• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah. Tempat menyingkirkan sampah kota sehingga aman (SK SNI T-11-1991-03). Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip pembuangan akhir adalah memusnahkan sampah domestik disuatu lokasi pembuangan akhir. Jadi tempat pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan sampah.

Pembuangan sampah biasanya dilakukan didaerah yang tertentu sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia. Pertimbangan penentuan lokasi TPA, mengacu kepada Standard Nasional Indonesia dengan penekanan pada beberapa hal sebagai berikut:

a. Keberadaan dan letak fasilitas publik, perumahan. b. Ketersediaan dan kesesuaian lahan.

c. Kondisi hidrogeologi. d. Kondisi klimatologi. e. Jalur jalan.

f. Kecepatan pengangkutan.

h. Pola lalu lintas dan kemacetan. i. Waktu pengangkutan.

j. Ketersediaan lahan untuk penutup (jika memakai sistem sanitary landfill). k. Jarak dari sungai.

l. Jarak dari rumah dan sumur penduduk.

Lazimnya syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah adalah sebagai berikut:

1. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi dan lain sebagainya). 2. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.

3. Ditempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 Km dari perumahan penduduk, dan sekitar 15 Km dari laut serta sekitar 200 m dari sumber air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi umur teknis tempat pembuangan akhir sampah (TPA) adalah

a. Volume riil yang masuk kedalam TPA. b. Pemadatan sampah oleh alat berat.

c. Volume sampah yang diangkut oleh pemulung. d. Batas ketinggian penumpukan sampah.

e. Ketinggian tanah urugan. f. Susut alami sampah.

Menurut SNI 19-2454-2002 tentang teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi tiga metode yaitu : Open Dumping, Sanitary Landfill, ControlledLandfill.

a. Metode Open Dumping

Metode open dumping merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/menimbun sampah disuatu tempat tanpa ada perlakuan khusus atau sistem pengolahan yang benar, sehingga sistem open dumping menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.

b. Metode Sanitary Landfill

Metode pembuangan akhir sampah yang dillakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Pekerjaan palapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.

c. Metode Controlled Landfill

Metode controlled landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.

2.10. Pasar

2.10.1. Pengertian Pasar

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan (2013), pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat

perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.

2.10.2. Klasifikasi Pasar

Klasifikasi pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam. Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga pasar konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi jual beli (tawar menawar). Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan swalayan. Namun ada juga pasar konkrit yang menjual satu jenis barang. Misalnya pasar buah hanya menjual buah-buahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual sayur-mayur (Adhyzal, 2003). Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen pengelolaan, manajemen pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan ragam barang yang dijual (Adhyzal, 2003).

1. Berdasarkan manajemen pengelolaan a. Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar

tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar.

b. Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre. 2. Berdasarkan manajemen pelayanan

a. Pasar Swalayan (Supermarket)

Pasar swalayan adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barang-barang yang dijual barang kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai radio dan televisi.

b. Pertokoan (Shopping centre)

Pertokoan (Shopping centre) adalah bangunan pertokoan yang berderet-deret di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa.

c. Mall/Plaza/Supermall

Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya.

3. Berdasarkan jumlah barang yang dijual a. Pasar Eceran

Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima, pedagang asongan, dan sebagainya.

b. Pasar Grosir

Pasar grosir adalah tempat kegiatan/usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai besar, misalnya lusinan, kodian, satu dos, satu karton, dan lain-lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang eceran. Contoh: pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya (Adhyzal, 2003).

2.10.3.Pasar Sehat

Pasar Sehat adalah kondisi pasar yang bersih, nyaman, aman, dan sehat melalui stakeholder terkait dalam menyediakan pangan yang aman dan bergizi bagi masyarakat. Pengembangan pasar sehat adlah strategi sebagai upaya memperkuat biosekuriti pada rantai pangan yang akan meningkatkan keamanan pangan sejak produksi hingga konsumsi, mendidik produsen, pemasok, pedagang, konsumen dan sebagai konsekuensinya, kesadaran mereka akan meningkat terhadap resiko

keamanan pangan seperti kontaminasi silang, penularan flu burung dan penyakit lain yang dihantarkan pangan, dan perilaku yang beresiko tinggi.

Dertemen Kesehatan (Depkes) sudah memiliki standarisasi mengenai pasar yang bersih dan sehat, yakni Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat. Standarisasi itu dapat digunakan untuk melakukan penilaian awal, fasilitas apa yang sebaiknya dibenahi terlebih dahulu.

Dalam persyaratan kesehatan lingkungan pasar, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam pengelolaan sampah, antara lain:

1. Setiap kios/lo/lorong tersedia tempat sampah basah dan kering.

2. Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah dibersihkan.

3. Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan, dan mudah dipindahkan.

4. Tersedia TPS yang kedap air, kuat, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas pengangkut sampah.

5. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang(vector) penular penyakit.

6. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari bangunan pasar.

Dokumen terkait