• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Evaluasi, Pelaporan dan Pembinaan

C. Pembinaan

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan pelaksanaan kegiatan KB & TK adalah keseluruhan proses kerjasama untuk pembinaan terhadap peserta didik, pendidik dan pengelola, dalam rangka mendukung peningkatan mutu pelayanan.

2. Tujuan Pembinaan

b. Pembinaan terhadap pendidik akan membantu pendidik dalam meningkatkan pengembangan profesionalisme pendidik.

c. Pembinaan terhadap pengelola untuk membantu pengelolaan yang lebih efektif dan efisien antara lain dalam bentuk:

(1) meningkatkan profesionalisme tenaga pengelola pendidik serta menciptakan iklim Kelompok Bermain yang kondusif;

(2) meningkatkan kemampuan pengelola sebagai penggagas (inovator dan monivator) Kelompok Bermain agar mampu mencari, menemukan, mengelola dan melaksanakan berbagai pembaharuan di lembaga;

3. Prinsip Pembinaan

Ketika pembinaan dijalankan, perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini: a. Obyektif

Pembinaan dilakukan berdasarkan pada kenyataan atas dasar data dan fakta yang ditemukan di lapangan.

b. Demokratis

Dilakukan dengan sikap yang akrab, hangat, menjunjung tinggi martabat pendidik dan kemitraan.

c. Kerjasama

Mengingat pembinaan mencakup ruang lingkup yang holistik, maka pembinaan perlu menjalin kekompakan dan kebersamaan.

d. Konstruktif dan kreatif

Pembinaan dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, memotivasi dan membangun dengan ide-ide baru, sehingga dapat memotivasi dalam mengembangkan potensi pendidik.

e. Sistematis, terencana dan berkesinambungan.

Pembinaan perlu dilakukan secara terencana dengan program yang sistematis dan terus menerus sehingga perbaikan dapat dilaksanakan dan dipantau untuk diberikan usulan-usulan.

3. Pelaksana Pembinaan

Pelaksana pembinaan adalah Pamong SKB/BPKBM/BPPNFI selaku pengembang, Penilik PAUDNI, Dinas Pendidikan Kab/Kota, Propinsi.

4. Peran dan Fungsi Pembinaan

a. Memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada pendidik dan tenaga kependidikan untuk mengatasi masalah.

b. Memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan program. c. Membimbing di bidang administrasi lembaga.

d. Menciptakan suasana yang hangat sehingga tercipta suasana kemitraan yang

akrab.

5. Teknik Pembinaan

Untuk melakukan pembinaan dapat digunakan beberapa tehnik, antara lain : a. Observasi

Observasi kelas dapat dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan pendidik dan anak dalam proses pembelajaran.

b. Pertemuan rutin

Kegiatan ini dilakukan antara pembina dengan para pendidik dan pengelola dalam rangka pembinaan dan sharing untuk memecahkan masalah yang dihadapi baik dalam pembelajaran dan pengelolaan dalam menggali ide-ide baru dan untuk meningkatkan mutu profesional pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Dalam pertemuan rutin ini dapat digunakan tehnik berdikusi sehingga muncul sharing pendapat/ide tentang berbagai hal yang berhubungan dengan pembelajaran atau penyelenggaraan.

BAB VII PENUTUP

Petunjuk pelaksanaan percontohan program ini dipergunakan untuk acuan penyelenggaraan dan penyusunan proposal percontohan program PAUDNI. Informasi yang berkenaan dengan aspek teknis dan administrative dapat berkomunikasi dengan :

Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal Regional VII Mataram Jl. Gajah Mada No. 173 Kel. Jempong Baru Kec.

LAMPIRAN

Lampiran 1:

Berikut adalah contoh format laporan tertulis hasil evaluasi perkembangan anak:

Nama Anak : ... K e l o m p o k U s i a : Nomor Induk : ... Semester : ... Tahun Pelajaran : ...

Aspek Perkembangan dan Pencapaiannya 1. Moral dan nilai-nilai agama

2. Fisik/Motorik

3. Bahasa

4. Sosial emosi

5. Kognitif

I. Informasi Perkembangan:

III. Rekomendasi untuk Orangtua 1. Berat Badan

2. Tinggi Badan

3. Kehadiran

Ijin : Sakit: Alpa:

Tanggal, Paraf, dan Nama Pendidik Tanggal, Paraf dan Nama Orang Tua

Jakarta, ... ( ... ) (_______________) CONTOH ANEKDOT No Hari/ Tanggal Peristiwa Tafsiran (Interpretasi ) Keterangan 1 Selasa/ 8 April 20. . .

Anak A1/A2 sebagian mengamati ikan-ikan yang mati di kolam

Mereka bertanya mengapa ikannya bisa mati? Apa tidak diberi makanan?

2 Rabu/ 9 April 20..

Kebanyakan anak yang bermain pasir B2, mereka dengan riang bermain, ada yang menghambur-hamburkan pasir, ada yang memasukkan ke dalam botol, ada yang membuat lobang di bak pasir dan menaruhnya di kereta dorong.

1.Mereka mempunyai imajinasi yang tinggi

2. Mengembangkan kreatifitas anak-anak dengan menggunakan alat bermain seperti pasir,, botol dan kereta dorong

Anak-anak merapikan kembali alat-alat bermain seperti,botoldan kereta dorongnya 3 Kamis/ 10 April 20..

Mulai pukul 8.30 anak-anak mengunj ungi perpustakaan. Dua anak pertama menyusun balok dan bergantian dengan yang lain. Anak yang lain membaca buku

Anak mengembangkan imaj inasinya dengan membangun sesuatu dari balok dan dapat menceritakan hasil buatannya Anak lebih menyukai buku bergambar atau buku cerita.

Anak-anak meletakan kembali buku dan balok ke tempat semula dengan tertib

Mengetahui ... , ...

Lampiran 5:

CONTOH

FORMAT BUKU ADMINISTRASI PERSURATAN

No Tanggal Asal Surat Isi Surat Keterangan

1. 7 April 20.. Dinas Pendidik-an Kec. Banyu-manik, No. 184/005/05

Rapat daerah binaan I, di Kelompok Bermain Mutiara Bunda

Bu Ani dan Bu Ina

Mengetahui ... , ...

Lampiran 5:

CONTOH BUKU KAS

No Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

I. Pemasukan

1. Uang pangkal 500.000

2. Sumbangan Orang tua 500.000

II. Pengeluaran 1. Spidol 10.000 2. Kertas 50.000 50.000 3. Buku Cerita 50.000 Jumlah 1.000.000 110.000 890.000 Mengetahui ... , ...

Lampiran 5:

KARTU PEMBAYARAN ANAK DIDIK KELOMPOK BERMAIN ... TAHUN AJARAN ... . Nama Siswa : ... No.Induk Siswa : ... Alamat : ... No. Telepon ... :

No. Tanggal Nominal Paraf Orangtua Paraf Adm.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Mengetahui ...,...

Lampiran 5:

CONTOH

BENTUK PERENCANAAN ANGGARAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KELOMPOK BERMAIN

Nama Lembaga : Tahun Ajaran :

PENDAPATAN PENGELUARAN

No Uraian Jumlah No Uraian Jumlah

I Permasalahan Utama

1 Iuran per anak Rp 1 Operasional Rp

2 Sumbangan Rp a Pengadaan APE Rp

orang tua b Pengadaan buku Rp

kegiatan

II Lain-lain Rp 2 Pelaksanaan Kegi- Rp

(Sumbangan atan Pembelajaran

masyarakat) (kapur, kertas, dll)

3 Administrasi Lembaga Rp (buku induk, buku

tamu, stempel) 4 Pemeliharaan Gedung Rp 5 Kesejahteraan Pegawai Rp a Pengelola Rp b Pendidik Rp c Petugas kebersihan/ Rp penjaga 6 Pendataan Rp 7 Kegiatan Tambahan Rp a Kesenian Rp b Perpustakaan Rp c Pemberian Makanan Rp Tambahan d Pemeriksaan Rutin Rp Kesehatan Anak e Rekreasi Rp f,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Rp Jumlah Rp Jumlah Rp Mengetahui

Lampiran 6

PEMENUHAN PELAYANAN KESEHATAN, GIZI, DAN STIMULASI PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA DINI SESUAI DENGAN KEBUTUHAN ESENSIAL ANAK

NO SIKLUS/

USIA ANAK KEBUTUHAN ESSENSIAL JENIS LAYANAN

1 Janin dalam kandungan sampai lahir

1. Asupan gizi seimbang - Pemberian makanan bergizi seimbang - Suplementasi gizi mikro

2. Janin tumbuh kembang secara normal

Pelayanan pemeriksaan kehamilan Stimulasi janin dalam kandungan Penyuluhan tentang konsep diri ibu hamil 3. Pencegahan dan pengobatan

penyakit

- I munisasi TT

- Pencegahan penyakit menular lainnya - Pengobatan

4. Asuhan persalinan Pertolongan persalinan

5. Asuhan bayi baru lahir - Pencatatan berat dan panjang lahir - Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)

yang mencakup antara lain:

Pemeriksaan kesehatan

Penanganan penyakit

Injeksi vitamin K1

Pemberian salep mata

Perawatan tali pusar - Menjaga bayi tetap hangat 2 B a y i 0 - 2 8 h a r i 1. Asupan gizi seimbang - Inisiasi menyusu dini

- Pemberian ASI ekslusif

- Pemberian makanan bergizi seimbang bagi ibu - Fortifikasi/Suplementasi gizi mikro bagi ibu

2. Pencegahan penyakit Pemberian Imunisasi 3. Tumbuh kembang normal Stimulasi tumbuh kembang

4. Akte kelahiran Pencatatan kelahiran & penerbitan akte kelahiran 3 Bayi dan anak 1 –

24 bulan

1. Asupan gizi seimbang Pemberian ASI ekslusif sejak lahir sampai usia 6 bulan

Pemberian makanan bergizi dan fortifikasi/ Suplementasi gizi mikro kepada ibu Pemberian ASI untuk anak usia 6-24 bulan

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan

Pemberian makanan keluarga bergizi seimbang untuk anak usia 1 tahun keatas

Pemberian zat gizi mikro mulai usia 6 bulan 2. Tumbuh kembang normal Penimbangan setiap bulan

Stimulasi oleh keluarga dan lingkungan (pengasuhan bersama)

Penyuluhan stimulasi tumbuh kembang bagi ibu, keluarga, dan pengasuh lainnya

Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (DI DTK)

3. Pencegahan dan pengobatan penyakit

Imunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) Perawatan bal ita gizi buruk

Pencegahan penyakit menular.

4 A nak 2-6 tahun 1. Asupan gizi seimbang Pemberian makanan dengan gizi sei mbang (makanan keluarga)

Fortifikasi /suplementasi zat gizi mikro sampai usia 5 tahun

NO SIKLUS/

USIA ANAK KEBUTUHAN ESSENSIAL JENIS LAYANAN

tahun

Stimulasi oleh keluarga dan lingkungan Penyuluhan stimulasi tumbuh kembang bagi ibu, keluarga, dan pengasuh lainnya

Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (DIDTK)

3. Pencegahan dan pengobatan penyakit

Imunisasi booster

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Perawatan balita gizi buruk

Pencegahan penyakit menular lainnya 4. Pengembangan kecerdasan

jamak:

- Verbal/bahasa - Matematika/logika - Visual-spasial

- Kinestetik dan gerakan tubuh - Musik-irama

- Interpersonal - Intrapersonal - Naturalis - Spiritual

- Pemberian rangsangan pendidikan sesuai tahap perkembangan dan potensi anak yang mencakup: (1) pembiasaan sikap dan perilaku positif (pembentukan karakter); (2)

pengembangan fisik dan motorik (3) sosial dan emosional, (4) bahasa dan komunikasi, (5) kognitif, (6) seni dan kreativitas.

- Bimbingan keagamaan sesuai usia dan tahap perkembangan anak.

5 Janin sampai 6 tahun

- Penerimaan dan kasih sayang - Asuhan dan perlindungan

Pemeliharaan, perawatan, bimbingan, pendidikan, pembinaan dan perlindungan. 6 Janin sampai 6

tahun yang mempunyai kebutuhan khusus

- Penerimaan dan kasih sayang. - Pemeliharaan dan perawatan. - Asuhan, bimbingan, didikan dan

pembinaan. - Perlindungan.

- Pemeliharaan, perawatan, bimbingan, pendidikan, pembinaan dan perlindungan sesuai kebutuhan khususnya.

- Pendidikan inklusif/non-diskriminatif. - Sistem rujukan. Sumber: Bappenas, Buku Saku Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif, 2010.

Penjelasan:

 Menu dengan gizi seimbang adalah beraneka ragam dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Beraneka ragam artinya bahan makanan mengandung semua zat gizi (karbonhidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta serat).  Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksanan balita sakit yang

datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya pengobatan terhadap penyakit: pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit meliputi imunisasi, pemberian Vitamin A dan konseling pemberia.

Juklak Program Percontohan SPS Berkarakter Budaya Lokal 2012 1]

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia 0-6 tahun merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan seorang anak. Perkembangan di masa ini akan menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya. Untuk itu perlu adanya suatu usaha untuk merangsang seluruh potensi anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.

Hal ini sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu implementasinya adalah setiap anak usia dini berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat.

Salah satu cara dalam pemenuhan hak anak dalam bidang pendidikan adalah melalui layanan Satuan PAUD Sejenis (SPS). SPS merupakan salah satu layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) minimal yang pelaksanaannya berintegrasi dengan layanan lain, antara lain dengan Posyandu, TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran), sekolah minggu dan lainnya.

SPS diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dari tidak meratanya akses dan layanan PAUD di Indonesia. SPS merupakan bentuk layanan minimal bagi daerah yang belum memiliki layanan PAUD. Kurangnya layanan akses pendidikan bagi anak usia dini terutama dirasakan di daerah terpencil.

Daerah terpencil merupakan daerah yang dari segi akses dan kesempatan masih sangat kurang. Kesempatan dalam hal ini juga mengenai pendidikan, terutama pendidikan bagi anak usia dini. Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya dan adat istiadat, begitu pula pada masyarakat daerah terpencil masyarakat di daerah terpencil pada umumnya masih menjaga dan memiliki kearifan lokal yang berlaku dan tertanam dalam kehidupan keseharian mereka. Kearifan lokal yang dimaksudkan tentu saja akan memberi pengaruh terhadap upaya pemberian stimulasi dalam proses pendidikan bagi anak usia dini tersebut. Dapat dijabarkan kemudian bahwa budaya lokal secara umum didefinisikan sebagai

Juklak Program Percontohan SPS Berkarakter Budaya Lokal 2012 1] kebiasaan-kebiasaan yang berlaku bagi masyarakat di lingkungan tertentu, dapat kemudian berupa kesenian (lagu dan tarian tradisional), nilai-nilai budaya (kearifan lokal) bahkan permainan tradisional. Menjadi sebuah keharusan bagi pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini untuk tidak mencerabut akar budaya lokal yang berlaku dalam proses pendidikan bagi anak usia dini.

Kaitannya dengan bentuk-bentuk dari PAUD, yang terdiri dari Satuan PAUD Sejenis (SPS), Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-Kanak (TK), yang akan juga mencerminkan fokus pendidikan dalam setiap jenisnya, walaupun kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencerdaskan dan mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak usia dini.

Permasalahan tersebut memerlukan suatu upaya pemecahan, sehingga bisa memberikan pelayanan pendidikan bagi anak usia dini di daerah terpencil dengan tetap berlandaskan atau berkarakter nilai-nilai kebudayaan lokal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pengembangan program SPS berkarakter budaya lokal di daerah terpencil. Model tersebut diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk melayani anak usia 0-6 tahun terutama di daerah terpencil yang belum terlayani PAUD .

Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya layanan PAUD, khususnya daerah terpencil, dimana kemungkinannya belum ada layanan PAUD sama sekali sebelumnya. Sebagai langkah awal, diselenggarakanlah SPS sebagai layanan PAUD minimal di daerah terpencil. Sesuai dengan hal yang juga menjadi prioritas yaitu penanaman karakter sejak usia dini, maka bentuk penyelenggaraan SPS berkarakter budaya lokal di daerah terpencil dapat disebut kemudian sebagai upaya pemecahan masalah sehingga dapat memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini dengan mengintegrasikan kebiasaan-kebiasaan maupun budaya lokal yang berkembang di daerah yang dapat dimunculkan kembali dan diajarkan kepada anak usia dini sehingga sejak usia dini anak-anak paham dan mengerti budaya-budaya yang berkembang di wilayahnya.

Juklak Program Percontohan SPS Berkarakter Budaya Lokal 2012 1]

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

3. Undang-undang Nomor 4 tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional Pendidikan. 5. Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2010 tentang Pengelolalan Penyelenggaraan

Pendidikan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2010

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional.

7. Peraturan menteri Pendidikan Naional No. 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

C. Tujuan

Tujuan Petunjuk Teknis Program Percontohan PAUD adalah:

1. Sebagai petunjuk teknis bagi UPTD BPKB/SKB, penyelenggara, pengelola, dan pendidik program SPS Berkarakter Budaya Lokal.

2. Sebagai petunjuk teknis bagi UPTD BPKB/SKB terkait dalam melakukan pembinaan program SPS Berkarakter Budaya Lokal.

3. Memberikan layanan SPS yang pengelolaannya di bawah pembinaan pemerintah desa/kelurahan.

4. Memberikan layanan SPS Berkarakter Budaya Lokal yang dapat menjangkau masyarakat luas hingga ke pelosok pedesaan.

5. Menggerakkan orangtua dan keluarga untuk melakukan pola asuh positif di rumah

D. Ruang Lingkup dan Pengertian

1. Ruang Lingkup :

Petunjuk Teknis ini hanya mengatur penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini yang diselenggarakan dalam bentuk SPS dan hubungannya dengan program layanan terkait, terutama Bina Keluarga Balita dan Posyandu.

Juklak Program Percontohan SPS Berkarakter Budaya Lokal 2012 1]

2. Pengertian :

a. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas).

b. Satuan PAUD Sejenis (SPS) adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan berbagai program layanan anak usia dini yang telah ada di masyarakat (seperti posyandu, Bina Keluarga Balita, Taman Pendidikan Al-Quran, Taman Pendidikan Anak Sholeh, Sekolah Minggu, Taman Anak-Anak Muslim, sekolah Banjar dan Bina Iman). (Rirektorat PAUD, 2010)

c. Satuan PAUD Sejenis (SPS) Berkarakter Budaya Lokal di daerah terpencil adalah sebuah program layanan minimal PAUD yang berintegrasi dengan layanan lainnya dengan menggunakan kebiasaan, adat istiadat, serta kesenian yang berkembang di wilayah tersebut sebagai dasar pembentukan dan pengembanganya.

Juklak Program Percontohan SPS Berkarakter Budaya Lokal 2012 1]

BAB II

PERCONTOHAN PROGRAM SPS

PRINSIP PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCONTOHAN SPS BERKARAKTER BUDAYA LOKAL

A. Pengertian 1. Percontohan

Pengertian percontohan dalam petunjuk teknis ini, dibatasi pada suatu kegiatan/ program yang mempunyai keunggulan dalam pelaksanaannya, dan menghasilkan suatu dampak positif terhadap sasaran pelaksanaan program tersebut. Keunggulannya, dapat dilihat dari adanya pola atau strategi yang kreatif dan inovatif, yang dipergunakan oleh pelaksana program untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan adanya keunggulan tersebut, maka program itu, bisa/ memungkinkan untuk dijadikan sebuah role mode/ contoh ideal, bagi pelaksanaan program sejenis.

2. Program SPS

Program SPS merupakan satuan-satuan PAUD selain Taman Kanak-Kanak (TK), Kelompok Bermain (Playgroup) dan Taman Penitipan Anak (TPA) yang terintegrasikan dengan berbagai layanan pendidikan anak usia dini yang telah ada dimasyarakat seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita, Taman Pendidikan Al Qur’an, Pendidikan Anak Kristen, Bina Iman Anak atau layanan terkait lainnya.

B. Prinsip PAUD

Prinsip-prinsip yang di terapkan dalam program Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut :

1. Berorientasi pada kebutuhan anak.

Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti kebutuhan fisik, rasa aman, dihargai, tidak dibeda-bedakan, bersosialisasi, dan kebutuhan untuk diakui. Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa tidak aman/ takut, lingkungan tidak sehat, tidak dihargai atau diacuhkan oleh pendidik atau temannya. Hukuman dan pujian tidak termasuk bagian dari kebutuhan anak, karenanya

Juklak Program Percontohan SPS Berkarakter Budaya Lokal 2012 1] pendidik tidak menggunakan keduanya untuk mendisiplinkan atau menguatkan usaha yang ditunjukkan anak.

2. Sesuai dengan perkembangan anak.

Setiap usia mempunyai tugas perkembangan yang berbeda, misalnya pada usia 4 bulan pada umumnya anak bisa tengkurap, usia 6 bulan bisa duduk, 10 bulan bisa berdiri, dan 1 tahun bisa berjalan. Pada dasarnya semua anak memiliki pola perkembangan yang dapat diramalkan, misalnya anak akan bisa berjalan setelah bisa berdiri. Oleh karena itu pendidik harus memahami tahap perkembangan anak dan menyusun kegiatan sesuai dengan tahapan perkembangan untuk mendukung pencapaian tahap perkembangan yang lebih tinggi.

3. Sesuai dengan keunikan setiap individu.

Anak merupakan individu yang unik, masing-masing mempunyai gaya belajar yang berbeda. Ada anak yang lebih mudah belajarnya dengan mendengarkan (auditori), ada yang dengan melihat (visual) dan ada yang harus dengan bergerak (kinestetik). Anak juga memiliki minat yang berbeda-beda terhadap alat/ bahan yang dipelajari/digunakan, juga mempunyai temperamen yang berbeda, bahasa yang berbeda, cara merespon lingkungan, serta kebiasaan yang berbeda. Pendidik seharusnya mempertimbangkan perbedaan individual anak, serta mengakui perbedaan tersebut sebagai kelebihan masing-masing anak. Untuk mendukung hal tersebut pendidik harus menggunakan cara yang beragam dalam membangun pengalaman anak, serta menyediakan ragam main yang cukup.

4. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain.

Pembelajaran dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Melalui bermain anak belajar tentang: konsep-konsep matematika, sains, seni dan kreativitas, bahasa, sosial, dan lain-lain. Selama bermain, anak mendapatkan pengalaman untuk mengembangkan aspek-aspek/nilai-nilai moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni. Pembentukan kebiasaan yang baik seperti disiplin, sopan santun, dan lainnya dikenalkan melalui cara yang menyenangkan.

5. Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke sosial.

Juklak Program Percontohan SPS Berkarakter Budaya Lokal 2012 1] a. Anak belajar mulai dari hal-hal yang paling konkrit yang dapat dirasakan oleh inderanya (dilihat, diraba, dicium, dicecap, didengar) ke hal-hal yang bersifat imajinasi.

b. Anak belajar dari konsep yang paling sederhana ke konsep yang lebih rumit, misalnya mula-mula anak memahami apel sebagai buah kesukaannya, kemudian anak memahami apel sebagai buah yang berguna untuk kesehatannya.

c. Kemampuan komunikasi anak dimulai dengan menggunakan bahasa tubuh lalu berkembang menggunakan bahasa lisan.

d. Anak memahami lingkungannya dimulai dari hal-hal yang terkait dengan dirinya sendiri, kemudian ke lingkungan dan orang-orang yang paling dekat dengan dirinya, sampai kepada lingkungan yang lebih luas.

Dengan demikian pendidik harus menyediakan alat-alat main yang paling konkrit sampai alat main yang bisa digunakan sebagai pengganti benda yang sesungguhnya. Pendidik juga harus memahami bahasa tubuh anak dan membantu mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui kegiatan main.

6. Anak sebagai pembelajar aktif.

Dalam proses pembelajaran, anak merupakan subjek/pelaku kegiatan dan pendidik merupakan fasilitator. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai banyak ide, dan tidak bisa berdiam dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu pendidik harus menyediakan berbagai alat, memberi kesempatan anak untuk memainkan berbagai alat main dengan berbagai cara, dan memberikan waktu kepada anak untuk mengenal lingkungannya dengan caranya sendiri. Pendidik juga harus memahami dan tidak memaksakan anak untuk duduk diam tanpa aktifitas yang dilakukannya dalam waktu yang lama.

7. Anak belajar melalui interaksi sosial

Pembelajaran anak melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya yang ada di lingkungannya. Salah satu cara anak belajar adalah dengan cara mengamati, meniru, dan melakukan. Orang dewasa dan teman-teman yang dekat dengan kehidupan anak merupakan obyek yang diamati dan ditiru anak. Melalui cara ini anak belajar cara bersikap, berkomunikasi, berempati, menghargai, atau pengetahuan dan keterampilan lainnya. Pendidik dan orang-orang dewasa di sekitar

Juklak Program Percontohan SPS Berkarakter Budaya Lokal 2012 1] anak seharusnya peka dan menyadari bahwa dirinya sebagai model yang pantas untuk

Dokumen terkait