27
PENAKSIRAN SUMBERDAYA BATUBARA DENGAN
METODE
CROSS SECTION
DI PT SATRIA MAYANGKARA
SEJAHTERA, TANJUNG TELANG, LAHAT
SUMATERA SELATAN
SKRIPSI
Oleh
AJUN FERNANDUS LEBA
112 040 039
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
28
PENAKSIRAN SUMBERDAYA BATUBARA DENGAN
METODE
CROSS SECTION
DI PT SATRIA MAYANGKARA
SEJAHTERA, TANJUNG TELANG, LAHAT
SUMATERA SELATAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertambangan dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakatra
Oleh
AJUN FERNANDUS LEBA
112 040 039
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
29
PENAKSIRAN SUMBERDAYA BATUBARA DENGAN
METODE
CROSS SECTION
DI PT SATRIA MAYANGKARA
SEJAHTERA, TANJUNG TELANG, LAHAT
SUMATERA SELATAN
SKRIPSI
AJUN FERNANDUS LEBA
112 040 039
Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Tanggal :………..
Pembimbing I Pembimbing II
30
RINGKASAN
Penaksiran sumberdaya didapatkan melalui perhitungan dan analisis terhadap data eksplorasi detil yakni berupa data pemboran dan pemetaan. Penaksiran sumberdaya dilakukan agar dapat mengetahui taksiran jumlah tonase sumberdaya batubara dan selanjutnya akan dilakukan perhitungan stripping ratio
pada lahan tersebut. Lokasi pemetaan terletak di daerah konsesi PT. Satria Mayangkara Sejahtera seluas 200 hektar di mana terdapat 8 titik bor yang terletak di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengaplikasikan metode Cross Section
dalam menentukan dan mengestimasi jumlah sumberdaya batubara di daerah penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pengamatan di lapangan menggunakan metode penaksiran cadangan yakni metode
Cross Section dengan membandingkan antara pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point).
Hasil penelitian yang diharapkan adalah dapat menentukan volume sumberdaya pada overburden, seam A, interburden dan seam B, menentukan tonase batubara, dan stripping ratio (SR).
Berdasarkan penaksiran sumberdaya batubara dengan menggunakan metode
Cross Section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dengan jarak antar sayatan ≤ 125 meter dan diperoleh sumberdaya batubara terukur (Measured Coal Resource) seam A adalah sebesar 2.012.626 ton dan seam B adalah sebesar 793.199 ton, jadi total tonnage batubara adalah sebesar 2.805.826 ton. Volume overburden dan interburden yang didapatkan adalah sebesar 11.098.406 Bcm dengan Stripping Ratio(SR) 3,96:1.
Metode Cross Section dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point)
31
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Pertambangan pada Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta.
Skripsi disusun berdasarkan hasil pengamatan lapangan di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. yang dilaksanakan pada 28 November 2010 sampai dengan 28 Desember 2010. Pada kesempatan ini, disampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Galih Bhaskara Ajie, ST, Pembimbing Lapangan PT Satria Mayangkara Sejahtera.
2. Prof.Dr.H Didit Welly Udjianto, MS, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
3. Dr.Ir. S Koesnaryo, M.Sc, Dekan Fakultas Teknologi Mineral Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
4. Ir. Anton Sudiyanto, MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. 5. Ir.Drs. Abdul Rauf, M.Sc, Dosen Pembimbing I.
6. Ir. R.Hariyanto, MT, Dosen Pembimbing II.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya, dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertambangan.
Yogyakarta, Agustus 2011 Penulis,
32
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN………. v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 2
1.3. Batasan Masalah ... 2
1.4. Metode Penelitian ... 3
1.5. Manfaat Penelitian……… . 4
II. TINJAUAN UMUM ... 5
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah ... 5
2.2. Keadaan Geologi ... 6
2.3. Genesa Batubara ... 9
III. DASAR TEORI ... 13
3.1. Pengertian Sumberdaya dan Cadangan batubara ... 13
3.2. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan. ... 15
3.3. Dasar Pemilihan Metode ... 18
3.4. Metode Cross Section Pedoman Rule of Gradual Change ... 19
3.5. Metode Cross Section Pedoman Rule of Nearest Point ... 21
3.6. Perhitungan Volume ... 23
3.7 Nisbah Pengupasan (Striping Ratio) ... 25
IV. PENAKSIRAN SUMBERDAYA ... 27
4.1. Data Eksplorasi ... 27
4.2. Pemboran Eksplorasi ... 30
4.3. Tahapan Perhitungan Cadangan dengan Metode Cross Section ... 31
4.4. Perhitungan Volume Overburden ……….... 33
33
V. PEMBAHASAN ... 39
5.1. Seam Endapan Batubara pada Daerah Penelitian ... 39
5.2. Kategori Batubara Daerah Penelitian ... 40
5.3. Dasar Pemilihan Metode ... 40
5.4. Metode Cross Section Dengan Pedoman Perubahan Bertahap (Rule Of Gradual Change) ... 41
5.5. Metode Cross Section Dengan Pedoman Titik Terdekat (Rule Of Nearest Point) ... 42
5.6. Perbedaan Nearest Point dan Gradual Change ... 44
5.7. Nilai Stripping Ratio ... 45
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
6.1 Kesimpulan ... 46
6.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
34
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Peta lokasi kesampaian Daerah PT. Satria Mayangkara Sejahtera ... 5
2.2 Stratigrafi Komposit Batubara ... 8
3.1 Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes...19
3.2 Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point... 21
3.3 Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Mean Area... 23
3.4 Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Kerucut Terpancung ... 24
4.1 Singkapan OC 01... 28
4.2 Singkapan OC 02... 29
4.3 Singkapan OC 03... 29
4.4 Peta Topografi Wilayah IUP PT. Satria Mayangkara Sejahtera…………... 35
4.2 Peta Garis Sayatan Batubara... 36
5.1 Interpretasi Analitis Dengan Pedoman Perubahan Bertahap (rule of gradual change) Pada Metode Cross Section………... 41
35
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi
(Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998)……….. 15
3.2 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
(Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998)……….. 17
3.3 Kodifikasi Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
(Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998)……….. 18
4.1 Koordinat Singkapan Batubara di Daerah Penyelidikan………. 28
4.2 Hasil pemboran……… 30
4.3 Perhitungan Sumberdaya Batubara dengan Metode Cross Section Standar Berpedoman pada Perubahan Bertahap (The Rule of The Gradual
Change)……….... 37
36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. PETA TOPOGRAFI……… 50 B. PETA PENYEBARAN TITIK BOR………... 51 C. LITOLOGI TITIK BOR……….. 52 D. METODE CROSS SECTION BERPEDOMAN PADA PERUBAHAN
BERTAHAP (RULE OF GRADUAL CHANGE)……… 60
E. METODE CROSS SECTION BERPEDOMAN PADA TITIK
37
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
“ 3Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan
kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan , 4dan
ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan ”. (Roma 5:3-4)
Inilah persembahan dan rasa terimakasihku kepada :
Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan, berkat dan anugerah-Nya dalam hidupku...
Papa dan Mama ku Tercinta, terima kasih untuk semua nasehat, ceramah, teguran, & bimbingannya dalam hidupku...sampai akhirnya aku bisa sampai pada tahap
ini....maaf belum bisa memperlihatkan yang
terbaik...Semoga Papa N Mama sehat selalu dan
diberkati Tuhan dalam setiap hal dan
pekerjaan...Amin.
Adik saya Tania & Delon, yang rajin yaaaa
belajarnya...Tuhan memberkati dalam
studimu...Amin.
Seluruh keluarga besarku yang terus memberikan aku dukungan dan motivasi...Terima kasih banyak...Tuhan memberkati.Amin.
Sahabat-sahabat FKMP UPN “Veteran” Yogyakarta, terima kasih untuk semuanya....Tuhan menyertai & memberkati slalu...Amin.
Rekan-rekan jurusan Teknik Pertambangan, khususnya The Mining Crew ’04..
38
BAB I
PENDAHULUAN
PT. Satria Mayangkara Sejahtera merupakan perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan. Kegiatan sementara dipusatkan pada ekplorasi, sehingga dengan minipisya minyak bumi di beberapa negara termasuk Indonesia, maka dicari sumber energi alternatif sebagai pengganti minyak bumi. Dari berbagai sumber energi yang ada di Indonesia seperti batubara, hydrothermal, energi surya , biomas, angin dan nuklir, maka salah satu pilihan energi alternatif yang tepat dan menguntungkan adalah batubara, karena sumberdaya batubara di Indonesia cukup melimpah
.
1.1. Latar Belakang
Pengembangan sumberdaya batubara di Indonesia pada dasarnya merupakan bagian pengembangan Kebijakan Umum Bidang Energi Nasional yang menjamin kesinambungan antara penyediaan dan kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk kebutuhan nasional. Sejalan dengan kebijakan tersebut, maka diharapkan batubara dapat berperan sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi yang sumberdayanya diperkirakan semakin menipis.
39
Untuk menghitung sumberdaya dari suatu endapan bahan galian diperlukan suatu metode yang sesuai dengan kondisi dan ganesa dari endapan bahan galian tersebut. Berlatar belakang dari alasan tersebut maka untuk melakukan perhitungan sumberdaya batubara di PT. Satria Mayangkara Sejahtera digunakan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point. Dasar pertimbangan penggunaan kedua metode tersebutyaitu lubang bor yang tersedia relatif sedikit, endapan batubara yang mempunyai homogenitas tinggi, mudah dilaksanakan dan dimengerti, cepat dan tingkat keyakinan tinggi.
Sejalan dengan rencana perusahaan untuk mengantisipasi adanya permintaan pasar akan kebutuhan batubara yang semakin meningkat dan upaya perusahaan untuk menggunakan batubara sabagai bahan bakar pengganti minyak bumi, maka perusahaan melakukan eksplorasi untuk pencarian bahan galian pengganti minyak bumi yaitu batubara.
Perhitungan sumberdaya merupakan pekerjaan untuk mengetahui besaran jumlah volume atau tonase dari bahan galian yang secara ekonomis layak untuk diusahakan. Perhitungan sumberdaya ini dilakukan untuk meningkatkan keyakinan terhadap jumlah sumberdaya (terukur) batubara sebelum dilaksanakannya
penambangan pada suatu areal.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1) Mengaplikasikan metode Cross Section dalam menentukan jumlah sumberdaya batubara di daerah penelitian.
2) Menghitung besarnya Sumberdaya batubara menggunakan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point.
3) Mengetahui besarnya sumberdaya batubara pada lokasi kuasa pertambangan milik PT. Satria Mayangkara Sejahtera.
1.3. Batasan Masalah
40
1) Batasan masalah dari penelitian yaitu, membatasi pada perhitungan sumberdaya batubara pada lokasi Ijin Usaha Pertambangan milik PT. Satria Mayangkara Sejahtera yang nantinya akan dilakukan penambangan, yang berlokasi di Desa Tanjung Telang
2) Perhitungan tidak dipengaruhi oleh aspek-aspek ekonomi seperti halnya harga komoditi bahan galian tersebut maupun besarnya investasi yang akan dikeluarkan.
3) Menghitung sumberdaya batubara dengan batasan striping ratio (SR) seam A dan seam B, dengan kondisi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
1.4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
pengamatan di lapangan, sedangkan metode penaksiran sumberdaya digunakan
metode Cross Section dengan membandingkan antara pedoman Metode Cross
Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest
Point. Adapun tahapan penelitian adalah:
a. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang yang diperoleh dari :
Instansi terkait
Brosur-brosur dan makalah seminar
Peta, Tabel dan data penunjang lainnya. b. Observasi Lapangan
Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara cermat dan sistimatis untuk meyakinkan serta melengkapi data yang sebelumnya telah ada.
41
Pengambilan data pada PT. Satria Mayangkara Sejahtera terdiri dari data stratigrafi, data peta topografi, data koordinat lubang bor, hasil pemboran dan data singkapan batubara.
d. Pengolahan data
Setelah mendapatkan data yang diperlukan, dilakukan pengolahan data yaitu: pembuatan sayatan pada peta topografi; pembuatan korelasi antar lubang bor; penentuan blok perhitungan cadangan, perhitungan luas dan volume lapisan tanah penutup; perhitungan luas, volume, dan tonase batubara; perhitungan stripping ratio
tiap-tiap blok perhitungan sumberdaya dan perhitungan stripping ratio rata-rata. Hasil dari pengolahan data ini disajikan dalam bentuk gambar, peta, tabel atau perhitungan penyelesaian.
e. Analisisa hasil pengolahan data
Dilakukan dengan mengkaji dan membandingkan hasil pengolahan data dengan permasalahan yang ada sehingga nantinya akan dapat diambil suatu kesimpulan sebagai pemecahan terhadap permasalahan yang ada didalam penelitian ini.
f. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan permasalahan yang diteliti.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian di PT. Satria Mayangkara Sejahtera melakukan eksplorasi di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan ini adalah:
1) Memberi masukan kepada perusahaan mengenai hasil penelitian yang diperoleh, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan proses selanjutnya.
42
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi penelitian terletak di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Secara astronomis terletak pada kedudukan 3056’30” LS sampai 3048’26” LS dan 103047’43” BT sampai 103049’9” BT (Gambar 2.1).
Gambar 2.1
Peta Lokasi Penelitian
43
udara dapat ditempuh ± 3 jam perjalanan, kemudian dilanjutkan dengan transportasi darat menuju ke Kabupaten Lahat dengan waktu tempuh ± 5 jam perjalanan baru kemudian perjalanan dilanjutkan kembali menuju lokasi penelitian di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, dengan menggunakan mobil PT. Satria Mayangkara Sejahtera ± 20 menit perjalanan.
2.2 Keadaan Geologi
2.2.1 Fisiografi
Topografi daerah penelitian terdiri dari hamparan perbukitan dan lembah yang tidak beraturan. Daerah tertinggi mempunyai ketinggian puncak 130 meter dan daerah terendah merupakan daerah lembah dan rawa-rawa dengan ketinggian 25 meter di atas permukaan air laut.
Morfologi daerah penelitian berupa perbukitan bergelombang dengan vegetasi berupa semak belukar dan sedikit sekali terdapat pepohonan yang berukuran besar. Satuan morfologi ini ditempati oleh batuan sedimen tersier akhir yang menyusun Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.
Aliran sungai pada daerah penelitian adalah sungai permukaan yang mengalir umumnya berpola dendritik, sungai-sungai tersebut berasal dari perpaduan alur-alur aliran air hujan yang terbentuk secara alamiah yang kemudian menyatu dan membentuk sungai.
2.2.2 Stratigrafi
Wilayah KP PT. Satria Mayangkara Sejahtera, secara geologi terdapat 3 (tiga) formasi batuan utama ditambah dengan endapan permukaan yang jika diurutkan dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
a). Formasi Air Benakat
44
Bagian bawah di dominasi oleh batu lempung abu-abu gelap kebiruan sampai abu-abu gelap kecoklatan, setempat tufaan, lunak dan getas, bagian tangah disusun oleh batupasir halus–sedang, glaukonit, hijau muda - abu-abu kecoklatan mengandung kuarsa, feldpar dan fragmen.
b). Formasi Muara Enim
Formasi Muara Enim diendapkan selaras diatas Formasi Air Benakat, formasi ini berumur Miosen Atas yang tersusun oleh batupasir lempungan, batulempung pasiran dan batubara serta merupakan indikasi yang mengandung batubara. Formasi ini merupakan hasil pengendapan lingkungan laut neritik sampai rawa. Formasi Muara Enim di daerah Air Laya tertindih oleh endapan sungai yang tidak selaras.
Perselingan antara batupasir dan batulanau yang bersisipan Batubara. Batupasir, coklat kekuningan, getas-kompak, berlapis – masif, ukuran butir pasir halus-kasar, membulat tanggung-menyudut tanggung, dibeberapa tempat kwarsa melimpah. Batulanau, abu-abu cerah,berlapis kadang massif dan lapuk. Batubara, hitam kecoklatan, kilap arang - kaca, uneven-concoidal, sedikit pirit, ketebalan 5 – 8 m.
c). Formasi Kasai
Formasi Kasai diendapkan selaras di atas Formasi Muara Enim. Formasi ini tersusun oleh batupasir tufaan, batulempung dan sisipan batubara tipis. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah daratan sampai transisi. Formasi Muara Enim merupakan endapan rawa sebagai fase akhir regresi yang menghasilkan endapan batubara (Gambar 2.2).
2.2.3 Struktur Geologi
45
geologi yang lain adalah kekar dan sesar-sesar minor, struktur ini terdapat jelas pada satuan batuan pasir.
Gambar 2.2
Stratigrafi PT. Satria Mayangkara Sejahtera
2.3 Genesa Batubara
Secara sederhana, batubara merupakan suatu endapan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses penghancuran karena aktivitas bakteri, pengendapan, penumpukan, dan pemadatan. Karena proses geologi, yaitu dengan peningkatan tekanan dan temperatur, maka akan terbentuk batubara.
Batubara merupakan gabungan atau campuran dari beberapa macam zat yang mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen dalam ikatan kimia
Ket ebalan (m) Kedalaman (m)
13 .75
20 .61
7 .8
Lit o logi Des krips i
27.50
Batulan au, abu-abu teran g,keras d an p ita-pita k arbo n ,mengandung mineral kwars a
55.85 51.61
22.75 0.00
So i l, co klat kemerahan, l unak, p elapuk an batup asir.
9.00
55.85 31.00
2.10
Batulan au, co klat kehitaman, k eras, terdapat p ita p ita karbon d an batubara
Batubara seam C, Batubara keras,h itam d an berfrag men
Batu bara s eam A, berwarn a h itam keco klatan, p ecah-pecah
sebag ian,mengandung resin d an lempung
Batup asir, abu-abu, keras, Ø h al us.
58.90
62.00
Batubara s eam B, Batubara, hitam, ke ras, kusam, gore s coklat, fragmen damar dan le mpung.
70.00 77.80
Batup asir, abu-abu, laminasi, s edan g
Batup asir, abu-abu, laminasi, sedan g Batulan au, abu-abu, mas if
85.00
46
bersama-sama dengan sedikit sulfur dan nitrogen. Secara garis besar batubara terdiri atas zat organik, air, dan bahan - bahan mineral.
Secara umum batubara termasuk hidrokarbon yang merupakan bahan organik berlapis berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan teruraikan oleh bakteri anaerob dan seterusnya terkena proses kimia dan fisika serta bersama-sama dengan mineral pengotornya dalam lapisan sedimen yang menyebabkan pengayaan kandungan karbon.
2.3.1 Pembentukan Batubara
Batubara adalah batuan sedimen organoklastik yang berasal dari tumbuhan yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran sempurna. Umumnya proses pembentukan batubara terjadi pada zaman karbon yaitu sekitar 270 – 350 tahun yang lalu. Pada zaman tersebut terbentuk batubara di belahan bumi utara seperti Eropa, Asia, dan Amerika. Di Indonesia batubara yang ditemukan dan ditambang umumnya berumur jauh lebih muda yaitu terbentuk pada zaman tersier. Batubara tertua yang di Indonesia berumur Eosen (40 – 60 juta tahun yang lalu) namun sumberdaya batubara di Indonesia umumnya berumur antara Miosen dan Pliosen (2 – 15 juta tahun yang lalu).
Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu : 1. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan (peatification).
Tumbuhan yang tumpang atau mati pada umumnya akan menglami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna sehingga setelah beberapa waktu kemudian tidak terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan dan penghancuran tersebut pada dasarnya merupakan proses oksidasi yang disebabkan oleh pertumbuhan dan aktivasi bakteri serta jasad renik lainnya. Proses oksidasi material penyusun utama cellulose (C6H10O5) dapat digambarkan sebagai berikut :
C6H10O5 + 6 O2 6CO2 + 5 H2O
47
tumbuhan tersebut tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna atau kata lain tidak akan terjadi proses oksidasi yang sempurna atau dengan kata lain tidak akan terjadi proses oksidasi yang sempurna. Pada kondisi tersebut hanya bakteri anaerob saja yang berfungsi melakukan proses dekomposisi yang kemudian membentuk gambut (peat). Dengan tidak tersedianya oksigen maka hydrogen dan karbon akan menjadi H2O, CH4, CO, dan CO2.
Tahap pembentukan gambut ini sering disebut juga sebagai proses biokimia. Gambut yang umumnya berwarna kecoklatan sampai hitam merupakan padatan yang bersifat sarang (porous) dan masih memperlihatkan struktur tumbuhan asalnya. Gambut masih mempunyai kandungan air yang tinggi, bisa lebih dari 50%.
2. Tahap pembentukan batubara dari gambut (coalification).
Proses pembentukan gambut akan berhenti dengan tidak adanya regenerasi tumbuhan. Hal ini terjadi karena kondisi yang tidak memungkinkan tumbuhnya vegetasi, misalnya penurunan dasar cekungan yang terlalu cepat. Jika lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh lapisan sedimen, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sedimen dimana tekanan akan meningkat dengan bertambahnya ketebalan lapisan sedimen akibat adanya penurunan dasar rawa yang signifikan. Peningkatan temperatur disebabkan oleh bertambahnya tekanan dan kedalaman. Kenaikan temperatur karena bertambahnya kedalaman disebut gradient geotermik. Kenaikan temperatur dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan gunung, dan aktivitas tektonik lainnya.
48
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3 CH4 + 8 H2O + 6 CO2 + CO Pada tahap ini terbentuk lignit.
6(C6H10O5) C20H22O3 + 5 CH4 + 10 H2O + 8 CO2 + CO Pada tahap ini terbentuk bituminous coal.
Faktor tekanan, temperatur, dan waktu merupakan faktor-faktor yang menentukan kelas (rank) dan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering disebut juga sebagai proses termodinamika.
2.3.2 Akumulasi Gambut dan Lapisan Batubara
Terdapat dua teori tentang akumulasi gambut baik ketebalan maupun penyebaran yang memungkinkan terjadinya lapisan batubara yang ditemukan dan ditambang saat ini, yaitu:
1. Teoti insitu, yang menyatakan bahwa lapisan bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk dimana tumbuhan asal itu berada. Maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Batubara yang terbentuk disebut batubara autochtone.
2. Teori Drift, yang menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh air dan berakumulasi di suatu tempat, kemudian tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Batubara yang terbentuk disebut batubara allochtone.
Laju akumulasi gambut sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor tumbuhan : jenis, laju pertumbuhan, laju pembusukan. 2. Faktor tempat tumbuh : kondisi, kesuburan.
49
BAB III
DASAR TEORI
Kegiatan perhitungan sumberdaya dilakukan pada tahap eksplorasi sebelum tahap persiapan penambangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung tonase sumberdaya dari suatu endapan bahan galian. Untuk menghitung sumberdaya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan berbagai metode, tetapi sebelumnya harus diketahui batasan antara Sumberdaya (resource) dan Cadangan (reserve). 5) Isaaks dkk., (1989), An Introduction to Applied Geostatistics, Oxford University Press.
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara seluas 200 Ha dari KP PT. Satria Mayangkara Sejahtera adalah Metode
Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan dengan Pedoman
Rule of Nearest Point.
3.1. Pengertian Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Sumberdaya (Resource) adalah jumlah atau kuantitas bahan galian yang terdapat di permukaan atau di bawah permukaan bumi yang sudah diteliti tetapi belum dilakukan studi kelayakan dan mungkin dapat diekstraksikan dengan tingkat keberhasilan yang masih harus dipertimbangkan. Istilah sumberdaya dalam bidang teknis kebumian dapat berkonotasi kuantitatif, yaitu perkiraan besarnya potensi sumberdaya batubara yang secara teknis menunjukkan harapan untuk dapat dikembangkan setelah dilakukan penelitian dan eksplorasi.
Cadangan (Reserve) adalah bagian dari sumberdaya yang telah diteliti dan dikaji kelayakannya dengan seksama dan telah dinyatakan layak serta dapat ditambang berdasarkan kondisi ekonomi dan teknologi pada saat itu. Terdapat empat kategori pengertian cadangan yang sering digunakan di dunia pertambangan, yaitu :
50
Cadangan ditempat diartikan sebagai jumlah batubara yang sebenarnya terdapat di bawah permukaan yang telah dihitung dan memenuhi persyaratan ekonomi pertambangan dalam kondisi tertentu. Cadangan ditempat tidak seluruhnya dapat ditambang, secara teknis dapat ditambang berdasarkan teknologi yang tersedia pada saat itu. Pada proyek pertambangan komersial, cadangan ditempat selanjutnya dievaluasi untuk memperhitungkan berapa sebenarnya jumlah batubara yang akan dapat dimanfaatkan melalui operasi penambangan.
b. Cadangan dapat ditambang (Mineable Reserve)
Cadangan dapat ditambang adalah bagian dari cadangan ditempat (in place reserve) yang diharapkan akan dapat ditambang dengan teknologi saat ini dan sesuai kondisi ekonomi saat ini.
c. Cadangan telah ditambang (Recoverable Reserve)
Cadangan telah ditambang adalah cadangan yang berasal dari (Mineable Reserve) yang telah ditambang atau terambil atas dasar biaya dan kondisi ekonomi yang telah ditetapkan. Cadangan dapat ditambang dalam lingkungan tambang terbuka pada umumnya diperhitungkan lebih dari 90% dari cadangan ditempat sedangkan untuk tambang bawah tanah 50 – 60%, namun kondisi struktur endapan dan metoda penambangan yang digunakan juga memegang peranan dalam menentukan jumlah cadangan yang dapat ditambang. Angka persentasi tersebut diperoleh dari pengalaman operasi tambang dan hanya berlaku untuk tambang bersangkutan.
d. Cadangan dapat dijual (Saleable Reserve)
Cadangan dapat dijual adalah cadangan yang berasal dari (Recoverable Reserve) yang akan dijual langsung atau dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan pertimbangan kualitas batubara dan permintaan pasar, apabila kualitas batubara sesuai permintaan pasar tanpa harus dilakukan pencucian atau blending
51
3.2. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
Keberadaan bahan galian di dalam perut bumi dapat diketahui dari sejumlah indikasi adanya bahan galian tersebut di permukaan bumi. Keadaan seperti demikian memberikan kesempatan kepada para ahli untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, baik secara geologi, geofisika, pemboran maupun lainnya.
Penyelidikan secara geologi pada dasarnya belum dapat menentukan secara teliti dan kuantitatif informasi mengenai bahan galian tersebut, akan tetapi sudah dapat dikategorikan adanya sumberdaya (resource). Bila penyelidikan dilakukan secara lebih teliti, yaitu dengan menggunakan berbagai macam metode (geofisika, geokimia, pemboran dan lainnya), maka bahan galian tersebut sudah dapat diketahui dengan lebih pasti, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan demikian bahan galian dapat dikategorikan sebagai cadangan (reserve).
Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan dan diolah lebih lanjut secara ekonomis. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan setelah dilakukan kajian kelayakan dan dinyatakan layak untuk ditambang secara ekonomis dan sesuai dengan teknologi yang ada.
Menurut Standar Nasional Indonesia Amandemen I SNI 13-5014-1998 sumberdaya diperlihatkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi
Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998
Klasifikasi Sumberdaya (resource)batubara dikategorikan sebagai berikut :
a. Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.
Kondisi
Geologi Kriteria
Sumberdaya
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur
Sederhana informasi (m) Jarak titik Terbatas Tidak 1000 < x < 1500 500 < x <1000 x < 500
Moderat informasi (m) Jarak titik Terbatas Tidak 500 < x < 1000 250 < x < 500 x < 250
52
b. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.
c. Sumberdaya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
d. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
e. Sumberdaya Batubara Kelayakan (Feasibility Coal Resource) adalah sumberdaya batubara yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil Studi Kelayakan atau suatu kegiatan penambangan yang sebelumnya yang biasanya dilaksanakan di daerah Ekplorasi Rinci.
f. Sumberdaya Batubara Pra Kelayakan (Prefeasibility Coal Resource) adalah sumberdaya batubara yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil Studi Pra Kelayakan yang biasanya dilaksanakan di daerah Eksplorasi Rinci dan Eksplorasi Umum.
53
Tabel 3.2
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998
54
Tabel 3.3
Kodifikasi Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998
3.3. Dasar Pemilihan Metode
55 Keterangan:
P1 = penampang 1 L1,2= jarak antar penampang 1 dengan penampang 2 P2= penampang 2 L2,3= jarak antar penampang 2 dengan penampang 3
Cross Section yaitu cocok diterapkan pada endapan batubara yang pada umumnya memiliki homogenitas yang tinggi, baik berupa ketebalan maupun kemiringan
seam.
3.4. Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes
Metode ini adalah salah satu metode perhitungan sumberdaya secara konvensional. Mengikuti Pedoman Rule of Gradual Changes, dengan menghubungkan titik antar pengamatan terluar. Sehingga untuk mencari satu volume dibutuhkan dua penampang (Gambar 3.1).
Sumber: Isaaks dkk, 1989
Gambar 3.1
Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes
3.4.1 Perhitungan Sumberdaya Batubara
56
penampang dengan selang jarak tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda-beda tergantung pada kondisinya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Menghitung luas sayatan - Menghitung jarak tiap sayatan - Menghitung tonase batubara
Jumlah tonase batubara yang terdapat di daerah penelitian dengan rumus sebagai berikut:
T = a+2b x h x ρ...………...………. (3.1)
Keterangan:
T = Tonase batubara, ton a = Luas sayatan a, m2 b = Luas sayatan b, m2 h = Jarak antar sayatan, m ρ = Bobot isi batubara, ton/m3 3.4.2. Perhitungan Tanah Penutup
Penerapan perhitungan lapisan tanah penutup dengan metode sayatan sangat tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisan tanah penutup menjadi beberapa blok-blok penampang dengan selang jarak tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda tergantung pada kondisinya. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
- menghitung luas sayatan,
- menghitung jarak setiap sayatan,
- menghitung volume lapisan tanah penutup.
Jumlah volume overburden yang terdapat di daerah penelitian dihitung dengan rumus sebagai berkut:
Vob= a+2b x h….……….……….….(3.2) Keterangan :
57
Keterangan: P = penampang
L= jarak antar penampang
a = Luas sayatan a, m2 b = Luas sayatan b, m2 h = Jarak antar sayatan, m
3.5. Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point
Pada metode Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point,
setiap blok ditegaskan oleh sebuah penampang yang sama panjang ke setengah jarak untuk menyambung sayatan (Gambar 3.2).
Sumber: Isaaks dkk, 1989
Gambar 3.2
Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point
3.5.1. Perhitungan Sumberdaya Batubara
Penerapan perhitungan tonase sumberdaya batubara dengan Pedoman Rule of Nearest Point sangat tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisan batubara menjadi beberapa blok-blok penampang dengan selang jarak tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda-beda tergantung pada letak lubang bor. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
58
- Menghitung setengah jarak dengan sayatan sebelumnya dan sayatan berikutnya
- Menghitung tonase batubara
Jumlah tonase batubara yang terdapat di daerah penelitian dengan rumus sebagai berikut:
T = a x (h1 + h2) x ρ………...………. (3.3) Keterangan:
T = Tonase batubara, ton a = Luas sayatan a, m2
h1 = Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan sebelumnya, m h2 = Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan berikutnya, m ρ = Bobot isi batubara, ton/m3
3.5.2. Perhitungan Tanah Penutup
Perhitungan tanah penutup dengan metode sayatan linier pada dasarnya sama dengan perhitungan batubara. Jumlah volume overburden yang terdapat di daerah penelitian dihitung dengan rumus sebagai berkut:
V=a x (h1 + h2)…….……….(3.4) Keterangan:
V = Volume tanah penutup, BCM a = Luas sayatan a, m2
h1 = Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan sebelumnya, m h2 = Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan berikutnya, m
3.6. Perhitungan Volume
Adapun rumus perhitungan volume yang digunakan adalah rumus luas rata-rata (mean area) dan rumus kerucut terpancung (frustum).
3.6.1. Rumus Luas Rata-rata (Mean Area)
59
Sumber: Constantine C. Popoff, 1965
Gambar 3.3
Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Mean Area
V= S1 + S2
2 x L
...
(3.5)Keterangan :
S1, S2 = luas tiap-tiap penampang (m2)
L = jarak antar penampang satu dengan lainnya (m) V = volume cadangan (m3)
Jika endapan yang telah dibagi dalam bentuk blok-blok dengan jarak setiap penampang sama, maka dapat dihitung dengan rumus :
V= S1 + 2 S2 + 2 S3 + ……….. + Sn
2 xL
...
(3.6)Keterangan :
S1, S2, Sn = luas tiap-tiap penampang (m2)
L = jarak antar penampang satu dengan lainnya (m) V = volume cadangan (m3)
Jika endapan yang telah dibagi dalam bentuk blok-blok dengan jarak setiap penampang tidak sama, maka dapat dihitung dengan rumus :
V = ( S1 + S2)
2 x L1 +
( S2 + S3)
2 x L2 +… +
Sn-1 + Sn
2 x Ln ……….
(3.7)
Keterangan :
S1, S2, Sn = luas tiap-tiap penampang (m2)
60
3.6.2. Rumus Kerucut Terpancung (Frustrum)
Persamaan frustrum merupakan salah satu persamaan yang juga digunakan untuk mengestimasi volume dari suatu endapan. Rumus ini digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri seperti kerucut yang terpancung pada bagian puncaknya (Gambar 3.4).
Sumber: Constantine C. Popoff, 1965 Gambar 3.4
Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Kerucut Terpancung Rumus kerucut terpancung ;
3
)
S
S
S
(S
L
V
1
2
1 2………..………...………(3.8) Keterangan:
S1 & S2 = luas penampang atas dan bawah L = jarak antara S1 & S2
V = volume
3.7. Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)
61
tidaknya pengambilan suatu cadangan batubara. Semakin besar nisbah pengupasannya, berarti semakin banyak overburden yang harus digali untuk mengambil endapan batubara. Semakin kecil nisbah pengupasannya, semakin sedikit overburden yang harus digali. Di tambang batubara sering dipakai m3
waste/ton batubara.
Stripping Ratio = Tanah Penutup(m3) Batubara (ton) a) Stripping Ratio by Volume
Stripping Ratio by volume adalah perbandingan antar volume tanah penutup atau overburden yang akan digali (m3) dengan jumlah volume batubara yang akan diambil (ton) dijadikan dalam m3.
Stripping Ratio by Volume = overburdenBatubara,m, m33
Batubara dalam (ton) dikonversikan menjadi m3 yaitu membagi berat batubara dengan densitas batubara, sehingga volume batubara menjadi m3.
b) Stripping Ratio by Area
Stripping Ratio by area adalah perbandingan antara luasan lapisan tanah penutup (m2) dengan luasan batubara (m2) pada suatu sayatan.
Stripping Ratio by Area = overburdenbatubara,m, m2 2
62
BAB IV
PENAKSIRAN SUMBERDAYA
Kegiatan pendahuluan yang dilakukan sebelum perhitungan endapan adalah kegiatan eksplorasi yang tujuan akhirnya penemuan geologis yang berupa endapan mineral ekonomis.
Metode perhitungan sumberdaya yang digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara di PT. Satria Mayangkara Sejahtera melakukan eksplorasi di Desa Tanjung Telang Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan adalah dengan menggunakan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point. Adapun dasar pertimbangan penggunaan kedua metode tersebut yaitu lubang bor yang tersedia relatif sedikit, endapan batubara yang mempunyai homogenitas tinggi, mudah dilaksanakan dan dimengerti, cepat dan tingkat keyakinan tinggi.
4.1. Data Eksplorasi
Dari hasil penyelidikan di IUP eksplorasi PT. Satria Mayangkara Sejahtera ditemukan beberapa singkapan batubara yang sebagian besar terdapat di wilayah penelitian IUP eksplorasi bagian Utara dengan ketebalan yang bervariasi antara 7– 20 meter, dengan densitas 1,3 ton/Bcm. Kemiringan lapisan batubara diambil rata-rata untuk masing-masing seam dimana seam A adalah 40 º dan seam B adalah 35 º.
Pada daerah penyelidikan banyak ditemukan singkapan batubara yang menghampar dialiran sungai. Hal ini dimungkinkan karena sudut kemiringan lapisan batubara searah dengan sudut kemiringan lereng daerah penyelidikan. Kemudian data singkapan tersebut diplotkan pada daerah penyelidikan yang bertujuan untuk mengetahui arah penyebaran dan kemiringan batubara pada lokasi penyelidikan.
63
Tabel 4.1 Koordinat Singkapan Batubara di Daerah Penyelidikan
Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian singkapan di lokasi rencana pertambangan PT. Satria Mayangkara Sejahtera :
Singkapan OC 01
Terdapat di pinggiran sungai Larangan. Termasuk daerah Desa Tanjung Telang. untuk kelokasi singkapan menghabiskan waktu 45 menit. Berjarak sekitar 150 m dari lokasi bor.
Koordinat : 344885.309 E, 9583770.818 N Strike/Dip : N 260o E / 40o
Outcrop batubara dengan tebal lebih dari 2 m terhampar luas di sungai Larangan. Batubara berwarna hitam, kilap sedang, tidak mengotori tangan, berlapis, pecahan subconcoidal, tebal lapisan batubara tidak merata. Parting coaly, clay, tanah penutup pasir kuarsa.
Gambar 4.1. Singkapan OC 01 Singkapan OC 02
No Kode
Koordinat Kedudukan Strike/Dip
Tebal (M) North East
64
Terhampar luas di sungai Larangan. Termasuk daerah Desa Tanjung Telang. untuk kelokasi singkapan menghabiskan waktu 45 menit.
Koordinat : 345070.838 E, 9583654.934 N Strike/Dip : N 305o E / 35o
Outcrop batubara dengan tebal lebih dari 2 m terhampar luas di sungai Larangan. Batubara berwarna hitam, kilap sedang, tidak mengotori tangan, berlapis.
Gambar 4.2. Singkapan OC 02 Singkapan OC 03
Berada di anak sungai kecil. Termasuk daerah Desa Tanjung Telang. Terdapat di lahan kebun kopi. Lokasi dapat ditempuh dengan menyeberangi sungai Larangan, kemudian jalan kaki menyusuri sungai Larangan. untuk ke lokasi singkapan menghabiskan waktu 50 menit.
Koordinat : 345005.994 E, 9583554.029 N Strike/Dip : N 290o E / 40o
65
Outcrop batubara dengan tebal 3 m diapit oleh roof dan floor
batulanau berwarna abu-abu keputihan. Batubara berwarna hitam, kilap sedang, tidak mengotori tangan, berlapis, pecahan subconcoidal-tajam, cleat diisi oleh soil lapukan batulempung.
Tabel 4.2 Hasil Pemboran
4.2. Pemboran Eksplorasi
Pemboran eksplorasi dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor jenis
Jakro 175. Teknik pengeboran dilakukan secara vertikal sampai menembus lapisan batubara lalu dihentikan untuk dipindahkan ke lokasi yang telah ditetapkan. Ketebalan batubara yang didapat baru berupa ketebalan semu. Dalam pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan dua cara dalam satu lubang bor yaitu:
Open Hole
Yang dimaksud dengan “Open Hole” adalah hasil pengeboran yaitu partikel lepas berupa “cutting” dialirkan keluar lubang bor dengan tekanan air dan sampai di permukaan, keluar melalui parit dan ayakan pemisah diamati material yang keluar (sandstone, clystone, siltstone dan lain sebagainya).
Coring
Pada suatu lapisan batubara atau perkiraan akan mencapai lapisan batubara maka dilanjutkan pengeboran inti degan memasang alat yang disebut “core barrel”
Kode
Koordinat
Elevasi
E N
Bor (m) (m) (m.dpl)
66
yaitu batubara akan ditangkap alat itu dengan utuh. Core barrel yang digunakan adalah jenis “double tube core barrel” dengan ukuran “NMLC Size”. Pengeboran inti ini penting dilakukan untuk mengetahui berapa tebal batubara tersebut, apakah ada batuan sisispan (parting) dan mineral lain yang terkandung di dalam lapisan batubara tersebut. Biasanya batubara dari core ini untuk dianalisa kualitasnya dari
top seam dan outcrop dapat diperhitungkan kemiringan batubara tersebut.
4.3. Tahapan Perhitungan Sumberdaya dengan Metode Cross Section 4.3.1. Pengeplotan Data Titik Bor
Dari data eksplorasi yang dilakukan pada daerah konsesi yang mempunyai luasan sebesar 200 Ha, terdapat 8 titik bor yang nantinya titik – titik dari bor tersebut akan dihubungkan dengan garis yang dibuat dengan menyesuaikan arah
strike dari endapan batubara tersebut. (Gambar 4.4). 4.3.2. Pembuatan garis sayatan
Pembuatan garis sayatan pada peta topografi harus tegak lurus dengan arah umum strike dari endapan batubara di daerah penelitian. Garis sayatan yang dibuat di daerah penelitian, terdapat 5 sayatan dengan jarak antar sayatan adalah ≤ 125 meter pada titik bor pada batas daerah konsensi ( lihat Gambar 4.5 ).
4.3.3. Pembuatan luasan sayatan
Garis sayatan telah selesai lalu dibuatlah luasan sayatannya dan pembuatan garis lapisan batubara yang disesuaikan dengan masing – masing kemiringan dari batubara tersebut. Batubara didalam sayatan diinterpretasikan sebagai bidang miring pada sayatan tersebut untuk mengetahui volume overburden dan stripping ratio, selanjutnya pada luasan sayatan juga dibuat ultimate pit slope sesuai batasan – batasan yang telah ditentukan perusahaan. Pembuatan sayatan dilakukan dengan menggunakan program komputer AutoCAD.
Untuk perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR) berpatokan pada
Stripping Ratio (SR). Setiap sayatan memiliki jenjang dan bench yang bervariasi
(multibench), tergantung dari ketebalan tanah penutup dari batubara masing-masing sayatan sesuai SR - nya.
67
Metode ini dapat diterapkan pada perhitungan Cross Section. Dalam perhitungannya sayatan satu dengan sayatan lain dihubungkan secara langsung, sehingga perhitungannya dibatasi oleh dua sayatan. Pada metode ini dilakukan dengan cara membuat garis sayatan yang disesuaikan dengan panjangnya garis
seam.
Tahapan yang dilakukan pada perhitungan sumberdaya dengan metode Standar adalah sebagai berikut:
1. Membuat garis base line, yaitu berdasarkan arah umum (strike) dari endapan batubara.
2. Membuat garis sayatan pada peta topografi dengan jarak antar sayatan ≤ 125 meter dengan arah tegak lurus arah umum dari seam batubara.
3. Penggambaran sayatan tegak dari garis sayatan yang dilakukan dengan program AutoCAD.
4. Membuat lapisan batubara pada sayatan tegak dengan kemiringan (dip) yang disesuaikan dari masing – masing lapisan batubara.
5. Membuat jenjang (bench) pada setiap sayatan berdasarkan batasan – batasan yang telah ditentukan perusahaan.
6. Menghitung luas dari masing – masing sayatan yang meliputi luasan dari batubara dan overburden yang dilakukan dengan bantuan program AutoCAD. 7. Menghitung volume dari tiap blok sayatan yang meliputi volume dari batubara
dan overburden.
8. Menghitung tonase batubara dengan cara mengalikan volume batubara dengan densitas batubara sebesar 1,3 ton/m3.
Hasil perhitungan Batubara dengan metode Standar (Rule Of gradual Change) pada seam A adalah 2.012.626 ton dan seam B adalah 793.199 ton.
4.3.5. Perhitungan Sumberdaya dengan Metode Linier (The Rule Of Nearest Point)
68
Pada metode ini juga dilakukan dengan membuat garis sayatan sebanyak 5 sayatan yang disesuaikan dengan panjangnya garis seam.
4.4. Perhitungan Volume Overburden
4.4.1. Perhitungan Overburden dengan Metode Standar (The Rule Of Gradual Change)
Perhitungan overburden juga dilakukan dengan metode Cross Section. Volume overburden dipengaruhi oleh luasan overburden dan jarak antar sayatan. Luas overburden didapatkan dari pengurangan luas jenjang pada sayatan dikurangi luas batubara pada sayatan.
Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung.
Tahapan perhitungannya pun sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Standar, bedanya pada overburden tidak perlu dilakukan perhitungan tonasenya. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Standar pada perubahan bertahap (The Rule Of Gradual Change) adalah 8.848.628 Bcm dan
interburden adalah 2.249.778 Bcm (Tabel 4.3).
Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung.
4.4.2. Perhitungan Overburden dengan Metode Linier (The Rule Of Nearest Point)
Tahapan perhitungan overburden dengan metode Linier sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Linier, sedangkan prinsip dan hal – hal yang perlu diperhatikan pada perhitungannya sama dengan cara perhitungan
overburden dengan metode Standar. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Linier adalah 8.494.401Bcm dan interburden adalah 2.055.495Bcm (Tabel 4.4).
69
jarak untuk perhitungan volumenya diambil dari setengah jarak diantara dua sayatan.
Hasil perhitungan Batubara dengan metode Linier pada seam A adalah 1.881.038 ton dan seam B adalah 760.509 ton.
4.5. Perhitungan Nisbah Pengupasan
Perhitungan nisbah pengupasan (stripping ratio) merupakan perbandingan antara volume overburden dengan tonase batubara. Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Standar berpedoman pada perubahan bertahap (Rule Of Gradual Change) diperoleh tonase adalah sebesar 2.805.826 ton, sedangkan jumlah volume tanah yang yang harus digali dengan metode Cross Section Standar berpedoman pada perubahan bertahap (Rule Of Gradual Change), adalah sebesar 11.098.406 Bcm. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut:
SR = 11.098.406 Bcm : 2.805.826 ton = 3,96 Bcm : 1 ton
Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Linier berpedoman pada titik terdekat (Rule Of Nearest Point) diperoleh tonase batubara adalah sebesar 2.641.548 ton, sedangkan jumlah volume overburden yang harus dikupas dengan metode Cross Section Rule Of Nearest Point adalah sebesar 10.549.897 Bcm. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut:
SR = 10.549.897 Bcm : 2.641.548 ton = 3,99 Bcm : 1 ton
35
Gambar 4.4
36
Gambar 4.5
37 4.6. Perhitungan Volume Overburden
4.4.3. Perhitungan Overburden dengan Metode Standar (The Rule Of Gradual Change)
Perhitungan overburden juga dilakukan dengan metode Cross Section. Volume overburden dipengaruhi oleh luasan overburden dan jarak antar sayatan. Luas overburden didapatkan dari pengurangan luas jenjang pada sayatan dikurangi luas batubara pada sayatan.
Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi
seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung.
Tahapan perhitungannya pun sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Standar, bedanya pada overburden tidak perlu dilakukan perhitungan tonasenya. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Standar pada perubahan bertahap (The Rule Of Gradual Change) adalah 8.848.628 Bcm dan interburden
adalah 2.249.778 Bcm (Tabel 4.3).
Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi
37
Tabel 4.3
Perhitungan Sumberdaya Batubara Dengan Metode Cross Section Standar Berpedoman Pada Perubahan Bertahap (The Rule Of Gradual Change)
No
Volume Antar Sayatan
Luas rata- rata (m2) Jarak Densitas Volume ( m 3) Tonase Batubara
SR
Overburden Seam A Interburden Seam B ( m) ( Ton/m3) Overburden Seam A Interburden Seam B Seam A Seam B
1 A-A' - B-B' 23450,11 3681,30 4592,31 1159,74 120,97 1,30 2836759,81 445326,86 555531,74 140293,75 578924,92 182381,87 4,46
2 B-B '- C-C' 23953,13 3717,90 4768,18 1279,01 56,95 1,30 1364130,75 211734,41 271547,85 72839,62 275254,73 94691,51 4,42
3 C-C' - D-D' 24767,94 4276,20 6483,09 2028,81 50,56 1,30 1252267,05 216204,67 327785,03 102576,63 281066,07 133349,62 3,81
4 D-D' - E-E' 27250,97 5416,60 8787,43 2363,11 124,60 1,30 3395470,86 674908,36 1094913,78 294443,51 877380,87 382776,56 3,56
Volume = 8848628,47 1548174,30 2249778,40 610153,51
2012626,59 793199,56
Tonase =
38
Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam
dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung.
4.4.4. Perhitungan Overburden dengan Metode Linier (The Rule Of Nearest Point)
Tahapan perhitungan overburden dengan metode Linier sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Linier, sedangkan prinsip dan hal – hal yang perlu diperhatikan pada perhitungannya sama dengan cara perhitungan overburden dengan metode Standar. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Linier adalah 8.494.401Bcm dan interburden adalah 2.055.495Bcm.
Langkah – langkah yang dilakukan pada perhitungan sumberdaya dengan metode Linier sama dengan langkah pada metode Standar, bedanya hanya pada jarak untuk perhitungan volumenya diambil dari setengah jarak diantara dua sayatan.
38 No
Penampang Lubang
Bor
luas (m) Jarak Volume(m) Densitas Tonase (ton)
SR
Overburden Seam A Interburden Seam B (m2) Overburden Seam A Interburden Seam B (ton/m3) Seam A Seam B
1 A -A' 24065,88 4217,19 5879,88 1697,40 60,48 1455504,42 255055,65 355615,14 102658,75 1,30 331572,35 133456,38 3,68
2 B -B' 24398,50 4319,41 5900,86 1673,97 60,48 1475621,28 261237,92 356884,01 101241,71 1,30 339609,29 131614,22 3,69
3 C -C' 22834,33 3145,36 3304,73 622,08 28,38 648038,29 89265,32 93788,24 17654,63 1,30 116044,91 22951,02 5,30
4 D -D' 22922,14 3339,94 3571,80 686,52 28,56 654656,32 95388,69 102010,61 19607,01 1,30 124005,29 25489,11 5,02
5 E -E' 25071,93 4290,43 6231,62 1935,94 25,18 631311,20 108033,03 156912,19 48746,97 1,30 140442,94 63371,06 3,63
6 F -F' 23000,52 4232,19 5985,04 1220,27 25,38 583753,20 107412,98 151900,32 30970,45 1,30 139636,88 40261,59 3,84
7 G-G' 24463,95 4261,86 6734,56 2121,68 62,19 1521413,05 265045,07 418822,29 131947,28 1,30 344558,60 171531,46 3,46
8 H -H' 24463,95 4261,86 6734,56 2121,68 62,30 1524104,09 265513,88 419563,09 132180,66 1,30 345168,04 171834,86 3,46
Volume = 8494401,84 1446952,53 2055495,88 585007,46
Tonase= 1881038,29 760509,70
SR rata-rata = 4,00
Tabel 4.4
39
4.5 Perhitungan Nisbah Pengupasan
Perhitungan nisbah pengupasan (stripping ratio) merupakan perbandingan antara volume overburden dengan tonase batubara. Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Standar berpedoman pada perubahan bertahap (Rule Of Gradual Change).
Tonase batubara yang diperoleh adalah sebesar 2.805.826 ton, sedangkan jumlah volume tanah yang yang harus digali dengan metode Cross Section Standar berpedoman pada perubahan bertahap (Rule Of Gradual Change). Adalah sebesar 11.098.406 Bcm. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut:
SR = 11.098.406 Bcm : 2.805.826,15 ton = 3,96 Bcm : 1 ton
Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Linier berpedoman pada titik terdekat (Rule Of Nearest Point) diperoleh tonase batubara adalah sebesar 2.641.548 ton, sedangkan jumlah volume overburden yang harus dikupas dengan metode Cross Section Rule Of Nearest Point adalah sebesar 10.549.897 Bcm. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut:
SR = 10.549.897 Bcm : 2.641.548 ton = 3,99 Bcm : 1 ton
40
BAB V
PEMBAHASAN
Penentuan layak tidaknya suatu sumberdaya endapan batubara untuk dieksploitasi adalah didasarkan pada hasil eksplorasi yang telah dilaksanakan. Dalam upaya untuk mengetahui apakah endapan batubara tersebut layak untuk dieksploitasi atau tidak, disini akan dibahas mengenai hasil eksplorasi yang meliputi jumlah sumberdaya batubara, jumlah lapisan tanah penutup dan Stripping Ratio.
Metode perhitungan sumberdaya yang digunakan adalah metoda Cross Section
dengan pedoman Gradual of Change dan Nearest Point, begitu pula untuk perhitungan tanah penutupnya (overburden).
5.1. Seam Endapan Batubara pada Daerah Penelitian
Dilokasi penelitian dijumpai 2 seam Batubara dengan kemiringan antara 35°-40°. Terjadinya seam tersebut di dearah penelitian terkait dengan proses pengendapan material tumbuh-tumbuhan yang akan menjadi gambut dan terhentinya kondisi rawa pada suatu saat berubah menjadi dalam. Seam B dijumpai hampir sejajar dengan kemiringan antara 35°-40°. Hal ini menunjukkan bahwa setelah terbentuknya seam tersebut baru terjadi perlipatan. Berdasarkan geologi dilokasi penelitian, maka seam tersebut termasuk daerah formasi batubara yang mengalami perlipatan karena adanya tenaga endogen sehingga membentuk perlapisan dengan arah jurus Timur dengan arah kemiringan perlapisan Utara. Memiliki ketebalan rata-rata 20,607 m. Mempunyai karakteristik arah penyebaran lateral Laut-Tenggara sepanjang 400 m mengarah keluar area Kuasa Pertambangan PT. Satria Mayangkara Sejahtera. Memiliki ketebalan parting berkisar 25 cm.
Pada kondisi seperti itu maka yang diendapkan adalah material lempung diatasnya, maka terbentuklah seam A yang terletak paling atas. Secara stratigrafi
41
keluar area Kuasa Pertambangan PT. Satria Mayangkara Sejahtera Memiliki ketebalan rata-rata 13,75 m (clean coalnya), parting antara 25 cm.
5.2. Kategori Batubara Daerah Penelitian
Menentukan jenis klasifikasi batubara di daerah penelitian adalah dengan cara memperhatikan tahapan eksplorasi dan kajian apa saja yang telah dipertimbangkan serta yang telah terpenuhi dari suatu perusahaan. Dilihat dari klasifikasi Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) AMANDEMEN 1-SNI 13-5014-1998, maka sumberdaya batubara diklasifikasikan berdasarkan dari semua aspek dari studi kelayakan dan tahapan eksplorasi, apabila perusahaan telah melakukan semua tahapan eksplorasi lalu melakukan studi kelayakan dan dianggap layak maka endapan batubara tersebut dapat disebut cadangan batubara. Endapan batubara yang sudah dilakukan tahapan eksplorasi tetapi belum dilakukannya studi kelayakan atau sudah dilakukan tetapi hasilnya belum layak maka endapan batubara itu masih disebut sumberdaya batubara.
Batubara di lokasi penelitian telah ditetapkan batasan – batasan dari estimasi sumberdaya batubara tersebut. Batasan - batasan tersebut berupa ketebalan, kedalaman, kemiringan, jurus dan kualitas dari endapan batubara tersebut. Pada lokasi penelitian belum dilakukan eksplorasi detil dengan uji pemboran dan data eksplorasi yang hanya sebatas pada singkapan, sumur uji, dan paritan, maka batubara di daerah penelitian diklasifikasikan sebagai sumberdaya batubara Terukur
(Measured Resource).
5.3. Dasar Pemilihan Metode
Pada penelitian ini akan menghitung sumberdaya batubara dengan menggunakan metode cross section.
Metode ini digunakan karena :
1) Metode ini dapat digunakan untuk menaksir sumberdaya.
42
perubahan-perubahan. Aliran sungai di daerah penelitian pada umumnya hanya berupa sungai kecil, tetapi dengan air yang permanen.
3) Wilayah kajian geologi daerah penyelidikan dibatasi pada kawasan yang paling potensial mengandung batubara, dimana pada Anak Cekungan Pasir formasi pembawa batubara disekitar daerah penyelidikan terdapat pada Formasi Tanjung dan Formasi Warukin.
4) Digunakan untuk perhitungan endapan yang berlapis dan endapan placer. 5) Metode ini digunakan untuk menghitung endapan dengan ketebalan dan kualitas
yang seragam atau secara umum memiliki perubahan kualitas yang bertahap.
5.4. Metode Cross Section dengan Pedoman Perubahan Bertahap (Rule of Gradual Change)
Interprestasi analitis yang diterapkan pada endapan batubara di daerah penelitian, erat hubungannya dalam penentuan batas-batas daerah pengaruh pada penampang tegak (cross section). Berdasarkan obyeknya interpretasi ini menggunakan interpretasi analitis yang dilakukan dengan dua pedoman yaitu pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dan pedoman titik terdekat
(rule of nearest point).
Gambar 5.1
43
(rule of gradual change) Pada Metode Cross Section
Pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) pedoman ini dapat diterapkan pada metode cross section, karena dalam perhitungannya lebar daerah pengaruh penampang tidak selalu dibuat dengan ukuran yang tetap. Disamping itu penampang satu dengan penampang lainnya dapat dihubungkan secara langsung, sehingga setiap perhitungan volume dibatasi oleh dua penampang.
Pengaruh penerapan pedoman tersebut dalam Perhitungan sumberdaya meliputi :
a. Penarikan Garis Batas Sumberdaya
Penarikan garis batas sumberdaya dengan menerapkan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change), diterapkan pada titik Bor BH-01,BH-02,BH-03 yang terluar, sehingga titik conto tersebut terletak pada garis batas sumberdaya. Batas daerah pengaruh pada metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) adalah sepanjang jarak antar sayatan yaitu sebesar ≤ 125 meter, sebagai contoh antara sayatan A-A` sayatan B-B`, dan sayatan C-C` (Gambar 5.1).
b. Ketebalan/kedalaman
Penerapan pedoman perubahan bertahap ketebalan di antara dua penampang mempunyai satu nilai yang didapatkan dari interpolasi dua nilai ketebalan penampang tersebut. Sebagai contoh ilustrasi antara singkapan BH-01,BH-02, BH-03.
c. Volume sumberdaya
Volume sumberdaya adalah gambaran tiga dimensi dari sumberdaya. Perbedaan yang terjadi pada satu dimensi dan dua dimensi akan menjadi perbedaan kumulatif pada perhitungan tiga dimensi. Berpedoman pada perubahan bertahap
(rule of gradual change) diperoleh sumberdaya seam A adalah 2.012.626 ton dan
seam B adalah 793.199 ton.
5.5. Metode Cross Section dengan Pedoman Titik Terdekat (Rule of Nearest Point)
44
tersebut dapat dibuat dengan ukuran yang tetap. Disamping itu penampang satu dengan penampang lainnya dapat di cari daerah pengaruh masing-masing penampang.
Gambar 5.2
Interpretasi Analitis Dengan Pedoman Titik Terdekat ( rule of nearest point ) Pada Metode Cross Section
Pengaruh penerapan pedoman tersebut dalam Perhitungan sumberdaya meliputi : a. Penarikan garis batas sumberdaya
Penarikan garis batas sumberdaya dengan menerapkan pedoman titik terdekat
(rule of nearest point) melalui batas terluar dari daerah pengaruh titik conto yang terluar, sehingga titik conto tersebut tidak terletak pada garis batas sumberdaya. Batas daerah pengaruh pada metode cross section dengan pedoman titik terdekat
(rule of nearest point) adalah setengah dari jarak metode rule of gradual change
sebesar ≤ 125 meter. Sebagai contoh antara sayatan A-A`, sayatan B-B` dan sayatan C-C` (Gambar 5.2).
b. Ketebalan/kedalaman
45
ketebalan kedua penampang di dekatnya. Sebagai contoh ilustrasi antara Titik bor 1, 2 dan 3.
c. Volume sumberdaya
Volume sumberdaya dengan meggunakan metode cross section yang berpedoman titik terdekat (rule of nearest point) diperoleh Sumberdaya Batubara untuk seam A adalah 1.881.038 ton dan seam B adalah 760.509 ton
5.6. Perbedaan Nearest Point dan Gradual Change
Nilai perbedaan tanah penutup atau overburden dan interburden pada batubara ( seam A dan seam B ) dengan kedua pedoman yaitu Rule of Gradual Change dan Rule of Nearest Point adalah sebagai berikut :
Pedoman Perubahan Bertahap (Rule of Gradual) = 11.098.406 Bcm.
Pedoman Titik Terdekat (Rule of Nearest Point) = 10.549.897 Bcm.
Perbedaan perhitungan tanah penutup tersebut dikarenakan adanya bentuk topografi yang berbeda antara penampang satu dengan penampang yang lainnya pada saat perhitungan volume. Pada pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) volume tanah penutup dihitung berdasarkan rata-rata antara kedua penampang dan dikalikan dengan jarak antar penampang. Pada pedoman titik terdekat (rule of nearest point) masing-masing penampang dikalikan dengan setengah jarak antar penampang sehingga masing-masing penampang mempunyai satu volume.
Perbedaan hasil estimasi pada metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dan dengan pedoman titik terdekat
(rule of nearest point) dikarenak