BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembuatan Ekstrak Daun Binahong
Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan tanaman yang mengandung asam oleanolat. Untuk penelitian ini, digunakan bahan aktif berupa
ekstrak daun binahong. Ekstraksi dilakukan dengan menghaluskan daun binahong,
kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 96% selama 3 hari dengan kecepatan 100
rpm. Pelarut etanol dipilih karena merupakan jenis pelarut yang non polar sehingga
diharapkan asam oleanolat yang juga non polar akan terlarut di dalam etanol. Setelah
dilakukan maserasi, maserat disaring dengan menggunakan Buchner sebanyak dua kali
agar maserat tersaring dengan baik. Ekstrak daun binahong dalam etanol berwarna hijau
pekat kehitaman (tidak ada partikel yang terdispersi). Hasil saringan kemudian diuapkan
agar diperoleh ekstrak cair daun binahong. Ekstrak cair inilah yang kemudian digunakan
dalam formulasi.
C. Pembuatan Cold Cream Ekstrak Daun Binahong
Cold cream yang dibuat adalah berasal dari formula standar cold cream
beeswax-borax dari buku Harry’s Cosmeticology (Wilkinson, 1982). Formula standar yang diperoleh merupakan formula krim dengan tipe A/M. Kemudian formula
dimodifikasi atas dasar pertimbangan kesediaan bahan dengan waktu tunggu bahan dan
harga bahan. Formula tersebut kemudian dibuat dengan orientasi formula untuk diperoleh
formula yang konsistensinya paling baik. Orientasi dilakukan dengan merubah komposisi
fase minyak (Beeswax dan VCO) dan fase air. Tidak digunakan pengawet untuk bahan aktif dikarenakan bahan aktif pada formula, yang berupa asam oleanolat merupakan asam
lemak jenuh yang tidak mudah teroksidasi sehingga memiliki kestabilan yang baik.
Formula standar yang kemudian digunakan adalah sebagai berikut :
R/ Beeswax 18.62
Virgin Coconut Oil 27.93
Lanolin 4.66 Borax 1.21 Antioxidant 0.93 Sorbitan monooleat 6.05 Polysorbate 80 2.42 Water 23.28 Parfum 0.93
Formula di atas memiliki nilai Hydrophile-Lipophile Balance (HLB) sebesar 5,5. Nilai
HLB tersebut masuk dalam range untuk krim tipe A/M. HLB merupakan keseimbangan
antara sifat hidrofilik dan lipofilik yang dapat mempengaruhi tipe emulsi yang dihasilkan
dan merupakan indikasi dari kelarutan emulgator dalam pelarut polar atau non polar.
Formula hasil orientasi tersebut kemudian diuji tipe krimnya, apakah masih sesuai
dengan tipe krim pada formula standar, yaitu tipe A/M.
Ada beberapa tes untuk menguji tipe krim , yaitu:
1. Miscibility tests
2. Microscopic examination after staining with an oil soluble dye
3. Microscopic observation under ultraviolet radiation
4. Conductivity measurements
(Aulton, 1991)
Pada penelitian ini, uji yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Miscibility tests
Dilakukan dengan menambahkan aquadest dan VCO berlebih pada krim. Ketika penambahan aquadest, krim langsung pecah, sedangkan ketika penambahan VCO, krim semakin encer. Hal ini membuktikan bahwa krim yang
dibuat merupakan krim tipe A/M.
2. Microscopic examination after staining with an oil soluble dye
Uji ini dilakukan dengan meletakkan sedikit krim pada kaca objek,
kemudian ditetesi dengan Sudan III. Sudan III larut dalam minyak. Diamati secara
mikroskopik, droplet berwarna jernih, sedangkan latar belakang atau tepi droplet
Sudan III, larut pada bagian minyak, yang pada krim berada di bagian tepi, yang
menandakan bahwa fase kontinyu merupakan minyak, dan dapat disimpulkan
bahwa krim tersebut merupakan krim tipe A/M.
Gambar 3. Cold Cream secara mikroskopik
Setelah dipastikan bahwa krim tersebut merupakan tipe A/M, krim kemudian
dibuat sebanyak lima formula dengan komposisi Span 80 dan Tween 80 yang
berbeda-beda sesuai dengan Metode Simplex Lattice Design. Pada penelitian ini dilakukan replikasi formula. Tiap formula direplikasi sebanyak tiga kali, sehingga formula yang
Formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel II. Formula Krim Obat Luka
Formula F I F II F III F IV F V
Beeswax 18.62 18.62 18.62 18.62 18.62
Lanolin 4.66 4.66 4.66 4.66 4.66
Virgin Coconut Oil 27.93 27.93 27.93 27.93 27.93
Aquadest 23.28 23.28 23.28 23.28 23.28 Borax 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 Vitamin E 0.93 0.93 0.93 0.93 0.93 Tween 80 0 0.61 1.21 1.82 2.42 Span 80 6.05 4.54 3.03 1.51 0 Parfum 0.93 0.93 0.93 0.93 0.93 Ekstrak 13.97 13.97 13.97 13.97 13.97
Pada proses pembuatan, suhu diatur pada suhu tinggi, karena sifat dari Beeswax
yang segera membeku pada suhu rendah. Ketika pencampuran fase air ke dalam fase
minyak, suhu juga harus diperhatikan. Fase air dipanaskan terlebih dahulu agar ketika
pencampuran, tidak terjadi shock therm, sehingga dapat terbentuk massa krim yang baik. Setelah pencampuran, sediaan diaduk terus di atas waterbath hingga homogen, setelah
itu, kemudian diangkat dan diaduk dengan mixer hingga dingin, dan kemudian
dimasukkan ke dalam wadah. Mixer digunakan untuk menstandarkan proses
pencampuran dari kelima belas formula.
Pada pembuatan formula I-IV, tidak terjadi masalah pada prosesnya. Namun,
fase minyak. Krim akan menjadi homogen ketika dilakukan pengadukan dengan mixer
pada kecepatan yang lebih tinggi, namun setelah dituang ke dalam wadah, krim
cenderung tidak stabil dan terlihat tanda-tanda pemecahan.
Hal ini dapat dikarenakan formula V memiliki formula dengan komposisi
Tween 80 100% dan Span 80 0%. Krim yang dibuat merupakan krim tipe A/M. Span 80
merupakan emulgator untuk krim dengan tipe A/M. Umumnya Span 80 dikombinasikan
dengan Tween 80. Span 80 larut minyak sedangkan Tween 80 larut air. Pada formula V
cenderung pecah karena tidak digunakan Span 80, sehingga tidak terjadi kombinasi Span
80 dan Tween 80 sebagai emulgator untuk krim tersebut.
Tiap krim kemudian diuji keasamannya (pH) menggunakan kertas pH
universal. Kelima formula memiliki pH 7. Permukaan kulit mempunyai keasaman
terntentu yang berkisar antara 4,5-6,0 yang dibentuk oleh asam lemak permukaan kulit
(skin surface lipid) yang berasal dari sebum, keringat, sel tanduk yang lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit. Keasaman kosmetika sebaiknya sesuai dengan pH kulit yaitu
antara 4,5 dan 7,0 (Wasitaatmadja, 1997). Oleh karena itu, pH sediaan cold cream, pH 7, masih dapat diterima. Apabila sediaan memiliki pH sangat besar (>10), dapat
memperbesar daya absorpsi perkutan. Demikian juga dengan sediaan yang sangat asam
juga menambah daya absorpsi perkutan.
D. Uji Fisik dan Stabilitas Krim