• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBICARA : Hj. EMMA YOHANNA (KETUA PHAL) Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang terhormat saudara pimpinan DPD RI. Yang terhormat Ibu Wakil pimpinan DPD RI.

Yang terhormat pimpinan alat kelengkapan dan pimpinan Kelompok di MPR. Saudara-saudara anggota DPD RI.

Yang terhormat sekretariat jenderal beserta jajaran dan hadirin yang berbahagia. Bismillahirrahmanirrahim.

Salam sejahtera bagi kita semua Om Swastyastu.

Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia serta hadirin yang kami hormati.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas perkenannyalah pada hari ini, pada sidang paripurna ke-16 DPD RI kita dapat semua mengikutinya. Dan ijinkan saya atas nama pimpinan PHAL akan menyampaikan beberapa laporan tentang perkembangan, menyampaikan laporan pelaksanaan tugas yang telah dilakukan oleh Panitia Hubungan Antar Lembaga selama masa sidang IV tahun sidang 2011-2012.

Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang kami hormati.

Berikut adalah capaian dari pelaksanaan tugas PHAL pada masa sidang IV tahun 2012-2012. Yang pertama penyusunan draft pedoman kunjungan kerja luar negeri DPD RI. Sebagaimana yang telah Bapak-Ibu terima dan telah kami bagikan kepada semua anggota, mungkin untuk dapat dicermati. Dilandasi oleh komitmen kita untuk meningkatkan kinerja kelembagaan DPD sesuai dengan prinsip-prinsip good governance di parlemen, maka PHAL DPD RI telah mempersiapkan pedoman kunjungan kerja ke luar negeri DPD RI. Draft ini selain dibahas dan dikritisi oleh anggota PHAL, namun juga diperkaya muatan materinya oleh dua orang narasumber yaitu Saudara Pratito Suharyo, MA dari direktorat kerja sama intra kawasan asia pasifik Kemenlu dan saudara Sulastyo, dari Indonesia Parliamentary Center atau IPC pada kegiatan finalisasi oleh PHAL pada tanggal 15 sampai 17 Maret 2012 yang lalu. Selanjutnya draft pedoman kunjungan kerja luar negeri DPD tersebut juga sudah diberi masukan oleh legal drafter dari Panitia Perancang Undang-Undang atau PPUU DPD

RI yaitu Saudara Aan Eko Widiarto, SH, Mhum dan Saudara B. Hestu Cipto Handoyo, SH., MH.

Dari hasil pembahasan terdapat dua substansi masukan utama pada draft kunjungan luar negeri. Yang pertama etika. Dimasukan untuk memahami dan menjalankan baik etika diplomatik maupun etika fisik selama manjadi bagian dari delegasi DPD RI. Yang kedua anggaran. Khususnya mengenai dukungan anggaran diusulkan untuk ada pasal tersendiri yang isinya antara lain; pertama dukungan anggaran mengacu pada alokasi anggaran masing-masing alat kelengkapan sesuai pagu anggaran. Kedua sumber dana lain yang tidak mengikat dan dapat dipertanggungjawabkan, misalnya dari JICA, Globe dan sebagainya. Adapun masukan dari legal drafter untuk sistematika dari draft pedoman kunjungan luar negeri DPD RI adalah sebagai berikut. Mungkin tidak perlu saya bacakan, karena Bapak-Ibu mungkin sudah memilikinya.

Lampiran. Lampiran ada flowchart mekanisme koordinasi pengiriman delegasi keluar negeri. Berkaitan dengan substansi materi rancangan tentang peraturan DPD RI tentang pedoman kerja luar negeri DPD RI beberapa masukan saran legal drafter dapat dijabarkan sebagai berikut.

Satu, dengan berpedoman tata tertib dan semangat konstitusi maka awalnya dalam rancangan peraturan ini digunakan istilah kunjungan luar negeri dan pengiriman delegasi ke luar negeri. Namun menurut pendapat legal drafter bahwa pengunaan istilah atau nomenklatur tersebut seharusnya konsisten sehingga tidak menimbulkan multi tafsir untuk konteks yang sama. Selain itu perlu juga dipertimbangkan istilah dalam penyelenggaraan negara yang dikeluarkan presiden atau Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2005 tentang perjalan dinas ke luar negeri, setneg, kementrian keuangan atau kementerian lainnya yaitu perjalan dinas luar negeri. Penggunaan istilah atau nomenklatur tersebut seharusnya konsisten sehingga tidak menimbulkan multi tafsir untuk konteks yang sama. Selain itu perlu juga dipertimbangan istilah dalam penyelenggaraan negara seperti yang saya bacakan tadi ya. Dengan berdasarkan masukan tersebut, kemudian judul rancangan pedoman DPD RI ini berubah menjadi perjalanan dinas luar negeri. Sehingga pada bagian kedua rancangan peraturan DPD tentang pedoman kunjungan kerja luar negeri diubah menjadi rancangan peraturan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Maaf Bapak-Ibu, karena belum ada nomor waktu itu, sehinggga nomor belum kami isi, tentang tatib, tahun 2012, tentang perjalanan dinas luar negeri Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Namun demikian, keputusan tertinggi menjadi kewenangan sidang paripurna DPD pada hari ini. Kami dari PHAL terbuka untuk mendapatkan masukan yang konstruktif.

Selanjutnya kami sampaikan, bahwa draft pedoman kunjungan kerja luar negeri yang telah diberikan masukan dan saran dari legal drafter tersebut telah didistribusikan kepada seluruh anggota pada hari Jumat tanggal 6 Juli 2012 untuk dimintakan masukan dan penyempurnaan sebelum diserahkan pada sidang paripurna DPD pada hari ini. Dan draft final telah disampaikan kepada Bapak-Ibu, saudara yang terhormat. Besar harapan kami diputuskan menjadi keputusan DPD RI dan ditetapkan menjadi peraturan DPD RI. Adapun masukan yang telah diterima oleh sekretariat PHAL untuk penyempurnaan draft tersebut, yang pertama yang terhormat Bapak H. Dani Anwar, anggota DPD RI Provinsi DKI, yang memberikan masukan pada bagian kesembilan Pasal 13 ayat (1) mengenai pertanggungjawaban yang terdapat pada draft awal yang berbunyi: paling lambat 14 hari kerja setelah delegasi kembali ke tanah air, laporan delegasi sudah harus selesai disusun oleh sekretariat alat kelengkapan dan disampaikan kepada sidang pleno alat kelengkapan dan selanjutnya dilaporkan dalam sidang paripurna dewan berikutnya.

Pada draft final yang telah kami bagikan kepada yang terhormat pimpinan dan anggota DPD RI, pada hari ini masukan tersebut menjadi bagian kedelapan Pasal 23 tentang pertanggung jawaban. Paling lambat 14 hari kerja setelah melakukan kunjungan luar negeri

sebagaimana dimaksud Pasal 5 pedoman ini, laporan kunjungan luar negeri ini sudah harus selesai disusun oleh anggota DPD RI yang melakukan kunjungan luar negeri atau sekretariat alat kelengkapan untuk disampaikan kepada sidang pleno alat kelengkapan untuk disampaikan kepada sidang pleno dan selanjutnya dilaporkan dalam sidang paripurna.

Mengingat bahwa bahwa PHAL telah merencanakan bahwa draft pedoman ini akan disahkan pada sidang paripurna ke-16 DPD RI pada hari ini. Dan saran serta masukkan untuk menyempurnakan pedoman ini hanya kami terima dari Bapak Dani Anwar, maka kami menganggap bahwa draft tersebut telah disetujui dan dapat diputuskan menjadi keputusan DPD RI.

Pimpinan dan anggota dewan perwakilan daerah serta hadirin yg kami hormati. Pembahasan tentang mekanisme koordinasi, tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Panitia Hubungan Antar Lembaga. Melalui kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan hasil konsinyering PHAL yang membahas mengenai mekanisme koordinasi tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Panitia Hubungan Antar Lembaga yang berkaitan dengan alat kelengkapan DPD RI lainnya sebagai berikut:

Pertama, jika dicermati rumusan tugas PHAL dalam tata tertib yang baru kata bilateral dihilangkan dari tugas PHAL. Oleh karena itu anggota PHAL mempertanyakan dasar filosofi menghilangkan kata bilateral itu. Dalam hubungan diplomatik selalu terdapat tiga bentuk hubungan antar parlemen negara, yaitu bilateral, regional dan internasional atau multilateral. Dan sebagai referensi di BKSAP DPR ada tiga desk yang menangani ketiga substansi itu; desk kerja sama bilateral, desk kerja sama regional, dan desk kerja sama internasional dengan masing-masing wakil ketua BKSAP sebagai kordinator. Sehingga harapan PHAL agar kata bilateral itu kembali dimasukan dan diintegrasikan dalam tugas PHAL dalam tata tertib.

Bapak-bapak Ibu-ibu yang kami hormati. Menanggapi surat BK tentang penugasan sidang paripurna pada pelaksanaan tugas PHAL sebagaimana ketentuan Pasal 115 tata tertib baru dapat kami jelaskan sebagai berikut:

Kata atas penugasan sidang paripurna maupun atas koordinasi dengan Panitia Musyawarah dalam ketentuan ayat (1) huruf a dapat diinterpretasikan melalui dua makna. Pertama, penugasan sidang paripurna telah ada melalui pembentukan PHAL dan pembentukan sebagai alat kelengkapan dan tugas-tugas yang telah ditetapkan oleh DPD RI dalam peraturan tata tertib. Jika pemahamanan ini dapat diterima bersama, maka semua alat kelengkapan yang dibentuk melalui sidang paripurna, termasuk komite harus diberlakukan dengan rumusan yang sama. Hal ini sesuai dengan beberapa asas penting ketentuan Pasal 6 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan yang artinya bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh memuat kalimat atau rumusan yang bersifat membedakan berdasarkan latar blakang dan sebagainya. Hal ini juga sesuai dengan ketentuan pasal 5 huruf f Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Asas Penuyusunan Materi Muatan Undang-undang. Yaitu asas kejelasan rumusan bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematik, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti. Sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

Pengertian kedua adalah setiap kali ada kegiatan PHAL yakni membina, mengembangkan dan meningkatkan hubungan kerja sama harus ada sidang paripurna terlebih dahulu untuk menugaskan PHAL. Menurut pendapat kami rumusan ini lebih bersifat alternatif atau pilihan. Oleh karena itu yang lebih efisien dan masuk akal adalah koordinasi dengan Panitia Musyawarah.

Bapak-Ibu yang kami hormati.

Mengenai kuorum dan studi banding. Berdasarkan ketentuan Pasal 153 dan154 tatib DPD dan Pasal 8 ayat 1 kode etik, syarat kuorum untuk pembukaan rapat adalah anggota yang telah menandatangani daftar hadir. Selanjutnya dengan adanya ketentuan Pasal 8 ayat (5) kode etik yang menyatakan anggota yang menjalankan tugas kelembagaan dikategorikan hadir dalam sidang/rapat. Pertanyaannya apakah ketentuan ini dikategorikan hadir dapat dihitung sebagai kuorum? Perlu penjelasan dan ketegasan menganai hal ini dalam tata tertib. Yang kedua, dalam rumusan tata tertib yang baru khususnya berkaitan dengan pelaksanaan studi banding, kordinasi dengan PHAL dihilangkan. Pertanyaan dari anggota PHAL, apakah memang seperti ini yang kita inginkan secara kelembagaan?

Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia serta hadirin yang kami hormati. Demikianlah laporan pelaksanaan tugas PHAL selama masa sidang IV tahun sidang 2011-2012 ini. Namun demikian perlu kita pikirkan bersama bahwa perjuangan memperkuat eksistensi DPD di forum internasional belum maksimal. Oleh karena itu tentu kita perlu bersama-sama untuk mendukung perjuangan ini. Dan juga kami atas nama pimpinan PHAL, berhubung pada hari ini adalah paripurna kita yang terakhir pada masa sidang ini, kami atas nama pimpinan PHAL, saya sendiri, Ibu Ir. Sarah Lery dan Bapak Adhariani. Mohon maaf kepada khususnya anggota PHAL, dimana kami belum bisa maksimal dalam menjalankan tugas, walaupun mungkin sama-sama kita maklumi apa-apa yang telah terjadi dan kendala-kendala apa yang kita hadapi di PHAL. Namun tentu kita tidak boleh mundur. Kita berharap PHAL kedepan akan lebih baik lagi dan akan lebih mencerminkan, karena ini adalah wajah atau menjadi corong di dunia internasional untuk sebuah kelembagaan yang masih mencari jati diri. Demikian saja.

Wabilahitaufiq wal hidayah, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 33. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI)

Baik, Bapak-Ibu sekalian, tadi kita telah mendengarkan laporan progress report dari Panitia Hubungan Antar Lembaga. Yang juga di depan kita ada draft untuk mengatur mengenai perjalanan dinas luar negeri, yang tadi telah disampaikan masih banyak harus yang disinkronkan ya, apa yang dimaksud dengan tata tertib dan lain sebagainya. Jadi barangkali menurut saya supaya nanti kita lebih sinkron, alangkah lebih baiknya ini kita lebih mantapkan lagi, bersama-sama dengan PPUU, dengan BK, karena ada hal-hal yang principal tadi yang disampaikan oleh Ibu Ketua PHAL. Sehinggga nanti rumusan dari perjalanan luar negeri ini sesuai dengan tata tertib sebagai payungnya, supaya jangan nanti ada perbedaan penafsiran seperti apa yang disampaikan tadi. Mungkin ada pandangan dan pendapat, kami persilakan.

34. PEMBICARA : ALIRMAN SORI, SH., M.Hum., MM. (SUMBAR) Terima Kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati pimpinan dan seluruh anggota senator yang saya banggakan. Ijinkan saya menyampaikan satu poin saja, sebagaimana yang dilaporkan oleh Ketua PHAL tadi. Menurut pandangan saya, khusus terkait dengan perjalanan dinas itu sudah ada ketetentuan, sudah diatur melalui keputusan PURT. Barangkali itu saja yang harus kita ikuti, teman-teman PHAL mengikuti itu, karena sistem perjalanannya sudah ada ketentuannya. Sedangkan yang lain-lain, dengan penafsiran tadi, beberapa dengan tata tertib, mungkin bisa kita diskusikan dengan PPUU dan BK dan segala macam. Tapi saya sarankan khusus perjalanan dinas itu menjadi domainnya di PURT. Terima kasih pimpinan.

35. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Silakan Pak Zulbahri

36. PEMBICARA : Drs. H. ZULBAHRI M, M.Pd. (KEPULAUAN RIAU) Terima kasih pimpinan. B-38.

Menyoroti tentang perjalanan dinas ke luar negeri. Saya melihat di bab 4 Pasal 5, pimpinan dan Bapak-Ibu anggota yang terhormat. Pasal 5 huruf f itu ada pengawasan atas pelaksanaan undang. Saya berpendapat bahwa pengawasan atas pelaksanaan undang-undang itu tidak hanya ibadah haji dan tenaga kerja, tetapi juga ada pengawasan Undang-Undang tentang APBN. APBN itu sumbernya ada pendapatan dalam negeri, ada pendapatan luar negeri. Selama ini DPD belum pernah lagi untuk melihat bahwa pinjaman daerah yang berasal dari luar negeri, belum ada diawasi. Banyak sekali daerah-daerah yang mendapat pinjaman luar negeri melalui kementerian keuangan. Nah ini juga termasuk pengawasan undang-undang. Banyak, misalnya beberapa daerah, contoh jembatan suramadu itu dari luar negeri. Jembatan selat sunda sebentar lagi dari luar negeri juga kan. Belum lagi daerah-daerah lain. Ini perlu kita awasi di dalam APBN. Nah ini tidak masuk di sini. Ini saya kira juga penting untuk dimasukan. Ini pendapat kami Pak. Kalau itu Undang-Undang APBN juga termasuk pandangan kita. Terima kasih.

37. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik. Jadi Bapak-Ibu sekalian, coba nanti kita dalami ini supaya kalau seperti yang disampaikan Pak Alirman perjalanan dinas itu kita mengikuti apa yang ada. Tapi kalau kunjungan kerja ke luar negeri ini kita harus, kita lebih, supaya nanti jangan multi tafsir, tadi menjadi catatan kita.

Sekarang saya ingin menawarkan, apakah ini kita terima dengan catatan ini kita kembalikan kepada BK dan juga, karena dia tatibnya kan, yang mengatur tatibnya, supaya tidak melanggar, dengan PPUU. Nanti kita sinkronkan supaya jangan ditafsir masing-masing, begitu lho. Seperti yang tadi, supaya ini bisa kita sepakati. Sehingga jangan pula nanti kalau Pak Zulbahri Komite IV karena dia APBN wah mengawasi ke luar negeri. Nanti Komite II juga karena ini belinya barang luar negeri, tanya lagi, kan begitu kan. Semuanya begitu. Ini kan jadi kreatif semua kan. Nanti tidak sesuai sasarannya. Ini yang bagaimana, begitu loh. Nah ini, jangan hanya eksklusif untuk tertentu, harus kita mantapkan. Sebab kalau ini hanya untuk tenaga kerja dan haji loh nanti komite lain mengatakan, ini, hal ini. Jadi kalau boleh disepakati ya kita terima ini. Terima kasih atas yang telah dilakukan oleh Panitia.

38. PEMBICARA : Drs. H. BAHAR NGITUNG (SULSEL) Pimpinan, 103

39. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Silakan Pak Bahar.

40. PEMBICARA : Drs. H. BAHAR NGITUNG (SULSEL) Terima kasih pimpinan dan kawan-kawan yang saya hormati.

Mendengar laporan pimpinan PHAL terdengar bahwa ada kerisauan. Jadi hal-hal yang mengenai sinkronisasi dengan tata tertib harus dibuatkan satu surat, itu dikirim ke BK. Jadi tidak ada hubungannya antara perdoman perjalanan dinas luar negeri dengan hal-hal yang bertentangan dengan tata tertib. Jadi ini harus dua masalah yang didudukan. Jadi bukanlah menjadi suatu laporan di dalam paripurna ini. Karena yang akan disahkan adalah Pedoman Perjalanan Dinas.

Menurut saya, agar ada sinkronisasi antara yang telah dibuat oleh PURT tentang Pedoman Perjalanan Dinas, itu disinkronisasikan ke PPUU yang merupakan alat kelengkapan di lembaga ini untuk membicarakan agar kita benar-benar bisa menghasilkan suatu pedoman yang sinkron termasuk masalah pembiayaannya. Hal-hal yang mengenai yang dianggap tidak sinkron dengan tata tertib itu domainnya ke BK, tidak ada hubungannya dengan pedoman ini.

Terima kasih pimpinan.

41. PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA. (KETUA DPD RI) Baik ya, kita sepakati supaya lebih sinkron. Nanti kita tugaskan kepada, nanti melalui PHAL untuk mengirim surat ke Badan Kehormatan untuk bisa menyempurnakan kemudian nanti disinkronkan antara PURT dan PHAL supaya lebih tepat, begitu ya. Supaya nanti kita tidak malu keluar produknya kok bertentangan satu sama lain sehingga nanti lebih sempurna lah semuanya. Tidak hanya berkepentingan untuk alat kelengkapan tertentu atau tidak, tapi betul-betul lebih mantap. Setuju ya?

Baik. Terima kasih. Tepuk tangan buat kita semua.

Baik, Bapak-Ibu sekalian, selanjutnya kami persilakan kepada Panmus untuk memberikan laporan perkembangannya, karena Panmus pada kesempatan ini untuk dimintakan persetujuannya terhadap dua hal yaitu pedoman kegiatan DPD di daerah. Ini penting sekali. Kemudian pedoman pelaksanaan pengawasan DPD RI. Untuk itu yang mewakili kami persilakan. Sekali lagi Pak Farouk kita undang untuk bisa menyampaikannya dengan baik sebagai Timja. Silakan.

42. PEMBICARA : Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (KETUA PAP) Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera. Om Swastyastu.

Pimpinan dan forum yang saya hormati.

Di hadapan Bapak-Ibu sekalian telah dibagikan dua naskah. Pertama, pedoman kegiatan DPD...

43. PEMBICARA : ALIRMAN SORI, SH., M.Hum., MM. (SUMBAR) Interupsi pimpinan. B-12.

Kalau Pak Farouk mengatakan semuanya sudah mendapat, di meja saya belum Pak Farouk. Terima kasih.

44. PEMBICARA : Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (NTB)

Berati mejanya ini. Silakan sekretariat. Jangan sampai terjadi Pak Alirman tidak kebagian itu. Bisa bahaya nanti itu. Pedoman Kegiatan di Daerah dan Pedoman Pengawasan DPD.

Yang pertama, kita coba sosialisasikan Pedoman Kegiatan di Daerah ini supaya tidak terlalu panjang itu, PKD itu. Ini memberikan guidance kepada kita semua bagaimana kita melaksanakan tugas. Sebelum diberikan itu sudah diberikan gambaran disini untuk menyamakan pemahaman kita tentang hak dan kewajiban anggota baik secara kelembagaan maupun perorangan. Hak disini kita kembangkan, hak DPD sebagai lembaga punya hak, di dalam pasal sudah ada. Tapi juga ada hak yang melekat pada anggota. Ada 6 hak, hak bertanya, hak menyampaikan usul dan pendapat dan sebagainya. Hak ini yang melekat pada masing-masing anggota, begitu himpunan anggota itu berkumpul dalam suatu lembaga maka melahirkanlah hak kolektif anggota. Jadi disini dikembangkan, selain hak lembaga, ada hak kolektif anggota. Hak kolekif anggota itu sehingga kita coba mencari selahnya dalam hal kita di fungsi kelembagaan, tidak secara eksplisit oleh undang-undang dirumuskan, maka dengan pemahaman itu memungkinkan. Itu yang kita kembangkan disini dalam mencoba bagaimana kita memerankan diri sebagai anggota DPD ini, ini secara rinci diuraikan di dalam bab 2 termasuk penggunaan haknya dan azas-azasnya.

Kemudian dalam Pelaksanaan Kegiatan di Daerah kita coba menjelaskan hakekatnya disini kita mencari informasi. Informasi itu baik berupa aspirasi masyarakat, baik berupa realisasi suatu kebijakan, pelaksanaan undang-undang maksudnya. Itu informasi juga. Ketiga, informasi tentang kondisi sosial, ekonomi, politik dan juga informasi lain. Inilah semua ajang tugas DPD itu berurun dengan informasi itu, itu dijelaskan disini.

Nah bagaimana kita sebetulnya menjaring informasi, pelaksanaan tugas DPD ini menjaring informasi. Itu yang diuraikan dalam bab 2. Menjaring ini ada yang sifatnya memantau, kita tidak proaktif, kita mendengar dari surat kabar, dari media memantau. Ada juga menampung, orang datang delegasi ke kita, kita tampung. Ada juga kita menyerap, kita proaktif mencari. Kita coba beda-bedakan hal semacam ini. Kemudian itu terjadi baik pada waktu kita reses, pada waktu kunjungan kerja, bahkan di kantor daerah sekalipun ketika kita ada di sini fungsi anggota kita itu tetap berjalan di kantor daerah. Itu kita akomodir di sini. Jadi kantor daerah itu tetap menjalankan fungsi kita, fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan lain sebagainya walaupun kita ada disini. Kita akomodir disini. Begitu juga melalui kegiatan-kegiatan khusus terutama berkaitan dengan bencana, solidarias kemanusiaan dan sebagainya. Kemudian bagaimana ini kita operasionalisasikan, itu diuraikan disini, termasuk dukungan administrasi dan mempertanggungjawabkannya, juga publikasi dan pelaporannya. Kita coba akomodir disini dan dilampirkan juga beberapa format. Bagaimana format susunan acara kita kalau ke daerah. Itu yang mendapat ini. Ternyata, karena kita kunjungan ke daerah itu macam-macam. Nah mudah-mudahan setelah ini kita sudah harus pasti. Kalau namanya kunjungan ke daerah, urut-urutan acaranya itu pertama dibuka ucapan selamat datang, mau

Dokumen terkait