• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan

6. Program Latihan

Banyak orang merasa berlatih tetapi sebenarnya itu hanya perasaan mereka saja. Pada umumnya yang bersangkutan kurang memahami pengertian tentang latihan yang sebenarnya. Irianto, dkk. (2009)

mengemukakan pendapatnya tentang pengertian latihan adalah : Proses

sistematik untuk menyempurnakan kualitas kinerja atlet berupa: kebugaran, keterampilan, dan kapasitas energi, (b) Memperhatikan aspek pendidikan, (c) Menggunakan pendekatan ilmiah (hlm. 1).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Harsono yang dikutip oleh

Hadisasmita dan Syarifudin (1996) latihan adalah

proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan demikian kian hari menambah jumlah beban serta intensitas (hlm. 126). Didalam latihan terdapat proses yang sistematis,

dilakukan berulang-ulang dan tetap dengan selalu meningkatkan beban

latihan untuk mencapai tujuan. Tujuan pokok dari latihan yaitu pencapaian prestasi maksimal.

Dari beberapa pengertian latihan di atas, didapat unsur-unsur latihan antara lain :

(1) Sistematis yaitu berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari yang sederhana ke yang lebih rumit.

(2) Berulang-ulang yaitu setiap teknik haruslah diulang sesering mungkin, dimaksudkan agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi mudah, dan otomatis pelaksanaanya menjadi menghemat energi.

(3) Kian hari bertambah beban yaitu setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba saatnya beban latihan ditambah. Jika beban tidak bertambah prestasi pun sulit meningkatkan.

Menurut Harsono (1988) tujuan serta sasaran utama dari latihan adalah membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya

semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan yang diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu :

(1)Latihan Fisik (Physical Training)

Beberapa komponen fisik yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan seperti: daya tahan kekuatan, kekuatan otot, kecepatan, daya tahan kardiovaskuler, kelincahan, kelentukan, ketepatan, keseimbangan, dan stamina.

(2)Latihan Teknik (Technical Training)

Latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudkan guna membentuk dan memperkembang kebiasaan-kebiasan motorik atau perkembangan neuromuskular.

(3)Latihan Taktik (Tactical Training)

Latihan taktik meliputi pertahanan maupun penyerangan termasuk didalamnya penyusunan strategi, sistem, pola, dan tipe.

(4)Latihan Mental (Mental Training)

Latihan-latihan mental adalah latihan-latihan yang lebih

menekankan pada perkembangan kedewasaan atlet serta

perkembangan emosional impulsif; misalnya semangat bertanding, sikap pantang menyerah, keseimbangan emosi meskipun berada dalam situasi stress, sportivitas, kejujuran, percaya diri, dan sebagainya (hlm. 100).

b. Pengertian Program Latihan

Program latihan merupakan bahan atau kegiatan yang harus dilakukan dalam latihan. Dalam menentukan program latihan harus mengacu pada beberapa faktor yang mendukung keberhasilan latihan. Penerapan program latihan yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan pemainnya akan meningkatkan kualitas pemain secara maksimal. Untuk menghasilkan program latihan yang baik, peranan seorang pelatih mempunyai arti yang penting dalam menetukan program latihan. Dalam menentukan program latiha harus mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pokok dari program latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan pemain dan mencapai prestasi yang maksimal.

Program latihan merupakan rencana kegiatan yang sudah tersusun dan harus dilaksanakan dalam latihan. Dalam menentukan program latihan harus menyatu dalam beberapa faktor yang mendukung keberhasilan latihan.

Penerapan program latihan yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan atletnya akan meningkatkan kualitas atlet secara maksimal. Suatu hal yang harus diperhatikan dalam menyusun program latihan adalah menentukan terlebih dahulu tujuan latihan atau target yang hendak dicapai. Hal itu penting agar atlet dapat berlatih dengan motifasi untuk mencapai sasaran.

Penyusunan program latihan harus memperhitungkan periodisasi latihan. Dimana dalam pembagian waktu latihan harus tepat sasarannya. Sehingga dalam periode latihan yang satu dengan periode yang lain dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dengan memperhatikan periode latihan dan musim latihan, maka dalam menentukan tahap-tahap latihan lebih cermat, tepat dan menyasar, sehingga kemampuan pemain akan meningkat lebih baik dan prestasi maksimal dapat dicapai. Seperti yang diungkapkan Hadisasmita dan Syarifudin (1996)

ditingkatkan prestasinya setinggi-tingginya, diperlukan jangka waktu yang lama.Oleh karena membutuhkan waktu yang lama, maka latihan-latihan tersebut dilaksanakan secara bertahap, yang terdiri dari Program jangka

(hlm. 141).

Membina atlet tidaklah biasa dalam waktu yang singkat atau instan, sehingga untuk itu diperlukan seorang pelatih menyusun program latihan yang direncanakan dan diperhitungkan dengan baik dan matang, sehingga pada waktu yang telah ditetapkan prestasi yang diinginkan dapat diraihnya. Oleh sebab itu, maka latihan-latihan tersebut dilaksanakan secara bertahap yang terdiri dari program jangka panjang, dan program tahunan.

c. Periodesasi Latihan

Tujuan dan tuntunan dalam latihan adalah mencapai prestasi semaksimal mungkin. Latihan yang sudah terprogram dengan baik akan memerlukan waktu yang panjang, untuk itu dibuatlah jadwal latihan. Jadwal latihan perlu dibagi menjadi beberapa tahapan. Pembagian tahapan dalam program latihan ini disebut periodesasi latihan.

Hadisasmita dan Syarifudin (1996) menyatakan bahwa periodesasi

(hlm. 128).

Adapun kegunaan dari periodesasi latihan adaah sebagai berikut :

(1) Peatih akan dapat mengatur setiap komponen-komponen latihan dari

rencana tahunan

(2) Membantu peatih dalam menetukan puncak latihan yang tepat,

pertandingan pertandingan sasaran (diantara pertandingan utama

selama kalender tahunan).

Pembagian waktu latihan harus tepat sasarannya, sehingga antara periode latihan satu dengan periode latihan yang lain dapat berjalan sesuai dengan rencana. Menurut Suharno (1992) program tahunan secara garis besar dibagi menjadi periodesasi-periodesaso latihan sebagai berikut :

(1)Periode persiapan

Mencari bibit atlit yang unggul atau seleksi atlit berpotensi tinggi.

(2)Periode Pertandingan

Pelatih harus melakukan penyusunan taktik dan pemberian

dorongan mental atlit agar semangat juang dan dedikasi meningkat

(3)Periode Peralihan

Mengevaluasi kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan baik secara umum maupun secara individual (hlm. 58-59)

Periodesasi latihan dibuat agar mempermudah seseorang pelatih dalam menyusun program latihan. Dengan memperhatikan periode latihan dan musim latihan, maka dalm menentukan tahap-tahap latihan lebih cermat, tepat, dan menyasar, sehingga kemampuan pemain akan meningkat lebih baik dan prestasi yang maksimal dapat tercapai.

d. Prinsip-Prinsip Latihan

Kekurangan yang umum terdapat pada atlet-atlet dan pelatih-pelatih kita adalah bahwa mereka kurang mengetahui dan kurang mengerti akan prinsip latihan yang sebenarnya. Tanpa mengetahui prinsip-prinsip serta tujuan-tujuan latihan tak mungkin atlet berlatih atau dilatih

dengan sukses. Latihan yang baik harus menganut beberapa prinsip latihan, sehingga dalam memberi atau meningkatkan beban latihan tidak menganut pada prinsip latihan yang tepat akan merusak kondisi atletnya. Hal yang demikian ini harus dihindari serta dalam memberikan beban latihan harus disesuaikan kemampuan dari masing-masing pemainnya.

Dengan mengetahui prinsip-prinsip latihan diharapkan prestasi seorang atlet dapat cepat meningkat. Tanpa mengetahui hal ini seseorang atlet atau pelatih tidak mungkin akan berhasil dalam latihannya. Suharno (1992) menyarankan agar seluruh program latihan sebaiknya menerapkan prinsip latihan sebagai berikut:

1) Prinsip Kontinyuitas Dalam Latihan (Latihan harus sepanjang

tahun tanpa terseling)

Prestasi, adaptasi atlet akan menurun lagi bila beban latihan menjadi ringan dan latihan tidak kontinyu (terus-menerus secara rutin). Perlu adanya latihan yang bersifat menyeluruh dari cabang olahraga tersebut, agar prestasi dan adaptasi atlet yang positif tidak mengalami kemunduran.

2) Kenaikan Beban Latihan Yang Teratur

Latihan makin lama makan meningkat beratnya, tetapi kenaikan beban latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi over training dan proses adaptasi atlet terhadap loading akan terjamin keteraturannya.

3) Prinsip Individual

Perbedaan-perbedaan setiap atlet sebagai manusia yang berbeda-beda perlu diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis latihan, metode latihan dapat serasi untuk mencapai mutu prestasi tiap-tiap individual.

4) Prinsip Interval

Prinsip interval sangat penting dalam rencana latihan dari yang bersifat harian, mingguan, bulanan, tahunan yang berguna untuk pemulihan fisik dan mental atlit dalam menjalankan latihan.

5) Prinsip Stress (Penekanan)

Stress fisik dan mental penting untuk meningkatkan prestasi, tetapi pemberian stress terus menerus tanpa memperhatikan kondisi atlet sangat bebahaya dan akan menimbulkan hal yang negatif terhadap atlet, misalnya : prestasi menurun, cedera, over training, takut latihan, jemu latihan dsb.

6) Prinsip Stres (Spesifik)

Latihan harus memiliki cirri dan bentuk yang khas sesuai dengan cabang olahraganya. Hal tersebut sesuai dengan sifat dan tuntutan tiap-tiap cabang ilahraga yang selalu berbeda.

7) Prinsip Nutrisium (Gizzi Olahraga) (hlm. 8-14)

Dan menurut Irianto, dkk. (2009) dalam penyusunan dan pelaksanaan program latihan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip latihan, sebagai berikut:

(1) Partisipasi Aktif

Pencapaian prestasi merupakan perpaduan usaha atlet itu sendiri d an kerja keras pelatih, sehingga keduanya yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program latihan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi.

(2) Perkembangan Multilateral

Tahap perkembangan multilateral diletakkan pada awal program pembinaan sebelum memasuki tahapan spesialisasi, yakni pada usia : 6-15 tahun, bertujuan : mengembangkan dan mengoreksi gerak dasar (jalan, lompat, loncat, lempar, tangkap).

(3) Individual

Setiap atlet memiliki potensi yang berbeda-beda dan berkarakter unik, setiap latihan menimbulkan respon yang berbeda pula.

(4) Overload

Untuk meningkatkan kemampuan atlet perlu latihan dengan beban lebih (overload), yakni beban yang diberikan cukup menantang atau benar-benar membebani pada wilayah ambang batas kemampuan atlet (critical point).

(5) Spesifikasi

Program latihan hendaknya direncanakan khusus sesuai dengan :

- Cabang olahraga (permainan, beladiri dll)

- Peran olahragawan (penjaga gawang, smasher, picher dll)

- Sistem gerak (anaerobik, aerobik)

- Pola gerak (close skill-open skill, siklis-siklis) - Keterlibatan otot (otot pada organ apa saja)

- Biomotor (kekuatan, kecepatan, daya teahan dll)

(6) Kembali Asal (Reversible)

Yang diartikan sebagi kemunduran kemampuan atlet yang diakibatkan ketidak teraturan dalam menjalankan program latihan

(7) Variasi

Model dan metode latihan yang monoton akan mengakibatkan kebosanan sehingga sasaran latihan tidak dapat dicapai, untuk itu

perlu dirancang model dan metode latihan yang beranekaragam, dengan tetap mengacu pada sasaran latihan (hlm. 1).

Sedangkan Hadisasmita dan Syarifudin (1993) menyarankan agar dalam latihan sebaiknya menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Prinsip Beban-lebih (overlood)

Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menenkankan pada pembebanan latihan yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan oleh atlet. Seorang atlet harus berlatih dengan beban yang lebih berat, namun beban tersebut harus sesuai dengan kemampuan atlet.

2) Prinsip Perkembangan Multilateral

Prinsip ini sebaiknya diterapkan pada atlet-atlet muda. Pada permulaan belajar mereka harus dilibatkan dalam beragam kegiatan agar dengan demikian mereka memiliki dasar-dasar yang lebih kokoh untuk ketrampilan spekulasinya kelak.

3) Prinsip Intensitas latihan

Perubahan fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlet dilatih atau berlatih melalui program latihan yang intensitif, dimana pelatih secara progresif menambahkan beban kerja. Jumlah pengurangan gerakan (repetition) serta kadar intensitas dari repetisi tersebut.

4) Prinsip Kualitas Latihan

Latihan dikatakan berkualitas apabila latihan dan dril-dril yang diberikan memang benar-benar bermanfaatkan dan sesuai dengan kebutuhan atlet. Koreksi-koreksi yang tepat dan kontruksi sering diberikan, pengawas dilakukan oleh pelatih sampai sedetail gerakan dan setiap kesalahan segera diberikan, prinsip-prinsip overload diterapkan, baik dalam aspek fisik maupun mental.

5) Prinsip Beppikir Positif

Jika ingin berprestasi, atlet harus berani sakit dalam latihan. Pelatih harus tahu bagaimana kata hati atlet, apa yang mereka katakan pada dirinya sendiri. Dan pelatih harus mempengaruhi kata hatinya, melatih atlet untuk slalu berpikit posifit dan pesimis, mengubah sikap berpikir positif lebih baik dari pada berpikir negatif.

6) Variasi Dalam Latihan

Latihan yang dilakukan biasanya banyak menuntut waktu, pikiran, dan tenaga. Karena itu bukan mustahil jika latihan yang intensif dan terus-menerus terkadang akan menimbulkan rasa bosan pada atlet. Jika sudah bosan, maka gairah pada atlet dan motifasinya

untuk berlatih biasanya menurun atau bahkan hilang sama sekali. Karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencegah timbulnya kebosanan berlatih, misalnya dengan cara merencanakan dan menyelenggarakan variasi-variasi dalam latihan.

7) Prinsip Individualisasi

Setiap berbeda dalam segi fisik maupun mental, maka setiap individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap suatu beban yang diberikan pelatih. Latihan merupakan suatu persoalan pribadi bagi atlet dan tidak bisa disama ratakan bagi semua atlet. Latihan harus direncanakan disesuaikan bagi setiap individu atlet agar dapat menghasilkan prestasi yang baik.

8) Penetapan Sarana (Goal setting)

Seringkali suatu tim atau atlet tidak berlatih bersungguh-sungguh, atau kurangnya motivasi untuk berlatih karena tidak ada tujuan atau sasaran yang jelas untuk apa atlet berlatih. Karena itu menetapkan sasaran latihan untuk atlet sangat penting.

9) Prinsip Perbaikan Latihan

Kalau atlet sering melakukan kesalahn gerak, maka pada waktu memperbaiki kesalahan tersebut pelatih harus menekankan pada penyebab terjadinya kesalahan (hlm. 130).

Dengan mengetahui prinsip-prinsip latihan tersebut, maka seorang pelatih dapat melakukan penyusunan dan pelaksanaan program latihan dengan sistematis dan terarah, sehingga akan mendukung sang atlet dalam meningkatkan kualitas latihan dan bisa dengan cepat meningkatkan prestasi.

Dokumen terkait