• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN

PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

FIKA ASTRIYANI, S. Farm.

1106046894

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK JUNI 2012

(2)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN

PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

FIKA ASTRIYANI, S. Farm.

1106046894

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOK JUNI 2012

(3)
(4)

iii

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, yang telah senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Pemerintahan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Universitas Indonesia untuk mencapai gelar profesi Apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di suku dinas kesehatan. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan berlangsung pada periode 13 Januari – 3 Februari 2012. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada:

1. Bapak Deden Muliadi, S.Si., Apt., selaku pembimbing di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI serta pembimbing dalam PKPA di Departemen Farmasi FMIPA UI.

3. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI.

4. Para Staf Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Bapak Yose Rizal, S.Sos., M.Si., Ibu Mutiara Dewi, S.Sos., M.M., Ibu Nuril Astuti, S.Pd., S.Farm., Apt; Ibu Halida, Ibu Ida Komariah, Ibu Fitri atas bantuan selama pelaksanaan kegiatan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Departemen Farmasi FMIPA UI.

6. Seluruh keluarga penulis atas doa, semangat, dan dukungan moril serta materil yang telah diberikan.

(5)

iv

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Penulis 2012

(6)

v

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ... 3

2.1 Suku Dinas Kesehatan ... 3

2.2 Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan ... 4

2.3 Susunan Organisasi ... 5

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ... 12

3.1 Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman ... 12

3.2 Dasar Hukum ... 14

3.3 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman ... 15

3.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman ... 20

BAB 4 PEMBAHASAN ... 22

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

(7)

vi

Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Selatan ... 36

Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek ... 37

Lampiran 3. Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek ... 40

Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek ... 42

Lampiran 5. Formulir Pernyataan Siap Melakukan Kegiatan ... 46

Lampiran 6. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat ... 47

Lampiran 7. Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional ... 49

Lampiran 8. Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional ... 51

Lampiran 9. Formulir Permohonan Izin Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan ... 53

Lampiran 10. Formulir Permohonan Sertifikasi Produksi Pangan ... 55

Lampiran 11. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi ... 56

Lampiran 12. Daftar Apotek di Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2011 ... 58

Lampiran 13. Daftar Pedagang Eceran Obat di Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2011 ... 60

Lampiran 14. Daftar Pangan Industri Rumah Tangga di Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2011 ... 61

Lampiran 15. Denah Ruangan Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan ... 64

Lampiran 16. LPLPO Sepuluh Puskesmas Kecamatan di Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2011 ... 66

(8)

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang tentang pemerintahan daerah, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No.22 Tahun 1999 dan peraturan pemerintah tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom yaitu Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000, dijelaskan bahwa sistem pemerintahan saat ini telah diubah dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi. Pemerintah pusat memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional (Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999). Kewenangan sebagai daerah otonom dalam mengatur dan mengurus daerahnya sendiri mencakup banyak bidang termasuk bidang kesehatan (Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000).

Dengan adanya sistem otonomi daerah, maka dalam perwujudan pembangunan kesehatan dibuatlah peraturan daerah tentang sistem kesehatan daerah. Tujuan sistem kesehatan daerah adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah dan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2009a). Dengan adanya kewenangan tersebut pula, maka dibentuklah suku dinas kesehatan di tiap kota administrasi di wilayah Jakarta.

Suku dinas kesehatan ikut ambil bagian dalam menyukseskan pembangunan kesehatan melalui upaya kesehatan. Upaya Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan yang diselenggarakan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana yang dimaksud tersebut didukung oleh sumber daya kesehatan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a).

(9)

Di dalam struktur organisasi suku dinas kesehatan terdapat seksi sumber daya kesehatan yang membawahi koordinator farmasi makanan dan minuman. koordinator farmasi makanan dan minuman merupakan salah satu wadah bagi apoteker dalam menjalankan tugas profesinya di lingkup pemerintahan. Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya pelayanan kefarmasian (Pemerintah Republik Indonesia, 2009b).

Mahasiswa calon apoteker perlu mengetahui perannya di lingkup pemerintahan sebagai salah satu tempat untuk melaksanakan tugas profesinya kelak. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu sarana bagi calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman kerja, pengetahuan, gambaran, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran Apoteker di lingkup pemerintahan. Oleh karena itu, Departemen Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan mengadakan kegiatan PKPA yang berlangsung dari tanggal 16 Januari hingga 3 Februari 2012 untuk memberikan wawasan kepada calon apoteker mengenai perannya di suku dinas kesehatan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah agar mahasiswa Program Profesi Apoteker FMIPA UI:

a. Mengetahui dan memahami gambaran umum suku dinas kesehatan beserta peran dan fungsinya.

b. Mengetahui dan memahami gambaran umum Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).

c. Mengetahui dan memahami pelaksanaan tugas dan fungsi koordinator farmasi makanan minuman (farmakmin) di lapangan, baik yang terkait dengan perizinan maupun yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan pada lingkup Kota Administrasi Jakarta Selatan.

(10)

2.1 Tinjauan Umum Suku Dinas Kesehatan

Suku dinas kesehatan merupakan unit kerja dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku dinas kesehatan dipimpin oleh seorang kepala suku dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah kepala dinas kesehatan dan bertanggung jawab kepada kepala dinas kesehatan, serta secara operasional berkedudukan di bawah walikota dan bertanggung jawab kepada walikota (Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2009b). Suku dinas kesehatan yang pembentukannya mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 merupakan gabungan dari suku dinas pelayanan kesehatan dan suku dinas kesehatan masyarakat. Berdasarkan peran dan fungsinya dinas kesehatan propinsi berperan sebagai regulator, sedangkan suku dinas kesehatan berperan sebagai auditor.

Suku dinas kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat, suku dinas kesehatan mempunyai fungsi (Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2009b):

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas kesehatan.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas kesehatan. c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan

lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian.

d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB).

e. Pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit menular/tidak menular.

f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan perbekalan kefarmasian. g. Pelaksanaan surveilans kesehatan.

(11)

i. Pengendalian pencapaian standardisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.

j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima suku dinas kesehatan.

k. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi, perizinan/rekomendasi/ sertifikasi di bidang kesehatan.

l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup kabupaten/kota administrasi.

m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.

n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian pada lingkup kabupaten/kota administrasi. o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan

prasarana dan sarana suku dinas kesehatan. p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang.

q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan.

r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara suku dinas kesehatan. s. Penyiapan bahan laporan dinas kesehatan kabupaten/kota yang terkait dengan

tugas dan fungsi suku dinas kesehatan.

t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas kesehatan.

2.2. Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan

Visi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah masyarakat Jakarta Selatan yang mandiri untuk hidup sehat. Sedangkan misi yang diemban oleh suku dinas kesehatan untuk mencapai visi tersebut adalah

a. Meningkatkan mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan.

(12)

b. Mengendalikan dan menanggulangi gizi buruk dan penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan.

c. Menggalang kemitraan dengan berbagai sektor dan seluruh potensi yang ada di masyarakat.

d. Mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sesuai dengan kemajuan teknologi.

e. Meningkatkan mutu sistem pemasaran sosial kesehatan yang inovatif.

2.3 Susunan Organisasi

Struktur organisasi suku dinas kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009, terdiri dari:

1. Kepala Suku Dinas

Kepala suku dinas selaku pimpinan di suku dinas mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi dan subkelompok

jabatan fungsional.

c. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas.

d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas.

2. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum suku dinas kesehatan. Subbagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala subbagian yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Subbagian tata usaha mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

(13)

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Angggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas.

d. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas.

e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas.

g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas.

h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor. i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan suku dinas.

j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara suku dinas. k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan

retribusi suku dinas kesehatan.

l. Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian tata usaha.

m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) suku dinas.

n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata usaha.

3. Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi kesehatan masyarakat merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi kesehatan masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Seksi kesehatan masyarakat mempunyai tugas :

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai ruang lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dalam lingkup tugasnya.

(14)

c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelaksanaan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan.

d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat.

e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi.

f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat.

g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi/kabupaten.

h. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi.

i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PPSM).

j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).

k. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat.

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan masyarakat.

4. Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi pelayanan kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi pelayanan kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggungjawab kepada kepala suku dinas. Seksi pelayanan kesehatan mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai

(15)

c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tatalaksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.

d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan, data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.

e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan masyarakat.

f. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi sarana pelayanan kesehatan.

g. Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional.

i. Melaksanakan siaga 24 jam per Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes).

j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan.

k. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan.

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan kesehatan.

5. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Seksi pengendalian masalah kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi pengendalian masalah kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggungjawab kepada kepala suku dinas. Seksi pengendalian masalah kesehatan mempunyai tugas:

a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan.

(16)

d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji.

e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.

g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta/masyarakat.

h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi.

i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup kabupaten/kota administrasi.

j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.

k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.

l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.

m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.

n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan/ upaya pemantauan lingkungan.

(17)

o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan.

p. Penyajian materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja.

q. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.

6. Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Seksi sumber daya kesehatan mempunyai tugas:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai

dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman.

d. Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.

f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.

h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu.

i. Malaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan.

j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas.

(18)

k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,

dan auditor mutu pelayanan kesehatan.

m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana farmasi makanan minuman, yang meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri makanan minuman rumah tangga.

n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat generik dan persediaan cadangan obat esensial.

o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kabupaten/kota administrasi.

p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.

q. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi sumber daya kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi sumber daya kesehatan.

Seksi sumber daya kesehatan dibagi menjadi tiga koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi seksi sumber daya kesehatan. Koordinator yang terdapat pada seksi sumber daya kesehatan adalah koordinator tenaga kesehatan, koordinator pengelola standardisasi mutu kesehatan, dan koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).

(19)

KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN

3.1 Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman

Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta berperan sebagai regulator yang membuat kebijakan, pedoman, maupun persyaratan dalam pelaksanaan hal-hal yang berkenaan dengan kesehatan. Suku dinas kesehatan yang merupakan unit kerja dinas kesehatan berperan sebagai auditor terhadap regulasi yang telah dibuat dinas kesehatan untuk dilaksanakan oleh subjek atau sasaran regulasi tersebut.

Suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan peran dan fungsinya mempunyai struktur tertentu sebagaimana diatur oleh Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009. Dalam peraturan tersebut suku dinas kesehatan terdiri dari seksi sumber daya kesehatan, seksi pelayanan kesehatan, seksi kesehatan masyarakat, dan seksi pengendalian masalah kesehatan.

Seksi sumber daya kesehatan yang secara garis besar mempunyai peran dalam lingkup tenaga kesehatan, mutu kesehatan, serta kefarmasian makanan dan minuman, yang dibagi menjadi beberapa koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi. Koordinator yang terdapat pada seksi sumber daya kesehatan adalah koordinator tenaga kesehatan, koordinator pengelola standardisasi mutu kesehatan, serta koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dari seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Koordinator pada seksi SDK yang akan dipaparkan pada bab ini adalah farmasi makanan dan minuman (Farmakmin).

Tugas pokok koordinator farmasi makanan minuman adalah:

a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan.

(20)

c. Melaksanakan supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana farmakmin seperti apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan, Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO).

d. Melaksanakan pengelolaan dan layanan perizinan apotek, apotek rakyat, cabang penyalur alat kesehatan, industri kecil obat tradisional, pangan industri rumah tangga, dan pedagang eceran obat.

e. Bimbingan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian pemerintahan dan swasta.

f. Melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan. g. Mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian klinik.

h. Melakukan pengelolaan bidang obat suku dinas kesehatan.

i. Melaksanakan pemantauan harga obat generik, dan persediaan cadangan obat esensial.

j. Melakukan pengamanan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, makanan, dan minuman.

k. Memantau dampak lingkungan.

l. Melaksanakan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas.

m. Pembinaan produsen, distributor, dan penggunaan obat, termasuk narkotika, psikotropika dan zat aditif (NAPZA).

n. Melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan serta memberikan sertifikat penyuluhan industri rumah tangga makanan dan minuman.

o. Melaksanakan pengelolaan laporan narkotika. p. Pengelolaan terhadap hasil supervisi.

q. Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar serta pendistribusiannya. r. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian komunitas, melalui saran,

rekomendasi perbaikan, penilaian, pemberian penghargaan, sanksi, dan rehabilitasi terhadap sarana farmasi, makanan, dan minuman.

s. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang dilaporkan profesi dan masyarakat.

(21)

u. Bekerja sama dalam tim dengan koordinator standardisasi mutu dan koordinator tenaga kesehatan.

v. Menilai dan mempertanggungjawabkan kinerja.

w. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung.

3.2 Dasar Hukum

Dasar hukum yang yang menjadi pijakan pelaksanaan peran dan fungsi dari Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yaitu:

a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 1980 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek. e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1990 tentang Masa

Bakti dan Izin Kerja Apoteker.

f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika.

h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 142/Menkes/Per/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan.

i. Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.

j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/2007 tentang Apotek Rakyat.

k. Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika.

l. Keputusan Menteri Kesehatan No. 497/Menkes/SK/VII/2006 tentang Daftar Obat Esensial Nasional.

m. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 167/Kab/B.VII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat.

(22)

n. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

o. Keputusan Menteri Kesehatan No. 2912/B/SK/IX/1986 tentang Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga.

p. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 970 Tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di Wilayah DKI Jakarta.

3.3 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman

Setiap orang dan/atau badan hukum yang menyiapkan, meracik, dan/atau mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, serta industri rumah tangga yang memproduksi, mengolah, dan mendistribusikan makanan dan minuman, wajib mengajukan perizinan. Perizinan diajukan kepada kepala dinas kesehatan, namun dengan adanya otonomi daerah maka perizinan diajukan ke suku dinas kesehatan kabupaten/kota administrasi.

Perizinan yang dikelola oleh suku dinas kesehatan adalah perizinan apotek, pedagang eceran obat, cabang penyalur alat kesehatan, industri kecil obat tradisional, dan sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga bagi industri kecil makanan dan minuman. Selain itu terdapat apotek rakyat yang perizinannya juga diajukan ke suku dinas kesehatan, dimana izin penyelenggaraannya diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 Tahun 2007.

3.3.1 Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Dalam menjalankan praktek kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian yang merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a).

Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan, salah satunya adalah Apoteker yang

(23)

merupakan tenaga kefarmasian. Setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi, dimana untuk Apoteker surat tanda registrasi tersebut berupa Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang dikeluarkan oleh menteri dan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun apabila memenuhi syarat. Untuk memperoleh STRA, maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

a. Ijazah apoteker.

b. Sertifikat kompetensi profesi.

c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker.

d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek.

e. Membuat surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

Sebelum melaksanakan kegiatan di apotek, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek berlaku selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan. Untuk mendapatkan SIA, APA mengajukan surat permohonan SIA kepada kepala suku dinas kesehatan kabupaten/kota. SIA diberikan oleh menteri yang mendelegasikan wewenangnya kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota (Departemen Kesehatan RI, 2002b). Untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, maka dikeluarkan pemberlakuan pedoman pelayanan kefarmasian di apotek oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Di dalam peraturan ini tercantum persyaratan pendirian apotek. Selain itu, segala bentuk perubahan dalam pengelolaan apotek diharuskan memperbaharui izin.

3.3.2 Apotek Rakyat

Apotek rakyat adalah sarana pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan. Apotek rakyat juga tidak menjual narkotika serta harus mengutamakan obat generik. Pengaturan apotek rakyat bertujuan untuk (Departemen Kesehatan RI, 2007):

(24)

a. Memberikan pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi apotek rakyat.

b. Pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat.

c. Melindungi masyarakat untuk dapat memperoleh pelayanan kefarmasian yang baik dan benar.

Setiap orang atau badan usaha dapat mendirikan apotek rakyat, dimana apotek rakyat harus memiliki izin yang dikeluarkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Setiap apotek rakyat harus memiliki 1 (satu) orang Apoteker sebagai penanggung jawab dan dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (Departemen Kesehatan RI, 2007).

3.3.3 Pedagang Eceran Obat

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1331 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran Obat, pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta atau perorangan, dimana pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran dan harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari menteri kesehatan. Obat-obat yang masuk daftar Obat-obat bebas terbatas harus disimpan dalam lemari khusus dan tidak boleh tercampur dengan obat-obat atau barang-barang lain (Departemen Kesehatan RI, 2002a).

Untuk mendirikan Pedagang Eceran Obat harus ada izin dari Kepala Daerah Setempat dengan memperhatikan saran-saran dari Kepala Dinas Kesehatan Daerah setempat. Pada setiap penerbitan izin setiap pedagang eceran obat harus disampaikan tembusan kepada Direktorat Jenderal Farmasi dan satu lembar dikirimkan kepada Kepala Direktorat Farmasi Daerah Propinsi setempat. Izin

(25)

usaha pedagang eceran obat berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung dari mulai tanggal ditetapkan dan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin berakhir harus mengajukan permohonan perpanjangan izin pedagang eceran obat (Departemen Kesehatan RI, 2002a).

Penanggung jawab pedagang eceran obat adalah asisten apoteker yang merupakan penanggung jawab teknis farmasi. Setiap pergantian penanggung jawab harus segera dilaporkan kepada Direktorat Farmasi Daerah Propinsi setempat. Permohonan izin pedagang eceran obat diajukan secara tertulis dan disertai:

a. Alamat dan denah tempat usaha. b. Nama dan alamat pemohon. c. Nama dan alamat asisten apoteker.

d. Fotokopi ijazah, surat penugasan, dan surat izin kerja asisten apoteker.

e. Surat pernyataan kesediaan bekerja asisten apoteker sebagai penanggung jawab teknis.

Pedagang Eceran Obat harus memasang papan dengan tulisan ‘Toko Obat Berizin’ dan ‘tidak menerima resep dokter’ di bagian depan tokonya. Tulisan tersebut harus mudah dilihat umum dan dibagian bawah pojok kanan harus dicantumkan nomor izin. Tulisan harus berwarna hitam diatas dasar putih, tinggi huruf paling sedikit 5 cm dan tebalnya paling sedikit 5 mm. Ukuran papan tersebut paling sedikit memiliki lebar 40 cm dan panjang 60 cm (Departemen Kesehatan RI, 2002a).

3.3.4 Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)

Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Usaha IKOT wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu dilakukan oleh perorangan atau badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan harus didirikan di tempat yang bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkungan (Departemen Kesehatan RI, 1990).

(26)

Sebelum menjalankan usahanya, pemilik industri obat tradisional ini harus memiliki izin dalam hal sarana dan prasarana industri tersebut. Untuk mendirikan usaha industri kecil obat tradisional diperlukan izin menteri kesehatan. Sebagai penanggungjawab teknis industri kecil obat tradisional adalah seorang Apoteker. Industri kecil obat tradisional wajib mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) yang ditetapkan oleh menteri kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 1990).

Sebelum izin industri kecil obat tradisional diperoleh, terlebih dahulu pemohon harus mengajukan izin prinsip. Persetujuan prinsip ini diberikan kepada pemohon untuk dapat langsung melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi peralatan, dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui (Departemen Kesehatan RI, 1990).

3.3.5 Cabang Penyalur Alat Kesehatan

Cabang penyalur alat kesehatan adalah perwakilan usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah mendapatkan izin. Dalam hal ini apabila suatu perusahaan atau distributor besar ingin melaksanakan atau memiliki perwakilan usaha di suatu daerah, perusahaan atau distributor tersebut dapat mengajukan perizinan sub penyalur alat kesehatan kepada suku dinas kesehatan.

Kebanyakan usaha penyalur alat kesehatan yang ada saat ini dilakukan oleh perorangan tanpa keberadaan badan usaha yang jelas. Artinya usaha ini dilakukan oleh perorangan tersebut jika mendapatkan suatu tender proyek peralatan kesehatan. Oleh karena itu pembinaan terhadap cabang penyalur alat kesehatan ini harus dilakukan dengan ketat. Segala bentuk perubahan yang terjadi baik fisik maupun non fisik wajib dilaporkan kepada suku dinas kesehatan untuk diurus perizinan perubahan tersebut.

3.3.6 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)

Pangan industri rumah tangga adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di lokasi pemukiman dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam menjalankan PIRT ini, perusahaan pangan harus mempunyai Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT.

(27)

Sesuai Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 antara lain tentang Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), SPP-IRT bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan. b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang

pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen.

c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT.

3.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman

Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh suku dinas kesehatan dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi peraturan, memberikan bimbingan teknis secara langsung ke lapangan maupun tidak langsung untuk meningkatkan konsistensi petugas agar memenuhi persyaratan. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a).

Pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan; memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a).

Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a):

(28)

b. Pendayagunaan tenaga kesehatan. c. Pembiayaan.

Tujuan besar dari pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pemerintah dalam hal ini menteri kesehatan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pihak lain, misalnya lembaga pemerintah non-kementerian, kepala dinas propinsi, dan kepala dinas kabupaten/kota yang berperan di bidang kesehatan. Pengawasan pada sarana kefarmasian dilaksanakan secara langsung oleh dinas kesehatan, suku dinas kesehatan, dan lintas sektor terkait untuk mengetahui apakah pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Sedangkan pengendalian dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang dapat berupa sanksi administrasi, berupa teguran, peringatan, sampai pencabutan izin.

Suku dinas kesehatan kota administrasi melaksanakan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh dinas kesehatan yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap teknis pelaksanaan program di tingkat kota administrasi misalnya apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Suku dinas kesehatan dapat memberikan teguran dan pencabutan izin, pembinaan, pengawasan, pengendalian berfungsi untuk memantau proses dan produk-produk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada.

(29)

22 Universitas Indonesia

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut dan menerapkan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam pelaksanaannya, pemerintah pusat memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas dan bertanggung jawab kepada masing-masing daerah secara proporsional. Aturan tentang otonomi daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk lebih mandiri dalam mengembangkan dan mengelola daerahnya masing-masing agar dapat lebih berkembang.

Otonomi yang diberikan diaplikasikan dalam bentuk pengalihan sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Propinsi DKI Jakarta. Sebagai implementasi Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tersebut maka dibentuklah perangkat daerah dengan dinas kesehatan sebagai salah satu perangkat yang mengurusi masalah kesehatan. Penjelasan lebih lanjut mengenai peran dan fungsi dinas kesehatan sebagai perangkat daerah diatur dalam Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009. Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pemerintah daerah berwenang merencanakan kebutuhan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Kewenangan merencanakan kebutuhan perbekalan kesehatan yang dimaksud tersebut harus memperhatikan pengaturan dan pembinaan standar pelayanan yang berlaku secara nasional.

Suku dinas kesehatan merupakan bagian dari struktur organisasi dinas kesehatan pada tingkat kota administrasi di Propinsi DKI Jakarta yang dipimpin oleh seorang kepala suku dinas. Suku dinas kesehatan secara teknis administratif bertanggung jawab kepada kepala dinas kesehatan dan secara teknis operasional bertanggung jawab kepada walikota dari kota administrasi yang bersangkutan.

(30)

Universitas Indonesia

Suku dinas kesehatan terdiri dari lima bagian penting yaitu subbagian tata usaha, seksi kesehatan masyarakat, seksi pelayanan kesehatan, seksi sumber daya kesehatan, dan seksi pengendalian masalah. Tiap subbagian dipimpin oleh seorang kepala subbagian dan tiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala suku dinas.

Seksi sumber daya kesehatan memiliki tiga koordinator, yaitu koordinator tenaga kesehatan, koordinator standarisasi mutu kesehatan, serta koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan oleh kepala seksi sumber daya kesehatan.

Seksi sumber daya kesehatan memiliki tugas pokok diantaranya melaksanakan pemberian rekomendasi sarana kefarmasian tertentu dan sarana lainnya yang berhubungan dengan kesehatan serta pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap perbekalan kesehatan. Tugas-tugas tersebut dikelola oleh koordinator farmasi makanan dan minuman. Oleh karena hal tersebut erat kaitannya dengan bidang farmasi, maka dalam laporan ini akan dibahas lebih banyak mengenai bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Koordinator tenaga kesehatan berperan dalam pengelolaan, pembinaan, pengaturan, dan pendidikan bagi tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan. Kegiatan yang dilakukan oleh koordinator tenaga kesehatan adalah mengelola pengembangan profesi medik keperawatan; menyusun peta kebutuhan pendidikan dan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan; mengadakan pelatihan serta uji kompetensi tenaga kesehatan; membuat usulan dan supervisi diklat ke puskesmas; membuat usulan bahan perumusan kebijakan akreditasi profesi/jabatan tenaga kesehatan; mengelola pelaksanaan praktek kerja lapangan serta menyelenggarakan rapat evaluasi praktek kerja lapangan dengan puskesmas maupun institusi pendidikan; menyelenggarakan pemilihan, menetapkan, mengusulkan tenaga kesehatan teladan dari suku dinas kesehatan kepada Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta.

Koordinator standardisasi mutu kesehatan berperan dalam pembuatan standarisasi mutu pelayanan kesehatan baik dalam tataran internal suku dinas kesehatan maupun tataran eksternal. Kegiatan yang dilakukan oleh koordinator

(31)

Universitas Indonesia

standardisasi mutu kesehatan adalah menyusun rencana kerja dan anggaran program standarisasi mutu kesehatan; pelaksana pembuatan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) program mutu; koordinator pemantauan proses sistem manajemen mutu; melaksanakan evaluasi kegiatan program standardisasi mutu kesehatan; koordinator pengendalian dokumen; koordinator Gugus Kendali Mutu (GKM) dan konsep 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin); koordinator audit internal dan eksternal; koordinator tinjauan manajemen; koordinator komunikasi internal; serta koordinator pengelolaan keluhan pelanggan.

Koordinator farmasi makanan dan minuman memegang peranan dalam perizinan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan, baik yang dikendalikan oleh pemerintah maupun perorangan. Beberapa kegiatan yang dikendalikan oleh koordinator farmasi makanan dan minuman adalah melaksanakan pengelolaan perizinan apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO); melaksanakan supervisi dan pengelolaan hasil supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana farmakmin; melaksanakan binwasdal terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian, baik pemerintahan maupun swasta; melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan; melaksanakan pengelolaan laporan narkotika dan psikotropika; melakukan pengelolaan bidang obat suku dinas kesehatan; melaksanakan pemantauan harga obat narkotika, dan persediaan cadangan obat esensial; serta melaksanakan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari puskesmas kecamatan dalam satu wilayah kota administrasi.

Selama proses Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA), Penulis mendapatkan kesempatan untuk ikut serta dalam beberapa kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman. Beberapa kegiatan yang Penulis lakukan diantaranya adalah rekapitulasi triwulan dan tahunan LPLPO dari tiap puskesmas kecamatan dalam wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan; mempelajari alur proses pembuatan Surat Izin Apotek (SIA); inventarisasi data perizinan apotek baru selama tahun 2011 di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan; mempelajari pelaksanaan pembinaan, pengawasan,

(32)

Universitas Indonesia

dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan (binwasdal) dari suku dinas kesehatan terhadap perkembangan apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO); mempelajari pembuatan angka kredit rekapan jumlah resep dari puskesmas; mempelajari pengelolaan dan alur keluar obat dari gudang obat suku dinas kesehatan; mempelajari pelaksanaan pelayanan obat di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dan Jagakarsa; inventarisasi daftar PIRT dan PEO baru selama tahun 2010 dan 2011 di wilayah Kota Administrasi Jakata Selatan; dan melakukan pendataan sisa stok dan tanggal kadaluarsa dari obat program, obat depkes, dan obat suku dinas yang disimpan di Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Pada proses perizinan sarana kesehatan, alur proses yang harus dilalui secara umum sama, hanya berbeda dalam hal persyaratan. Segala proses perizinan penyelanggaraan dilaksanakan dengan sistem satu atap yaitu di kantor walikota, tepatnya di bagian pelayanan terpadu (yandu). Pemohon terlebih dahulu datang ke Kantor Pelayanan Terpadu Bagian Kesehatan dengan mengutarakan maksud pemohon pada petugas di bagian tersebut. Untuk informasi mendetail, pemohon dapat bertanya langsung perihal proses perizinan untuk apotek, apotek rakyat, CPAK, IKOT, PIRT, ataupun PEO. Kemudian pemohon akan mendapatan formulir yang berisi daftar kelengkapan yang harus dilengkapi sebagai persyaratan, baik kelengkapan dokumen maupun kelengkapan sumber daya sarana kesehatan. Setelah persyaratan selesai disiapkan, pemohon datang kembali ke kantor pelayanan terpadu untuk menyerahkan berkas persyaratan perizinan sarana kesehatan. Apabila ada berkas yang kurang sesuai, pemohon diminta untuk memperbaiki atau melengkapi.

Berkas yang diserahkan oleh pemohon di kantor pelayanan terpadu kemudian dibawa ke kantor suku dinas kesehatan. Berkas permohonan yang sudah lengkap persyaratan administrasinya kemudian dikirimkan ke Subbag Tata Usaha untuk registrasi surat masuk. Setelah didisposisi oleh kepala suku dinas kesehatan, berkas kemudian diserahkan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman. Petugas di bagian Koordinator

(33)

Universitas Indonesia

Farmasi Makanan dan Minuman kemudian memeriksa kembali dokumen tersebut sebelum proses pemeriksaan kelengkapan sumber daya sarana kesehatan dilakukan dalam bentuk inspeksi lapangan. Dalam proses inspeksi lapangan tersebut petugas suku dinas memeriksa kesesuaian antara persiapan persyaratan dokumen tertulis yang diserahkan pemohon dengan kondisi di lapangan.

Aspek-aspek yang diperiksa oleh petugas suku dinas kesehatan dalam proses perizinan apotek mencakup sumber daya manusia yang sesuai persyaratan, keadaan bangunan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan sarana kesehatan, serta dokumen asli. Aspek bangunan yang harus ada meliputi papan nama, bentuk dan luas bangunan, kelengkapan ruangan seperti ruang racik, penyerahan resep, administrasi, kamar kerja apoteker, toilet, dan ruang tunggu. Kelengkapan bangunan lain yang diperiksa meliputi penerangan, sumber air, ventilasi, sanitasi, dan alat pemadam kebakaran. Aspek kelengkapan dari perlengkapan yang harus ada untuk sebuah apotek adalah peralatan pembuatan dan peracikan obat, penyimpanan, wadah dan etiket, serta peralatan administrasi. Aspek tenaga kefarmasian yang harus ada adalah Apoteker. Data administrasi asli yang harus ada adalah KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) APA, Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), Undang-Undang Gangguan (UUG), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau surat sewa, surat keterangan domisili, peta lokasi, denah ruangan beserta ukuran dan fungsi, dan akte perusahaan jika berbentuk badan hukum.

Hasil pemeriksaan dibuat dalam bentuk berita acara pemeriksaan sarana apotek untuk ditindaklanjuti dalam bentuk pemberian izin. Apabila selama proses pemeriksaan ada kelengkapan yang kurang sesuai/belum memenuhi persyaratan, suku dinas kesehatan akan meminta pemohon untuk melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud maksimal dalam jangka waktu 1 (satu) bulan. Apabila seluruh persyaratan sudah dilengkapi serta dilakukan peninjauan ulang, maka Surat Keputusan Kepala Suku Dinas Kesehatan tentang perizinan penyelenggaraan sarana kesehatan dapat diberikan kepada pemohon. Namun apabila kelengkapan berkas tidak dapat dipenuhi dalam kurun waktu satu bulan, pemohon dianggap mengundurkan diri. Untuk melanjutkan perizinan, pemohon

(34)

Universitas Indonesia

harus mengulang tahapan-tahapan perizinan dari awal dengan mengajukan kembali permohonan ke bagian pelayanan terpadu seperti yang telah dijelaskan diatas. Untuk hal-hal yang menjadi persyaratan dalam proses pendaftaran perizinan dapat dilihat pada lampiran.

Pada kesempatan lain penulis mengunjungi gudang penyimpanan obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang terletak di Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Penulis diberi kesempatan mengamati dan terlibat langsung dalam aktivitas penyiapan dan penyaluran obat dari gudang ke Puskesmas Kecamatan Pancoran, Pesanggrahan, dan Kebayoran Lama. Gudang penyimpanan obat dan alat kesehatan ini dijaga oleh satu orang petugas. Gudang penyimpanan obat suku dinas kesehatan terdiri dari dua lantai. Lantai 1 (satu) terdiri dari ruang gudang penyimpanan obat suku dinas kesehatan (C), ruang gudang penyimpanan obat program (B), ruang gudang penyimpanan obat Departemen Kesehatan (A), dan ruang gudang penyimpanan obat Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Lantai 2 (dua) terdiri dari kantor yang untuk sementara menjadi ruang gudang penyimpanan obat Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Denah gudang dicantumkan pada Lampiran 15.

Obat-obat yang terdapat dalam gudang penyimpanan disusun berdasarkan tahun kadaluarsa dari obat. Obat-obat yang kadaluarsa pada tahun 2012-2013 diberi tanda label berwarna merah pada karton terluarnya, sedangkan obat-obat yang kadaluarsa pada tahun 2014 diberi tanda label berwarna kuning, dan obat-obat yang kadaluarsa pada tahun 2015 diberi tanda label berwarna hijau. Hal ini membantu menghindari terjadinya penumpukan obat-obat yang tidak terpakai karena telah melewati tanggal kadaluarsa dan memudahkan petugas untuk mendahulukan pendistribusian obat-obatan yang telah dekat tanggal kadaluarsanya dari gudang penyimpanan obat ke puskesmas kecamatan agar bisa segera digunakan. Untuk itu Penulis juga ditugaskan membantu melakukan pendataan sisa stok dan tanggal kadaluarsa dari obat program, obat depkes, dan obat suku dinas yang disimpan di gudang obat. Obat-obat di gudang suku dinas dialokasikan untuk kebutuhan pegawai suku dinas, untuk mencukupi kekurangan dan kebutuhan tiap kecamatan, dan untuk antisipasi terjadinya kondisi gawat darurat. Obat-obat di gudang program dialokasikan sesuai program yang

(35)

Universitas Indonesia

dicanangkan seperti program pemberantasan penyakit menular, TB paru, penyakit ISPA, filariasis, malaria, program kesehatan ibu dan anak, dan sebagainya. Obat-obat pada gudang departemen kesehatan dialokasikan untuk kebutuhan suku dinas kesehatan dan puskesmas kecamatan.

Tiap obat maupun alat kesehatan yang tersedia di gudang memiliki kartu stok sebagai kontrol untuk mengetahui jumlah obat yang keluar dan yang masuk, sehingga apabila terjadi penyimpangan jumlah dapat dengan mudah ditelusuri. Kartu stok merupakan tabel yang berisi nama obat serta satuannya, nama pihak yang melakukan pengambilan obat, jumlah pengambilan, persediaan akhir, waktu kadaluarsa obat, serta tanda tangan petugas pengelola gudang. Kartu stok wajib dimiliki setiap jenis obat. Penulis ikut mempelajari cara pengisian kartu stok, rekapitulasi kartu stok, serta menghitung jumlah obat yang tertera di kartu stok dan membandingkan dengan kondisi secara riil. Pengisian kartu stok dilakukan dengan menuliskan nomor surat (berita acara), nama kecamatan, jumlah barang yang keluar, jumlah barang sisa, dan tanda tangan dari penanggung jawab gudang.

Penulis juga melakukan pengeluaran obat untuk Puskesmas Kecamatan Pancoran, Pesanggrahan, dan Kebayoran Lama. Obat-obat yang dikeluarkan harus ditulis dalam berita acara yang dibuat rangkap dua dan ditandatangani oleh pengelola gudang. Satu lembar digunakan untuk penanggung jawab puskesmas, sedangkan lembar yang lainnya digunakan untuk arsip gudang. Setiap melakukan pengeluaran obat, maka harus dilakukan pengisian kartu stok. Setelah itu, dilakukan pengecekan antara jumlah barang yang tertera pada kartu stok, dengan jumlah barang ada, untuk memastikan bahwa tidak ada penyimpangan.

Selama periode PKPA Penulis juga berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang terletak di Kelurahan Kebagusan. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu terdiri dari 3 (tiga) lantai, yaitu lantai 1 yang terdapat ruang Instalasi Farmasi, lantai 2 yang merupakan tempat pendaftaran dan poli untuk pemeriksaan pasien, dan lantai 3 yang merupakan kantor administrasi puskesmas. Poli yang tersedia pada Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu adalah poli umum, poli gigi, THT, poli mata, paru-paru, Kesehatan Anak (KA), Kesehatan Ibu (KI), kesehatan jiwa, dan poli saraf. Tenaga medis untuk menunjang poli tersebut adalah 10 dokter umum, 6 dokter gigi, dokter kandungan, dan dokter saraf.

(36)

Universitas Indonesia

Tenaga kesehatan yang terdapat pada instalasi farmasi terdiri dari 2 (dua) orang Apoteker dan 2 (dua) orang Asisten Apoteker. Pelayanan obat di instalasi farmasi dilayani dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 13.00. Resep dokter yang dilayani di instalasi farmasi setiap harinya berkisar antara 300 sampai 500 resep. Karena banyaknya pelayanan resep yang dilakukan di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, untuk dispensing dari obat suspensi kering dilakukan sendiri oleh pasien dengan penjelasan sebelumnya oleh Apoteker. Semua resep dokter dari poli dilayani di Instalasi Farmasi kecuali Obat Anti Tuberkulosis (OAT), serum, dan vaksin karena diberikan dan dijelaskan langsung pada poli yang bersangkutan. Tidak ada perbedaan obat yang diserahkan pada pasien dari tiap poli dan pasien program seperti pasien dari program Jamsostek dan Askes. Perbedaan hanya terletak pada cap yang terdapat pada resep obat yang diberikan. Pasien tidak dikenakan biaya untuk obat yang diberikan di instalasi farmasi, pasien hanya cukup membayar biaya administrasi pada saat mendaftar.

Pengadaan obat di tiap puskesmas kecamatan di Propinsi DKI Jakarta, dilakukan sendiri oleh masing-masing puskesmas. Begitu pula dengan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang melakukan sendiri pengadaan obat untuk kebutuhan obat baik di puskesmas kecamatan maupun kebutuhan obat di kelurahan. Jika persediaan obat tidak mencukupi jumlahnya, Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dapat melakukan permintaan obat ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu memiliki gudang puskesmas yang digunakan untuk menyimpan obat dan alat kesehatan. Tiap-tiap puskesmas kelurahan mengirimkan LPLPO ke puskesmas kecamatan sebagai lembar permintaan obat. Pengalokasian obat oleh puskesmas kecamatan pada puskesmas kelurahan berdasarkan dari konsumsi, morbiditas, dan pola penyakit. Penataan obat dan alat kesehatan di gudang puskesmas tidak berdasarkan penggolongan obat. Pada masing-masing karton kemasan terluar obat diberikan tanda khusus yang menunjukkan tanggal kadaluarsa. Hal tersebut dikarenakan sedikitnya tenaga kesehatan di instalasi farmasi. Penataan obat dan alat kesehatan di ruang penyimpanan instalasi farmasi ditempatkan pada lemari khusus.

(37)

Universitas Indonesia

Kendala yang ditemui pada pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu adalah kurangnya jumlah tenaga kesehatan, yaitu hanya terdiri dari 2 (dua) orang Apoteker dan 2 (dua) orang Asisten Apoteker. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan banyaknya beban kerja pelayanan resep yang diterima di instalasi farmasi setiap harinya. Selain itu juga masih kurangnya penerimaan rekomendasi Apoteker oleh Dokter, sehingga peran serta farmasis dalam pelaksanaan pharmaceutical care masih kurang.

Lingkup kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta selatan meliputi sepuluh kecamatan dimana tiap kecamatan tersebut memiliki puskesmas kecamatan yang melayani masyarakat. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Cilandak, Tebet, Jagakarsa, Mampang Prapatan, dan Setiabudi. Dalam hal kegiatan pengelolaan obat, penulis membantu kegiatan rekapitulasi LPLPO Puskesmas selama periode Januari-Desember 2011. Setiap bulan puskesmas wajib membuat laporan pemakaian obat dan alat kesehatan kepada suku dinas kesehatan. Melalui laporan tersebut dapat diketahui persediaan obat dan alat kesehatan apa saja yang kurang dan perlu penambahan dari suku dinas kesehatan. Persediaan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh puskesmas dikelola oleh suku dinas kesehatan melalui koordinator farmakmin.

LPLPO digunakan sebagai laporan pemakaian obat bulanan oleh penanggung jawab obat puskesmas sekaligus sebagai lembar permintaan kebutuhan obat bulan berikutnya kepada dinas kesehatan kota. Permintaan tambahan obat dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, sedangkan untuk mengatasi kekosongan obat di puskesmas dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan diluar jadwal yang telah ditetapkan.

Fungsi LPLPO antara lain untuk laporan pemakaian obat bulanan, sebagai surat permintaan/pesanan obat dari rumah sakit/puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, laporan jumlah kunjungan resep, dokumen bukti atau sumber informasi tentang pengeluaran obat, dokumen bukti atau sumber informasi untuk penerimaan obat dan perencanaan kebutuhan obat di puskesmas, sebagai sarana untuk monitoring dan evaluasi persediaan dan penggunaan obat, sumber informasi untuk melakukan supervisi dan pembinaan, dan sarana untuk

(38)

Universitas Indonesia

meningkatkan kepatuhan petugas dalam menyampaikan laporan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010). Data dan informasi yang diperoleh dari LPLPO ini sangat dibutuhkan untuk perencanaan kebutuhan obat, pendistribusian obat, serta kegiatan pengendalian persediaan obat.

Dari data LPLPO yang diperoleh tersebut, penulis menggolongkan obat-obat dalam daftar LPLPO berdasarkan kelas farmakoterapinya yaitu obat-obat sistem gastrointestinal dan hepatobilier, obat kardiovaskuler dan hematopoetik, obat saluran pernapasan, obat Sistem Saraf Pusat (SSP), obat antivertigo, obat analgesik (opioid), obat analgesik dan antipiretik, obat analgesik dan antiinflamasi, obat hiperurisemia, kortikosteroid, kontrasepsi, Obat Anti Tuberkulosis (OAT), antibiotik, obat antivirus, obat antijamur, obat antelmintik, obat yang bekerja pada uterus, obat-obatan topikal, antihistamin, vaksin dan serum, larutan Steril dan Intra Vena (IV), obat antidiabetes, vitamin dan mineral, serta golongan obat lain-lain. Seluruh data yang diperoleh dari pemakaian obat selama bulan Januari hingga Desember pada tiap puskesmas kecamatan tersebut kemudian direkapitulasi dan dijumlah total penggunaannya selama 1 (satu) tahun.

Dengan adanya data penggolongan pemakaian obat berdasarkan kelas farmakoterapi tersebut dapat terlihat pola penyakit yang terjadi di masyarakat, penyebaran obat yang terdapat di 10 (sepuluh) Kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, serta obat yang sering digunakan per golongan dari tiap puskesmas. Selain itu, dapat diketahui persediaan obat apa saja yang kurang dan perlu penambahan dari suku dinas kesehatan.

Kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (binwasdal) bertujuan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjamin dan terjangkau bagi masyarakat dengan sarana kesehatan yang menunjang pelayanan kesehatan prima dan sumber daya manusia yang profesional dan responsif. Pembinaan dilakukan melalui kegiatan sosialisasi dan penyuluhan. Proses binwasdal yang pertama dilakukan adalah dengan melakukan tinjauan lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan apabila ada rekomendasi pelaksanaan dari Balai Besar POM maupun atas inisiatif suku dinas kesehatan sendiri dan sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam setahun.

(39)

Universitas Indonesia

Untuk itu, penulis ditugaskan untuk membuat rekapitulasi daftar apotek baru tahun 2011 serta daftar PIRT dan PEO baru tahun 2010 dan 2011, kemudian daftar tersebut dikelompokkan berdasarkan wilayah kelurahan tempat apotek, PIRT, atau PEO tersebut berada. Hal ini dilakukan untuk memudahkan perencanaan pelaksanaan binwasdal dari suku dinas kesehatan. Dengan adanya daftar apotek, PIRT, dan PEO per wilayah kelurahan, dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan kegiatan binwasdal karena dalam satu hari yang sama petugas dari koordinator farmakmin dapat langsung mengunjungi beberapa apotek, PIRT, dan PEO sekaligus apabila lokasinya berdekatan. Daftar PIRT dan PEO juga dikelompokkan berdasarkan bulan pendaftarannya, hal ini akan memudahkan untuk melihat PIRT atau PEO mana yang masa berlaku sertifikat izinnya mendekati habis masa berlakunya.

Gambar

Foto Copy KTP Penanggung jawab / Pemilik (Jabodetabek)  Pasfoto berwarna Pemohon/ Penanggung   Jawab 3 x  4  (2lembar)  Surat TandaPendaftaran Industri Kecil bagi perusahaan yang memiliki  Modal Peralatan lebih dari Rp.5.000.000/ Surat keterangan bila moda
Gambar 4.1 Distribusi 10 (sepuluh) jenis obat yang banyak dipakai di Puskesmas  Kecamatan Kebayoran Lama periode Januari-Desember 2011
Gambar 4.2 Distribusi 10 (sepuluh) jenis obat yang banyak dipakai di Puskesmas  Kecamatan Pesanggrahan periode Januari-Desember 2011

Referensi

Dokumen terkait

Jl. Soekarno Hatta No. 2011, maka dengan ini kami umumkan daftar nama-nama pemenang untuk pekerjaan tersebut diatas dengan no urut sebagai berikut :.. 1. PEMENANG

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk deteksi bahan non halal yaitu dengan melihat kandungan lemaknya dengan menggunakan FTIR yang dikombinasikan dengan

Selain dorongan yang berbentuk diskusi, pelatihan, dan lomba-lomba, baik lomba karya tulis maupun membaca karya. Balai Bahasa Yogyakarta juga melakukan kegiatan

Sementara itu, sehubungan dengan pernyataan Padmosoekotjo (1958:7) di depan bahwa sastra klasik adalah sastra yang mengandung ajaran yang luhur, tulisan yang hebat,

(3) Pemungutan Retribusi yang tidak menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), merupakan perbuatan melawan hukum

Salah satu faktor penting dalam pemenuhan target pertumbuhan ekonomi 7% - 8% dan sekaligus peningkatan daya saing industri adalah adanya jaminan ketersediaan bahan baku dan

Di $aboratorium , Keselamatan Pasien bertarti semua standar prosedur operasional yang sudah dibuat untuk kegiatan pelayanan laboratorium harus ditaati, tidak ada kesalahan sampling

Intervensi pada individu pasien secara non-medikamentosa dilakukan dengan memberikan penjelasan mengenai penyakit yang sedang diderita oleh pasien, dari penyebab,