• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan

4. Pembinaan

Sumber daya atlet memiliki peran yang sangat strategis dalam pola pembinaan olahraga, karena atlet adalah merupakan objek yang menjadi faktor yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu cabang olahraga dapat berprestasi merupakan sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh suatu cabang olahraga, sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal. Untuk mencapai prestasi yang optimal, maka usaha pembinaan harus dilaksanakan dengan menyusun strategi dan perencanaan yang rasional sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas serta mempunyai program yang jelas. Hal ini penting agar program pembinaan dapat mencapai sasaran yang tepat yaitu prestasi yang tinggi, seperti apa yang diinginkan.

Seorang pakar kepelatihan Hadisasmita dan Syarifudin (1996) menyatakan tentang karakteristik pembinaan bahwa:

Karakteristik utama dari pembinaan olahraga prestasi, selalu berorientasi jauh kedepan untuk mencapai prestasi tinggi menuju ketaraf internasional. Perencanaan tersebut dapat dikembangkan dengan baik

apabila ditunjang dan ditumbuhkan dengan suatu sistem pembinaan yang mantap, yang diorganisasikan oleh pembinaan olahraga secara terpadu dan berkesinambungan (hlm. 89).

Dalam pembinaan harus menempuh pola yang tepat dan dilakukan dengan tahap-tahap tertentu, sehingga potensi yang dimiliki atlet dapat berkembang secara maksimal. Untuk mencapai prestasi yang maksimal bukan kegiatan mudah, dimana upaya mencapai prestasi yang tinggi harus dilakukan pembinaan secara sistematis dan terprogram. Karena semua itu dipengaruhi oleh banyak faktor, memerlukan preses dan waktu yang cukup lama, sumber dana atau biaya yang cukup, prasarana dan sarana yang memadai, dan juga dukungan dari masyarakat maupun pemerintah. Sebagai satu keutuhan prestasi itu merupakan kombinasi antara kondisi fisik, kemampuan mental, penguasaan teknik, kecakapan taktik yang diantar melalui pembinaan hingga mencapai prestasi puncak. Menurut Prawirasaputra, Lutan, Yusup (1999) beberapa faktor yang menjadi fokus perhatian adalah:

(1) Prakondisi kesehatan dan kemampuan fisik, pada anak usia SLTP

misalnya, kondisi fisik mereka sudah mulai berkembang pesat seperti kekuatan, kecepatan dan daya tahannya sehingga ia lebih siap untuk menerima beban latihan yang lebih berat dibandingkan dengan siswa SD

(2) Aspek mental menunjukkan kesiapan sifat-sifat psikologis seperti

kesetabilan emosi, pengendalian diri, keberanian dan ketekunan. Siswa pada usia SLTP sudah menunjukkan kesiapan mental untuk berlatih

(3) Aspek sosial, menunjukkan kesiapan untuk bekerja sama, menerima

kepemimpinan dan tanggung jawab. Sisiwa SLTP sudah

menunjukkan sudah menunjukkan kematangan dari sisi

perkembangan social (hlm. 47).

Dalam melakukan pembinaan harus dilakukan melalui tahap-tahap tertentu, dimana tahapan tersebut merupakan salah satu proses untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kemampuan pemain pada periode tertentu. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembinaan olahraga prestasi dibutuhkan tahap persiapan meliputi

pemassalan, pembibitan, dan pemanduan bakat agar dihasilkan bibit-bibit atlet yang berkualitas sehingga mampu menciptakan prestasi maksimal.

a. Pemassalan Olahraga

Pemassalan merupakan suatu upaya untuk mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dengan sasaran melibatkan semua kelompok umur. Pelaksanaan kegiatan pemassalan harus dilakukan secara terus menerus, sehingga nantinya mampu menciptakan bibit-bibit atlet yang baik. Hal ini seperti dikemukakan Hadisasmita dan Syarifudin (1996) bahwa, Pemassalan olahraga ialah suatu proses dalam upaya mengikutsertakan peserta sebanyak mungkin supaya mau terlibat dalam kegiatan olahraga dalam rangka pencarian bibit-bibit atlet yang berbakat yang dilakukan

dengan cara teratur dan terus- (hlm. 36). Sedangkan menurut

Irianto, dkk. (2009)

berolahraga secara menyeluruh agar diperoleh bibit-bibit olahragawan handal (hal. 6).

Tujuan pemasaalan olahraga yang dilaksanakan antara lain agar masyarakat menyadari pentingnya olahraga prestasi, sehingga akan memunculkan bibit-bibit atlet yang baik. Hadisasmita dan Syarifudin (1996)

mengemukakan bahwatujuan pemassalanadalah untuk:

(a) Membina dan meningkatkan kesegaran jasmani.

(b) Meningkatkan kesegaran rohani atau untuk mendapatkan

kegembiraan

(c) Pembentukan watak atau kepribadian.

(d) Menanamkan dasar-dasar keterampilan gerak dalam usaha

pencapaian prestasi tinggi (hal. 36).

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pemassalan olahraga disamping untuk mendapatkan bibit-bibit atlet yang baik, juga untuk menyadarkan masyarakat tentang arti pentingnya olahraga terhadap peningkatan prestasi olahraga.

Agar masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam pemassalan olahraga prestasi, maka perlu ditempuh langkah-langkah yang baik dan

tepat.Langkah-langkah yang ditempuh tersebut diharapkan mampu mewujutkan tujuan pemassalan olahraga yang telah dilaksanakan. Menurut Hadisasmita dan Syarifudin (1996) Strategi pemassalan olahraga antara lain.

(1) Meyediakan prasarana dan sarana olahraga yang memadai sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Apabila pemassalan olahraga ini akan diterapkan disekolah-sekolah, maka yang perlu disediakan prasarana dan sarana yang sesuai dengan kemampuan masing-masing tingkatannya.

(2) Menyediakan penyiapan pengadaan tenaga pengajar atau pelatih

olahraga yang bener-bener memiliki kemampuan untuk

menggerakan olahraga anak-anak usia muda disekolah.

(3) Mengadakan berbagai bentuk pertandingan cabang olahraga bagi

anak-anak sekolah, baik pertandingan antar kelas, sekolah maupun antara perkumpulan.

(4) Mengadakan demontrasi pertandingan antar atlet-atlet yang

berprestasi.

(5) Mengadakan kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa.

(6) Memberikan motifasi kepada para siswa untuk mau berolahraga.

(7) Merangsang minat para siswa dengan melalui media masa maupun

elektronik (hal. 39).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemassalan olahraga dapat dilakukan disekolah-sekolah maupun diluar sekolah. Pemassalan dapat berjalan dengan baik, apabila didukung prasarana dan sarana yang memadai, tenaga pengajar atau pelatih, diadakan pertandingan olahraga, ditambahkan minat berolahraga pada siswa, serta adanya kerjasama dengan para orang tua siswa.

Strategi diatas perlu diperhatikan agar tujuan dalam pemassalan olahraga dapat tercapai yaitu diperolehnya bibit-bibit atlet yang baik. Bibit-bibit atlet yang baik tersebut akan menopang dalam pembinaan olahraga selanjutnya, sehingga potensi yang ada pada dirinya dapat dikembangkan dan prestasi maksimal dapat diciptakan.

b. Pembibitan Pemain

Prestasi maksimal bukan merupakan hal yang mudah dicapai. Prestasi maksimal dapat dihasilkan melalui proses yang panjang. Latihan sejak dini atau usia muda dimungkinkan dapat dilakukan pembinaan dalam rentang waktu yang relatif panjang. Disamping latihan sejak dini, bibit-bibit

pemain yang baik mempunyai pengaruh terhadap pencapai prestasi. Bibit pemain yang baik dan berbakat, maka akan lebih mudah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sampai pada batas kemampuan maksimal.

Menurut Suharno (1992), aspek-aspek yang dilihat dalam mencari bibit atlet antara lain :

(1)Segi Anatomis : Tinggi, berat badan, proporsi dan badan macam otot-otot perlu diteliti secara cermat

(2)Segi Fisiologis : keadaan jantung, paru-paru, peredaran darah, pencernaan makanan, susunan syaraf dll. Harus dipriksakan dokter.

(3) Kemampuan gerak :

-Unsure-unsur gerak (kekuatan, daya tahan dst)

-Kecakapan gerak dalam cabang olahraga.

(4) Segi mental : Kejiwaan, Kepribadian, temperament

(5) Kesehatan : Kesehatan fisik dan mental

(6) Segi social ekonomi : latar belakang social ekonomi (hal. 78).

Jadi dengan upaya mencari dan menemukan individu-individu yang memiliki potensi, adalah untuk individu-individu tersebut agar dapat mencapai prestasi olahraga di kemudian hari, pembibitan pemain juga sebagi langkah atau tahap lanjutan dari permasalahan olahraga.

c. Pemanduan Bakat

Bakat merupakan salah satu faktor penting didalam mencapai prestasi yang tinggi pada suatu cabang olahraga. Bakat merupakan potensi dalam diri pemain yang dapat dikembangkan dan menunjang keberhasialan dalam olahraga. Tanpa memiliki bakat yang sesuai dengan olahraga yang dipelajari maka prestasi maksimal akan sulit di tercapai. Menurut Sullivan

(1986) -masing memiliki bakat-bakat alam yang memang

(hlm. 5).

Pada setiap individu memiliki faktor yang diperlukan dalam olahraga, hanya saja dengan perbandingan atau porsi yang berlainan. Untuk itu cirri-ciri yang terdapat dalam individu perlu dikendalikan agar dihasilkan bibit-bibit pemain yang berkualitas. Untuk mengetahui apakah seseorang

memiliki bakat dalam cabang olahraga tersebut dibutuhkan sistem yang disebut pemanduan bakat. Pemanduan bakat ini didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang mengacu pada cabang olahraga yang dipelajarinya. Gunarsa, Satiadarma dan Hardjolukito (1996) mengemukakan bahwa

berpotensi, memilih olahraga yang sesuai dengan potensi serta minatnya dan memperkirakan peluangnya untuk berhasil dalam program pembinaan seh

(hlm. 95).

Faktor bakat mempunyai peranan penting agar atlet menjadi juara begitu pun dalam pemanduan bakat mempunyai peranan penting untuk mendapatkan bibit atlet yang baik. Pemanduan bakat merupakan upaya untuk memprediksi dengan probabilitas yang tinggi seberapa besar peluang seseorang untuk mencapai prestasi maksimalnya dan apakah seirang atlet muda mampu secara sukses menyelesaikan atau melewati program latihan dasar untuk kemudian ditingkatkan hasilnya menuju prestasi puncaknya. Pemanduan bakat dapat dilakukan melalui pengamatan melalui bibit-bibit atlet yang dibinanya. Pengamatan tersebut meliputi antara lain minat terhadap olahraga, kemampuan fisik dan sebagainya.

Menurut Hadisasmita dan Syarifudin (1996) langkah-langkah pemanduan bakat antara lain :

(1) Adakah pengamatan terhadap sikap peserta didik pada kegiatan

olahraga, baik di sekolah maupun di luar sekolah atau dilingkungan tempat tinggalnya.

(2) Adakah pengamatan terhadap karakteristik dari peserta didiknya,

baik mengenai kemampuan fisiknya, bentuk fisiknya, ukuran fisik atau tubuhnya, sifat atau asal-usulnya.

(3) Adakah pengamatan terhadap perkembangan fisik dari peserta

didik tersebut.

(4) Setelah mengadakan pengamatan yang dilakukan secara cermat dan

penuh ketelitian, kemudian untuk langkah berikutnya coba adakan pemilihan atau penyaringan atau yang dipakai untuk mengukur atau instrument dari cabang olahraga yang bersangkutan.

(5) Di dalam mengadakan seleksi tersebut, hendaknya didasarkan pada

karakteristik antropometrik, serta kemampuan dan perkembangan dari fisik peserta didik (hlm. 57).

Langkah-langkah pemanduan bakat tersebut mempunyai arti penting untuk mendapatkan bibit-bibit atlet yang baik. Hal ini disebabkan pemanduan bakat merupakan langkah yang tepat, karena melalui proses tertentu atau penyaringan yang lebih teliti melalui alat ukur atau instrument terhadap cabang olahraga yang dibinanya. Dengan demikian akan diketahui seberapa besar bakat yang dimiliki atlet tersebut, sehingga untuk melaksanakan pembinaan dapat lebih baik. Menurut Suharno (1992) berbakat umur muda dapat ditemukan : di sekolah-sekolah, dalam perkumpulan-perkumpulan olahraga (club), pada organisasi-organisasi

pemuda dan dikampung- (hlm. 78).

d. Pelatih

Pelatih adalah seorang sosok yang kadang dipuji dan kadang dicaci. Hal ini sangat tergantung pada keberhasilannya meningkatkan prestasi atletnya. Seperti yang diungkapkan Suharno (1992)

terutama di Indonesia isinya pengorbanan melulu, apalagi bila atletnya (hlm. 3).

Pelatih adalah seorang / sekelompok orang yang mengelola / menangani sekelompok / seseorang untuk mencapai keberhasilan tertentu. Menjadi pelatih adalah pekerjaan yang unik, didalamnya terbentang luas aspek garapan yang sarat dengan tantangan, persaingan, aspek peningkatan diri, peningkatan kemampuan, menjaga dan memelihara kewibawaan, terampil berkomunikasi, cermat mengambil keputusan dan masih banyak lagi aspek pendukung yang kesemuanya bermuara pada upaya untuk sukses dalam bertugas sebaga pelatih. Prawirasaputra, Lutan, Yusup (1999)

(hlm. 2). Pelatih yang berkualitas adalah seorang pelatih disamping memberikan latihan-latihan fisik dan teknik juga mampu memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang ada pada atlet baik jasmani, mental emosional, maupun social. Seorang pelatih perlu membekali diri dengan

hal-hal yang berhubungan dengan tugasnya, sehingga didalam melatih tidak akan mengalami kesulitan yang mengakibatkan gagalnya dalam mencapai tujuan.

Seorang pelatih yang berkualitas harus sadar akan kenyataan bahwa ia dapat benar-benar dapat mempengaruhi dan membentuk watak (karakter) dan kepribadian atlet dalam hal tertentu. Sepert pendapat Pate, h tantangan dan selalu berubah. Pelatih yang berhasil selalu bersedia menerima informasi-informasi baru, namun tetap dapat mengenali pendekatan tradisional yang paling sesuai

Pengaruh-pengaruh ini dapat berakibat positif maupun negatif, bermanfaat, dan dapat merusak atau mengganggu, dan yang jelas dapat berpengaruh relatif tahan lama atau permanen pada seluruh kehidupan atlet asuhannya.

Dokumen terkait