaksanakan peran pemberantasan, yang dilakukan melalui pemutusan dan pengungkapan jaringan serta pemetaan kasus Narkoba,dengan gambaran kegiatan sebagai berikut:

a. Pemetaan jaringan Narkoba dan pengungkapan kasus Narkoba yang ada dikewilayahan.

b. Penanganan kasus Narkoba hingga ke tingkat penuntutan (P21). Berdasarkan data laporan yang diperoleh dari Satker BNNP, seluruh BNNP sudah melakukan proses penyelidikan dan penyidikan kasus Narkoba dan sudah mengajukan para tersangka ke persidangan, ini artinya fungsi pemberantasan yang ada di kewilayahan sudah melak-sanakan tugas dan fungsi dibidang pemberantasan dengan menetapkan target minimal/terbatas, penanganan kasus dalam rencana kerja dan anggaran Satker. Hal tersebut sebagai akibat masih terbatasnya sumber-daya manusia dan juga sarana prasarana yang ada di BNNP. Sedangkan BNNK/Kota sampai saat ini belum punya kewenangan melakukan penanganan kasus, hasil pemetaan yang dilakukan oleh BNNK/ Kota se-lanjutnya diserahkan ke BNNP atau BNN Pusat guna proses tindak lanjut.

Belum optimalnya BNNK/Kota dalam pemberantasan Narkoba, disebabkan kewenangan penyelidikan dan penyidikan belum diperoleh dari instansi terkait yaitu Kemenpan & RB, hal tersebut juga didukung masih terbatasnya sarana prasarana dan juga sumber daya manusia yang melaksanakan tugas pemberantasan. Namun demikian dibeberapa satuan kerja di Kabupaten/Kota sudah melaksanakan penanganan kasus Narkoba dengan melaksanakan kerja sama dengan Polisi setempat atau melaksanakan pemberantasan dengan kerjasama dengan BNNP atau Deputi Pemberantasan BNN.

Gambaran umum Target dan Realisasi Kegiatan BNNP/BNNK/KOTA Tahun 2014

NO. INDIKATOR OUTPUT TARGET REALISASI %

1. Berkas Perkara Kasus Kejahatan Narkoba yang diselesaikan (P.21)

138 170 123,19% 2. Berkas Perkara Penyidikan Aset Tersangka

Jaringan Sindikat Narkoba yang diselesaikan (P21)

38 11 28,95%

3. Dokumen akuntabilitas kinerja unit kerja 1.395 1.296 92,90%

4. Gedung/Bangunan 1.600 1.600 100,00%

5. Instansi pemerintah di daerah yang diadvokasi bidang P4GN

NO. INDIKATOR OUTPUT TARGET REALISASI % 6. Instansi swasta yang diadvokasi bidang P4GN 675 688 101,93% 7. Kader anti Narkoba yang terbentuk 32.980 30.245 91,71%

8. Kendaraan Bermotor 16 11 68,75%

9. Bulan layanan dukungan menejemen dan operasional unit kerja

1.606 1.435 89,35% 10. Laporan Kasus Narkoba Hasil Pemetaan 418 821 196,41%

11. Layanan Perkantoran 1.729 1.564 90,46%

12. Wahana desiminasi informasi P4GN 1.031 896 86,91% 13. Penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba yang

dijangkau layanan terapi dan rehabilitasi

2.046 1.744 85,24% 14. Penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba yang

melapor di IPWL BNN di daerah

443 411 92,78% 15. Penyalah guna dan/atau Pecandu Narkoba yang

menerima Layanan Rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi BNN

776 799 102,96%

16. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 1.715 1.514 88,28% 17. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 451 373 82,71% 18. Lokasi (lingkungan masyarakat) di daerah

perkotaan yang diberdayakan alternatif

43 38 88,37%

19. Lingkungan kerja yang diberdayakan bidang P4GN

768 763 99,35% 20. Lembaga pendidikan yang diberdayakan bidang

P4GN

1.105 1.101 99,64%

Berdasarkan uraian di atas tergambar beberapa target output/ kegiatan yang telah direncanakan untuk dilaksanakan oleh Satker BNN, di daerah ada yang tidak mencapai target. Penyebab tidak tercapaianya target kinerja tersebut, dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah terkait dengan pemotongan anggaran sebagaimana diatur melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014.

Dokumen terkait