• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN ATLAS Ukuran dan Desain Buku

Dalam dokumen 06 Pendekatan dan Metodologi atlas (Halaman 35-40)

Standarisasi Koordinat PETA KERJA

6.8 PEMBUATAN ATLAS Ukuran dan Desain Buku

 Atlas Sulawesi Selatan from Space berukuran A4 (21,0 x 29,7 cm)  Jumlah halaman isi (tentative) 200 halaman.

 Full colour, 4 warna (cyan, magenta, yellow, black)  Terdapat Cover Luar dan Cover Dalam

 Kertas untuk cover luar adalah Soft Cover Karton 230 gram, kertas untuk cover dalam dan halaman isi mate paper 150 gram

a) Komposisi isi buku terdiri atas foto objek, peta lokasi objek, tampilan objek dari angkasa dengan wahana citra satelit (Landsat/Quickbird/lkonos/SRTM, dsb), dan narasi objek dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris).

b) Urutan isi buku (tentatif)  Cover luar.

 Cover dalam.

 Tampilan citra satelit resolusi tinggi (Quickbird/lkonos) Kota Makassar

 Alamat hak cipta  Sumber data

 Indeks objek  Daftar isi

 Tim penyusun

 Kata pengantar Tim Penyusun  Sambutan Kepala Bakosurtanal  Profil Bakosurtanal

 Foto Udara Bakosurtanal dan Sekitarnya  Sekilas Provinsi Sulawesi Selatan

 Peta Administrasi Provinsi Sulawesi Selatan  Sekilas Tentang Atlas Pariwisata

 Profil masing-masing kabupaten/Kota (21 kabupaten dan 3 kota) dan obyek wisata

 Daftar Fasilitas Pendukung (Hotel, Rumah Makan, Tempat Penting)

Grafika

 Buku Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan dicetak dengan sistem cetak computer to plate (CTP). Computer-To-Plate, yaitu proses pembuatan image atau gambar pada plat cetak. Proses ini dikerjakan pada tahapan "prepress" - proses persiapan cetak. CTP atau disebut juga "direct-to-plate" berarti proses pembuatan plat cetak secara

langsung dari (file) komputer.

Kecenderungan industri adalah bergerak ke arah digital, penggunaan CTP semakin banyak ditemukan pada percetakan terutama dinegara maju. Penggunaan komputer selain masalah ekonomis, mengingat biaya buruh yang mahal maka aspek fleksibilitas penggunaan komputer yang menghilangkan proses fotografi menjadi

pertimbangan penting perubahan ke CTP.

Dibawah ini ada beberapa hal yang perlu diketahui bagi percetakan di Indonesia mengenai CTP, kelebihan dan kekurangannya sebagai upaya antisipasi.

Proses

Sesuai istilah direct-to-plate; proses pembuatan image pada plat tanpa mengunakan proses pembuatan film fotografi, image langsung dicetak pada plat langsung dari file komputer. File digital tidak perlu dirubah atau dimodifikasi kebeberapa file yang berbeda, proses yang dilakukan pada pembuatan film cukup dilakukan semuanya menggunakan klik mouse dan memasukkan data

via keyboard. Konsep dari pembuatan plat berimage persis sama, namun dengan cara yang sama sekali sudah berbeda.

Kelebihan

CTP meningkatkan waktu pembuatan plat lebih cepat, konsistensi kualitas image dan gambar cetakan. Cara ini membutuhkan waktu lebih singkat dari cara percetakan ofset litografi yang analog sebab menggabungkan dua proses menjadi satu. Tenaga manusia jelas berkurang sebab tidak perlu lagi membuat film fotografi. Paling tidak waktu bisa dihemat 20-30% dengan CTP. Image yang dihasilkan juga lebih jelas, tajam dan akurat dibanding dengan cetak analog yang tradisional sebab dot yang muncul lebih bersih dan turunan image pertama - langsung ke plat cetak, efek dot-gain juga berkurang. Penghematan lainnya dari aspek material yaitu lebih sedikit suplai, karyawan berkurang, alat fotografi yang tidak ada lagi, berarti ruang jadi lebih sedikit. Penghematan ini bisa percetakan jadikan insentif bagi harga cetak dan menjadi faktor kompetisi untuk menarik pelanggan baru.

Kekurangan

Umumnya orang terbiasa dengan gambar cetak dengan dot-gain yang besar dan tampak lebih gelap. Tidak jarang pelanggan akan sedikit merasa aneh dengan hasil bagus "yang tidak biasa" ini. Perlu bagi percetakan untuk memberikan pengertian mengenai barang bagus yang baru ini ke pelanggan, supaya terbiasa. CTP juga merubah pola tanggung jawab kualitas cetak yang semula penuh pada percetakan, beralih ke "digital file creator" - orang yang membuat file image. Lihat penjelasan pada masalah-masalah yang umum dijumpai dibawah.

Masalah umum yang dijumpai Dalam proses cetak litografi, ada banyak kemungkinan merubah atau mengkoreksi hal yang salah pada film. Tidak demikian halnya pada CTP, operator percetakan harus benar-benar menjamin file image bersih. Perhatikan hal-hal berikut ini, simpan file dalam format CMYK bukan RGB dan gunakan spesifikasi yang tepat seperti;

(1) "bleed amount" yang tepat

(2) pastikan semua huruf dan resolusi image tinggi masuk dalam file (3) check penggunaan spot-color yang benar, dll. Karena memperbaiki digital file image yang salah sangat membutuhkan banyak waktu, yang akhirnya mengurangi kelebihan CTP terhadap sistim film analog.

 Tampilan Cetakan

a. Cover luar dicetak dalam 4 warna proses C, M, Y, K untuk judul di emboss, dilaminasi dengan efek dove, diberi spot UV untuk bagian tertentu

b. Cover dalam dan halam isi dicetak dalam 4 warna proses C, M, Y, K

C,Y,M,K

Cyan, Magenta, Yellow, Black merupakan kepanjangan dari CMYK (K dari CMYK diambil dari BlacK). Berbeda dengan RGB yang apabila digabungkan akan menjadi warna putih (di monitor), maka apabila Cyan, Magenta, dan Yellow digabungkan dan dicetak ke atas kertas putih, maka warna yang dihasilkan adalah hitam. Mengapa begitu? Karena warna CMY yang dicetak ke atas kertas putih akan menyerap

cahaya yang ada pada kertas tersebut, sehingga mata kita tidak dapat menangkap pantulan cahaya. Oleh karena tidak adanya cahaya yang masuk ke dalam lensa mata, maka warna yang kita lihat menjadi hitam. Lalu apa guna warna hitam dalam CMYK kalau warna CMY saja bisa memproduksi warna hitam? Warna yang seharusnya tercetak hitam akan menjadi warna coklat gelap (meskipun terlihat seperti hitam). Nah, oleh karena itulah, untuk mendapatkan warna hitam solid, ditambahkanlah warna Black. Warna ini merupakan ‘rumus pasti’ bagi dunia percetakan! Oleh karena itu CMYK juga disebut ‘substractive color’ atau ‘warna penintaan’ (karena salah satu medianya adalah tinta). Salah satu kelemahan CMYK adalah tidak maksimalnya warna yang dihasilkan, karena gamut warnanya lebih rendah dari RGB (dan memang warna CMYK lebih gelap dibandingkan warna RGB). Selain itu, dalam dunia percetakan, hasil warna CMYK juga sangat tergantung oleh media cetaknya (tipe kertas, jenis tinta, dsb).

Pada pembuatan atlas ini, peta merupakan salah satu item dari menu utama. Selain peta, tersedia item lainnya seperti obyek wisata, hotel, rumah makan, pusat kerajinan pusat belanja, transpotasi, dan lain-lain.

Dalam dokumen 06 Pendekatan dan Metodologi atlas (Halaman 35-40)

Dokumen terkait