• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya pembinaan yang dilakukan oleh Pengawasan Aliran Kepercayaa Masyarakat (Pakem) Kabupaten Indramayu

C. Upaya Pembinaan Terhadap Suku Dayak Losarang Indramayu

1. Upaya pembinaan yang dilakukan oleh Pengawasan Aliran Kepercayaa Masyarakat (Pakem) Kabupaten Indramayu

Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dalam hal ini sudah memberikan pelayanan publik, seperti pelayanan administrasi kependudukan kepada masyarakat Suku Dayak Losarang dan pembinaan. Dalam melakukan pembinaan, Pemerintah telah membentuk Badan Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) yang diketuai oleh Kepala Kejaksaan Negeri Indramayu. Sebelum melakukan pembinaan pihak Pakem melakukan penanganan dengan melakukan penelitian terhadap masyarakat Suku Dayak Losarang tentang aliran kepercayaan yang dianut kelompok Suku Dayak Losarang Indramayu, antara lain dengan cara:

a. Dilakukannya penelitian oleh Tim PAKEM terhadap kelompok Suku Dayak Losarang Indramayu yang dicurigai tersebut, tanpa ikut campur di dalam kegiatan Suku Dayak Losarang Indramayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui secara seksama kegiatan ataupun ajaran-ajaran yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu. Dalam melakukan pemantauan kegiatan masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu, Tim Pakem bersikap pro aktif dan bekerjasama dengan masyarakat setempat.

b. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan Pakem, Pakem menemukan keganjilan-keganjilan dalam kegiatan masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu, seperti ritual malam Jum’at Kliwon yang di dalamnya terdapat pujian-pujian alam dan pada ritual lainnya yang keluar dari kategori agama. Selanjutnya Tim Pakem melakukan komunikasi dengan pemimpin Suku Dayak Losarang Indramayu. Tim Pakem menyampaikan hal-hal yang dianggap oleh Tim Pakem meresahkan bagi masyarakat.

c. Setelah melakukan komunikasi dan dialog, penelitian selanjutnya adalah dilakukan cara meminta pendapat dari lembaga-lembaga keagamaan ataupun majelis keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu, dan lainnya yang bersangkutan dengan keagamaan tersebut. Pada tahap penelitian ini, Tim PAKEM yang berasal dari lembaga-lembaga keagamaan seperti MUI diminta pendapat mereka mengenai ajaran-ajaran, ritual-ritual, buku-buku, dan kegiatan-kegiatan dari masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu yang dicurigai menyimpang. Tim PAKEM yang berasal dari anggota MUI menilai apakah ajaran yang dianut Masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu menyimpang dari ajaran resmi atau tidak, maksud dari menyimpang tersebut dapat dikategorikan membahayakan bagi masyarakat dan negara. Tujuan dari dilakukannya penelitian yang dilakukan Tim PAKEM dengan cara meminta pendapat dari

lembaga-lembaga keagamaan ini adalah agar masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu yang bersangkutan tidak menjadi provokatif ditengah-tengah masyarakat.

Setelah melakukan penelitian terhadap masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu, Tim Pakem menyimpulkan bahwa aliran yang dianut oleh masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu adalah sesat. Dalam hal ini pihak pakem berlanjut melakukan upaya terhadap masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu. Upaya yang dilakukan PAKEM diartikan sebagai tindakan untuk menghentikan kegiatan masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu yang meresahkan masyarakat. Suku Dayak Losarang adalah aliran kepercayaan masyarakat yang kegiatannya menjadikan suatu konflik di tengah-tengah masyarakat, maka Tim Pakem berwenang untuk membekukan kelompok Masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu. Tata cara upaya ini adalah dengan menghentikan kegiatan Suku Dayak Losarang yang dianggap meresahkan dengan menggunakan proses hukum pidana yang memenuhi rumusan Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dan memenuhi rumusan Undang-Undang No.1/PnPs/1965 yang merupakan hukum positif yang mengatur tindakan-tindakan yang dilarang dalam rangka melindungi ketentraman kehidupan beragama dan menjaga hubungan setiap kehidupan beragama.

Tahapan yang dilalui sebelum peringatan keras yang dilakukan PAKEM terhadap masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu adalah dengan adanya rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu kepada kejaksaan sebagai koordinator dari PAKEM bahwa Masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu menyimpang dari ajaran yang semestinya, setelah adanya rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu. Setelah

adanya rekomendasi pihak dari Kejaksaan akan merapatkannya ke dalam forum PAKEM, dari hasil rapat tersebut dapat dikeluarkan surat keputusan bersama untuk memberi himbauan agar tidak melaksanakan serta meneruskan ajaran ataupun kegiatan yang dilakukan masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu.

Peringatan kepada masyarakat Suku Dayak Losarang Indramayu tersebut dikeluarkan oleh Pakem dalam bentuk Surat Rekomendasi pembekuan atas kegiatan dan ajaran Suku Dayak Losarang dengan Nomor B-3114/TIM PAKEM/11/2007 yang berisi segala kegiatan maupun ajaran yang dilakukan Masyarakat Suku Dayak Losarang tidak lagi menyebar dan berkembang (dihentikan).

Badan Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) telah memutuskan serta mengeluarkan surat pembekuan terhadap kelompok Suku Dayak Losarang Indramayu yang menyatakan bahwa aliran kepercayaan yang dianut Suku Dayak Losarang adalah sesat. Pihak Suku Dayak Losarang tidak menerima atau menolak dengan keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu dan Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) Kabupaten Indramayu.

Penolakan tersebut menimbulkan konflik antara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu dengan Suku Dayak Losarang Indramayu. Konflik berawal dari dikeluarkannya fatwa oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu yang memutuskan bahwa aliran Suku Dayak Losarang Indramayu adalah sesat. Setelah dikeluarkannya fatwa tersebut organisasi masyarakat dalam bidang keagamaan melakukan tindakan pembubaran secara

paksa terhadap kelompok Suku Dayak Losarang Indramayu, pembubaran tersebut menimbulkan penolakan dari kelompok Suku Dayak Losarang Indramayu sehingga terjadi keributan antara keduanya.

Pihak Pakem menyelenggarakan mediasi antara Suku Dayak Losarang Indramayu dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indramayu agar tidak terjadi keributan yang berlanjut, namun pada saat mediasi kelompok Suku Dayak Losarang Indramayu meminta bantuan kepada Lembaga Swadaya Masyarakat yaitu Komnas HAM dari Jakarta dan The Wahid Institute sebagai pendamping kelompok Suku Dayak Losarang Indramayu.

Suku Dayak Losarang pada saat mediasi didampingi Komnas HAM dari Jakarta dan The Wahid Institute yang pada prinsipnya lembaga tersebut adalah membela hak seseorang atau kelompok, sehingga Komnas HAM dan The Wahid Institute membantu dan membela Suku Dayak Losarang Indramayu agar terlepas dari konflik yang dialami Suku Dayak Losarang Indramayu.

Saat mediasi berlangsung Komnas HAM dan The Wahid Institute membela Suku Dayak Losarang Indramayu dengan pendapat mereka yang mengacu pada Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbunyi “bahwa setiap warga negara berhak untuk beragama dan berkepercayaan, dan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu. Negara menjamin kebebasan ini, yang diatur dalam Pasal 28E ayat (1) dan (2), Pasal 29 ayat (2), Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM Pasal 22 ayat (1) dan (2). Pembelaan yang dilakukan Komnas HAM dan The Wahid Institute membuat

kelompok Suku Dayak Losarang Indramayu tidak dibubarkan dan dapat menjalani aktifitasnya seperti biasa (melakukan ritual).

Mediasi yang diselenggarakan oleh Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) tidak mendapatkan hasil atau konflik tidak selesai, karena adanya pembelaan dari Komnas HAM dan The Wahid Institute yang membuat Suku Dayak Losarang Indramayu menjadi arogan dan tidak sadar akan hak serta kewajibannya sebagai warga negara.

2) Upaya pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan

Dokumen terkait