• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 27-89)

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

3.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan

Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh suku dinas kesehatan dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi peraturan, memberikan bimbingan teknis secara langsung ke lapangan maupun tidak langsung untuk meningkatkan konsistensi petugas agar memenuhi persyaratan. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a).

Pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan; memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a).

Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a):

b. Pendayagunaan tenaga kesehatan. c. Pembiayaan.

Tujuan besar dari pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pemerintah dalam hal ini menteri kesehatan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pihak lain, misalnya lembaga pemerintah non-kementerian, kepala dinas propinsi, dan kepala dinas kabupaten/kota yang berperan di bidang kesehatan. Pengawasan pada sarana kefarmasian dilaksanakan secara langsung oleh dinas kesehatan, suku dinas kesehatan, dan lintas sektor terkait untuk mengetahui apakah pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Sedangkan pengendalian dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang dapat berupa sanksi administrasi, berupa teguran, peringatan, sampai pencabutan izin.

Suku dinas kesehatan kota administrasi melaksanakan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh dinas kesehatan yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap teknis pelaksanaan program di tingkat kota administrasi misalnya apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Suku dinas kesehatan dapat memberikan teguran dan pencabutan izin, pembinaan, pengawasan, pengendalian berfungsi untuk memantau proses dan produk-produk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada.

22 Universitas Indonesia

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut dan menerapkan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam pelaksanaannya, pemerintah pusat memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas dan bertanggung jawab kepada masing-masing daerah secara proporsional. Aturan tentang otonomi daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk lebih mandiri dalam mengembangkan dan mengelola daerahnya masing-masing agar dapat lebih berkembang.

Otonomi yang diberikan diaplikasikan dalam bentuk pengalihan sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Propinsi DKI Jakarta. Sebagai implementasi Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tersebut maka dibentuklah perangkat daerah dengan dinas kesehatan sebagai salah satu perangkat yang mengurusi masalah kesehatan. Penjelasan lebih lanjut mengenai peran dan fungsi dinas kesehatan sebagai perangkat daerah diatur dalam Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009. Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pemerintah daerah berwenang merencanakan kebutuhan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Kewenangan merencanakan kebutuhan perbekalan kesehatan yang dimaksud tersebut harus memperhatikan pengaturan dan pembinaan standar pelayanan yang berlaku secara nasional.

Suku dinas kesehatan merupakan bagian dari struktur organisasi dinas kesehatan pada tingkat kota administrasi di Propinsi DKI Jakarta yang dipimpin oleh seorang kepala suku dinas. Suku dinas kesehatan secara teknis administratif bertanggung jawab kepada kepala dinas kesehatan dan secara teknis operasional bertanggung jawab kepada walikota dari kota administrasi yang bersangkutan.

Universitas Indonesia

Suku dinas kesehatan terdiri dari lima bagian penting yaitu subbagian tata usaha, seksi kesehatan masyarakat, seksi pelayanan kesehatan, seksi sumber daya kesehatan, dan seksi pengendalian masalah. Tiap subbagian dipimpin oleh seorang kepala subbagian dan tiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala suku dinas.

Seksi sumber daya kesehatan memiliki tiga koordinator, yaitu koordinator tenaga kesehatan, koordinator standarisasi mutu kesehatan, serta koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan oleh kepala seksi sumber daya kesehatan.

Seksi sumber daya kesehatan memiliki tugas pokok diantaranya melaksanakan pemberian rekomendasi sarana kefarmasian tertentu dan sarana lainnya yang berhubungan dengan kesehatan serta pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap perbekalan kesehatan. Tugas-tugas tersebut dikelola oleh koordinator farmasi makanan dan minuman. Oleh karena hal tersebut erat kaitannya dengan bidang farmasi, maka dalam laporan ini akan dibahas lebih banyak mengenai bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Koordinator tenaga kesehatan berperan dalam pengelolaan, pembinaan, pengaturan, dan pendidikan bagi tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan. Kegiatan yang dilakukan oleh koordinator tenaga kesehatan adalah mengelola pengembangan profesi medik keperawatan; menyusun peta kebutuhan pendidikan dan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan; mengadakan pelatihan serta uji kompetensi tenaga kesehatan; membuat usulan dan supervisi diklat ke puskesmas; membuat usulan bahan perumusan kebijakan akreditasi profesi/jabatan tenaga kesehatan; mengelola pelaksanaan praktek kerja lapangan serta menyelenggarakan rapat evaluasi praktek kerja lapangan dengan puskesmas maupun institusi pendidikan; menyelenggarakan pemilihan, menetapkan, mengusulkan tenaga kesehatan teladan dari suku dinas kesehatan kepada Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta.

Koordinator standardisasi mutu kesehatan berperan dalam pembuatan standarisasi mutu pelayanan kesehatan baik dalam tataran internal suku dinas kesehatan maupun tataran eksternal. Kegiatan yang dilakukan oleh koordinator

Universitas Indonesia

standardisasi mutu kesehatan adalah menyusun rencana kerja dan anggaran program standarisasi mutu kesehatan; pelaksana pembuatan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) program mutu; koordinator pemantauan proses sistem manajemen mutu; melaksanakan evaluasi kegiatan program standardisasi mutu kesehatan; koordinator pengendalian dokumen; koordinator Gugus Kendali Mutu (GKM) dan konsep 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin); koordinator audit internal dan eksternal; koordinator tinjauan manajemen; koordinator komunikasi internal; serta koordinator pengelolaan keluhan pelanggan.

Koordinator farmasi makanan dan minuman memegang peranan dalam perizinan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan, baik yang dikendalikan oleh pemerintah maupun perorangan. Beberapa kegiatan yang dikendalikan oleh koordinator farmasi makanan dan minuman adalah melaksanakan pengelolaan perizinan apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO); melaksanakan supervisi dan pengelolaan hasil supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana farmakmin; melaksanakan binwasdal terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian, baik pemerintahan maupun swasta; melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan; melaksanakan pengelolaan laporan narkotika dan psikotropika; melakukan pengelolaan bidang obat suku dinas kesehatan; melaksanakan pemantauan harga obat narkotika, dan persediaan cadangan obat esensial; serta melaksanakan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari puskesmas kecamatan dalam satu wilayah kota administrasi.

Selama proses Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA), Penulis mendapatkan kesempatan untuk ikut serta dalam beberapa kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman. Beberapa kegiatan yang Penulis lakukan diantaranya adalah rekapitulasi triwulan dan tahunan LPLPO dari tiap puskesmas kecamatan dalam wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan; mempelajari alur proses pembuatan Surat Izin Apotek (SIA); inventarisasi data perizinan apotek baru selama tahun 2011 di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan; mempelajari pelaksanaan pembinaan, pengawasan,

Universitas Indonesia

dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan (binwasdal) dari suku dinas kesehatan terhadap perkembangan apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO); mempelajari pembuatan angka kredit rekapan jumlah resep dari puskesmas; mempelajari pengelolaan dan alur keluar obat dari gudang obat suku dinas kesehatan; mempelajari pelaksanaan pelayanan obat di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa; inventarisasi daftar PIRT dan PEO baru selama tahun 2010 dan 2011 di wilayah Kota Administrasi Jakata Selatan; dan melakukan pendataan sisa stok dan tanggal kadaluarsa dari obat program, obat depkes, dan obat suku dinas yang disimpan di Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Pada proses perizinan sarana kesehatan, alur proses yang harus dilalui secara umum sama, hanya berbeda dalam hal persyaratan. Segala proses perizinan penyelanggaraan dilaksanakan dengan sistem satu atap yaitu di kantor walikota, tepatnya di bagian pelayanan terpadu (yandu). Pemohon terlebih dahulu datang ke Kantor Pelayanan Terpadu Bagian Kesehatan dengan mengutarakan maksud pemohon pada petugas di bagian tersebut. Untuk informasi mendetail, pemohon dapat bertanya langsung perihal proses perizinan untuk apotek, apotek rakyat, CPAK, IKOT, PIRT, ataupun PEO. Kemudian pemohon akan mendapatan formulir yang berisi daftar kelengkapan yang harus dilengkapi sebagai persyaratan, baik kelengkapan dokumen maupun kelengkapan sumber daya sarana kesehatan. Setelah persyaratan selesai disiapkan, pemohon datang kembali ke kantor pelayanan terpadu untuk menyerahkan berkas persyaratan perizinan sarana kesehatan. Apabila ada berkas yang kurang sesuai, pemohon diminta untuk memperbaiki atau melengkapi.

Berkas yang diserahkan oleh pemohon di kantor pelayanan terpadu kemudian dibawa ke kantor suku dinas kesehatan. Berkas permohonan yang sudah lengkap persyaratan administrasinya kemudian dikirimkan ke Subbag Tata Usaha untuk registrasi surat masuk. Setelah didisposisi oleh kepala suku dinas kesehatan, berkas kemudian diserahkan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman. Petugas di bagian Koordinator

Universitas Indonesia

Farmasi Makanan dan Minuman kemudian memeriksa kembali dokumen tersebut sebelum proses pemeriksaan kelengkapan sumber daya sarana kesehatan dilakukan dalam bentuk inspeksi lapangan. Dalam proses inspeksi lapangan tersebut petugas suku dinas memeriksa kesesuaian antara persiapan persyaratan dokumen tertulis yang diserahkan pemohon dengan kondisi di lapangan.

Aspek-aspek yang diperiksa oleh petugas suku dinas kesehatan dalam proses perizinan apotek mencakup sumber daya manusia yang sesuai persyaratan, keadaan bangunan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan sarana kesehatan, serta dokumen asli. Aspek bangunan yang harus ada meliputi papan nama, bentuk dan luas bangunan, kelengkapan ruangan seperti ruang racik, penyerahan resep, administrasi, kamar kerja apoteker, toilet, dan ruang tunggu. Kelengkapan bangunan lain yang diperiksa meliputi penerangan, sumber air, ventilasi, sanitasi, dan alat pemadam kebakaran. Aspek kelengkapan dari perlengkapan yang harus ada untuk sebuah apotek adalah peralatan pembuatan dan peracikan obat, penyimpanan, wadah dan etiket, serta peralatan administrasi. Aspek tenaga kefarmasian yang harus ada adalah Apoteker. Data administrasi asli yang harus ada adalah KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) APA, Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), Undang-Undang Gangguan (UUG), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau surat sewa, surat keterangan domisili, peta lokasi, denah ruangan beserta ukuran dan fungsi, dan akte perusahaan jika berbentuk badan hukum.

Hasil pemeriksaan dibuat dalam bentuk berita acara pemeriksaan sarana apotek untuk ditindaklanjuti dalam bentuk pemberian izin. Apabila selama proses pemeriksaan ada kelengkapan yang kurang sesuai/belum memenuhi persyaratan, suku dinas kesehatan akan meminta pemohon untuk melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud maksimal dalam jangka waktu 1 (satu) bulan. Apabila seluruh persyaratan sudah dilengkapi serta dilakukan peninjauan ulang, maka Surat Keputusan Kepala Suku Dinas Kesehatan tentang perizinan penyelenggaraan sarana kesehatan dapat diberikan kepada pemohon. Namun apabila kelengkapan berkas tidak dapat dipenuhi dalam kurun waktu satu bulan, pemohon dianggap mengundurkan diri. Untuk melanjutkan perizinan, pemohon

Universitas Indonesia

harus mengulang tahapan-tahapan perizinan dari awal dengan mengajukan kembali permohonan ke bagian pelayanan terpadu seperti yang telah dijelaskan diatas. Untuk hal-hal yang menjadi persyaratan dalam proses pendaftaran perizinan dapat dilihat pada lampiran.

Pada kesempatan lain penulis mengunjungi gudang penyimpanan obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang terletak di Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Penulis diberi kesempatan mengamati dan terlibat langsung dalam aktivitas penyiapan dan penyaluran obat dari gudang ke Puskesmas Kecamatan Pancoran, Pesanggrahan, dan Kebayoran Lama. Gudang penyimpanan obat dan alat kesehatan ini dijaga oleh satu orang petugas. Gudang penyimpanan obat suku dinas kesehatan terdiri dari dua lantai. Lantai 1 (satu) terdiri dari ruang gudang penyimpanan obat suku dinas kesehatan (C), ruang gudang penyimpanan obat program (B), ruang gudang penyimpanan obat Departemen Kesehatan (A), dan ruang gudang penyimpanan obat Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Lantai 2 (dua) terdiri dari kantor yang untuk sementara menjadi ruang gudang penyimpanan obat Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Denah gudang dicantumkan pada Lampiran 15.

Obat-obat yang terdapat dalam gudang penyimpanan disusun berdasarkan tahun kadaluarsa dari obat. Obat-obat yang kadaluarsa pada tahun 2012-2013 diberi tanda label berwarna merah pada karton terluarnya, sedangkan obat-obat yang kadaluarsa pada tahun 2014 diberi tanda label berwarna kuning, dan obat-obat yang kadaluarsa pada tahun 2015 diberi tanda label berwarna hijau. Hal ini membantu menghindari terjadinya penumpukan obat-obat yang tidak terpakai karena telah melewati tanggal kadaluarsa dan memudahkan petugas untuk mendahulukan pendistribusian obat-obatan yang telah dekat tanggal kadaluarsanya dari gudang penyimpanan obat ke puskesmas kecamatan agar bisa segera digunakan. Untuk itu Penulis juga ditugaskan membantu melakukan pendataan sisa stok dan tanggal kadaluarsa dari obat program, obat depkes, dan obat suku dinas yang disimpan di gudang obat. Obat-obat di gudang suku dinas dialokasikan untuk kebutuhan pegawai suku dinas, untuk mencukupi kekurangan dan kebutuhan tiap kecamatan, dan untuk antisipasi terjadinya kondisi gawat darurat. Obat-obat di gudang program dialokasikan sesuai program yang

Universitas Indonesia

dicanangkan seperti program pemberantasan penyakit menular, TB paru, penyakit ISPA, filariasis, malaria, program kesehatan ibu dan anak, dan sebagainya. Obat-obat pada gudang departemen kesehatan dialokasikan untuk kebutuhan suku dinas kesehatan dan puskesmas kecamatan.

Tiap obat maupun alat kesehatan yang tersedia di gudang memiliki kartu stok sebagai kontrol untuk mengetahui jumlah obat yang keluar dan yang masuk, sehingga apabila terjadi penyimpangan jumlah dapat dengan mudah ditelusuri. Kartu stok merupakan tabel yang berisi nama obat serta satuannya, nama pihak yang melakukan pengambilan obat, jumlah pengambilan, persediaan akhir, waktu kadaluarsa obat, serta tanda tangan petugas pengelola gudang. Kartu stok wajib dimiliki setiap jenis obat. Penulis ikut mempelajari cara pengisian kartu stok, rekapitulasi kartu stok, serta menghitung jumlah obat yang tertera di kartu stok dan membandingkan dengan kondisi secara riil. Pengisian kartu stok dilakukan dengan menuliskan nomor surat (berita acara), nama kecamatan, jumlah barang yang keluar, jumlah barang sisa, dan tanda tangan dari penanggung jawab gudang.

Penulis juga melakukan pengeluaran obat untuk Puskesmas Kecamatan Pancoran, Pesanggrahan, dan Kebayoran Lama. Obat-obat yang dikeluarkan harus ditulis dalam berita acara yang dibuat rangkap dua dan ditandatangani oleh pengelola gudang. Satu lembar digunakan untuk penanggung jawab puskesmas, sedangkan lembar yang lainnya digunakan untuk arsip gudang. Setiap melakukan pengeluaran obat, maka harus dilakukan pengisian kartu stok. Setelah itu, dilakukan pengecekan antara jumlah barang yang tertera pada kartu stok, dengan jumlah barang ada, untuk memastikan bahwa tidak ada penyimpangan.

Selama periode PKPA Penulis juga berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang terletak di Kelurahan Kebagusan. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu terdiri dari 3 (tiga) lantai, yaitu lantai 1 yang terdapat ruang Instalasi Farmasi, lantai 2 yang merupakan tempat pendaftaran dan poli untuk pemeriksaan pasien, dan lantai 3 yang merupakan kantor administrasi puskesmas. Poli yang tersedia pada Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu adalah poli umum, poli gigi, THT, poli mata, paru-paru, Kesehatan Anak (KA), Kesehatan Ibu (KI), kesehatan jiwa, dan poli saraf. Tenaga medis untuk menunjang poli tersebut adalah 10 dokter umum, 6 dokter gigi, dokter kandungan, dan dokter saraf.

Universitas Indonesia

Tenaga kesehatan yang terdapat pada instalasi farmasi terdiri dari 2 (dua) orang Apoteker dan 2 (dua) orang Asisten Apoteker. Pelayanan obat di instalasi farmasi dilayani dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 13.00. Resep dokter yang dilayani di instalasi farmasi setiap harinya berkisar antara 300 sampai 500 resep. Karena banyaknya pelayanan resep yang dilakukan di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, untuk dispensing dari obat suspensi kering dilakukan sendiri oleh pasien dengan penjelasan sebelumnya oleh Apoteker. Semua resep dokter dari poli dilayani di Instalasi Farmasi kecuali Obat Anti Tuberkulosis (OAT), serum, dan vaksin karena diberikan dan dijelaskan langsung pada poli yang bersangkutan. Tidak ada perbedaan obat yang diserahkan pada pasien dari tiap poli dan pasien program seperti pasien dari program Jamsostek dan Askes. Perbedaan hanya terletak pada cap yang terdapat pada resep obat yang diberikan. Pasien tidak dikenakan biaya untuk obat yang diberikan di instalasi farmasi, pasien hanya cukup membayar biaya administrasi pada saat mendaftar.

Pengadaan obat di tiap puskesmas kecamatan di Propinsi DKI Jakarta, dilakukan sendiri oleh masing-masing puskesmas. Begitu pula dengan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang melakukan sendiri pengadaan obat untuk kebutuhan obat baik di puskesmas kecamatan maupun kebutuhan obat di kelurahan. Jika persediaan obat tidak mencukupi jumlahnya, Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dapat melakukan permintaan obat ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu memiliki gudang puskesmas yang digunakan untuk menyimpan obat dan alat kesehatan. Tiap-tiap puskesmas kelurahan mengirimkan LPLPO ke puskesmas kecamatan sebagai lembar permintaan obat. Pengalokasian obat oleh puskesmas kecamatan pada puskesmas kelurahan berdasarkan dari konsumsi, morbiditas, dan pola penyakit. Penataan obat dan alat kesehatan di gudang puskesmas tidak berdasarkan penggolongan obat. Pada masing-masing karton kemasan terluar obat diberikan tanda khusus yang menunjukkan tanggal kadaluarsa. Hal tersebut dikarenakan sedikitnya tenaga kesehatan di instalasi farmasi. Penataan obat dan alat kesehatan di ruang penyimpanan instalasi farmasi ditempatkan pada lemari khusus.

Universitas Indonesia

Kendala yang ditemui pada pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu adalah kurangnya jumlah tenaga kesehatan, yaitu hanya terdiri dari 2 (dua) orang Apoteker dan 2 (dua) orang Asisten Apoteker. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan banyaknya beban kerja pelayanan resep yang diterima di instalasi farmasi setiap harinya. Selain itu juga masih kurangnya penerimaan rekomendasi Apoteker oleh Dokter, sehingga peran serta farmasis dalam pelaksanaan pharmaceutical care masih kurang.

Lingkup kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta selatan meliputi sepuluh kecamatan dimana tiap kecamatan tersebut memiliki puskesmas kecamatan yang melayani masyarakat. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Cilandak, Tebet, Jagakarsa, Mampang Prapatan, dan Setiabudi. Dalam hal kegiatan pengelolaan obat, penulis membantu kegiatan rekapitulasi LPLPO Puskesmas selama periode Januari-Desember 2011. Setiap bulan puskesmas wajib membuat laporan pemakaian obat dan alat kesehatan kepada suku dinas kesehatan. Melalui laporan tersebut dapat diketahui persediaan obat dan alat kesehatan apa saja yang kurang dan perlu penambahan dari suku dinas kesehatan. Persediaan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh puskesmas dikelola oleh suku dinas kesehatan melalui koordinator farmakmin.

LPLPO digunakan sebagai laporan pemakaian obat bulanan oleh penanggung jawab obat puskesmas sekaligus sebagai lembar permintaan kebutuhan obat bulan berikutnya kepada dinas kesehatan kota. Permintaan tambahan obat dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, sedangkan untuk mengatasi kekosongan obat di puskesmas dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan diluar jadwal yang telah ditetapkan.

Fungsi LPLPO antara lain untuk laporan pemakaian obat bulanan, sebagai surat permintaan/pesanan obat dari rumah sakit/puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, laporan jumlah kunjungan resep, dokumen bukti atau sumber informasi tentang pengeluaran obat, dokumen bukti atau sumber informasi untuk penerimaan obat dan perencanaan kebutuhan obat di puskesmas, sebagai sarana untuk monitoring dan evaluasi persediaan dan penggunaan obat, sumber informasi untuk melakukan supervisi dan pembinaan, dan sarana untuk

Universitas Indonesia

meningkatkan kepatuhan petugas dalam menyampaikan laporan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010). Data dan informasi yang diperoleh dari LPLPO ini sangat dibutuhkan untuk perencanaan kebutuhan obat, pendistribusian obat, serta kegiatan pengendalian persediaan obat.

Dari data LPLPO yang diperoleh tersebut, penulis menggolongkan obat-obat dalam daftar LPLPO berdasarkan kelas farmakoterapinya yaitu obat-obat sistem gastrointestinal dan hepatobilier, obat kardiovaskuler dan hematopoetik, obat saluran pernapasan, obat Sistem Saraf Pusat (SSP), obat antivertigo, obat analgesik (opioid), obat analgesik dan antipiretik, obat analgesik dan antiinflamasi, obat hiperurisemia, kortikosteroid, kontrasepsi, Obat Anti Tuberkulosis (OAT), antibiotik, obat antivirus, obat antijamur, obat antelmintik,

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 27-89)

Dokumen terkait