• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemboran Eksplorasi

Dalam dokumen FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS P (Halaman 39-43)

PENAKSIRAN SUMBERDAYA

4.2. Pemboran Eksplorasi

Pemboran eksplorasi dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor jenis

Jakro 175. Teknik pengeboran dilakukan secara vertikal sampai menembus lapisan batubara lalu dihentikan untuk dipindahkan ke lokasi yang telah ditetapkan. Ketebalan batubara yang didapat baru berupa ketebalan semu. Dalam pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan dua cara dalam satu lubang bor yaitu:

Open Hole

Yang dimaksud dengan “Open Hole” adalah hasil pengeboran yaitu partikel lepas berupa “cutting” dialirkan keluar lubang bor dengan tekanan air dan sampai di permukaan, keluar melalui parit dan ayakan pemisah diamati material yang keluar (sandstone, clystone, siltstone dan lain sebagainya).

Coring

Pada suatu lapisan batubara atau perkiraan akan mencapai lapisan batubara maka dilanjutkan pengeboran inti degan memasang alat yang disebut “core barrel

Kode Koordinat Elevasi E N Bor (m) (m) (m.dpl) BH-01 344964 9583700 84 BH-02 345035 9583478 82.2 BH-03 345135 9583652 93.4 BH-04 345142 9583753 118.1 BH-05 345019 9583753 75.8 BH-06 344949 9583836 77 BH-07 345066 9583834 98.8 BH-08 344795 9583775 75

66

yaitu batubara akan ditangkap alat itu dengan utuh. Core barrel yang digunakan adalah jenis “double tube core barrel” dengan ukuran “NMLC Size”. Pengeboran inti ini penting dilakukan untuk mengetahui berapa tebal batubara tersebut, apakah ada batuan sisispan (parting) dan mineral lain yang terkandung di dalam lapisan batubara tersebut. Biasanya batubara dari core ini untuk dianalisa kualitasnya dari

top seam dan outcrop dapat diperhitungkan kemiringan batubara tersebut. 4.3. Tahapan Perhitungan Sumberdaya dengan Metode Cross Section 4.3.1. Pengeplotan Data Titik Bor

Dari data eksplorasi yang dilakukan pada daerah konsesi yang mempunyai luasan sebesar 200 Ha, terdapat 8 titik bor yang nantinya titik – titik dari bor tersebut akan dihubungkan dengan garis yang dibuat dengan menyesuaikan arah

strike dari endapan batubara tersebut. (Gambar 4.4). 4.3.2. Pembuatan garis sayatan

Pembuatan garis sayatan pada peta topografi harus tegak lurus dengan arah umum strike dari endapan batubara di daerah penelitian. Garis sayatan yang dibuat di daerah penelitian, terdapat 5 sayatan dengan jarak antar sayatan adalah ≤ 125 meter pada titik bor pada batas daerah konsensi ( lihat Gambar 4.5 ).

4.3.3. Pembuatan luasan sayatan

Garis sayatan telah selesai lalu dibuatlah luasan sayatannya dan pembuatan garis lapisan batubara yang disesuaikan dengan masing – masing kemiringan dari batubara tersebut. Batubara didalam sayatan diinterpretasikan sebagai bidang miring pada sayatan tersebut untuk mengetahui volume overburden dan stripping ratio, selanjutnya pada luasan sayatan juga dibuat ultimate pit slope sesuai batasan – batasan yang telah ditentukan perusahaan. Pembuatan sayatan dilakukan dengan menggunakan program komputer AutoCAD.

Untuk perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR) berpatokan pada

Stripping Ratio (SR). Setiap sayatan memiliki jenjang dan bench yang bervariasi

(multibench), tergantung dari ketebalan tanah penutup dari batubara masing-masing sayatan sesuai SR - nya.

67

Metode ini dapat diterapkan pada perhitungan Cross Section. Dalam perhitungannya sayatan satu dengan sayatan lain dihubungkan secara langsung, sehingga perhitungannya dibatasi oleh dua sayatan. Pada metode ini dilakukan dengan cara membuat garis sayatan yang disesuaikan dengan panjangnya garis

seam.

Tahapan yang dilakukan pada perhitungan sumberdaya dengan metode Standar adalah sebagai berikut:

1. Membuat garis base line, yaitu berdasarkan arah umum (strike) dari endapan batubara.

2. Membuat garis sayatan pada peta topografi dengan jarak antar sayatan ≤ 125 meter dengan arah tegak lurus arah umum dari seam batubara.

3. Penggambaran sayatan tegak dari garis sayatan yang dilakukan dengan program AutoCAD.

4. Membuat lapisan batubara pada sayatan tegak dengan kemiringan (dip) yang disesuaikan dari masing – masing lapisan batubara.

5. Membuat jenjang (bench) pada setiap sayatan berdasarkan batasan – batasan yang telah ditentukan perusahaan.

6. Menghitung luas dari masing – masing sayatan yang meliputi luasan dari batubara dan overburden yang dilakukan dengan bantuan program AutoCAD. 7. Menghitung volume dari tiap blok sayatan yang meliputi volume dari batubara

dan overburden.

8. Menghitung tonase batubara dengan cara mengalikan volume batubara dengan densitas batubara sebesar 1,3 ton/m3.

Hasil perhitungan Batubara dengan metode Standar (Rule Of gradual Change) pada seam A adalah 2.012.626 ton dan seam B adalah 793.199 ton.

4.3.5. Perhitungan Sumberdaya dengan Metode Linier (The Rule Of Nearest Point)

Metode ini dapat diterapkan pada metode Cross Section. Pada perhitungannya sayatan satu dengan sayatan lain tidak dihubungkan secara langsung tetapi dibatasi oleh batas linier dari daerah pengaruh masing – masing sayatan, adapun jarak garis linier sama dengan setengah jarak antara dua sayatan.

68

Pada metode ini juga dilakukan dengan membuat garis sayatan sebanyak 5 sayatan yang disesuaikan dengan panjangnya garis seam.

4.4. Perhitungan Volume Overburden

4.4.1. Perhitungan Overburden dengan Metode Standar (The Rule Of Gradual Change)

Perhitungan overburden juga dilakukan dengan metode Cross Section. Volume overburden dipengaruhi oleh luasan overburden dan jarak antar sayatan. Luas overburden didapatkan dari pengurangan luas jenjang pada sayatan dikurangi luas batubara pada sayatan.

Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung.

Tahapan perhitungannya pun sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Standar, bedanya pada overburden tidak perlu dilakukan perhitungan tonasenya. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Standar pada perubahan bertahap (The Rule Of Gradual Change) adalah 8.848.628 Bcm dan

interburden adalah 2.249.778 Bcm (Tabel 4.3).

Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung.

4.4.2. Perhitungan Overburden dengan Metode Linier (The Rule Of Nearest Point)

Tahapan perhitungan overburden dengan metode Linier sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Linier, sedangkan prinsip dan hal – hal yang perlu diperhatikan pada perhitungannya sama dengan cara perhitungan

overburden dengan metode Standar. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Linier adalah 8.494.401Bcm dan interburden adalah 2.055.495Bcm (Tabel 4.4).

Langkah – langkah yang dilakukan pada perhitungan sumberdaya dengan metode Linier sama dengan langkah pada metode Standar, bedanya hanya pada

69

jarak untuk perhitungan volumenya diambil dari setengah jarak diantara dua sayatan.

Hasil perhitungan Batubara dengan metode Linier pada seam A adalah 1.881.038 ton dan seam B adalah 760.509 ton.

Dalam dokumen FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS P (Halaman 39-43)

Dokumen terkait