• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Pembinaan Akhlak

4. Pembinaan Akhlak Siswa

Pembinaan akhlak siswa adalah usaha yang secara konsisten dan terstruktur yang bertujuan untuk menuntun siswa pada tingkah laku yang baik dan menjauhkan tingkah laku yang buruk. Secara tidak langsung juga dapat membentengi siswa dengan moral yang baik, sehingga dapat membersihkan jiwa mereka dari sifat-sifat yang tercela.

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang merupakan salah satu strategi penanamn nilai-nilai keagamaan dalam pembinaan akhlak siswa. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif kualitatif yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada. Intinya adalah penelitian ini mendekskripsikan fenomena apa adanya yang diperoleh dari hasil pengelolaan data secara kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi peneliti.

B. Lokasi dan Objek penelitian

Adapun lokasi penelitian yaitu di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa. Dengan pokok pikiran karena peneliti tertarik dengan permasalahan efektifitas pembelajaran pendidikan Agama islam. Adapun objek penelitian ini ialah kepala sekolah, guru dan siswa di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro.

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam skripsi lebih di dasarkan pada strategi penanaman nilai-nilai keagamaan yang akan di peroleh dari situasi sosial (lapangan). Strategi penanaman nilai-nilai

30

keagamaan merupakan proses atau perbuatan menanamkan beberapa masalah pokok kehidupan keagamaaan yang menjadi pedoman tingkah laku keagamaan yang mana hal itu di berikan kepada siswa. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umun. Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang pembinaan akhlak siswa.

Fokus juga bisa di artikan sebagai domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dengan situasi sosial. Menurut Sugiyono (2014: 209) pembatasan masalah dan topik dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan feasibility masalah yang akan dipecahkan, selain juga faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu.

suatu masalah di katakan penting apabila masalah tersebut tidak dipecahkan melalui penelitian akan semakin menimbulkan masalah baru.

Penelitian ini difokuskan pada :

1. Model pembinaan akhlak yang di terapkan terhadap siswa

2. Strategi dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai keagamaan yang di terapkan terhadap siswa

3. Hambatan yang di hadapi guru dalam penerapan strategi penanaman nilai-nilai keagamaan dalam pembinaan akhlak siswa

32

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Gambaran fokus penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Strategi penanaman nilai-nilai keagamaan adalah proses atau perbuatan menanamkan beberapa masalah pokok kehidupan keagamaaan yang menjadi pedoman tingkah laku keagamaan yang mana hal itu di berikan kepada siswa.

2. Pembinaan akhlak adalah usaha yang secara konsisten dan terstruktur yang bertujuan untuk menuntun siswa pada tingkah laku yang baik dan menjauhkan tingkah laku yang buruk.

Dengan memperhatikan pengertian kata-kata di atas, maka dapat ditarik kesimpulan dari judul bahwa strategi penanaman nilai-nilai keagamaan dalam pembinaan akhlak siswa adalah dapat menjadikan siswa mempunyai budipekerti yang baik sesuai dengan syari’at dan ajaran-ajaran islam serta dapat membentangi siswa dengan moral yang baik.

Subfokus pada deskripsi fokus tersebut dapat dilihat berdasarkan perspektif :

1. Strategi penanaman nilai-nilai keagamaan 2. Pembinaan akhlak siswa

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh (Sugiyono: 220 ). Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan penulis teliti.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab masalah risetnya. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang terkait topik penelitian.

Perlunya sumber data yang akan memberikan informasi diantaranya yaitu:

1. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Data yang diharapkan disini adalah bagaimana strategi penanaman nilai-nilai keagamaan dalam pembinaan akhlak siswa.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi sekolah SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Kab.Gowa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang penting dalam penelitian, karena berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data. Dengan instruan demikian instrument penelitian harus relevan dengan masalah dan aspek-aspek yang akan diteliti. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pedoman Observasi

Teknik ini dilakukan dengan turun langsung ke lokasi penelitian, guna meninjau dan mencatat serta mengontrol keadaan lokasi untuk

34

memperoleh data yang diperlukan. Observasi adalah: “Teknik pengumpulan data yang diambil dari perilaku subyek penelitian dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti” (Winarno Surakhmad, 1990:

162)

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan orang yang dapat memberikan informasi terhadap objek yang sedang diteliti yang tidak keluar dari konteks fokus penelitian.

3. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi yaitu pengambilan data dengan dokumen-dokumen dan mencatat semua data secara langsung dari literatur dan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis/peneliti mengunakan beberapa teknik dan metode dalam memperoleh data dari responden diantaranya :

1. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data diantaranya:

a. Observasi, dengan melakukan observasi secarah langsung pada objek yang diobservasi yaitu dengan mengamati secarah langsung keadaan lapangan yang akan di jadikan tempat penelitian dan berkomunikasi langsung dengan sumber informasi tentang objek peneliti, dan keadaan sekolah tersebut.

b. Wawancara/Interview, yaitu dengan melakukan wawancara langsung terhadap subjek yang menjadi objek yang akan diteliti dalam mengetahui pemahaman mereka mengenai pengaruh pemberian tugas terhadap peningkatan minat belajar.

c. Dokumentasi, yaitu dengan mengambil data-data yang ada di lapangan tersebut secara langsung, dengan jalan dicatat atau di minta pada tatausaha yang ada di sekolah tersebut sebagai pelengkap dari penelitian yang dilakukan

2. Dalam penelitian ini juga menggunakan metode pengumpulan data yaitu : Penelitian lapangan (Field Research), yaitu dengan mengumpulakan data-data dengan jalan meneliti langsung dilokasi penelitian dengan mengamati secara langsung.

H. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pngumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data sebagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data ( Sugiyono: 241).

Triangulasi teknik, berarti peneliti penggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama. Peneliti penggunakan observasi partisifatif,

36

wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti, dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri4 Manuju Satap Conggoro

Pada bagian ini penulis akan membahas sejarah berdirinya SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro, keadaan guru, keadaan siswa dan keadaan sarana dan prasarana.

1. Sejarah berdirinya

SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Kabupaten Gowa merupakan lembaga pendidikan menengah pertama yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sekolah ini berdiri pada tahun 2008 dan mengalami pergantian kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:

1. Djamali 2008 – 2010

2. Marham, S.Pd 2010 – 2013

3. Mawardi,S.Pd.,M.Si 2013 - sekarang

Sekolah ini pertama masih menumpang pada sekolah SD Impres Conggoro. Dalam sejarah perkembangan SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro terus berbenah diri sehingga di bangunnya gedung sendiri pada tanggal 23 Desember 2008 dari bantuan luar negri yakni Australia.

37

38

Pada awalnya sekolah ini dibantu oleh tenaga pengajar dari SD Impres Conggoro, Kemajuan demi kemajuan yang berkembang disekolah ini hingga saat ini mempunyai guru tetap (PNS) sebanyak 4 orang.

2. Profil Sekolah

1. Nama Sekolah :SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro

2. NPSN :40314459

3. Alamat Sekolah :Desa Tamalate Kecamatan Manuju

4. Status Sekolah :Negeri 5. Status Pembinaan :Potensial

6. Luas Lahan/Tanah :4711 meter persegi 7. Status Kepemilikan :milik Sendiri

8. Nilai Akreditasi Sekolah : C

Inilah sejarah berdirinya SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Kabupaten Gowa yang peneliti terankan dalam skripsi ini. Mudah-mudahan dengan keterangan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu bahan didalam usaha untuk mengetahui dengan jelas mengenai sejarah berdirinya SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Kabupaten Gowa dan mudah-mudahan sekolah tersebut dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah, masyarakat dan Negara.

3. Visi dan Misi Sekolah SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Visi

“Tercapainya manusia yang santun berakhlak, berkualitas dan unggul dalam prestasi”

Misi

 Tercapainya insan sekolah berperilaku sesuai dengan nilai-nilai agama.

 Tercapainya manusia yang negeri 4 Manuju Satap Conggoro

berperilaku sesuai dengan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat.

 Tercapainya manusia yang berilmu pengetahuan dan

mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Tahun 2016

4. Grafik SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Tahun 2016

0 20 40 60 80 100

Grafik Jumlah Siswa SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Kec. Manuju Kab. Gowa Dari Tahun

Ke Tahun

40

Grafik diatas dapat menunjukkan jumlah siswa SMP Negeri 4 Manuju Satap conggoro Kec. Manuju Kab. Gowa dari tahun 2008 sampai 2016 jumlah siswanya mengalami peningkatan.

5. Keadaan Guru

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran, Karena guru tidak diharapkan hanya sekadar mengajar tetapi bagaimana dia menjadi contoh tauladan bagi siswanya, sehingga siswanya tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki akhlak mulia.

Keadaan guru di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro, dapat dikatakan cukup baik walau masih perlu dimaksimalkan agar lebih berkualitas lagi, ini bisa diliat dari jenjang pendidikan dan jurusannya masing-masing. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan siswa, karena setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang memang dari jurusannya, seperti halnya bidang studi pendidikan agama islam yang diajarkan oleh guru yang berasal dari jurusan PAI sehingga kebutuhan siswa tentang agama dapat terpenuhi.

Untuk dapat mengetahui keadaan guru di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Keadaan Guru Di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro

No Nama L

6 Jusman, S.Pd L Guru Penjaskes 7 Rani Maharani Bakri,

S.Pd P Guru PAI

8 Nursiah, S.Pd P Guru IPS

9 Nurul Hidayat, S.Pd L Guru Bahasa Inggris

10 Rosniwati, S.Pd P Guru SBK

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Tahun 2016

Tabel keadaan guru diatas dapat menunjukkan jumlah guru di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Kab. Gowa cukup memadai untuk pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah tersebut.

6. Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Sruktur Organisasi SMP Negeri 4 Manuju Satap Congggoro

kec. Manuju Kab. Gowa

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro tahun 2016

Kepala Sekolah

Mawardi, S.Pd., M.Si NIP : 19691231 199107 1 001 Komite Sekolah

42

7. Keadaan Siswa

Siswa merupakan bagian dari komponen yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah karena siswa merupakan objek pendidikan dan tujuan untuk diberi pengajaran. Pendidikan tidak mungkin terlaksana tanpa adanya siswa sebagai objek yang menerima pendidikan.

Dengan demikian yang menjadi sasaran pokok dalam proses belajar mengajar adalah siswa sehingga tujuan dari pendidikan dan pengajaran adalah merubah pola tingkah laku anak didik kearah kematangan kepribadiannya. Untuk mengetahui keadaan siswa di sekolah SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Keadaan siswa di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro

No. Siswa Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1 Kelas VII 10 10 20

2 Kelas VIII 11 14 25

3 Kelas IX 20 15 35

Jumah 41 39 80

Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Tahun 2016

Bardasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa sekolah ini memiliki jumlah siswa yaitu 80 orang, oleh karena itu guru harus mampu membimbing secara optimal guna tercapainya output sekolah yang berkualitas sesuai dengan visi misi sekolah.

8. Keadaan Sara dan Prasarana

Dalam upaya menunjang tercapainya tujuan pendidikan di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro, terdapat beberapa sarana (ruang) yang

digunakan untuk proses pendidikan. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di Sumber Data: Kantor Tata Usaha SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Tahun 2016

Dari tabel keadaan sarana dan prasarana tersebut diatas maka, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sarana dan parasarana yang dimiliki oleh Sekolah SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro sudah layak untuk melakukan proses belajar mengajar yang efektif.

B. Model Pembinaan Akhlak Yang Diterapkan Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Siswa Di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro

Pendidikan agama Islam dalam membina akhlak adalah salah satu model pembelajaran pendidikan yang dikaitkan pada keagamaan yang ada, baik itu keragaman agama, etnis, bahasa dan lain sebagainya.

Hal ini dilakukan karena banyak kita jumpai di sekolah-sekolah umum di

44

dalam satu kelas saja terdiri dari berbagai siswa yang sangat beragam sekali, Begitu juga halnya apa yang ada di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro, Siswa yang ada sangat beragam.

Adapun model-model pembinaan akhlak yang di terapkan guru Pendidikan Agama Islam antara lain;. Sholat berjamaah dan Membaca Al-qur’an.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah Mawardi, S.Pd., M.Si adalah sebagai berikut:

“Model pelaksanaan pendidikan agama islam Di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro, siswa dikelaskan berdasarkan kelas masing-masing, sehingga ketika proses pembelajaran pendidikan agama berlangsung di sekolah siswa mendapatkan porsi pendidikan agama yang sama.” (Wawancara Tgl. 18 juli 2016 ruang guru)

Dari hasil observasi tersebut didapat keterangan bahwa, di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro ini seluruh siswa mendapatkan porsi pendidikan agama yang sama, ketika pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama di sekolah, siswa masuk kelas secara tertib. Dalam hal ini juga peneliti melakukan wawancara dengan Rani Maharani Bakri, S.Pd.I, selaku Guru Agama Islam yang hasilnya sebagai berikut :

“Pembelajaran Akhlak dikelas sebagian siswa yang aktif dalam mengikuti pelajaran dan sebagian yang tidak aktif, jadi pembelajaran tersebut bisa dikatakan yang aktif 80% dan yang tidak aktif sebanyak 20%..” (Wawancara Tgl. 18 juli 2016 ruang guru)

Sebagai petugas lapangan dalam pendidikan yang selalu berhubungan secara langsung dengan siswa, guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga metode yang digunakan guru di sekolah dalam

menyampaikan materi pun juga sangat berpengaruh dalam memberikan pemahaman kepada siswa. Pembelajaran pendidikan agama berkaitan langsung dengan pembinaan akhlak mulia siswa, sehingga guru harus menanamkan nilai-nilai kepada siswa yang bertujuan agar siswa mampu berakhlak mulia terhadap semua orang, baik yang seagama maupun yang berbeda agama.

C. Strategi pembinaan dan Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Yang Diterapkan Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Siswa SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro.

Pelaksanaan pendidikan merupakan proses yang dapat diartikan sebagai proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha membina Akhlak antara ummat beragama, mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik yang menghargai. Dalam hal ini peserta didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya, akan tetapi diharapkan memiliki karakter yang kuat.

Adapun bentuk bentuk strategi penanaman nilai nilai keagamaan yang di terapkan guru mata pelajaran antara lain:1. Berhasil dalam membentuk sikap dan perilaku keberagamaan peserta didik serta membangun moral dan etika, 2. Adanya kesenjangan perkembangan Pendidikan Agama Islam pada sekolah yang berlabel islam, 3. Memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan Agama Islam dilingkungan sekolah, 4. Dan tidak hanya sekedar sebagai

46

ilmu pengetahuan saja tetapi dapat di praktekkan dan terwujud dalam bentuk tingkah laku pada kehidupan sehari-hari dilingkungan sekolah.

Dalam pembelajaran guru tidak hanya menyampaikan isi dari pada materi pelajaran saja, akan tetapi guru adalah faktor yang paling berarti dan berpengaruh dalam kesuksesan siswa sebagai pelajar.

Tindakan guru yang paling ampuh yang dapat dilakukan untuk siswa adalah dengan memberikan teladan tentang makna menjadi seorang pelajar.

Seperti yang dikatakan oleh syamsinar siswa SMP Negeri 4 Manuju Satap Coggoro sebagai berikut:

”Di sini guru-gurunya sangat baik dalam membina keagaamaan siswa dan sangat kekeluargaan karna tidak membeda-bedakan agama, asal daerah, maupun warna kulit siswa.”(Wawancara Tgl. 20 Juli 2016 ruang kelas VIII)

Dari hasil observasi tersebut didapat keterangan bahwa guru-guru di sekolah sangat berperan aktif dalam menjalin kekeluargaan dengan siswanya. peneliti juga mewawancarai salah satu guru SMP Negeri 4 manuju Satap Conggoro sebagaimana yang dikatakan oleh Ferawati, S.Pd sebagai berikut:

“SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro memiliki nuansa yang sangat baik. Hal ini tampak dari siswa yang berasal dari berbagai macam daerah.”.(Wawancara Tgl 20 Juli 2016 ruang guru)

Proses pembelajaran dalam pendidikan agama Islam selalu memperhatikan individu peserta didik serta menghormati harkat, martabat dan kebebasan berpikir mengeluarkan pendapat dan menetapkan

pendiriannya, sehingga bagi peserta didik belajar merupakan hal yang menyenangkan dan sekaligus mendorong kepribadiannya berkembang.

D. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Guru Dalam Penerapan Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Di Sekolah SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Kab.Gowa

Adapun yang menjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendidikan agama dalam membina Akhlak beragama siswa di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro, dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di lapangan menunjukkan bahwa yang menjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam membina Akhlak dan nilai-nilai siswa di SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro sangat banyak.

Sehubungan dengan hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Mawardi S.Pd., M.Si Selaku kepala Sekolah, dan hasilnya adalah sebagai berikut:

”Yang sering kali menjadi faktor penghambat selama ini adalah pemahaman siswa dan siswi terhadap pelajaran agama islam bersifat heterogin karena input siswa yang berasal dari latar belakang SMP yang berbeda-beda, juga sistem evaluasinya kadang-kadang saat penyerahan nilai ke kurikulum tidak bersamaan, sehingga menyulitkan bagian evaluasi untuk mendata dan menjumlah nilai tersebut, dan juga yang menjadi faktor penghambat adalah musholla sebagai tempat ibadah siswa bila musim hujan sering bocor sehingga mengganggu kegiatan belajar mengajar.”(Wawancara Tgl. 18 juli 2016 ruang guru).

Berkaitan dengan faktor hambatan, peneliti juga melakukan wawancara guru SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro. Nurdin, S.Pd yaitu: Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut:

”Didalam pembelajaran pendidikan agama islam yang siswanya terdiri dari berbagai kalangan adalah: ada sebagian siswa yang

48

masih belum bisa melakukan sholat 5 waktu, belum bisa baca Al-Qur’an dengan baik, dan juga banyak sebagian siswa lupa membawa perlengkapan pembelajaran.” (Wawancara Tgl. 18 Juli 2016 ruang guru)”

Kemudian ibu Rani Maharani Bakri S.Pd.I juga mengemukakan pendapatnya bahwa :

”Faktor penghambat dari pembelajaran pendidikan agama islam yang ada di sekolah ini adalah: kurang adanya kekompakan antar sesama, tidak adanya motivasi untuk pendidikan agama ketika mau kenaikan kelas, dan juga kurangnya dukungan dari orang tua.”

(Wawancara Tgl. 18 juli 2016 ruang guru)

Berkaitan dengan beberapa pendapat di atas tentang Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendidikan agama islam dalam membina Akhlak siswa peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1) Pemahaman siswa terhadap Pelajaran Agama Islam bersifat 2) heterogin, karena input siswa yang berasal dari latar belakang

SMP yang berbeda-beda.

3) SDM minim dan perlu dikembangkan, baik itu menyangkut etos kerja atau sertifikasi.

4) Banyak sebagian siswa lupa membawa perlengkapan pembelajaran.

5) Ada sebagian siswa yang belum bisa baca Al-Qur’an dengan baik.

6) Kurang adanya kekompakan

7) Kurangnya dukungan dari orang tua siswa terhadap pelajaran agama.

49 A. Kesimpulan

Setelah melalui proses demi proses penelitian dan pembahasan, baik secara teoritis maupun empiris mengenai penelitian yang berjudul Strategi Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMP Negeri 4 Manuju Satap Conggoro Kab.

Gowa. Maka peneliti atau penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Model-model pembinaan akhlak yang di terapkan guru Pendidikan Agama Islam antara lain; Sholat berjamaah dan Membaca Al-Qur’an.

2. Bentuk bentuk strategi penanaman nilai-nilai keagamaan yang diterapkan guru mata pelajaran antara lain: Berhasil dalam membentuk sikap dan perilaku keberagamaan peserta didik serta membangun moral dan etika, Adanya kesenjangan perkembangan Pendidikan Agama Islam pada sekolah yang berlabel islam, Memahami dan mengaplikasikan nilai nilai yang terkandung dalam Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah Dan tidak hanya sekedar sebagai ilmu

2. Bentuk bentuk strategi penanaman nilai-nilai keagamaan yang diterapkan guru mata pelajaran antara lain: Berhasil dalam membentuk sikap dan perilaku keberagamaan peserta didik serta membangun moral dan etika, Adanya kesenjangan perkembangan Pendidikan Agama Islam pada sekolah yang berlabel islam, Memahami dan mengaplikasikan nilai nilai yang terkandung dalam Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah Dan tidak hanya sekedar sebagai ilmu

Dokumen terkait