• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.3 Pembuangan Tinja

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman. (Ditjen P2M &PL, 1998).

Menurut Soeparman S (2003), jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkan.

B. Jenis-Jenis Jamban

Menurut Chayatin (2009) , jenis-jenis jamban sebagai berikut :

1. Cemplung

Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok.

Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan gangguan karena baunya.

2. Plengsengan

Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungannya, tetapi agak jauh.

Jamban semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung, karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin.

3. Leher angsa (angsa latrine)

Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang kloset berbentuk lengkung, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan (Azwar, 1996).

C. Syarat Jamban

Menurut Depkes RI (2004), terdapat beberapa syarat jamban sehat, antara lain :

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.

6. Cukup penerangan, menurut Kepmenkes No.519 Tahun 2008 pencahayaan minimal 100 lux.

7. Lantai kedap air, menurut Arifin dan abdullah (2010) pembersihan harus dilakukan secara periodik.

8. Ventilasi cukup baik, 20% dari luas lantai.

9. Tersedia air dan alat pembersih.

10. Jumlah minimum jamban di panti asuhan adalah 1:25 untuk laki-laki dan 1:20 untuk anak perempuan.

Jamban hendaklah selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut:

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih, kering dan tidak ada kotoran yang terlihat.

2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air.

3. Tidak ada sampah berserakan.

4. Rumah jamban dalam keadaan baik. Menurut Enjang (2000) fungsi rumah jamban untuk tempat berlindung pemakainya dari pengaruh sekitarnya.

Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.

5. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada. Menurut Abdullah (2010), lantai jamban harus diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang biasanya menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.

6. Tersedia alat pembersih (Depkes RI, 2004).

7. Bila ada yang rusak segera diperbaiki 2.1.4 Pembuangan Air Limbah

A. Pengertian Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga industri, maupun tempat-tempat umum lainnya. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang tidak mengalir lancar dengan bentuk tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air limbah menggenang ditempat terbuka.

Keadaan ini berpotensi sebagai tempat berkembangbiak vektor dan bernilai negatif dari aspek estetika (Soejadi, 2003).

B. Sistem Pengolahan Air Limbah

Menurut Chandra (2007), sistem pengolahan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.

2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.

3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air dalam penggunaan sehari-hari.

4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit.

5. Tidak terbuka dan harus tertutup.

6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

2.2 Lingkungan Pemukiman 2.2.1 Pengertian Pemukiman

Menurut Slamet ( 2009 ), Lembaga pemukiman terbentuk karena manusia memerlukan tempat untuk tinggal dan bernaung. Dahulu kala manusia bermukim di tempat-tempat yang telah tersedia secara alami seperti goa-goa ataupun pohon-pohon. Tetapi dengan meningkatnya teknologi, maka manusia saat ini dapat bermukim di rumah, sehingga terbentuk perumahan ataupun pemukiman, sekalipun dalam sekali kecil,

Definisi ini membawa banyak konsekuensi, yakni bahwa selain kualitas rumah yang harus baik, diperlukan pula segala fasilitas yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Fasilitas itu sebaiknya ada pada suatu daerah pemukiman, ataupun letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Misalnya, fasilitas pendidikan, pasar/toko, tempat kerja, fasilitas air bersih dan lain-lain. Tidak adanya kemudahan untuk mendapatkan fasilitas tadi dapat menimbulkan persoalan kesehatan.

2.2.2 Syarat Rumah Sehat

Persyaratan kesehatan suatu rumah tinggal sesuai dengan Permenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:

1. Bahan bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain:

1) Debu total tidak lebih dari 150 mg/m3 2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam 3) Timah hitam (Pb) tidak melebihi 300 mg/kg

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen fisik dan penataan ruang rumah

Komponen rumah harus mempunyai persyaratan fisik dan biologi sebagai berikut:

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan b. Dinding

1) Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara.

2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah di bersihkan.

3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.

4) Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir.

5) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur kamar mandi dan ruang bermain anak.

6) Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan alam atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

4. Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut:

a. Suhu udara berkisar antara 18-300C b. Kelembaban udara berkisar antara 40-70%

c. Konsentrasi gas SO2, tidak melebihi 0,10 ppm/8jam d. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m2

5. Ventilasi luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

6. Binatang penular penyakit tidak ada tikus, nyamuk ataupun lalat yang bersarang di dalam rumah.

7. Penyediaan air

a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 60 liter/hari/orang.

b. Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Tersedia sarana penyimpanan yang aman.

9. Limbah

Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah. Limbah padat

harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur

Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan lebih dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah usia 5 tahun (Depkes RI, 1999)

2.2.3 Panti Asuhan

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan panti asuhan adalah sebagai rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim piatu dan sebagainya.

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia, menjelaskan bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang di harapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional.

2.3 Perilaku Penghuni

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Slamet (2002), perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.

Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini mencakup hal-hal berikut :

a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi hygiene pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah, serta dampak pembuatan limbah yang tidak baik.

d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor) dan sebagainya.

Perilaku kesehatan memiliki tiga domain, yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan (Notoatmodjo, 2007).

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan memiliki 6 tingkatan :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengiterpretasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket atau menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden.

2.3.2 Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila dirinya ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek.

Pendapat tersebut dalam bentuk setuju, kurang setuju, dan tidak setuju atas pernyataan yang disediakan.

2.3.3 Tindakan

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai empat tingkatan ( Notoatmodjo, 2003 ) :

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation), yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

A. Personal Hygiene

Menurut Isro’in dan Andaryono (2012), Personal Hygiene merupakan suatu tindakan untuk memilihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya. Seseorang dapat dikatakan memiliki personal hygiene yang baik apabila seseorang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, kuku, rambut, mulut dan gigi, pakaian, mata, hidung, dan telinga serta kebersihan genitalia (Badri, 2008).

Menurut Wartonah (2010), personal hygiene ini sendiri bertujuan untuk memelihara kebersihan diri, menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri invidu itu sendiri maupun orang lain.

B. Macam-Macam Personal Hygiene

Menurut Isro’in dan Andaryono (2012), macam-macam personal hygiene antara lain :

1. Kebersihan Kulit

Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan, antara lain yaitu :

a. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri b. Mandi minimal dua kali dalam sehari dengan menggunakan sabun.

c. Bagi yang terlibat olahraga maupun pekerjaan lain yang mengeluarkan banyak keringat dianjurkan langsung mandi.

d. Tidak memakai sabun dan handuk yang sama dengan orang lain.

e. Menjaga kebersihan pakaian.

2. Kebersihan kaki, tangan dan kuku

Menurut Irianto (2007), tangan dapat menjadi perantara penularan kuman.

Untuk menghindari bahaya terjadinya penularan kuman maka hal yang harus dilakukan antara lain:

a. Membersihkan tangan sebelum dan sesudah makan dengan memakai sabun sehingga lebih efektif menghilangkan kuman yang ada pada tangan.

b. Memotong kuku secara teratur, sehingga kotoran tidak tertinggal di balik kuku (Nurjannah, 2012)

c. Mencuci kaki setelah pulang dari bepergian dan sebelum tidur agar tetap bersih dan terhindar dari sumber penyakit.

3. Kebersihan Rambut

Memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala agar terlihat bersih dan indah, maka perlu memperhatikan hal-hal berikut :

a. Mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x dalam seminggu

d. Mencuci rambut dengan menggunakan sampo ataupun bahan pencuci rambut lainnya.

e. Sebaiknya menggunaka alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

4. Kebersihan Genetalia

Kurangnya pengetahuan tentang kebersihan genetalia, membuat banyak remaja mengalami infeksi di alat reproduksinya dan sekitarnya. Area genetalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Menurut Frenki (2011), cara untuk menghindari gangguan kesehatan kulit pada genitalia dan area di sekitarnya antara lain adalah :

a. Alat kelamin perlu dibersihkan setiap sesudah buang air besar maupun buang air kercil. Cebok dengan mengalirkan air dari arah yang benar, yakni dari depan ke belakang dan bukan sebaliknya dengan menggunakan air yang bersih. Pada cara cebok yang salah, perempuan lebih mudah terkena infeksi karena kuman dari belakang (dubur) dapat masuk ke dalam genitalia.

b. Mengenakan celana dalam keadaan kering serta sering mengganti celana dalam setiap sehabis mandi. Bila alat reproduksi yang lembab dan basah, keasaman akan meningkat sehingga memudahkan pertumbuhan jamur.

5. Kebersihan tempat tidur dan sprei

Sebaiknya menjemur kasur tempat tidur minimal sekali seminggu dan juga selalu ganti sprei tempat tidur sekali satu minggu. Jika lebih dari satu minggu akan banyak debu yang menempel pada sprei. Didalam debu terdapat tungu yang bisa menembus pori-pori sprei. Kotoran tungau ini adalah penyebab alergi yang bisa membuat sesak napas, kulit kemerahan, bersin-bersin dan gatal-gatal. Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya merapikan dan membersihkan tempat tidur setiap sebelum dan sesudah bangun tidur agar terbebas dari debu, kotoran maupun serangga yang terkumpul pada sprei (Hidayat, 2009).

6. Kebersihan pakaian

Menurut Hidayat (2009), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan pakaian adalah :

a. Mengganti pakaian dua kali sehari.

b. Selalu menyetrika pakaian.

c. Mencuci pakaian menggunakan detergen.

d. Menjemur pakaian dibawah matahari.

e. Tidak bertukar pakaian dengan teman.

Dampak yang sering dijumpai karena tidak memperhatikan kebersihan pakaian adalah penyakit kulit (skabies, jamur, panu, infeksi bakteri pioderma).

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene menurut Depkes RI (2000), antara lain :

1. Citra Tubuh (Body Image).

Gambaran individu terhadap bagaimana dirinya berpenampilan semestinya sangat berpengaruh pada kesadaran untuk menjaga kebersihan diri sendiri.

2. Praktik Sosial

Interaksi sosial individu selama hidupnya dapat meningkatkan personal hygiene. Sejak kecil, anak-anak mendapat praktek hygiene dari orang tua seperti menggosok gigi sebelum tidur sehingga hal tersebut akan terbiasa hingga dewasa.

3. Status sosial ekonomi

Perbedaan status sosial ekonomi akan menjadikan tingkat personal hygiene seseorang berbeda. Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuannya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan akan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesadaran seseorang dalam menjaga kebersihan dan dapat meningkatkan kesehatan.

5. Budaya

Aturan adat istiadat dapat mempengaruhi seseorang untuk tidak menjaga kebersihan diri selama beberapa waktu tertentu seperti disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Banyak individu yang tidak menjaga kebersihan diri seperti jarang menggosok gigi pada malam hari karena tidak biasa melakukannya.

2.4 Kulit

2.4.1 Pengertian Kulit

Kulit adalah salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam personal hygiene. Kulit merupakan pembungkus elastik, yang dapat melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Begitu vitalnya kulit, maka setiap ada gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius dalam kesehatan (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).

Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh, luasnya sekitar 2 m². Kulit merupakan bagian luar yang lentur dan lembut. Kulit merupakan benteng pertahanan pertama dari berbagai ancaman yang datang dari luar seperti kuman, virus dan bakteri (Ayu, 2015).

2.4.2 Fungsi Kulit

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh sehingga berperan sebagai pelindung tubuh dari kerusakan atau pengaruh lingkungan yang buruk. Ada beberapa fungsi kulit, diantaranya:

1. Pelindung Jaringan tanduk sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh.

Melanin yang memberi warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.

2. Pengatur Suhu di waktu suhu dingin peredaran di kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat di jaga tidak terlalu panas.

3. Penyerapan Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut dalam lemak lebih mudah masuk kedalam kulit dan masuk ke peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit masuknya zat-zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar keringat.

4. Indera Perasa di kulit karena rangsangan terhadap sensoris dalam kulit.

Fungsi indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin.

2.4.3 Penyebab Penyakit Kulit

Jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain sebagai berikut: (Fregert, 1988)

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi, dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit.

Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan:

a. Mengubah pHnya,

b. Beraksi dengan protein-proteinnya,

c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya, d. Merendahkan daya tahan kulit.

7. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu:

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, detergen, garam-garam logam.

b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain.

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil, minyak mineral.

d. Photosensitizer berupa antransen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dan lain-lain 8. Agen-agen bilogis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan

produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit

2.4.4 Jenis-Jenis Keluhan Kesehatan Kulit

1. Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis kutis verukosa, kusta (lepra), patek. Keluhan Kesehatan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma (Harahap, 2000).

2. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies, pedikulosis kapitis, pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption,

amebiasis kutis gigitan serangga, trikomoniasi. Keluhan kesehatan pada kulit: gatal-gatal terutama pada malam hari.

3. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis, tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis, kromomikosis, fikomikosis, misetoma. Keluhan Kesehatan kulit karena infeksi jamur pada kulit yang paling sering adalah Pitariasis Versikolor (panu) (Harahap, 2000). Penyebab Pitariasis Versikolor (panu) adalah Malazessia furfur ini akan terlihat sebagai spora yang bundar dengan dinding yang tebal atau dua lapis dinding, ditemukan dalam kelompok bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti gambaran spaghetti dan meatballs. Pitariasis Versikolor (panu) terjadi bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor suseptibilitas individual. Faktor lingkungan diantaranya adalah lingkungan mikro pada kulit misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasarimisalnya sindrom chusing atau malnutrisi.

4. Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak alergik, dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis, dermatitis numularis, dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan lain-lain (Harahap, 2000). Pada umumnya keluhan kesehatan pada kulit

adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/bentol-bentol/bula-bula yang berisi cairan

adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/bentol-bentol/bula-bula yang berisi cairan

Dokumen terkait