• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.2 Defisit dan Pembiayaan Angggaran

5.2.2 Pembiayaan Utang

Dalam APBN tahun 2015, pembiayaan utang ditetapkan sebesar Rp254.856,0 miliar, yang bersumber dari SBN (neto) sebesar Rp277.049,8 miliar, pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp23.815,0 miliar, dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp1.621,2 miliar. Pembiayaan utang dalam RAPBNP tahun 2015 direncanakan meningkat sebesar Rp36.536,7 miliar atau 14,3 persen sehingga menjadi Rp291.392,7 miliar. Kenaikan tersebut terutama untuk membiayai kebijakan meningkatkan PMN pada BUMN dalam rangka mendukung agenda prioritas (Nawacita). Selain itu, peningkatan pembiayaan utang tersebut untuk menampung perubahan asumsi dasar ekonomi makro, rencana penarikan dan pembayaran pinjaman terkini, kondisi pasar keuangan terkini, serta kebijakan lain yang akan ditempuh. Tambahan pembiayaan utang ini terutama akan dipenuhi melalui penerbitan SBN (neto). Secara keseluruhan, pembiayaan utang yang direncanakan dalam RAPBNP tahun 2015 menjadi sebagai berikut: (1) SBN (neto) sebesar Rp308.321,1 miliar; (2) pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp18.619,1 miliar; dan (3) pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp1.690,6 miliar. Rincian pembiayaan utang disajikan pada Tabel 5.45.

5.2.2.1 Surat Berharga Negara (Neto)

Penerbitan SBN (neto) dalam RAPBNP tahun 2015 direncanakan sebesar Rp308.321,1 miliar atau naik 11,3 persen. Kenaikan ini disebabkan adanya tambahan PMN kepada sejumlah BUMN. Meskipun target penerbitan SBN (neto) mengalami kenaikan, Pemerintah berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan mempertimbangkan berbagai faktor, diantaranya biaya dan risiko utang, perkembangan kondisi pasar keuangan, kapasitas daya serap pasar SBN, dan kebutuhan kas negara. Perkembangan penerbitan SBN dalam lima tahun terakhir disajikan pada Grafik 5.9.

2014

Nominal %

I. SBN (Neto) 264.983,7 27 7 .049,8 308.321,1 31.27 1,3 11,3

II.Pinjaman Luar Negeri (Neto) (13.437 ,7 ) (23.815,0) (18.619,1) 5.196,0 (21,8)

1 . Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto) 54.1 29,6 47 .037 ,1 49.232,9 2.1 95,8 4,7

a. Pinjaman Program 1 6.899,6 7 .1 40,0 7 .320,0 1 80,0 2 ,5

b. Pinjaman Proy ek 37 .230,0 39.897 ,1 41 .91 2,9 2.01 5,8 5,1

i. Pinjaman Proy ek Pemerintah Pusat 33.822,6 35.57 7 ,7 37 .51 7 ,2 1 .939,5 5,5

- Kementerian Negara/Lembaga 31 .61 8,3 32.881 ,5 34.7 57 ,4 1 .87 5,9 5,7

- Diterushibahkan (on granting) 2.204,3 2.696,3 2.7 59,8 63,6 2,4

ii. Penerimaan Penerusan Pinjaman 3.407 ,4 4.31 9,4 4.395,7 7 6,3 1 ,8

2. Penerusan Pinjaman Kepada BUMN/Pemda (3.407 ,4) (4.31 9,4) (4.395,7 ) (7 6,3) 1 ,8

3. Pembay aran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri (64.1 59,9) (66.532,8) (63.456,3) 3.07 6,5 (4,6)

III.Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 2.17 8,0 1.621,2 1.690,6 69,4 4,3

1 . Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (Bruto) 2.423,4 2.000,0 2.000,0 - -

2. Pembay aran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri (245,4) (37 8,8) (309,4) 69,4 (1 8,3)

253.7 24,0 254.856,0 291.392,7 36.536,7 14,3

Su m ber: Kem ent eria n Keu a nga n

Jumlah

TABEL 5.45

PEMBIAYAAN UTANG TAHUN 2014 DAN 2015

(miliar rupiah)

2015

APBNP APBN RAPBNP Selisih

5.2.2.2 Pinjaman Luar Negeri (Neto)

Secara neto, penarikan pinjaman luar negeri dalam RAPBNP tahun 2015 diperkirakan sebesar negatif Rp18.619,1 miliar atau naik sebesar Rp5.196,0 miliar jika dibandingkan dengan rencana penarikannya dalam APBN tahun 2015. Perubahan besaran pinjaman luar negeri (neto) dipengaruhi oleh penyesuaian rencana penarikan pinjaman proyek, penyesuaian rencana pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, dan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat.

Penarikan pinjaman program dalam RAPBNP tahun 2015 dalam mata uang asal direncanakan masih tetap sama yaitu sebesar USD600,0 juta. Namun, ketika dikonversikan ke dalam rupiah, besaran nilainya naik Rp180,0 miliar atau 2,5 persen jika dibandingkan dengan yang direncanakan dalam APBN tahun 2015. Faktor utama yang menyebabkan naiknya pinjaman program adalah depresiasi nilai tukar rupiah. Untuk tahun 2015, komitmen pinjaman ini diperoleh dari World Bank dan Asian Development Bank. Perkembangan penarikan pinjaman program 2010-2015 disajikan dalam Grafik 5.10.

Rencana penarikan pinjaman proyek RAPBNP tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp41.912,9 miliar, mengalami perubahan sebesar Rp2.015,8 miliar (5,1 persen) jika dibandingkan dengan rencana yang ditetapkan dalam APBN tahun 2015. Perubahan rencana penarikan pinjaman proyek tersebut berkaitan dengan penyesuaian rencana penarikan pinjaman proyek Pemerintah Pusat (dilaksanakan oleh K/L dan diterushibahkan kepada Pemda), dan peningkatan pinjaman proyek yang diteruspinjamkan (penerusan pinjaman/subsidiary loan agreement/SLA) kepada Pemda dan/atau BUMN. Peningkatan pinjaman proyek yang dilaksanakan K/L disebabkan antara lain oleh adanya penyesuaian jadwal pelaksanaan proyek yang dibiayai dari pinjaman, pelaksanaan pinjaman pipeline yang diperkirakan akan ditandatangani dan dilaksanakan pada

91,1 119,9 159,7 224,7 265,0 277,0 308,3 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 2015 APBN 2015 RAPBNP GRAFIK 5.9

PERKEMBANGAN PENERBITAN SBN (NETO), 2010-2015

(triliun rupiah)

tahun 2015, perluasan scope pelaksanaan proyek, lanjutan alokasi pinjaman yang tidak terserap pada tahun 2014, dan perpanjangan closing date beberapa pinjaman sehingga harus dialokasikan pada tahun 2015. Beberapa K/L yang rencana penarikan pinjaman luar negerinya meningkat adalah Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kebudayaan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan LIPI.

Rencana penarikan pinjaman yang diterushibahkan kepada Pemda diperkirakan meningkat khususnya penarikan pinjaman untuk proyek Water Resources and Irrigation Sector Management Program II (WISMP-2), sedangkan rencana penarikan pinjaman untuk proyek Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) tidak mengalami perubahan.

Penyesuaian rencana penarikan pinjaman juga dilakukan terhadap pinjaman yang diteruspinjamkan, terutama pada proyek yang dilaksanakan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Pertamina. Penyesuaian tersebut sebagai dampak dari depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Perkembangan penarikan pinjaman proyek 2010-2015 disajikan dalam Grafik 5.11.

Penarikan pinjaman luar negeri Pemerintah dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kebijakan pengelolaan pinjaman luar negeri Pemerintah antara lain: (1) komitmen pinjaman kegiatan (project loan) ditujukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang produktif dalam rangka meningkatkan potensi output yang memberikan dampak multiplier yang tinggi dimasa yang akan datang; (2) meningkatkan kualitas persiapan kegiatan dan pengadaan pinjaman luar negeri antara lain melalui peningkatan peran serta dalam penyusunan dokumen kerjasama dengan lender untuk menghindari terjadinya pengadaan pinjaman luar negeri yang di dikte oleh lender; (3) pinjaman luar negeri tunai untuk pembiayaan defisit APBN dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan kapasitas lender serta kompleksitas penyiapan pinjaman luar negeri tunai; dan (4) meningkatkan kinerja pemanfaatan pinjaman luar negeri

3.209,0 1.511,0 1.566,2 1.552,0 1.505,6 600,0 600,0 - 500,0 1.000,0 1.500,0 2.000,0 2.500,0 3.000,0 3.500,0 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 2015 APBN 2015 RAPBNP

GRAFIK 5.10

PINJAMAN PROGRAM, 20102015

Jerman Perancis Jepang ADB

World Bank Pinjaman Program

(juta USD)

antara lain melalui optimasi monitoring dan evaluasi pelaksanaan pinjaman luar negeri, dan mengambil langkah penanganan atas kegiatan yang bermasalah dan berdampak signifikan terhadap APBN berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Selain penarikan pinjaman, Pemerintah juga melakukan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri. Proyeksi perkembangan nilai tukar rupiah terhadap beberapa mata uang asing terutama JPY dan USD pada tahun 2015 menyebabkan penyesuaian alokasi pembayaran cicilan pokok utang luar negeri pada RAPBNP tahun 2015. Dari sisi mata uang, cicilan pokok utang luar negeri jatuh tempo tahun 2015 akan dibayarkan terutama dalam mata uang JPY, USD, dan EUR. Sedangkan dari sisi kreditur terbesar, cicilan pokok utang luar negeri jatuh tempo 2015 akan dibayarkan kepada Jepang, ADB, World Bank, Jerman, dan Perancis.

5.2.2.3 Pinjaman Dalam Negeri (Neto)

Pemenuhan pembiayaan utang dari pinjaman dalam negeri (neto) dilakukan melalui penarikan secara bruto atas pinjaman dan pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri. Dalam RAPBNP tahun 2015, Pemerintah tetap merencanakan pengadaan pinjaman dalam negeri dengan memanfaatkan sumber dana dari perbankan BUMN/BUMD sebesar Rp2.000,0 miliar. Arah kebijakan pemanfaatan pinjaman dalam negeri tetap difokuskan untuk upaya pemberdayaan industri dalam negeri dan untuk membiayai kegiatan pada Kementerian Pertahanan dan Polri. Penarikan dilakukan dengan mempertimbangkan dan mendukung pengelolaan pinjaman dalam negeri antara lain: (1) mengoptimalkan pemanfaatan pinjaman dalam negeri dengan memperhatikan antara lain kebutuhan prioritas kemampuan/teknologi dan kapasitas industri dalam negeri, dan kapasitas sumber pembiayaan domestik; (2) meningkatkan kualitas persiapan kegiatan dan pengadaan pinjaman dalam negeri antara lain melalui perencanaan kegiatan yang selektif dan hati-hati, serta memastikan terpenuhinya seluruh kriteria kesiapan kegiatan; dan (3) meningkatkan kinerja pemanfaatan pinjaman dalam negeri antara lain melalui optimasi monitoring dan evaluasi, dan mengambil langkah-langkah yang proaktif dalam menangani

Selain melakukan penarikan pinjaman, Pemerintah juga harus melakukan pembayaran cicilan pokok yang dialokasikan sebesar negatif Rp309,4 miliar atau turun 18,3 persen karena adanya penyesuaian proyeksi perhitungan pembayaran cicilan pokok akibat tertundanya sebagian penarikan pinjaman pada tahun sebelumnya. Dengan demikian, penarikan pinjaman dalam negeri (neto) dalam RAPBNP tahun 2015 naik 4,3 persen dibandingkan dengan APBN tahun 2015. Perkembangan pinjaman dalam negeri dalam lima tahun terakhir disajikan pada Grafik

5.12.

5.2.2.4 Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman Siaga

Untuk mengantisipasi dampak krisis perekonomian global terhadap kondisi fiskal, Pemerintah dengan beberapa development partner yang terdiri atas lembaga multilateral (World Bank dan ADB) dan lembaga bilateral (Australia dan Jepang) telah menyiapkan fasilitas pinjaman siaga senilai total USD5,0 miliar untuk tahun 2012 hingga pertengahan 2015. Fasilitas ini bersifat antisipatif yang dimaksudkan untuk memberikan dukungan pembiayaan bagi Pemerintah, dalam hal terjadi kesulitan dalam mengakses sumber pembiayaan dalam negeri terutama melalui penerbitan SBN dan terjadinya realisasi defisit anggaran yang melampaui target dalam RAPBNP tahun 2015. Sampai dengan saat ini, Pemerintah belum menggunakan fasilitas ini mengingat seluruh kebutuhan pembiayaan defisit masih terpenuhi. Komitmen pinjaman siaga dalam tahun 2015 sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.46.

393,6 619,3 913,1 615,7 2.423,4 2.000,0 2.000,0 0,0 0,0 (113,4) (141,3) (245,4) (378,8) (309,4) 393,6 619,3 799,7 474,4 2.178,0 1.621,2 1.690,6 (1.000,0) (500,0) 0,0 500,0 1.000,0 1.500,0 2.000,0 2.500,0 3.000,0 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 2015 APBN 2015 APBNP

GRAFIK 5.12

PINJAMAN DALAM NEGERI, 20102015

Penarikan (Bruto) Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri (Neto)

(Rp Miliar)

Dokumen terkait