• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. PEMBINAAN ORANG TUA 1. Pengertian Pembinaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online. Pembinaan adalah “proses, cara, perbuatan membina (negara dsb); 2 pembaharuan; penyempumaan; 3 usaha tindakan. dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.1 Pembinaan adalah usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoieh hasil yang lebih baik. Dalam hal ini usaha yang dilakukan tersebut harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan yang ingin dicapai tersebut harus dirumuskan dengan jelas sehingga dalam prosesnya tidak berbelok ke arah yang tidak semestinya.

Tanpa adanya pembinaan, maka hasil yang dicapai tidak akan maksimal. Sebuah lembaga pendidikan, apabila tidak melakukan pembinaan pada anak-anak didiknya yang “nakaf* akan menghasilkan keluaran yang berkualitas pas-pasan atau bahkan jelek. Pembinaan dalam arti pembaharuan berarti memperbaharui nilai-nilai yang dianggap telah tidak sesuai. Jika pembaharuan tidak dilakukan dikhawatirkan sang pemilik nilai tersebut akan ketinggalan jaman dan tidak dapat lagi eksis karena tidak mampu beradaptasi.

1 Pusat Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Inooensia”, Diknas: KBB1 Daring. 2008. dikunjugni: 5 Mei 2008 <htlp://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php.>

Demikian pula dalam pendidikan. Pembinaan perlu sekali dilakukan. Hal ini disebabkan karena pendidikan bertujuan membentuk insan yang kompeten dan memiliki keterampilan serta emosi yang baik. Sehingga akhimya insan tersebut dapat menggunakan segala yang dia miliki sebagai bekal menghadapi kehidupan.

Menurut Islam, perlakuan terhadap anak didik besar sekali pengaruhnya terhadap mereka, sehingga nabi Muhammad saw berkata:

s

Artinya: Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan atas fitrah Islam, kemudian orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR Muslim).2

Dalam hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan dalam pendidikan sangat penting perannya. Kenyataan bahwa semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah Islam, namun atas bimbingan orang tuanyalah kemudian mereka menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi, bahkan mungkin tidak mempercayai adanya Tuhan. Bimbingan yang benar akan semakin mempertebal fitrah anak, sedangkan bimbingan yang salah akan menjauhkan anak dari fitrahnya, dan pada akhimya ia akan menjadi remaja yang sama sekali tidak mengenal Tuhan.

Pembinaan yang dilakukan dalam pendidikan harus kontinu. Tidak boleh dilakukan sepotong-sepotong. Telah banyak realitas yang menunjukkan bahwa pembinaan yang dilakukan secara tidak utuh akan

: Syahminan Zaini. Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam. Kalam Mulia, Jakarta, 1986, hlm.l 15.

»jjj] . .i' • '> *

18

menghasilkan generasi yang tidak utuh pula, serba gamang dan tidak mantap menghadapi tantang dunia. Banyak sekali anak-anak yang belajar ngaji di surau sampai berusia 17 tahun. Namun setelah ia berusia 17 tahun, ia mulai meninggalkan kebiasaannya tersebut. Ketika ia memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas. ketika ia menjadi remaia, pembinaan dari orang tua mengendur atau bahkan hilang sama sekali. Padahal pada masa ini ia menjadi sangat rentan terhadap perubahan. Ia memasuki masa kebimbangan, masa mencari jati diri. masa pcrgolakan.

Masa remaja adalah masa sulit, masa fakim, masa goncang dan masih banyak lagi nama yang diberikan oleh para ahli. Secara umum remaja mula-mula tidak mau memakai pedoman hidup dan sikap atau pedoman hidup yang baru, hal inilah yang menyebabkan kegoncangan/ Pada masa inilah pembinaan dari orang tua sangat diperlukan, bukan justru ditinggalkan.

Telah banyak lembaga pendidikan anak yang baik menghasilkan anak-anak cerdas yang berakhlak baik. Namun hasil ini tidak diteruskan dengan pembimbingan di tingkat pendidikan dan umur selanjutnya. Banyak ditemui anak yang sebelum masuk Sekolah Menengah Atas adalah anak yang penurut dan sopan serta taat beragaina, namun setelah memasuki jenjang pendidikan SMA ia berubah total. Sikapnya menjadi penentang, tidak memiliki akhlak baik dan mulai malas mcnjalankan perilaku beragama. Apabila tidak dicermati dan ditangguiangi, maka bisa 3

3 Muslaqim, Psikologi Pendidikan. lakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang, 2001. him. 21.

jadi mereka menjadi orang dewasa yang tidak bertanggung jawab dan tidak beraklak.

2. Pengertian orang tua

Mengambil definisi dalam kamus, maka orang tua adalah “1 ayah ibu kandung; 2 (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb); orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung: tetua;” 4 Orang tua memiliki arti yang luas. orang tua dapat berarti ayah ibu kandung. Yaitu orang yang menjadi lantaran kita lahir di dunia. Orang tua juga dapat berarti orang yang dianggap tua, orang yang telah hidup lebih lama, juga orang yang dihormati dan disegani di daerah kita menetap.

Pengertian orang tua di sini tidak terbatas pada ayah dan ibu kandung, namun juga termasuk orang yang dianggap tua, cerdik pandai, ahli, dan orang yang disegani di kampung. Penulis ingin mengetahui adakah pembinaan yang dilakukan oleh orang tua di Desa Kaliyoso kemudian mencari hubungan antara pembinaan yang dilakukan, jika ada, dengan akhlak para remaja.

Sebagai orang tua. baik yang menduduki posisi sebagai ayah dan ibu ataupun guru serta sebagai orang yang dihormati. hams memiiiki persepsi yang baik tentang mendidik remaja. Pentingnya persepsi ini ditunjukkan secara jelas oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rosenthal dan Jacobson pada tahun 1968. Hasil penelitian tersebut tnenunjukkan bahvva

Cara berpikir dan cara pandang seseorang akan menentukan sikap individu tersebut terhadap lingkungannya. Selanjutnya,

20

lingkungannya pun akan memberikan respons atau reaksi sesuai dengan harapan individu yang mempersepsikan.'

Jadi, jika orang tua menganggap anaknya nakal. apalagi memberikan label nakal pada anaknya, besar kemungkinan anaknya akan menjadi benar-benar nakal. Hasil penelitian mereka disebut dengan istilah dampak Pyangmalion.

Hasil penelitian kedua ilmuvvan tersebut berhasii menunjukkan banwa harapan guru atau pendidik, sebagai orang tua pula, berfungsi sebagai pengerak serangkaian perilaku yang diarahkan untuk memenuhi harapan diri mereka sendiri. Karenanya pyangmalion juga dikenal dengan istilah falsafah pemenuhan diri (.self-fulfilling prophecies). Sedangkan di dalam keluarga, persepsi orang tua temyata mempengaruhi sikapnya kepada anak-anak mereka. Adanya label dan atribut tertentu yang disandang oleh anak juga merangsang orang-orang di sekelilingnya untuk memanggil mereka sesuai dengan label dan atribut yang mereka sandang. Hal inilah yang perlu diwaspadai oleh orang tua dalam mendidik dan menumbuhkembangkan anak. Orang tua tidak boleh memberikan label negatif seperti: pemalas, bodoh, nakal dan label-label negatif lainnya.

3. Pentingnya Pembinaan Yang Baik

Arti pentingnya pembinaan terlihat dalam Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa "tidaklah anak yang dilahirkar. itu kecuali telah membawa fithrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, 5

5 Monly P. Satiadarma. Persepsi Prana Tua Membentuk Perilaku A nak: Dampak Pyangmalion di Dalam Keluarga. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001, him.7.

Nasrani, ataupun Majusi.” Jika anak mendapatkan pendidikan dan bimbingan agama yang baik, mereka akan menjadi orang yang taat beragama pula. Tetapi bilama benih agama yang telah dibawa itu tidak dipupuk dan dibina dangan baik, maka anak akan menjadi orang yang tidak beragam ataupun jauh dari agama.

Pembinaan penting artinya, karena tanpa pembinaan, benih-benih agama yang ada dalam diri anak akan pupus ketika ia menjadi remaja dan dewasa kelak. Apabila benih-benih agama telah pupus, sudah hampir bisa dipastikan bahwa ia akan menjadi remaja yang mungkin cerdas tetapi tidak berakhlak.

Sigmund Freud berpendapat bahwa:

Anak-anak semenjak kecilnya telah ada perasaan dan percaya kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Bahkan pada tahun-tahun pertama dalam hidupnya, anak mempunyai anggapan, bahwa orang tuanya itu sebagai Tuhannya. Karena menurut pandangan mereka orang tua itu sebagai sumber keadilan, sumber kasih sayang dan merupakan sumber kekuasaan, tempat mereka bergantung dan tempat mereka meminta segala keinginannya.0

Dalam perkembangan selanjutnya orang tua harus membimbing anak untuk mengetahui hal yang sebenamya mengenai kehidupan. Jangan sampai orang tua membiarkan anak berkembang dengan sendirinya karena sangat berbahaya. Pembinaan dari orang tua bersifat mengarahkan agar perkembangan berpikir anak mengarah pada yang benar, sehingga saat remaja menjadi generasi yang tangguh sesuai potensi yang dimiliki dan ketika dewasa menjadi orang dewasa yang memiliki kecerdasaran dan akhlak yang baik. 6

6 Dra. II. Zuhairini, et.all, Methodik Khusus Pendidikan Asanta. Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan AmpcI, Malang, 1983, hlm.32.

22

Oleh sebab itu. orang tua harus memberikan bimbingan yang baik kepada anak ketika berkembang menjadi remaja. Remaja adalah masa kritis scseorang, jadi harus diperhatikan secar?. serius agar tidak terjadi perkembangan yang salah. Pembinaan yang baik secara islami adalah pembinaan yang menekankan unsur-unsur tertentu dalam Islam. Unsur-unsur tersebut adalah: kasih sayang, Iemah lembut, memberikan kemerdekaan, memberikan penghargaan. sesuai dengan perkembangannya, mengarahkan ke masa depan, berbicara kepada mereka dengan benar, baik lembah lembut dan mudah dimengerti, dan disiplin.7

a) Kasih Sayang

Orang tua harus selalu menanamkan pemahaman bahwa “barang siapa yang tidak mengasihi tidak akan dikasihi. Untuk itu, jika ingin dikasihi, dia harus mengasihi orang dan makhluk hidup lain. Orang tua juga harus menunjukkan sikap kasih sayangnya kepada anaknya. Ini akan membentuknya menjadi remaja yang penuh kasih sayang.

b) Lemah Lembut

Pembinaan orang tua selanjutnya adalah dengan bersikap lembah lembut kepada anak. Orang tua harus mendidik dan membimbing anak dengan lemah lembut. Jika orang tua mendidik dan membina anak dengan kasar. maka anak akan pergi dari didikan dan pembinaan orang tua. Sering sekali ditemukan kasus anak kabur dari rumah karena tidak tahan dengan orang

tuanya yang kasar. Oleh karena itu, tutur kata orang tua pun haras lemah lembut, tidap boleh kasar kepada anak.

c) Memberikan kemerdekaan

Manusia tidak boleh dipaksa. Allah ser.diri berfirman dalam surat A1 Ghasiyah : 22 bahwa

(XT

* '

Artinya: "Bukanlah engkau seorang yang berhak memaksa mereka”.

Karena itulah, orang tua dalam melakukan pembinaan kepada remaja tidak boleh melakukan pemaksaan karena dalam agama pun tidak ada paksaan. Remaja harus diberikan kebebasan memilih dengan didampingi dan diarahkan oleh orang tua.

d) Memberikan Penghargaan

Unsur penghargaan harus ditonjolkan dalam membina remaja. Dalam sebuah haditsnya nabi Muhammad berkata:

.ffii! S#

Artinya: hargailah anak-anakmu dan baguskanlah budi pekerti mereka (HR N asa'if

Allah melarang umatnya menghina dan merendahkan s-eseorang. Orang tua harus dapat menghargai pribadi anak. karya anak pendapat anak dan kevakinan anak. 8 9

8 Ibid., hlm.l 17. 9 Ibid.

e) Sesuai dengan Perkembangannya

Orang tua tidak boleh tergesa-gesa dalam membina remaja. Anak berkembang s?5 :a: tahapan tertentu. Orang tua harus mampu mengetahui seorang anak sampai tahap apa. Saat anak mencapai usia remaja, orang tua harus menerapkan cara-cara yang sesuai untuk membina seorang remaja, caranya tentu berbeda dengan caranya mendidik saat ia masih balita.

f) Mengarahkan ke masa depan

Anak diciptakan untuk menghadapi jaman yang berbeda dengan jaman yang dihadapi oleh orang tua. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan yang diterima oleh remaja haruslah sesuai dengan kondisi jamannya berada sekarang tidak selalu berpegang dan berdasarkan pada ajaran jaman orang tua dulu. Harus puia ditekankan mengenai kampung akhirat karena itulah masa depan yang harus dihadapi oleh remaja.

g) Berbicara kepada mereka dengan benar, baik, lembah lembut dan mudah dimengerti

Perkataan yang benar membina remaja untuk berkata jujur, selain itu memang hal iiu diperintahkan oleh Allah dalam QS. An Nisa: 9,

* - > >

( \ : * L J I J . \1> ijiU J ,

Artinya:**dan hedaklah mereka berkata dengan perkataan yang benar (S. An Nisa’ 9)". 10

24

Bahasa yang mudah dimaksudkan adalah bahisa yang diketahui oleh remaja. Dengan bahasa yang mudah dimengerti mere*-- akan semakin mudah menyerap pembinaan yang dilakukan oleh orang tua.

h) Disiplin

Pembinaan mengenai disiplin erat kaitannya der.gan pelaksanaan shalat lima waktu. Dengan menyuruh anak melakukan sbalat lima waktu ketika vvaktunya tiba dengan segera akan mendidik anak unr_< berlaku disiplin. Hal ini akan berakar di kehidupannya kelak dan akan meir.bimbingnya melakukan segala sesuatu dengan disiplin.

Dalam penelitian ini penulis mengambil beberapa indikator untuk mengukur pembinaan yang dilakukan oleh orang tua. Adapun indikator pembinaan orang tua adalah:

a. Orang tua memperingatkan jika remaja melakixan salah

b. Orang tua, cerdik pandai dan orang yang disegani di kampung melakukan pertemuan untuk membahas masakh remaja

c. Orang tua, cerdik pandai dan orang yang disegani di kampung melakukan kegiatan untuk membimbing remau

26

B . A K H L A K

1. Pengertian Akhlak

Akhlak adalah “budi pekerti; kelakuan”11 sedangkan menurut Mohammad Damami Zein, niuatan istilah “akhlak” pada hakikatnya di selingkar pandangan, sifat, sikap dan tingkah laku yang seharusnya disadari dan dihayati dalam kehidupan nyata sehari-hari Dalam konteks ini. istilah akhlak yang dipakai mengandung pengertian budi pekerti.

2. Tujuan Akhlak

Akhlak pembeda antara manusia dengan makhluk hidup lain, terutama hewan. Manusia adalah sebaik-baiknya makhluk. Namun posisi tinggi manusia itu dapat langsung turun menjadi serendah-rendahnya lebih rendah dari hewan jika manusia tidak mcmegang sifat-sifat kemanusiaan. Salah satu sifat kemanusiaan adalah akhlak.

Kejatuhan manusia ke derajat yang lebih rendah dapat dihindari jika ia beriman, beramal sholeh, dan berakhlak. Manusia yang paling tinggi derajatnaya di sisi Allah adalah manusia yang beriman, beramal sholeh dan berakhlak mulia. Sebagaimana dicontohkan oleh tujuan diutusnya Nabi Muhammad saw bahwa beliau diutus ke dunia untuk menyempumakan akhlak yang mulia.

Segala tindakan manusia dilakukan untuk mencapai maksud- maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah untuk mencapai 11 12

11 Pusat Baha-si. Op.,Cit.

12 Mohammad Damami Zein, “Akhlak", MTDK PP Muhammadiyah, 2007, dikunjungi 25 Mei 2008. <http://w\v\v.muhammadivah-tabligh.or.id/cetak.php?id=60>

kepuasan, kesenangan maupun kebahagiaan, karena secara kodrati setiap manusia ingin mendapatkan kebahagiaan. Karena ingin mencapai kebahagiaan, manusia rela melakukan apa saja yang menurutnya mampu menyebabkan ia memperoleh kebahagiaan tersebut.

Aliran hedonisme misalnya, mendasarkan segala perbuatan manusia dianggap baik jika menhasilkan hedone (kelezatan atau kesenangan). Kelezatan ini menurut mereka merupakan ketenteraman jiwa yang berarti memperoleh keseimbangan badan.

Aliran vatalisme berpendapat bahwa yang baik adalah orang yang kuat yang dapat memaksakan dan menekan kehendaknya agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang ada di bawahnya.

Sedangkan dalam Islam sendiri pencapaian kebahagiaan tersebut berarti kebahagiaan hidup dan hidup setelah mati (dunia-akhirat). Kebahagiaan menurut islam adalah kebahagiaan yang dapat melindungi perseorangan dan melindungi umat Kebahagiaan sejati bukan kebahagiaan yang bersifat khayalan dan angan belaka. Sedangkan kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati menurut Islam adalah “ridho ilahi”, sebab tanpa adanya ridho Allah kebahagiaan sejati tidak mungkin diraih. Oleh karea itu, dalam islam segala perilaku umat Islam diarahkan agar mengarah pada ridho Allah.

3. Urgensi Akhlak

Urgensi akhlak bagi kaum musiim diketahui dari tujuan nabi Muhammad diutus kedunia. Nabi bersabda “sesungguhnya aku diutus

28

hanya untuk membenahi akhlak yang mulia”1 J. Melalui hadits tersebut, nabi hendak menekankan bahwa sejak awal, islam telah menyeru pada budi peke^i yang baik. Dengan d^mikian, omng yang berbudi pekerti buruk adalah orang yang durhaka kepada Allah.

Diantara budi pekerti yang baik tersebut adalah; rasa malu, berbakti kepada kedua orang tua, kelembutan, kasih sayang, belas kasih, jujur, menyampaikan amanah, tawadlu, etika kepada Al-Qur’anul karim, memberikan hak muslim atas muslirti yang lain, menghormati tetangga dan tamu. berkata-kata baik, memuliakan tetangga, memuliakan tamu dan beretika ketika makan, minum dan tidur.

Apabila sifat-sifat tersebut telah dimiliki oleh seorang anak, maka sudah dapat dipastikan ia akan menjadi anak berakhlak mulia. Padahal sebaik-baiknya muslim adalah muslim yang berakhlak mulia, dan “tidak ada pemberian dari orang tua kepada anak yang lebih afdhal (utair.a) daripada pendidikan yang baik, sebagaimana yang terkandung dalam hadits nabi:

Artinya: Tidak ada pemberian dari orang tua kepada anak yang lebih afdhal (uiama) daripada pendidikan yang baik. ( HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad)”13 14

13 Hamid Ahmad Ath-Thahir, IS as eh at Rasulullah Untuk A nak Berakhlag Mulia. terj: Ahmad Khotib, Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2006, him. 19.

14. Abdullah ibnu Sa’ad A1 Falih, Lanekah Praktis Mendidik A nak Sesuai Tahapan Usia, teij- Kamran As’at Irsyady,. Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2007, him. 121.

Penyakit masyarakat yang harus diwaspadai adalah kerusakan akhlak. Hal ini sejalan dengan pendapat Syekh Musthof A1 Ghalayaini dalam kitabnya “’Idhotu An-Nasyi’in”;

Sesuatu umat itu apabila sedang dihanggapi oleh penyakit masyarakat, maka umat itu benar-benar memerlukan akan adanya perbaikan atau penyembuhan dari penyakitnva itu. Penyakit yang sedang menghinggapi masyarakat itu tiada lain adalah penyakit kerusakan akhlak, dekadensi moral, kebejatan budi pekerti serta kemerosotan moral.15

D e m ikia n la h bahwa kem erosotan akhlak adalah penyakit m asyarakat,

u n tu k m enggulanginya diperlukan usaha keras.

A k h la k m erupakan cerm in dari keadaan jiw a dan sekaligus gerak-

g e rik , p e rila k u atau tindakan m anusia, karena tid a k seoraiigpun yang

terlepas d a ri akhlak. Sehingga m anusia akan d in ila i berakhlak m u lia jik a

jiw a , dan tindakanya m enunjukkan hal-h al yang b a ik dan dipandang m u lia .

M anusia m erupakan ciptaan A lla h yang p a lin g m u lia karena

d ik a ru n ia i akal p ik ira n . Karena karunia itula h , m anusia berbeda dengan

m a k h lu k yang la in . M anusia m e m ilik i dua ja lu r hubungan, hubungan

kepada A lla h dan hubungan kepada sesama m akhluk.

Hubungan manusia kepada Allah adalah hubungan secara vertikal. Hal ini telah diatur dalam firman-Nya, “dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar menyembah kepadaku” (Soenaryo dkk, 1995:862). Manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah, oleh karena itu, manusia secara kodrati sejak lahir memiliki naluri beragama

15 Syekh Mushthafa A1 Ghalayaini, Bimbinsan Mertuju Ke A khlak Yang Luhur, terj. Muh Abdai Ratho.ny, Toha Putra, Semarang, him. 69.

30

dan dalam perkembangannya akan selalu mencari esensi Tuhan. Itu pula lah salah satu ha! yang menyebabkan banyak terbentuk agama-agama di dunia.

Jalur kedua adalah jalur hubungan manusia dengan sesama makhluk, jalur horizontal. Hal ini juga merupakan kodrat manusia yang merupakan makhluk sosial. Disamping merupakan kodratnya, juga karena manusia diperintahkan oleh Tuhan untuk saling kenal-mengenal. saling menyayangi dan saling tolong menolong. Allah berfirman dalam Surat Al- Baqoroh : 213, “manusia adalah umat yang satu”.

Kedua jalur tersebut harus dipelihara sebaik-baiknya agar manusia mendapat ridho dari Allah. Sehingga segala tindakan dan gerak-geriknya mengarah pada tercapainya kebahagiaan menurut Islam. Kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia. Kedua jalur tersebut diatur dalam apa yang disebut dengan amal sholeh atau sebutan yang lain adalah akhlak.

Akhlak juga merupakan pembeda manusia dari makhluk-makhluk yang lain. Tanpa akhlak derajat manusia akan turun ke derajad rendah binatang, bahkan lebih hina, lebih jahat, lebih rakus dan lebih buas.

Pembangunari suatu bangsa untuk dapat tegak berdiri, sejahtera lahir dan batin tidak ditentukan semata-mata oleh kepemilikian materi, kestabilan ekonorni dan pciitik ataupun banyaknya devisa. Pembangunan suatu bangsa seperti itu hanya akan mendatangkan bahaya di masa mendatang bila tidak diimbangi dengan akhlak yang mulia dari setiap masyarakat. Tanpa akhlak, akan banyak terjadi penyelewengan moral.

kesewenang-wenangan dan penindasan. Bila hal ini terjadi tentu saja konsep kebahagiaan tidak akan pemah tercapai dalam negara tersebut.

P eran a n a k h la k melebihi k a jia n iimu a k h la k itu s e n d iri. B ila

dengan ilm u a k h la k seseorang dapat m e n g e ta h u i mana yang b a ik dan mana yang b u ru k , namun j i k a tid a k m e la k s a n a k a n a n n y a m a k a a k h la k n y a

tidak akan menjadi baik dengan serta merta. Oleh karena itu, peranan ilmu akhlak adalah sebagai pendorong terciptanya akhlak yang baik bagi orang yang memahami ilmu tersebut sehingga memiliki niiai hidup yang luhur. 4. Pembagian Akhlak

Ada beberapa etika (adab) dan akhlak islami yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Etika-etika ini akan memberikan buah (hasil) yang baik bila ditanam dalam diri seseorang sejak dini, maksudnya sejak dia masih kecil. Nabi Muhammad selalu mengajarkan etika dan akhlaq islami kepada anak-anak. Diantara etika dan akhlaq yang dimaksud adalah:

a) Adab Mengucap Salam

Salam adalah penghormatan islami. Anak pasti akan bertemu dengan orang-orang yang tentunya berbeda-beda tingkatan mereka. Karena itu, anak perlu mengenal kunci peinbicaraan dengan mereka, yaitu salam.16

16 Hasan bin Ahmad Hasan Hamman, Perilaku Sabi Terhadap Anak-Anak (penuh kasih say arts, sarat teladan, dan bersifat mendidik), terj: Faturrahman Abdul Hamid, Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2007, him. 157-158.

32

#

b) Adab Meminta Ijin

Dokumen terkait