• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTAKARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTAKARYA"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

3

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA

STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG

CIPTAKARYA

3.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

3.1.1

ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

A.

Konsep Perencanaan Dan Pelaksanaan Program

Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu

pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun

skala provinsi dan kabupaten/kota. Dengan memperhatikan kondisi eksisting,

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya juga mengacu pada

amanat pembangunan nasional dan amanat internasional seperti Agenda Habitat,

Amanat RIO +20, amanat Milenium Development Goals, dan amanat pembangunan

internasional lain.

Pembangunan bidang Cipta Karya juga memperhatikan Isu-isu Strategis yang

mempengaruhi pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam,

dampak terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan,

reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan, serta

green economy

.

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab

bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan unsur

masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta) supaya tercipta Permukiman yang

Layak Huni dan Berkelanjutan.

(2)

Penjabaran rencana pembangunan seperti yang tertera pada gambar 3.1 akan

disusun secara sistematis dengan berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah

yang menjadi dasar pada penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan juga mengacu

pada Rencana Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai dengan yang telah

digariskan pada Rencana Strategis, diperlukan penyusunan rencana yang lebih teknis,

yang didasarkan pada skenario pemanfaatan dan perwujudan struktur dan pola ruang

yang diwujudkan dalam strategi pengembangan wilayah dan strategi pengembangan

sektor. Rencana yang lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah

dan dijabarkan pada tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti

rencana pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya. Dokumen

perencanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program Investasi Jangka

Menengah (RPI2-JM) bidang Cipta Karya.

Gambar 3.1

Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dalam pelaksanaannya nanti RPI2-JM Bidang Cipta Karya akan menjadi salah satu

aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan,

baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam arti bahwa

Isu-Isu Strategis - Bencana Alam - Perubahan Iklim - Reformasi Birokasi

- Kepadatan Penduduk Perkotaan - Pengarusutamaan Gender - Green Economy Permasalahan dan Potensi Daerah Dukungan Stakeholder - Daerah (Prov/Kota/Kab) - Dunia Usaha - Masyarakat Amanat Penataan Ruang/Spasial  UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang  RTRW NAsional/KSN  RTRW Provinsi/Kota/Kabupa ten  Amanat Pembangunan Nasional - RPJPN 2005-2025 - RPJMN 2010-2014 - UU/PP (UU 32/2004, PP 38/2007.dll) - MP3EI - MP3KI - KEK - Direktif Presiden

Amanat Pembangunan Nasional - UU No. 20/2001 tentang Rumah Susun - UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung - UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan

Persampahan

- UU No. 7/2004 tentang SDA

- PP No. 18/2005 tentang Pengembangan SPAM - PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga dan Sampah sejenis - PP 36/2005 tentang Peraturan

- Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan Penataan Ruang - RPI-2JM Amanat Internasional  Agenda Habitat  RIO +20  MDGs  SDG Kondisi Eksisting Pembangunan Bidang Cipta Karya

A.Rencana dan Program Bidang CK B.Pelaksanaan Pembangunan Bidang CK

Permukiman yang Layak Huni dan

(3)

rencana pembangunan dalam RPI2-JM tersebut harus tertuang dalam rencana

kerja/RKP/RKPD.

Dengan demikian jelas bahwa RPI2-JM Bidang Cipta Karya merupakan perwujudan

rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut pembangunan infrastruktur

Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem perencanaan pembangunan nasional yang

berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian

aktivitas penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an di tingkat kabupaten/kota sampai

dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan penanganan

isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen RPI2-JM.

Gambar 3.2

Konsep Penyusunan Program dan Penganggaran Bidang Cipta Karya

Dasar penyusunan program DJCK yaitu Renstra Kementerian PU 2010-2014 dan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2-JM) Kab/Kota bidang Cipta Karya.

Keluaran proses Penyusunan Program berupa Memorandum Program (MP) Provinsi.

Gambar 3.3

Konsep Distribusi dan Pelaksana Kegiatan Bidang Cipta Karya

B.

Amanat Pembangunan Nasional

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional

karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi

angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta

Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

Rencana Program Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan

dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas

pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka

waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun

2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”.

(4)

Mandiri :

Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar

dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan

pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Maju

:

Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya

memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan

yang tinggi.

Adil

:

Sedangkan Bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun,

baik antarindividu, gender, maupun wilayah.

Makmur :

Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi

seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti

penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia.

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan)

misi pembangunan nasional sebagai berikut:

1.

Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan

beradab berdasarkan falsafah Pancasila

adalah memperkuat jati diri dankarakter

bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yangbertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memeliharakerukunan

internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksiantar budaya,

mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhurbudaya bangsa, dan

memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalamrangka memantapkan

landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

2.

Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing

adalah mengedepankan pembangunan

sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan

pemanfaatan iptek melalui penelitian; pengembangan, dan penerapan menuju

inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di

bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik

berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan

membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk

pelayanan jasa dalam negeri.

3.

Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum

adalah memantapkan

kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil;

memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan

(5)

media dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat;

dan melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan

menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak rakyat

kecil.

4.

Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu

adalah membangun kekuatan TNI

hingga melampaui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional

dan internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme

Polri agar mampu melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak

kejahatan, dan menuntaskan tindakan kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga

intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta

meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan

dan kontribusi industry pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.

5.

Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan

adalah meningkatkan

pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh,

keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah;

menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses

yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan

prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek

termasuk gender.

6.

Mewujudkan Indonesia asri dan lestari

adalah memperbaiki pengelolaan

pelaksanaan

pembangunan

yang

dapat

menjaga

keseimbangan

antara

pemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan

dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang

serasi antara penggunaan untuk pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya

konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan

yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan

kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan

keaneka ragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.

7.

Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan

(6)

masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesiaberorientasi kelautan;

meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yangberwawasan kelautan melalui

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologikelautan; mengelola wilayah laut

nasional untuk mempertahankan kedaulatandan kemakmuran; dan membangun

ekonomi kelautan secara terpadu denganmengoptimalkan pemanfaatan sumber

kekayaan laut secara berkelanjutan.

8.

Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional

adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangkamemperjuangkan

kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesiaterhadap pembentukan

identitas dan pemantapan integrasi internasional danregional; dan mendorong kerja

sama internasional, regional dan bilateralantarmasyarakat, antarkelompok, serta

antarlembaga di berbagai bidang.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010

menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan

nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan

mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat

tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H,pemerintah

memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta

memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air

minum, air limbah, persampahan dan drainase.Dokumen RPJMN juga menetapkan

sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:

a.

Tersedianya akses

air minum

bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan

perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan

terlindungi 38 %.

b.

Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun

2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap

sistem pengelolaan air

limbah terpusat (

off-site)

bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan

air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah

terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas

(7)

sistem pengelolaan air limbah setempat (

on-site)

yang layak bagi 90 % total

penduduk.

c.

Tersedianya akses terhadap

pengelolaan sampah

bagi 80 % rumah tangga di daerah

perkotaan.

d.

Menurunnya luas

genangan

sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

Tabel 3.1:

Sasaran Utama Pembangunan RPJMN 2010-2014

No Pembangunan Sasaran

I. Sasaran Pembangunan Kesejahteraan Rakyat 1. Ekonomi

a. Pertumbuhan ekonomi Rata-rata 6,3 – 6,8 persen pertahun

Sebelum tahun 2014 tumbuh 7%

b. Inflasi Rata-rata 4 - 6 persen pertahun

c. Tingkat Pengangguran (terbuka) 5 - 6 persen pada akhir tahun 2014

d. Tingkat Kemiskinan 8 - 10 persen pada akhir tahun 2014

2. Pendidikan

Status Awal 2008 Target 2014

a. Meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas (tahun)

7,50 8,25

b. Menurunnya angka buta aksara penduduk berusia 15 tahun ke atas (persen)

5,97 4,18

c. Meningkatnya APM SD/SDLB/MI/Paket A

(persen)

95,14 96,00

d. Meningkatnya APM SMP/SMPLB/MTs/ Paket B (persen)

72,28 76,00

e. Meningkatnya APK SMA/SMK/ MA/Paket C (persen)

64,28 85,00

f. Meningkatnya APK PT usia 19-23 tahun (persen) 21,26 30,00

g. Menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan antarwilayah, gender, dan sosial ekonomi, serta antarsatuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat

3. Kesehatan

Status Awal 2008 Target 2014

a. Meningkatnya umur harapan hidup (tahun) 70,7 72,0

b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup

228 118

c. Menurunnya angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup

34 24

d. Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada anak balita (persen)

18,4 < 15

4. Pangan

a. Produksi Padi Tumbuh 3,22 persen per tahun

b. Produksi Jagung Tumbuh 10,02 persen per tahun

c. Produksi Kedelai Tumbuh 20,05 persen per tahun

d. Produksi Gula Tumbuh 12,55 persen per tahun

e. Produksi Daging Sapi Tumbuh 7,30 persen per tahun

5. Energi

a. Peningkatan kapasitas pembangkit Listrik 3.000 MW pertahun

b. Meningkatnya rasio elektrifikasi Pada tahun 2014 mencapai 80 persen

c. Meningkatnya produksi minyak bumi Pada tahun 2014 mencapai 1,01 juta barrel perhari

(8)

No Pembangunan Sasaran 6. Infrastruktur

a. Pembangunan Jalan Lintas Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua

Hingga tahun 2014 mencapai sepanjang 19.370 km

b. Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antar-moda dan antar-pulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda

Selesai tahun 2014

c. Penuntasan pembangunan Jaringan Serat Optik di Indonesia Bagian Timur

Selesai sebelum tahun 2013 d. Perbaikan sistem dan jaringan transportasi d 4 kota

besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan)

Selesai tahun 2014 II. Sasaran Pembangunan Demokrasi

1. Meningkatnya kualitas demokrasi Indonesia 1) Semakin terjaminnya peningkatan iklim politik kondusif bagi berkembangnya kualitas kebebasan sipil dan hak-hak politik rakyat yang semakin seimbang dengan peningkatan kepatuhan terhadap pranata hukum;

2) Meningkatnya kinerja lembaga-lembaga demokrasi, dengan indeks rata-rata 70 pada akhir tahun 2014;

3) Menyelenggarakan pemilu tahun 2014 yang dapat dilaksanakan dengan adil dan demokratis, dengan tingkat partisipasi politik rakyat 75% dan berkurangnya diskriminasi hak dipilih dan memilih; 4) Meningkatnya layanan informasi dan

komunikasi

Pada tahun 2014: Indeks Demokrasi Indonesia: 73

III. Sasaran Pembangunan Penegakan Hukum 1. Tercapainya suasana dan kepastian keadilan

melalui penegakan hukum (rule of law) dan terjaganya ketertiban umum.

1) Persepsi masyarakat pencari keadilan untuk merasakan kenyamanan, kepastian, keadilan dan keamanan dalam berinteraksi dan mendapat pelayanan dari para penegak hokum

2) Tumbuhnya kepercayaan dan

penghormatan publik kepada aparat dan lembaga penegak hukum

3) Mendukung iklim berusaha yang baik sehingga kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan pasti dan aman serta efisisen Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2014 sebesar 5,0 yang meningkat dari 2,8 pada tahun 2009

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk

meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang

memadai, melalui :

a.

menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,

b.

memastikan ketersediaan air baku air minum,

(9)

c.

meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,

d.

meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air

limbah, dan pengelolaan persampahan,

e.

meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,

f.

meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

g.

Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS),

h.

Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur,

i.

meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,

j.

mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan

ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui

Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor

ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada

kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat

mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang

kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam

MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat

atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan

KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan

ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK

yang sama.

Prinsip Dasar Keberhasilan Pembangunan

Prinsip-prinsip dasar percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju

negara maju membutuhkan perubahan dalam cara pandang dan perilaku seluruh

komponen bangsa, sebagai berikut :

Perubahan harus terjadi untuk seluruh komponen bangsa;

Perubahan pola pikir (

mindset)

dimulai dari Pemerintah dengan birokrasinya;

Perubahan membutuhkan semangat kerja keras dan keinginan untuk membangun

kerjasama dalam kompetisi yang sehat;

(10)

Produktivitas, inovasi, dan kreatifitas didorong oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK) menjadi salah satu pilar perubahan;

Peningkatan jiwa kewirausahaan menjadi faktor utama pendorong perubahan;

Dunia usaha berperan penting dalam pembangunan ekonomi;

Kampanye untuk melaksanakan pembangunan dengan mempertimbangkan

prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan;

Kampanye untuk perubahan pola pikir untuk memperbaiki kesejahteraan dilakukan

secara luas oleh seluruh komponen bangsa.

Prasyarat Keberhasilan Pembangunan

1.

Peran Pemerintah dan Dunia Usaha

Dunia Usaha (Swasta, BUMN, dan BUMD) mempunyai peran utama dan penting

dalam pembangunan ekonomi, terutama dalam peningkatan investasi dan

penciptaan lapangan kerja, sementara Pemerintah bertanggung jawab menciptakan

kondisi ekonomi makro yang kondusif untuk percepatan dan perluasan investasi.

Oleh karena itu, kebijakan pembangunan harus didukung oleh komitmen dunia usaha

maupun Pemerintah

2.

Reformasi Kebijakan Keuangan Negara

Kebijakan anggaran harus dimulai dengan menciptakan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) yang

credible

dan berkelanjutan, serta diprioritaskan untuk

akselerasi pertumbuhan demi menciptakan pembangunan yang merata dan

berkelanjutan.

Pajak dan Bea Masuk adalah instrumen kebijakan ekonomi untuk mendukung

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional, untuk itu diperlukan

reformasi.

Hal lain terkait reformasi kebijakan keuangan negara adalah diperlukannya reformasi

sistem pelaporan kekayaan negara yang meliputi penyusunan arus dana negara dan

neraca, harta dan kewajiban, baik yang bersifat keuangan, sumber daya alam, tanah

dan bangunan, maupun yang lain. Laporan kekayaan negara tersebut memungkinkan

pemerintah melakukan pemberdayaan aset secara efektif dan efisien.

(11)

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia memerlukan dukungan

birokrasi Pemerintah berupa reformasi yang berdasarkan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

Menciptakan birokrasi yang efektif, dapat mengatur kehidupan masyarakat dan

mendukung kebutuhan sektor usaha;

Birokrasi didukung oleh kelembagaan yang kuat dan efektif, menciptakan

birokrasi dan administrasi yang rapi, lembaga legislatif yang bertanggung jawab,

lembaga yudisial yang independen;

Menciptakan komitmen kepada penerapan

good governance

;

Birokrasi dan struktur kelembagaan yang kuat dan efektif harus mampu menjadi

saluran umpan balik bagi perencanaan ke depan.

4.

Penciptaan Konektivitas Antar Wilayah di Indonesia

Pemerintah menjadi motor penciptaan konektivitas antar wilayah yang diwujudkan

dalam bentuk :

Merealisasikan sistem yang terintegrasi antara logistik nasional, sistem

transportasi nasional, pengembangan wilayah, dan sistem komunikasi dan

informasi;

Identifikasi simpul-simpul transportasi (

transportation hubs

) dan

distribution

centers

untuk memfasilitasi kebutuhan logistik bagi komoditi utama dan

penunjang;

Penguatan konektivitas intra dan antar koridor dan konektivitas internasional

(

global connectivity

);

Peningkatan jaringan komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi

seluruh aktifitas ekonomi, aktivitas pemerintahan, dan sektor pendidikan nasional.

5.

Kebijakan Ketahanan Pangan, Air, dan Energi

Ketahanan pangan merupakan prasyarat penting mendukung keberhasilan

pembangunan Indonesia. berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Ketahanan pangan memperhatikan dimensi konsumsi dan produksi;

Pangan tersedia secara mencukupi dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia

untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sehat dan produktif;

(12)

Upaya diversifikasi konsumsi pangan terjadi jika pendapatan masyarakat

meningkat dan produk pangan dihargai sesuai dengan nilai ekonominya;

Diversifikasi produksi pangan terutama tepung-tepungan, disesuaikan dengan

potensi produksi pangan daerah;

Pembangunan sentra produksi pangan baru berskala ekonomi luas di Luar Jawa;

Peningkatan produktivitas melalui peningkatan kegiatan penelitan dan

pengembangan khususnya untuk bibit maupun teknologi pasca panen.

Kebijakan terkait penyediaan air bersih tidak terfokus pada pembangunan

infrastruktur, namun juga harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

Pemerintah memastikan ketersediaan dan akses terhadap air bagi seluruh

penduduk;

Penyediaan air bersih memperhatikan kelestarian lingkungan sumber air untuk

menjaga keberlanjutannya;

Pengembangan hutan tanaman harus dilanjutkan guna memastikan peningkatan

luas hutan untuk keberlanjutan ketersediaan air;

Kabupaten/Kota memiliki luasan hutan sebagai persentase tertentu dari luas

wilayahnya.

Ketahanan energi didasarkan kepada manajemen resiko dari kebutuhan dan

ketersediaan energi di Indonesia, yang meliputi :

Manajemen resiko tersebut melalui pengaturan komposisi energi

(energy mix)

yang mendukung pembangunan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan;

Revisi peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung iklim usaha, serta

perbaikan konsistensi antar peraturan;

Pembatasan ekspor komoditas energi untuk pengolahan lebih lanjut di dalam

negeri guna meningkatkan nilai tambah ekspor;

Tata kelola penambangan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan.

6.

Jaminan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan

Negara bertanggung jawab melaksanakan sistem perlindungan sosial untuk

melindungi masyarakat terhadap resiko pembangunan ekonomi, sehingga perlu

menyediakan jaminan sosial, bantuan sosial dan asuransi sosial.

(13)

Penanggulangan

kemiskinan

dilaksanakan

secara

berkelanjutan

dengan

berlandaskan penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya. Penanggulangan kemiskinan

adalah upaya terkoordinasi antara pemerintah dan masyarakat yang mana

masing-masing memiliki peran tersendiri

Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui Koridor Ekonomi

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia diselenggarakan

berdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang

telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari

pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi

keunggulannya. Tujuan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut

adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan

daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.

Pengembangan

pusat-pusat

pertumbuhan

ekonomi

dilakukan

dengan

mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan

pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi

kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya. Secara keseluruhan, pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi dan konektivitas tersebut menciptakan Koridor Ekonomi

Indonesia. Peningkatan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi ini menjadi

salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).

Dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi dibutuhkan

penciptaan kawasan-kawasan ekonomi baru, diluar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

yang telah ada. Pemerintah dapat memberikan perlakuan khusus untuk mendukung

pembangunan pusat-pusat tersebut, khususnya yang berlokasi di luar Jawa, terutama

kepada dunia usaha yang bersedia membiayai pembangunan sarana pendukung dan

infrastruktur. Tujuan pemberian perlakuan khusus tersebut adalah agar dunia usaha

memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat-pusat pertumbuhan

ekonomi baru.

Perlakuan khusus tersebut antara lain meliputi : kebijakan perpajakan dan

kepabeanan peraturan ketenagakerjaan, dan perijinan sesuai kesepakatan dengan dunia

usaha. Untuk menghindari terjadinya

enclave

dari pusat-pusat pertumbuhan tersebut,

Pemerintah Pusat dan Daerah mendorong dan mengupayakan terjadinya keterkaitan

(14)

(

linkage)

semaksimal mungkin dengan pembangunan ekonomi di sekitar pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru tersebut dapat berupa

KEK dalam skala besar yang diharapkan dapat dikembangkan disetiap koridor ekonomi

disesuaikan dengan potensi wilayah yang bersangkutan.

Pembangunan koridor ekonomi ini juga dapat diartikan sebagai pengembangan

wilayah untuk menciptakan dan memberdayakan basis ekonomi terpadu dan kompetitif

serta berkelanjutan. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia melalui

pembangunan Koridor Ekonomi Indonesia memberikan penekanan baru bagi

pembangunan ekonomi wilayah.

Gambar 3.4.

Ilustrasi Koridor Ekonomi Indonesia

Penguatan Konektivitas Nasional

Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonomi

nasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia

dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menetapkan penguatan

konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).

Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan

nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi

Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas

nasional yang efektif, efisien, dan terpadu. Konektivitas nasional Indonesia merupakan

bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas

nasional perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan

pusat-pusat perekonomian regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saing

nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari

keterhubungan regional dan global/internasional.

Gambar 3.5.

(15)

Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah sebagai berikut :

1.

Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan

pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui

inter-modal supply chains systems

.

2.

Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas dari

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (

hinterland

)

.

3.

Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif dan

berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah

tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataan pembangunan.

Tabel 3.2.

Komponen Konektivitas Sumber : MP3EI

Gambar 3.6.

Visi Konektivitas Indonesia

Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas nasional tersebut

kemudian dirumuskan visi konektivitas nasional yaitu ‘

TERINTEGRASI SECARA LOKAL,

TERHUBUNG SECARA GLOBAL (

LOCALLY INTEGRATED, GLOBALLY CONNECTED

)

’.

Locally Integrated

adalah pengintegrasian sistem konektivitas untuk mendukung

perpindahan komoditas, yaitu barang, jasa, dan informasi secara efektif dan efisien dalam

wilayah NKRI. Oleh karena itu, diperlukan integrasi simpul dan jaringan transportasi,

pelayanan

inter-moda

tansportasi, komunikasi dan informasi serta logistik. Simpul-simpul

transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusi, kawasan pergudangan,

bandara) perlu diintegrasikan dengan jaringan transportasi dan pelayanan sarana

inter-moda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif. Jaringan komunikasi dan

informasi juga perlu diintegrasikan untuk mendukung kelancaran arus informasi

terutama untuk kegiatan perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian lainnya

berbasis elektronik.

Sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harus dapat

dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan

informasi

dan

komunikasi

(

virtual

)

mulai

dari

proses

pengadaan,

penyimpanan/pergudangan, transportasi, distribusi, dan penghantaran barang sesuai

(16)

dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki produsen dan

konsumen, mulai dari titik asal (

origin

) sampai dengan titik tujuan (

destination

).

Globally connected

adalah sistem konektivitas nasional yang efektif dan efisien

yang terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistem konektivitas global melalui

jaringan

pintu

internasional

pada

pelabuhan

dan

bandara

(

international

gateway/exchange)

termasuk fasilitas

custom

dan

trade/industry facilitation

. Efektivitas

dan efisiensi sistem konektivitas nasional dan keterhubungannya dengan konektivitas

global akan menjadi tujuan utama untuk mencapai visi tersebut.

Gambar 3.7.

Kerangka Kerja Konektivitas Nasional

Fokus Penguatan Konektivitas Nasional untuk mendukung percepatan dan

perluasan pembangunan ekonomi indonesia adalah sebagai berikut :

Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Nasional

Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK Nasional menjadi salah satu dari 3 (tiga)

strategi utama pelaksanaan MP3EI. Hal ini dikarenakan pada era ekonomi berbasis

pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil

penemuan menjadi produk inovasi. Dalam konteks ini, peran sumber daya manusia yang

berpendidikan menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

yangberkesinambungan. Oleh karena itu, tujuan utama di dalam sistem pendidikan dan

pelatihan untuk mendukung hal tersebut diatas haruslah bisa menciptakan sumber daya

manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan sains dan

teknologi.

Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi

dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan

MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat

laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat

kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi

(17)

penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga

strategi utama, yaitu :

a.

Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan

mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,

b.

Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat

terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia di masa mendatang,

c.

Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat

miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan

regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting

dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program

pemberdayaan masyarakat (PNPM-Perkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta

Program Pro Rakyat.

Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan (Ekonomi Makro)

 Kerangka MP3KI

Komponen Saat ini 2013-1014 MP3KI 2015-2025

A. Mekanisme Ekonomi

- Pertumbuhan

Ekonomi Pertumbuhan inklusif (MP3EI)

- Stabilitas

Ekonomi Makro

Pengendalian Inflasi dan Kesinambungan fiskal untuk menjaga daya beli masyarakat

B. Afirmasi

(Keberpihakan)

- Program 4 Klaster Belum terpadu lokasi

dan waktu, terutama untuk kantong kemiskinan

 Terpadu pada lokasi & waktu, terutama kantong kemiskinan

 Sinergi dengan program daerah dan CSR  Konsolidasi program bantuan sosial >>>unified data base - Sistem Jaminan

Sosial Sistem dan cakupan terbatas  Sistem diperbaiki (BPJS Kesehatan) dan cakupan diperluas  Sistem semakin lengkap (BPJS lainnya) &universal coverage - Sustainable

Livelihood Terbatas >> daya tahan penduduk miskin rentan

Peningkatan income generating activities (wirausaha, financial inclusion, dan supply chain

MP3EI)

- Dukungan Data belum terpadu Data sasaran terintegrasi (PPLS), bertahap

(18)

Transformasi : Perlindungan Sosial, Pelayanan Dasar dan Penghidupan Berkelanjutan

Agenda Transformasi Penanggulangan Kemiskinan MP3KI 2013-2025 dan RPJMN 2015-2025

Instrumen MP3KI Jangka Pendek-Menengah

Sinergi MP3KI dan MP3EI

A)

Tujuan

1.

Mempercepat upaya pengurangan kemiskinan

2.

Menghindarkan dan mengurangi kesenjangan pendapatan antar

penduduk

B)

Strategi

1.

Meningkatkan efek spill over dari pusat-pusat pertumbuhan MP3EI ke

wilayah

2.

Meningkatkan kapasitas penduduk untuk memanfaatkan peluang

- 157 Kecamatan - Pola “keroyokan” di

lokasi kemiskinan terpilih

- Pendanaan: anggaran regular, block grant

dari Kementerian, dan APBD

Percepatan

Pengurangan Kemiskinan (Quick Wins)

- 273 Kecamatan - Penambahan (on top) BLM PNPM Mandiri - Pendanaan: block grant dari Kementerian

Penguatan

Kecamatan Kantong Kemiskinan - 6 Kecamatan - Uji coba pendekatan

penghidupan berkelanjutan melalui perlindungan dan pengembangan aset, khususnya perluasan akses ekonomi - Pendanaan: anggaran K/L di

lokasi pilot

Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (

Livelihood

)

Ketiga instrumen dilaksanakan dengan menggunakan platform PNPM

1. Peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya

manusia masyarakat miskin perdesaan dan perkotaan

2. Pengembangan dan diversifikasi sumber usaha

masyarakat miskin berbasis sumber daya alam

3. Penyediaan dan pengembangan infrastruktur dasar

terpadu, yaitu: listrik, sanitasi, air bersih, dan transportasi alternative bagi masyarakat perdesaan

4. Pemberian jaminan pelayanan dasar dan

perlindungan sosial di wilayah perdesaan, terpencil dan perbatasan

(19)

C)

Implementasi (antara lain)

1.

Kebijakan umum: industri padat karya dan upah minimum

2.

Meningkatkan akses (transportasi) dari pusat pertumbuhan ke non pusat

pertumbuhan

3.

Membangun Sekolah Kejuruan dan melaksanakan berbagai diklat

kewirausahaan dan ketrampilan

4.

Mendorong program kemitraan antara perusahaan dan UKM lokal

5.

Mempermudah penyediaan permodalan dan pembentukan wira usaha

(

business star up

) serta outlet pemasaran (pasar-pasar lokal)

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah

kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan

memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang

memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung

kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi

tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona

fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini

diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut

sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

KEK terdiri atas satu atau beberapa zona sebagai berikut :

1.

pengolahan ekspor; diperuntukkan bagi kegiatan logistik dan industri yang

produksinya ditujukan untuk ekspor.

2.

logistik; diperuntukkan bagi kegiatan penyimpanan, perakitan, penyortiran,

pengepakan, pendistribusian, perbaikan, dan perekondisian permesinan dari dalam

negeri dan dari luar negeri.

3.

industri; diperuntukkan bagi kegiatan industri yang mengolah bahan mentah, bahan

baku, barang. setengah jadi, dan/atau barang jadi, serta agroindustri dengan nilai

yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan

perekayasaan industri yang produksinya untuk ekspor dan/atau untuk dalam negeri.

(20)

4.

pengembangan teknologi; diperuntukkan bagi kegiatan riset dan teknologi, rancang

bangun dan rekayasa, teknologi terapan, pengembangan perangkat lunak, serta jasa

di bidang teknologi informasi.

5.

pariwisata; diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk mendukung

penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, pameran, serta kegiatan yang

terkait.

6.

energi; diperuntukkan untuk kegiatan riset dan pengembangan di bidang energi

serta produksi dari energi alternatif, energi terbarukan, dan energi primer.

7.

ekonomi lain; diperuntukkan untuk kegiatan lain selain huruf a sampai f yang

ditetapkan oleh Dewan Nasional.

Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria:

1.

sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu

kawasan lindung;

2.

pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;

3.

terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat

dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi

sumber daya unggulan; dan

4.

mempunyai batas yang jelas.

Pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan Nasional oleh:

1.

Badan Usaha, usulan disampaikan melalui pemerintah provinsi setelah memperoleh

persetujuan pemerintah kabupaten/kota

2.

pemerintah kabupaten/kota, usulan diajukan oleh pemerintah kabupaten/kota

usulan disampaikan melalui pemerintah provinsi

3.

pemerintah provinsi, usulan disampaikan setelah mendapat persetujuan pemerintah

kabupaten/kota.

Penyelenggaraan KEK meliputi :

1.

pengusulan KEK;

2.

penetapan KEK;

3.

pembangunan KEK;

4.

pengelolaan KEK; dan

5.

evaluasi pengelolaan KEK.

(21)

1.

dalam satu wilayah kabupaten/kota; atau

2.

lintas wilayah kabupaten/kota.

Usulan pembentukan KEK dilengkapi dengan dokumen berupa :

1.

deskripsi rencana pengembangan KEK yang diusulkan, paling sedikit memuat

rencana dan sumber pembiayaan serta jadwal pembangunan KEK;

2.

peta detail lokasi pengembangan serta luas area KEK yang diusulkan;

3.

rencana peruntukan ruang pada lokasi KEK yang dilengkapi dengan peraturan zonasi;

4.

studi keJayakan ekonomi dan finansial;

5.

analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

6.

usulan jangka waktu beroperasinya KEK dan rencana strategis pengembangan KEK;

7.

penetapan lokasi atau bukti hak atas tanah;

8.

rekomendasi dari otoritas pengeJola infrastruktur pendukung dalam hal untuk

pengoperasian KEK memerlukan dukungan infrastruktur lainnya;

9.

pernyataan kesanggupan melaksanakan pembangunan dan pengelolaan KEK; dan

10.

komitmen pemerintahan kabupaten/kota mengenai rencana pemberian insentif

berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah serta

kemudahan.

Penetapan KEK dilakukan oleh Dewan Nasional setelah Dewan Nasional

melakukan kajian terhadap usulan pembentukan KEK dalam waktu paling lama 45 (empat

puluh lima) hari kerja sejak diterimanya dokumen usulan secara lengkap. Kajian dilakukan

terhadap :

1.

pemenuhan kriteria lokasi KEK; dan

2.

kebenaran dan kelayakan isi dokumen yang dipersyaratkan.

Pembangunan KEK meliputi kegiatan:

1.

pembebasan tanah untuk lokasi KEK; dan

2.

pelaksanaan pembangunan fisik KEK.

Pembangunan KEK dibiayai dari:

1.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah;

(22)

3.

kerjasama pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota

dengan Badan Usaha; dan/atau

4.

sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan KEK dilakukan oleh :

1.

Administrator; dibentuk oleh Dewan Kawasan, yang bertugas :

a.

memberikan izin usaha dan izin lain yang diperlukan

b. bagi Pelaku Usaha untuk mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan usaha di

KEK:

c.

melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK yang dilakukan

oleh Badan Usaha pengelola KEK; dan

d.

menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan insidental kepada

Dewan Kawasan.

2.

Badan Usaha pengelola; bertugas menyelenggarakan kegiatan usaha KEK,

berbentuk:

a.

Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah;

b.

Badan Usaha koperasi;

c.

Badan Usaha swasta; atau

d.

Badan Usaha patungan antara swasta dan/atau koperasi dengan Pemerintah,

pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.

Badan Usaha pengelola KEK ditetapkan pada masa pelaksanaan pembangunan KEK

dan paling lambat sebelum KEK dinyatakan siap beroperasi oleh Dewan Nasional.

Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian,

Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang

meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs.

Program-program pembangunan yang berkeadilan, meliputi :

1. Program pro rakyat :

a)

Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

b)

Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;

c)

Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan

(23)

2. Program keadilan untuk semua :

a)

Program keadilan bagi anak;

b)

Program keadilan bagi perempuan;

c)

Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;

d)

Program keadilan di bidang bantuan hukum;

e)

Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;

f)

Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan;

3. Program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDG’s) :

a)

Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

b)

Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

c)

Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

d)

Program penurunan angka kematian anak;

e)

Program kesehatan ibu;

f)

Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;

g)

Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;

h)

Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro

Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan

masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan

dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan

permukiman kumuh.

C. Peraturan Perundangan

UU No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

Pembinaan,

penyelenggaraan

perumahan,

penyelenggaraan

kawasan

permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan

sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Perumahan dan kawasan permukiman

diselenggarakan untuk :

a.

memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman;

(24)

b. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang

proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman

sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama

bagi MBR;

c.

meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan

perumahan dengan tetap

d.

memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun

kawasan perdesaan;

e.

memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan

kawasan permukiman;

f.

menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan

g.

menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang

sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Tugas Pemerintah kabupaten/kota dalam rangka melaksanaan pembinaan

melakukan penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan

Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten/Kota (pasal 15). Sementara itu wewenang

pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan perumahan dan kawasan

permukiman adalah :

a.

menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada

tingkat kabupaten/kota;

b. menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan

dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota bersama DPRD;

c.

memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota;

d.

melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta

kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada

tingkat kabupaten/kota;

e.

mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan

permukiman bagi MBR;

f.

menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat

kabupaten/kota;

(25)

g.

memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah

kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman;

h.

menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota; dan

i.

memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman

kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Penyelenggaraan perumahan meliputi perencanaan perumahan, pembangunan

perumahan, pemanfaatan perumahan dan pengendalian perumahan. Jenis rumah

dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang meliputi :

1.

Rumah komersial, diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

2.

Rumah umum, diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.

3.

Rumah swadaya diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara

sendiri maupun berkelompok.

4.

Rumah khusus, diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah untuk

kebutuhan khusus.

5.

Rumah umum, mendapatkan kemudahan dan/atau bantuan dari Pemerintah

dan/atau pemerintah daerah.

6.

Rumah swadaya, dapat memperoleh bantuan dan kemudahan dari Pemerintah

dan/atau pemerintah daerah.

7.

Rumah khusus dan rumah Negara, disediakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah

daerah.

Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi

persyaratan administratif, teknis, dan ekologis meliputi :

1.

rencana penyediaan kaveling tanah untuk perumahan sebagai bagian dari

permukiman

2.

rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.

Pembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangkan teknologi dan

rancang bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan bangunan

yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang

aman bagi kesehatan.

(26)

Ketentuan mengenai pembangunan rumah dan perumahan dalam

Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah sebagai

berikut :

Pasal 34 ayat 1 dan 2

Badan hukum yang melakukan pembangunan perumahan wajib mewujudkan

perumahan dengan hunian berimbang.

Pembangunan perumahan skala besar yang dilakukan oleh badan hukum wajib

mewujudkan hunian berimbang dalam satu hamparan.

Pasal 35 ayat 1

Pembangunan perumahan skala besar dengan hunian berimbang meliputi rumah

sederhana, rumah menengah, dan rumah mewah.

Pasal 36 ayat 1 dan 2

Dalam hal pembangunan perumahan dengan hunian berimbang tidak dalam satu

hamparan, pembangunan rumah umum harus dilaksanakan dalam satu daerah

kabupaten/kota.

Pembangunan rumah umum harus mempunyai akses menuju pusat pelayanan

atau tempat kerja.

Pasal 38 ayat 1,2,4

Pembangunan rumah meliputi pembangunan rumah tunggal, rumah deret,

dan/atau rumah susun.

Pembangunan rumah dikembangkan berdasarkan tipologi, ekologi, budaya,

dinamika ekonomi pada tiap daerah, serta mempertimbangkan faktor

keselamatan dan keamanan.

Pembangunan rumah dan perumahan harus dilakukan sesuai dengan rencana tata

ruang wilayah.

Pasal 47 ayat 3

Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi

persyaratan :

kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah;

keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan lingkungan hunian;

ketentuan teknis pembangunan prasarana, sarana,dan utilitas umum.

(27)

Ketentuan mengenai pemanfaatan rumah dan perumahan dalam Undang-undang

No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah sebagai berikut :

Pasal 48

Pemanfaatan perumahan digunakan sebagai fungsi hunian, meliputi:

pemanfaatan rumah;

pemanfaatan prasarana dan sarana perumahan; dan

pelestarian rumah, perumahan, serta prasarana dan sarana perumahan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 49 ayat 1 dan 2

Pemanfaatan rumah dapat digunakan sebagai kegiatan usaha secara terbatas

tanpa membahayakan dan tidak mengganggu fungsi hunian.

Pemanfaatan rumah selain digunakan untuk fungsi hunian harus memastikan

terpeliharanya perumahan dan lingkungan hunian.

Sementara itu ketentuan mengenai pengendalian pembangunan perumahan

dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

adalah sebagai berikut :

Pasal 53 ayat 1 dan 2

Pengendalian perumahan dimulai dari tahap:

a.

perencanaan;

b.

pembangunan; dan

c.

pemanfaatan.

Pengendalian perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam bentuk:

a.

perizinan;

b.

penertiban; dan/atau

Pasal 64 ayat 1,2,6

Perencanaan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang

wilayah. Perencanaan kawasan permukiman dimaksudkan untuk menghasilkan

dokumen rencana kawasan permukiman sebagai pedoman bagi seluruh pemangku

kepentingan dalam pembangunan kawasan permukiman.

(28)

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman ini juga diatur mengenai penanganan kawasan kumuh sebagai berikut :

Pasal 94

Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan

masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya

perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan

meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman.

Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh dilaksanakan berdasarkan pada prinsip kepastian bermukim

yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan/atau

memiliki tempat tinggal sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,

dan/atau setiap orang.

Pasal 95 ayat 1 dan 2

Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan

permukiman kumuh baru mencakup:

a.

ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;

b.

ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;

c.

penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana,

sarana dan utilitas umum; dan

d.

pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan

rencana tata ruang wilayah.

Pencegahan dilaksanakan melalui :

a.

pengawasan dan pengendalian; dan

b.

pemberdayaan masyarakat.

Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan,

standar teknis, dan kelaikan fungsi melalui pemeriksaan secara berkala sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(29)

Pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang

perumahan dan kawasan permukiman melalui pendampingan dan pelayanan

informasi.

Pencegahan wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,dan/atau setiap

orang.

Pasal 97

Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh

didahului dengan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh

dengan pola-pola penanganan:

a.

pemugaran;

b.

peremajaan; atau

c.

pemukiman kembali.

Pola-pola penanganan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh

dilanjutkan melalui pengelolaan untuk mempertahankan tingkat kualitas

perumahan dan permukiman.

Pasal 98 ayat 1 dan 2

Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib memenuhi

persyaratan:

a.

kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang

wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;

b.

kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan;

c.

kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi

persyaratan dan tidak membahayakan penghuni;

d.

tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;

e.

kualitas bangunan; dan

f.

kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului

proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan

peran masyarakat.

Pasal 99

Pemugaran dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali, perumahan

dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni.

(30)

Pasal 100

Peremajaan dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan,

permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik guna melindungi

keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Peremajaan harus

dilakukan dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat

terdampak.

Kualitas rumah, perumahan, dan permukiman yang diremajakan harus diwujudkan

secara lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Peremajaan dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat.

Pasal 101

Pemukiman kembali dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, dan

permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni

dan masyarakat. Pemukiman kembali dilakukan dengan memindahkan masyarakat

terdampak dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali karena tidak sesuai

dengan rencana tata ruang dan/atau rawan bencana serta dapat menimbulkan bahaya

bagi barang ataupun orang.

Pasal 102

Pemukiman kembali wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau

pemerintah kabupaten/kota. Lokasi yang akan ditentukan sebagai tempat untuk

pemukiman kembali ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran

masyarakat.

UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas :

a.

Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di

bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan

dan strategi nasional dan provinsi.

b.

Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

Gambar

Gambar 3.19 : Prinsip Penanganan Permukiman Kumuh berdasarkan Program PLP2K- PLP2K-BK dari Kemenpera

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan pola makan yang teratur, istirahat yang cukup dan aktivitas olahraga yang dilakukan sesuai prinsip latihan serta takarannya dapat berpengaruh besar pada

Pada model struktur awal ini telah dilakukan analisis struktur dengan menggunakan software ETABS sehingga dihasilkan output berupa estimasi dimensi dan tinggi

Sebaliknya yang cukup mengkhawatirkan masih banyaknya pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar yang terserap di lapangan kerja yang ada di Sulawesi Selatan, yaitu mencapai

Dan berdasarkan dari evaluasi dengan menggunakan evaluasi uji coba sistem dan analisa hasil uji coba sistem, dapat disimpulkan bahwa aplikasi dapat berjalan

dilakukan apabila Sai Batin atau yang mewakili tidak hadir dalam arak-arakan upacara

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah terciptanya sebuah sistem monitoring jaringan yang memiliki kemampuan dalam mengecek status perangkat jaringan

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pertimbangan hukum hakim pada putusan Nomor 52/Pid.Sus/2016/PN Wat setelah hakim memeriksa semua bukti-bukti yang diajukan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematis antara siswa yang mengikuti discovery learning