• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENYELENGGARA PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014

C. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

3. Deputi Bidang Rehabilitasi BNN

Tahun 2014 merupakan tahun bersejarah bagi BNN khususnya di bidang Rehabilitasi. Pada tahun ini, tepatnya tanggal 26 Januari, bertempat di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, Ketua DPR RI, Ketua DPD RI, Wakil Ketua MPR RI, Kapolri, dan Kepala BNN mengukuhkan pencanangan Tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba dengan jargon “Pengguna Narkoba Lebih Baik

Direhabilitasi Daripada Dipenjara”.

Pada tanggal 11 Maret 2014, telah ditandatangani Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kepala BNN tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi.

Peraturan Bersama bertujuan mewujudkan koordinasi dan kerja sama secara optimal penyelesaian permasalahan Narkoba dalam rangka menurunkan jumlah pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba melalui program pengobatan, perawatan, dan pemulihan pecandu Narkoba dan korban penyalahgunaan Narkoba sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana, dengan tetap melaksanakan pemberantasan peredaran gelap Narkoba. Ini juga menjadi pedoman teknis dalam penanganan pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana untuk menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Hingga 15 Desember 2014, tercatat sebanyak 988 residen yang sedang menjalankan program rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Lido – Bogor, Balai Rehabilitasi Baddoka – Makassar, Balai Rehabilitasi Tana Merah – Samarinda, dan Loka Rehabilitasi – Batam. Kebanyakan dari mereka berada di rentang usia 26 – 30 tahun dengan pendidikan terakhir SLTA dan tidak bekerja. Sedangkan jenis Narkoba yang banyak disalahgunakan adalah ATS dan Methamphetamine. BNN juga telah menjangkau 686 penyalah guna Narkoba yang tersebar di seluruh Indonesia agar dapat melakukan rehabilitasi baik medis maupun sosial di lembaga rehabilitasi yang berada di setiap wilayah.

Strategi pengurangan (demand) atau permintaan Narkoba dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi dimensi pencegahan dan rehabilitasi, maka BNN terus berupaya memaksimalkan lembaga rehabilitasi yang sudah ada dan meningkatkan pelayanan rehabilitasi sehingga dapat menjangkau penyalah guna Narkoba diseluruh Indonesia.

Salah satunya melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Pasca diterapkannya PP No. 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika, Kemenkes telah menetapkan 316 IPWL yang tersebar di 33 provinsi, termasuk beberapa klinik milik BNN, BNNP dan Pusdokkes Polri. Selain itu terdapat 50 IPWL yang berada di bawah naungan Kementerian Sosial dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia. Dengan demikian, jumlah IPWL di Indonesia adalah sebanyak 366 IPWL. BNN sendiri memiliki 1 (satu) Balai Besar Rehabilitasi di Lido – Bogor dan 3 (tiga) Balai Rehabilitasi yang terletak di Baddoka – Makassar, Nongsa – Batam, dan Tanah Merah- Samarinda.

Deputi Bidang Rehabilitasi terus berupaya memberikan penanganan pasca rehabilitasi, salah satunya adalah dengan mengembangkan program pasca rehabilitasi yang bertujuan untuk mengembalikan potensi dan rasa kepercayaan diri melalui berbagai program pasca rehabilitasi.

Saat ini BNN memiliki 9 (sembilan) rumah dampingan dengan dua kategori berbeda, yaitu Rumah Dampingan Berbasis Vokasional dan Rumah Dampingan Berbasis Konversi Alam, yang telah memfasilitasi 572 orang mantan penyalah guna agar dapat kembali berdaya guna di tengah-tengah lingkungan masyarakat.

BNN juga memberikan dukungan/fasilitasi kepada lembaga rehabili-tasi instansi pemerintah dan lembaga rehablirehabili-tasi komponen masyarakat. Dukungan/fasilitasi telah diberikan kepada 233 lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang dilakukan melalui capacity building, asistensi pelaksanaan program Therapeutic Community (TC) oleh konselor adiksi di 8 lokasi, serta dukungan layanan program rehabilitasi di RS Suyoto dan 2 Sekolah Polisi Negara (SPN) yaitu SPN Jambi dan SPN Palembang.

Dukungan juga telah diberikan kepada 80 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang berperan aktif dalam proses pemulihan penyalah guna Narkoba yang terdiri dari 15 lembaga berbasis Therapeutic

Community (TC), 59 lembaga berbasis Non Therapeutic Community (Non

TC), dan 6 klinik & Rumah Sakit swasta. Dukungan yang diberikan terdiri atas berbagai bentuk, antara lain dukungan layanan rehabilitasi rawat inap selama 3 bulan yang dirujuk dari IPWL BNN, peningkatan kapasitas petugas rehabilitasi dalam berbagai bentuk pelatihan, serta bimbingan teknis operasional program dan kelembagaan. Melalui dukungan yang diberikan, diharapkan agar lembaga tersebut dapat meningkatkan kualitas kelembagaan dan layanannya sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) sehingga dapat memberikan layanan yang optimal kepada pecandu Narkoba di Indonesia.

Selain itu, dukungan juga diberikan kepada Pos Kesehatan Kampung Permata yang telah dibentuk dengan prakarsa BNN, fasilitator wilayah dan klinik setempat pada tahun 2013 yang lalu. Melalui dukungan berupa dana operasional klinik serta peningkatan kompetensi petugas, diharapkan Pos Kesehatan Kampung Permata dapat menjangkau dan merehabilitasi pecandu Narkotika di wilayahnya. Diharapkan warga sekitar pos kesehatan dapat mengakses layanan kesehatan umum yang tersedia, sehingga dapat memudahkan pemberian informasi mengenai pencegahan penyalahgunaan Narkotika maupun rehabilitasinya. Untuk meningkatkan kemampuan petugas rehabilitasi, BNN juga telah memberikan bimbingan teknis kepada 210 orang petugas rehabilitasi dari 45 lembaga rehabilitasi instansi pemerintah.

Sebagai implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika dan Peraturan Bersama 7 kementerian/lembaga (Mahkamah Agung, Kemenkumham, Kejaksaan, Polri, Kemenkes, Kemensos, dan BNN), telah dibentuk Tim Asesmen Terpadu (TAT) dengan pilot project di 16 kota. Sejak

di-launching pada tanggal 26 Agustus 2014 lalu, hingga kini jumlah pecandu

dan korban penyalahgunaan Narkoba yang telah menjalani asesmen oleh TAT sebanyak 163 orang. Dari jumlah tersebut, 94 orang tengah menjalani program rehabilitasi, 40 orang ditempatkan di lapas/rutan, dan 25 orang masih dalam proses di tingkat penyidik/jaksa.

Untuk meningkatkan kompetensi para personel yang mengawaki TAT, khususnya terkait dengan aspek asesmen medis, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melatih para staf BNNP/BNNKab/Kota yang akan menjadi petugas asesor. Pelatihan asesor ini diselenggarakan di 9 provinsi dan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI.

Dalam rangka mendukung pencanangan tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pecandu Narkoba, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan pembekalan tentang aspek rehabilitasi Narkoba kepada para kader yang telah dibentuk oleh BNN. Para kader ini akan menjadi perpanjangan tangan BNN khususnya bidang rehabilitasi untuk menyampaikan informasi yang benar dan seragam mengenai segala aspek rehabilitasi pecandu narkotika ke masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya serta dapat menjadi motivator dan penggerak masyarakat untuk mau melakukan Wajib Lapor di IPWL terdekat maupun mengakses layanan rehabilitasi Narkoba di lembaga rehabilitasi terdekat. Di akhir pengajaran, peserta diberikan alat peraga penyuluhan berupa lembar balik sebagai alat bantu untuk mensosialisasikan rehabilitasi kepada masyarakat.

Sebagai wadah diskusi bagi penggiat dan pemerhati masalah Narkoba di lintas sektoral, BNN menggagas Focus Group Discussion (FGD) dengan tema seputar rehabilitasi bagi penyalah guna Narkoba yang telah dilaksanakan sebanyak 21 kali dengan jumlah peserta sebanyak 685 orang.

a. Layanan Wajib Lapor di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

Badan Narkotika Nasional.

BNN terus berupaya memaksimalkan lembaga rehabilitasi yang sudah ada dan meningkatkan pelayanan rehabilitasi sehingga dapat menjangkau penyalah guna Narkoba di seluruh Indonesia. Salah satunya melalui IPWL. Pasca diterapkannya PP No. 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika, Kemenkes sampai saat ini telah menetapkan 316 IPWL yang tersebar di 33 provinsi, termasuk beberapa klinik milik BNN, BNNP dan Pusdokkes Polri. Selain itu terdapat 50 IPWL yang berada dibawah naungan Kementerian Sosial dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia. Dengan demikian, jumlah IPWL di Indonesia adalah sebanyak 366 IPWL.

Program wajib lapor dilaksanakan dalam rangka melayani pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang

melaporkan dirinya untuk mendapatkan pengobatan dan

perawatan. Layanan wajib lapor di Klinik IPWL BNN terdiri dari layanan wajib lapor bagi pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang melaporkan diri atas kemauan sendiri/sukarela (voluntary) dan bagi pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang terkait oknum.

Pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang melaporkan diri tersebut akan menjalani tes urin dan asesmen yang dilaksanakan oleh Tim Asesmen BNN yang terdiri dari dokter, psikolog, perawat, sarjana psikologi dan sarjana kesehatan lainnya. Asesmen dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap penggunaan narkotika meliputi aspek fisik, psikologis, dan sosial

sehingga diketahui derajat ketergantungan dan besaran masalah yang ada. Hasil asesmen tersebut merupakan dasar untuk menentukan diagnosa serta intervensi atau rencana terapi yang sesuai untuk individu yang bersangkutan. Rencana terapi dapat berupa rehabilitasi rawat inap atau rawat jalan. Rehabilitasi rawat inap dilaksanakan ke lembaga rehabilitasi instansi pemerintah atau komponen masayarakat sesuai dengan rujukan, sedangkan rehabilitasi rawat jalan dilaksanakan di Klinik IPWL BNN.

Sementara itu hasil asesmen pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang terkait hukum akan digunakan sebagai bahan rekomendasi/pertimbangan hakim di pengadilan.

Sampai saat ini jumlah penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba yang mengikuti program wajib lapor di BNN sebanyak 468 orang yang terdiri dari 355 orang yang melaporkan diri secara sukarela dan 113 orang yang terkait dengan hukum.

Grafik Jumlah Penyalah guna dan/atau Pecandu Narkoba yang Mengikuti Program Wajib Lapor di BNN

b. Tim Asesmen Terpadu (TAT).

Pembentukan Tim Asesmen Terpadu (TAT) merupakan tindak lanjut dari Peraturan Bersama Tahun 2014 Tentang Penanganan Penyalah Guna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi, dimana pelaksanaannya dilakukan di 16 lokasi (13 Provinsi) yaitu: 0 100 200 300 400

Sukarela Terkait Hukum

355

NO. PILOT PROJECT WILAYAH KETERANGAN PENANGGUNG JAWAB IPWL REHABILITASI

1. Kota Batam Kepri RSUD Embung Fatimah

Loka Rehab Batam BNNP Kepri 2. Kota Jaksel

DKI Jakarta Poli BNN Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

BNNK Jaksel 3. Kota Jaktim RS Duren Sawit BNNK Jaktim 4. Kab Bogor Jabar Babes Rehab BNN

Lido

BNN Kab Bogor 5. Kota Tangsel Banten

PKM Ciputat RS Ketergantungan Obat

BNNK Tangsel 6. Kota Semarang Jateng PKM Poncol

Semarang

PSPP Mandiri BNNP Jateng 7. Kota Surabaya Jatim RSJ Menur Surabaya RSJ Menur Surabaya BNNP Jatim 8. Kota Makassar Sulsel RS Wahidin Balai Rehabilitasi BNN Baddoka BNNP Sulsel 9. Kota Maros RSUD Salewangan

Maros 10. Kota Samarinda

Kaltim

RS Atma Husada

Samarinda Balai Rehabilitasi BNN Samarinda

BNNP Kaltim 11. Kota Balikpapan RS Bhayangkara Tk.IV

Balikpapan 12. Kota Padang Sumbar

RS Bhayangkara RSJ HB Saanin Padang

BNNP Sumbar 13. Kota Sleman DI Yogya PSPP Sleman PSPP Sleman BNNK Sleman 14. Kota Pontianak Kalbar RSJ Sungai Bangkong RS Wisma Sirih BNNP Kalbar 15. Kota Banjar Baru Kalsel RSJ Sambang Lihum RSJ Sambang Lihum BNNP Kalsel 16. Kota Mataram NTB RSJ Mataram RSJ Mataram BNNK Mataram

TAT terdiri dari Tim Dokter dan Tim Hukum melibatkan profesional dari lembaga-lembaga terkait dengan tugas dan fungsi melakukan asesmen/penilaian terhadap tingkat kecanduan tersangka penyalah guna narkotika terkait hukum dan analisis terhadap tersangka dalam kaitan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika.

Hasil pemeriksaan tim dokter dituangkan dalam bentuk hasil

asesmen tim dokter untuk kepentingan peradilan dan

ditandatangani oleh tim dokter yang melakukan asesmen sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil asesmen tim dokter menjadi bahan rekomendasi Tim Asesmen Terpadu berisi tingkat ketergantungan penyalahgunaan narkotika, tempat dan lama waktu rehabilitasi yang diperlukan bagi penyalah guna sesuai rencana terapi.

Adapun hasil analisis Tim Hukum dituangkan dalam bentuk hasil asesmen sesuai dengan format instrumen asesmen hukum untuk kepentingan peradilan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan ditandatangani oleh tim hukum yang melakukan asesmen. Hasil asesmen tim hukum ini menjadi bahan rekomendasi Tim Asesmen Terpadu berupa status tersangka dan/atau terdakwa dan kelanjutan proses hukumnya.

Hasil asesmen dari tim dokter dan hukum dibahas melalui pembahasan kasus (case conference) ditandatangani oleh Ketua Tim Asesmen Terpadu dan akan dilampirkan dalam BAP berupa hasil rekomendasi untuk kemudian diserahkan ke kejaksaan melalui penyidik, selanjutnya dibawa ke persidangan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pelaksanaan putusan oleh hakim.

Jumlah penyalah guna yang telah diasesmen oleh TAT di 16 Lokasi (13 Provinsi) sampai dengan Desember 2014 adalah sebagai berikut :

• 163 orang dimana 94 orang diantaranya sudah ditempatkan di lembaga rehabilitasi instansi pemerintah, dan 29 orang masih dalam proses di penyidik dan kejaksaan.

c. Dukungan, Penguatan/Fasilitasi Lembaga Rehabilitasi Instansi

Pemerintah

BNN telah melaksanakan beberapa program sebagai wujud kesungguhan dan komitmen negara dalam memberikan yang terbaik bagi korban penyalah guna Narkoba seperti yang tertuang dalam undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Terkait pelaksanaan wajib lapor bagi penyalah guna Narkoba dimana dalam pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2011 yang bermaksud mendekriminalisasi penyalah guna, dan mempermudah akses layanan terapi bagi mereka.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan dukungan, penguatan/fasilitasi lembaga rehabilitasi yang dikelola oleh instansi pemerintah, seperti Puskesmas, RS/RSJ, Lapas/Rutan, Bapas dan Panti Rehabilitasi Kemensos. Dukungan diberikan dengan berbagai bentuk fasilitas, diantaranya peningkatan kemampuan SDM di lembaga rehabilitasi Instansi Pemerintah yang akan memberikan pelayanan terhadap korban penyalah guna Narkoba. Adapun lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang telah mendapatkan penguatan pada tahun 2014 adalah sebanyak 233 lembaga.

d. Pelaksanaan Rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN.

Pelayanan Rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN dilaksanakan secara terpadu meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pelayanan rehabilitasi korban penyalah guna Narkoba pada tahun 2014, capaian jumlah residen 98,15 % atau sebanyak 638 orang residen dari jumlah target, yaitu sebanyak 650 orang residen. Residen yang masuk ke Balai Besar Rehabilitasi BNN telah mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhan residen atau hasil dari petugas rehabilitasi yang meliputi rehabilitasi medis dan

Penelitian di bidang rehabilitasi yang telah dilaksanakan mencapai 100% yaitu 2 (dua) kegiatan penelitian rehabilitasi yang meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yaitu Studi Biaya Pelayanan Perawatan Residen di Balai Besar Rehabilitasi BNN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum biaya pelayanan perawatan residen yang menjalani rehabilitasi sampai selesai program di Balai Besar Rehabilitasi BNN.

Penelitian ini dilaksanakan bekerjasama dengan Puslitkes UI. Penelitian kedua di bidang Rehabilitasi Sosial yaitu Profil Pecandu dan Makna Therapeutic Community bagi Konselor Addict yang bekerjasama dengan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Penelitian ini dimaksudkan mendeskripsikan profil kepribadian pecandu dan menemukan makna TC. Adapun pelaksanaan kegiatan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagai berikut :

1) Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi Medis di Balai Besar Rehabilitasi BNN menggunakan metode Symptomatis (pengobatan berdasarkan tanda dan gejala yang ada) dimana terapi diberikan oleh tenaga profesional dan terlatih seperti psikiater, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, pranata laboratorium, apoteker, ahli gizi, fisioterapis, dan psikolog yang bekerja secara tim untuk memberikan rencana dan terapi sesuai kebutuhan residen.

2) Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial di Balai Besar Rehabilitasi BNN meng-gunakan metode Theraupeutic Community (TC), dimana residen melakukan kegiatan rutin (Daily Activity) yang berbasis kelompok.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan keluarga mengenai bagaimana peran serta keluar-ga dalam membantu proses pemulihan residen dari penyalahgunaan Narkoba dan mencegah relapse.

Family Support Group (FSG) juga sebagai sarana agar keluarga

dapat saling memberikan support kepada keluarga lain yang baru menghadapi masalah seputar adiksi dan membutuhkan solusi. FSG dilaksanakan untuk semua keluarga residen yang berada pada fase Primary dan Re-Entry.

Dokumen terkait