Pembuatan bubur bayi instan dilakukan dengan mencampur semua bahan sedikit demi sedikit sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Campuran bahan ditambahkan air dengan perbandingan 1:4 lalu dimasak dengan api kecil sambil diaduk hingga mencapai suhu 75oC. Bubur yang telah matang kemudian didinginkan dan dioleskan di atas loyang. Sesudah itu dikeringkan di dalam oven dengan menggunakan suhu 50oCselama 12 jam (sampai kering). Setelah kering bubur kembali dihaluskan dan diayak dengan ayakan 60 mesh (Fernando, 2008). Secara lengkap skema pembuatan bubur bayi instan disajikan pada Gambar 3 berikut.
Dihaluskan dengan menggunakan blender Dikeringkan di oven dengan suhu 500C selama 24 jam
Diiris tipis dan diletakkan irisan diatas loyang Diblanching selama 5 menit dengan suhu 60-80oC
Labu kuning
Tepung labu kuning
Diayak menggunakan ayakan ukuran 60 mesh Dikupas dan dicuci bersih
Gambar 3. Skema pembuatan bubur bayi instan Diformulasikan
Bahan bubur bayi instan
Ditambahkan air (1:4), dimasak dan diaduk hingga mencapai suhu 75oC
Analisa : - Kadar air - Kadar abu - Kadar protein - Kadar lemak - Kadar karbohidrat - Kandungan energi - Kadar serat kasar - Uji organoleptik - Densitas kamba Dioleskan di atas loyang
Dikeringkan dalam oven dengan suhu 50oC selama 12 jam (sampai kering)
Dihaluskan dan diayak dengan ayakan 60 mesh
Bubur bayi instan
Formulasi Bubur Bayi Instan (Tep. Tempe: Tep. Labu: Susu Skim: Tep. Beras: Tep. Gula: Minyak Nabati) F1 = 15 : 13 : 39 : 23 : 5 : 5 F2 = 18 : 14 : 36 : 22 : 5 : 5 F3 = 21 : 15 : 33 : 21 : 5 : 5 F4 = 24 : 16 : 30 : 20 : 5 : 5 F5 = 27 : 17 : 27 : 19 : 5 : 5 F6 = 30 : 18 : 24 : 18 : 5 : 5 F7 = 33 : 19 : 21 : 17 : 5 : 5
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran dilakukan berdasarkan hasil analisis kimia dan fisis yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, kadar karbohidrat, kandungan energi, uji organoleptik, dan densitas kamba.
Kadar air (AOAC, 1995).
Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan alumunium yang telah dikeringkan selama satu jam pada suhu 1050C dan telah diketahui beratnya. Sampel tersebut dipanaskan pada suhu 1050C selama tiga jam, kemudian didinginkan dalam desikator sampai dingin kemudian ditimbang. Pemanasan dan pendinginan dilakukan berulang sampai diperoleh berat sampel konstan.
Berat sampel awal - berat sampel akhir
Kadar air = x 100%
Berat sampel awal Kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1989)
Penentuan kadar abu dilakukan dengan menggunakan muffle. Bahan ditimbang sebanyak 5 g, kemudian dikeringkan dalam oven terlebih dahulu selama 5 jam dengan suhu 105oC.Didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Bahan yang sudah kering dimasukkan ke dalam muffle dengan suhu 100oC selama 1 jam, setelah itu, suhu dinaikkan menjadi 300oC selama 2 jam. Setelah 2 jam, suhu kembali dinaikkan menjadi 600oC selama 2 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang beratnya. Kadar abu dihitung dengan rumus:
berat abu (g)
Kadar Abu (%) = x 100%
berat sampel (g)
Kadar protein (Metode Khjedhal) (AOAC,1995)
Sampel sebanyak 0,2 g yang telah yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu khjedhal 30 ml selanjutnya ditambahkan dengan 2,5 ml H2SO4 pekat, satu g katalis dan batu didih. Sampel dididihkan selama 1-1,5 jam atau sampai cairan bewarna jernih. Labu beserta isinya didinginkan lalu isinya dipindahkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 15 ml larutan NaOH 50% kemudian dibilas dengan air suling. Labu erlenmeyer berisi HCl 0,02N diletakkan di bawah kondensor, sebelumnya ditambahkan ke dalamnya 2 – 4 tetes indikator (campuran metil merah 0,02% dalam alkohol dan metil biru 0,02% dalam alkohol dengan perbandingan 2 :1). Ujung tabung kondensor harus terendam dalam labu larutan HCl, kemudian dilakukan destilasi hingga sekitar 25 ml destilat dalam labu erlenmeyer. Ujung kondensor kemudian dibilas dengan sedikit air destilat yang ditampung dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna hijau menjadi ungu. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang sama. Kadar protein = sampel bobot 6,25 x 0,014 x N x B) -(A x 100 % A = ml NaOH untuk titrasi blanko
B = ml NaOH untuk titrasi sampel N = Normalitas NaOH
Kadar lemak (AOAC, 1995)
Analisa lemak dilakukan dengan metode Soxhlet. Sampel sebanyak 5 g dibungkus dengan kertas saring, kemudian diletakkan dalam alat ekstraksi Soxhlet. Alat kondensor dipasang di atasnya dan labu lemak di bawahnya. Pelarut lemak heksan dimasukkan ke dalam labu lemak, kemudian dilakukan reflux selama ± 6 jam sampai pelarut turun kembali ke labu lemak dan berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi dan ditampung kembali. Kemudian labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C hingga mencapai berat yang tetap, dan didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemaknya ditimbang.
Kadar (g) sampel Bobot (g) lemak Bobot lemak = x 100 %
Kadar serat kasar (AOAC, 1995)
Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 300 ml kemudian ditambahkan 50 ml H2SO4 0,325 N. Hidrolisis dengan hot plate selama 30 menit pada suhu 100oC. Setelah itu sampel ditambahkan NaOH 1,25 N sebanyak 50 ml, kemudian dihidrolisis selama 30 menit. Sampel disaring dengan kertas saring Whatman No. 41 yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kertas saring tersebut dicuci berturut-turut dengan K2SO4 10%, aquades mendidih, dan alkohol 95%. Kertas saring dikeringkan dalam oven suhu 105oC selama 3 jam, pengeringan dilanjutkan sampai bobot tetap. Kemudian dihitung dengan rumus :
Kadar serat kasar = ((A-B)/C) x 100% A = bobot kertas saring dan serat
B = bobot kertas saring C = bobot sampel awal
Kadar karbohidrat (by difference) (Winarno, 1992)
Kadar karbohidrat ditentukan dengan metode by difference yaitu dengan perhitungan melibatkan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam menghitung kadar karbohidrat dengan metode by difference.
Kadar karbohidrat (%) = 100% – (% kadar air + %kadar abu + %kadar protein + % kadar lemak)
Kandungan energi (Almatsier, 2003)
Nilai energi didapat dari jumlah kandungan protein, lemak, dan karbohidrat yang dikalikan dengan koefisiennya. Satu gram karbohidrat dan protein akan menghasilkan 4 kkal energi, sedangkan satu gram lemak akan menghasilkan 9 kkal energi.
Uji organoleptik (Rampengan, dkk., 1985)
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau kelayakan suatu produk agar dapat diterima oleh panelis (konsumen). Metode pengujian yang dilakukan adalah metode hedonik (uji kesukaan) meliputi: warna, aroma, rasa, dan tekstur setelah bahan diseduh dengan air hangat. Dalam metode hedonik ini, panelis (konsumen) diminta memberikan penilaian berdasarkan tingkat kesukaan. Skor yang digunakan adalah 4 (sangat suka), 3 (suka), 2 (agak suka), dan 1 (tidak suka).
Densitas kamba (Muchtadi, 1989)
Gelas ukur 10 ml ditimbang, kemudian sampel dimasukkan ke dalamnya sampai volumenya mencapai 10 ml. Usahakan pengisian tepat tanda tera dan jangan dipadatkan. Gelas ukur berisi sampel ditimbang dan selisih berat menyatakan berat sampel. Densitas kamba dinyatakan dalam g/ml.
Hasil Analisis Sifat Kimia Tepung Tempe dan Tepung Labu Kuning
Pada awal penelitian dilakukan tahap pembuatan tepung tempe dan tepung labu kuning. Pada kedua jenis tepung ini selanjutnya dilakukan analisis proksimat untuk mengetahui kandungan protein, lemak, karbohidrat, serat, kadar air dan kadar abu yang terdapat di dalam tepung. Hasil analisis dari kedua tepung tersebut dapat kita lihat dari Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Hasil analisis proksimat tepung tempe dan tepung labu kuning
Parameter yang diuji Tepung Tempe Tepung Labu Kuning
Kadar Air (%bk) 6,279±0,159 7,786±0,042 Kadar Abu (%bk) 2,350±0,211 5,030±0,606 Kadar Protein (%bk) 46,00±0,208 5,164±1,031 Kadar Lemak (%bk) 7,888±0,465 4,700±0,363 Karbohidrat (%bk) 52,523±0,145 77,320±0,460 Serat kasar (%bk) 7,509±1,186 5,925±1,905
Hasil Analisis Sifat Kimia dan Sifat Fisik Bubur Bayi Instan
Pada penelitian ini dibuat tujuh perlakuan dengan satu faktor yaitu perbandingan tepung tempe dan tepung labu yang digunakan dalam pembuatan bubur bayi instan. Ketujuh perlakuan dibedakan dari perbandingan tepung tempe dan tepung labu serta tepung beras dan tepung susu skim yang digunakan sementara bahan penyusun seperti minyak nabati, tepung gula, dan air tetap. Kandungan nutrisi yang terutama ingin dicapai pemenuhannya terhadap standar produk ini adalah protein dan kandungan energi. Kandungan protein selain diharapkan sesuai dengan standar MP ASI juga mempertimbangkan AKG
(Angka Kecukupan Gizi) yang dianjurkan untuk bayi usia 6-12 bulan, karena protein adalah nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhannya.
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 memperlihatkan bahwa kadar air tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 6,520% dan terendah pada formulasi satu yaitu sebesar 4,268%. Kadar abu tertinggi terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 4,1888% dan terendah pada formulasi tujuh yaitu sebesar 2,6691%. Kadar protein tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 17,582% dan terendah pada formulasi satu yaitu sebesar 11,507%. Kadar lemak tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 17,195% dan terendah pada formulasi satu yaitu sebesar 4,791%. Kadar karbohidrat tertinggi terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 81,286% dan terendah pada formulasi tujuh yaitu sebesar 59,514%. Kadar serat kasar tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 7,288% dan terendah terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 2,521%. Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 2,79% dan terendah terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 2,35%. Uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 2,75% dan terendah terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 2,3%. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada formulasi satu yaitu sebesar 1,91% dan terendah pada formulasi tujuh yaitu sebesar 1,42%. Uji organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 2,92 dan terendah terdapat formulasi satu yaitu sebesar 2,72. Kandungan energi tertinggi terdapat pada formulasi tujuh yaitu sebesar 443,141 kkal dan terendah pada formulasi dua yaitu sebesar 395,670 kkal.
Parameter yang diuji Formulasi bubur bayi instan F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 Kadar air (%bk) 4,268±0,036 4,799±0,338 4,884±0,404 4,896±0,565 5,006±0,279 5,626±0,247 6,520±0,289 Kadar abu (%bk) 4,189±0,092 4,031±0,031 3,904±0,049 3,450±0,054 3,213±0,079 2,908±0,208 2,669±0,0892 Kadar protein (%bk) 11,507±0,296 13,198±0,786 13,601±0,815 14,041±0,651 14,219±0,275 14,804±1,629 17,582±1,098 Kadar lemak (%bk) 4,791±0,728 5,300±0,331 9,076±0,646 9,353±0,613 10,898±0,790 14,569±0,443 17,195±0,432 Kadar karbohidrat (%bk) 81,288±0,144 78,549±0,532 73,654±1,669 73,374±1,464 70,906±1,333 65,746±1,560 59,514±0,781 Kadar serat kasar (%bk) 2,521±0,100 3,628±0,266 4,004±0,446 4,340±0,206 4,919±0,225 5,571±0,120 7,2883±0,366
Densitas kamba (g/ml) 0,62±0,012 0,63±0,006 0,64±0,015 0,65±0,010 0,65±0,010 0,66±0,066 0,67±0,012
Uji organoleptik warna 2,35±0,039 2,62±0,139 2,69±0,168 2,76±0,204 2,74±0,102 2,77±0,214 2,±0,115
Uji organoleptik aroma 2,75±0,154 2,73±0,067 2,67±0,133 2,66±0,267 2,55±0,315 2,44±0,192 2,33±0,067
Uji organoleptik rasa 1,91±0,077 1,82±0,252 1,78±0,077 1,71±0,039 1,56±0,039 1,49±0,102 1,42±0,038
Uji organoleptik tekstur 2,72±0,126 2,73±0,033 2,76±0,058 2,77±0,051 2,80±0,058 2,87±0,033 2,92±0,069
Kandungan energi (kkal) 396,207±5,132 395,67±1,673 411,567±4,129 414,367±3,851 419,294±3,311 434,221±2,708 443,141±2,485 28
Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Air Bubur Bayi Instan
Daftar sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar air dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji LSR efek utama formulasi bubur bayi instan terhadap kadar air bubur bayi instan (%)
Jarak
LSR
Formulasi bubur bayi instan Rataan
Notasi 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - F1 4,268 c C 2 0,643 0,893 F2 4,799 c BC 3 0,674 0,931 F3 4,884 c BC 4 0,693 0,956 F4 4,896 c BC 5 0,706 0,974 F5 5,006 bc BC 6 0,715 0,987 F6 5,626 b AB 7 0,722 0,998 F7 6,520 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 9 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda tidak nyata dengan F2, F3, F4, F5, namun berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F2 berbeda tidak nyata dengan F3, F4, F5, berbeda nyata dengan F6, dan berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan F4, F5, berbeda nyata dengan F6, dan berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F4 tidak berbeda nyata dengan F5, berbeda nyata F6, dan berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F5 berbeda nyata tidak dengan F6 dan berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F6 berbeda nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar air Gambar 4 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air. Kadar air tertinggi diperoleh dari formulasi ketujuh yaitu sebesar 6,520% dan terendah diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 4,268%. Dalam spesifikasi MP-ASI bubuk instan, disyaratkan kandungan air dalam 100 g MP-ASI maksimal 4 g. Semua formula bubur bayi instan dengan formulasi bubur bayi instan memiliki kadar air lebih tinggi dibanding persyaratan sehingga diduga memiliki masa simpan lebih pendek dibandingkan bubur bayi instan komersial. Berdasarkan hasil tersebut terdapat kemungkinan tingginya kadar air disebabkan kadar air tepung labu kuning yang jauh lebih besar. Selain itu juga dipengaruhi oleh kandungan protein pada bahan. Kadar protein yang tinggi pada bahan makanan meningkatkan daya ikat terhadap air. Semakin tinggi kadar protein maka kadar air juga akan semakin tinggi (Winarno, 2004). 4,268 4,799 4,884 4,896 5,006 5,626 6,520 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 K ad ar a ir (%)
Formulasi bubur bayi instan
Pengaruh Formulasi Bubur Bayi terhadap Kadar Abu Bubur Bayi Instan
Daftar sidik ragam (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar abu dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji LSR efek utama formulasi bayi instan terhadap kadar abu bubur bayi instan (%)
Jarak
LSR
Formulasi bubur bayi instan Rataan
Notasi 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - F1 4,1888 a A 2 0,1773 0,2461 F2 4,0306 ab AB 3 0,1857 0,2566 F3 3,9039 b B 4 0,1910 0,2635 F4 3,4499 c C 5 0,1945 0,2683 F5 3,2125 d C 6 0,1970 0,2720 F6 2,9084 e D 7 0,1989 0,2749 F7 2,6691 f D
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 10 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda tidak nyata dengan F2, namun berbeda sangat nyata dengan F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F2 berbeda tidak nyata dengan F3, namun berbeda sangat nyata dengan F4, F5, F6,dan F7. Formulasi F3 berbeda sangat nyata dengan F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F4 berbeda nyata dengan F5, namun berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F5
berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F6 berbeda nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar abu dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan terhadap kadar abu Gambar 5 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar abu. Kadar abu tertinggi diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 4,189% dan terendah diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 2,669%. Penentuan kadar abu dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral pada bahan. Di samping itu, kadar abu juga menyatakan kemurnian dan kebersihan bahan yang kita hasilkan (Andarwulan, 2011). Berdasarkan analisis proksimat tepung tempe, kadar abu yang dihasilkan adalah sekitar 2,350%. Selain itu, menurut daftar komposisi bahan makanan dari Departemen Kesehatan RI (2004), jumlah mineral yang terdapat dalam susu skim juga cukup tinggi dibandingkan bahan penyusun lainnya yang terdiri dari kalsium, fosfor, dan besi yaitu masing-masing sebesar 1300 mg, 1030 mg, dan 0,6 mg pada susu skim. Oleh karena itu, formulasi satu memiliki kadar abu tertinggi karena penambahan jumlah susu skim paling banyak.
4,1888 4,0306 3,9039 3,4499 3,2125 2,9084 2,6691 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 K ada r abu (%)
Formulasi bubur bayi instan
Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Protein Bubur Bayi Instan Daftar sidik ragam (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa substitusi tepung tempe dan tepung labu memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar protein dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar protein bubur bayi instan (%)
Jarak
LSR
Formulasi bubur bayi instan Rataan
Notasi 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - F1 11,507 c C 2 1,841 2,555 F2 13,198 bc BC 3 1,929 2,665 F3 13,601 b BC 4 1,983 2,736 F4 14,041 b BC 5 2,020 2,786 F5 14,219 b BC 6 2,046 2,824 F6 14,804 b B 7 2,065 2,854 F7 17,582 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 11 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda tidak nyata dengan F2, berbeda nyata dengan F3, F4, dan F5, dan berbeda sangat nyata dengan F6
dan F7. Formulasi F2 berbeda tidak nyata dengan F3,F4, F5, F6, namun berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan F4, F5, dan F6, namun berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F4 berbeda tidak nyata dengan F5 dan F6, tetapi berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F5 berbeda tidak nyata dengan F6, namun berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F6 berbeda sangat nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar protein dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan terhadap kadar protein Gambar 6 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar protein. Kadar protein tertinggi diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 17,582% dan terendah diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 11,507%. Kandungan protein dalam bubur bayi yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi di mana disyaratkan kandungan protein MP-ASI sebesar 8-22 g dalam 100 g MP-ASI. Kadar protein tertinggi terdapat pada formulasi dengan jumlah tepung tempe paling besar sebagai substitusi dari tepung susu skim. Analisis proksimat pada tepung tempe menunjukkan kadar protein pada tepung tersebut yaitu sebesar 46%. Nilai tersebut lebih tinggi dari kadar protein yang terdapat pada susu skim. Berdasarkan daftar komposisi bahan makanan oleh Departemen Kesehatan RI (2004), kadar protein dari susu skim yaitu sebesar 36,50 g dalam 100 g bahan.
11,507 13,198 13,601 14,041 14,219 14,804 17,582 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 K ad ar p ro te in (%)
Formulasi bubur bayi instan
Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Lemak Bubur Bayi Instan
Daftar sidik ragam (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa substitusi tepung tempe dan tepung labu memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar lemak dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan dengan kadar lemak bubur bayi instan (%)
Jarak
LSR
Formulasi bubur bayi instan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01 - - - F1 4,791 e E 2 1,034 1,435 F2 5,300 e E 3 1,083 1,497 F3 9,076 d D 4 1,114 1,536 F4 9,353 d D 5 1,134 1,565 F5 10,898 c C 6 1,149 1,586 F6 14,569 b B 7 1,159 1,603 F7 17,195 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 12 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda tidak nyata dengan F2, namun berbeda sangat nyata dengan F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F2
berbeda sangat nyata dengan F3,F4, F5, F6,dan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan F4, namun berbeda sangat nyata dengan F5, F6, dan F7. Formulasi F4 berbeda sangat nyata dengan F5, F6, dan F7. Formulasi F5 berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F6 berbeda sangat nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar lemak dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar lemak Gambar 7 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar lemak. Kadar lemak tertinggi diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 17,195% dan terendah diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 4,791%. Spesifikasi MP-ASI bubur instan mensyaratkan kandungan lemak sebesar 6-15 g dalam 100 g MP-ASI. Oleh karena itu kadar lemak bubur bayi instan dengan formulasi bubur bayi instan pada formulasi satu dan dua belum memenuhi standar tetapi keempat formulasi bubur bayi instan selanjutnya sudah mengandung lemak dalam rentang yang disyaratkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingginya kadar lemak pada beberapa formulasi disebabkan kadar lemak tepung tempe sebagai substitusi dari tepung susu skim yang jauh lebih tinggi. Berdasarkan analisis proksimat, kadar lemak dari tepung tempe adalah sebesar 7,8887%. Sementara itu, menurut daftar komposisi bahan makanan, kadar lemak dari susu skim hanya 1,0 g dalam 100 g bahan (Departemen Kesehatan RI, 2004). 4,791 5,30 9,076 9,353 10,898 14,569 17,195 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 K ad ar l em ak (%)
Formulasi bubur bayi instan
Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Serat Bubur Bayi Instan
Daftar sidik ragam (Lampiran 5) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar serat dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan dengan kadar serat bubur bayi instan (%)
Jarak
LSR
Formulasi bubur bayi instan Rataan
Notasi 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - F1 2,521 f E 2 0,478 0,663 F2 3,628 e D 3 0,501 0,692 F3 4,004 de CD 4 0,515 0,710 F4 4,334 d C 5 0,524 0,723 F5 4,919 c BC 6 0,531 0,733 F6 5,571 b B 7 0,536 0,741 F7 7,288 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 13 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda sangat nyata dengan F2, F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F2 berbeda tidak nyata dengan F3, namun berbeda sangat nyata dengan F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan F4, berbeda nyata dengan F5, dan berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F4
berbeda nyata dengan F5, namun berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F5 berbeda nyata dengan F6, namun berbeda sangat nyata dengan F7. Formulasi F6
berbeda sangat nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar serat dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar serat Gambar 8 memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar serat. Kadar serat tertinggi diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 7,288% dan terendah diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 2,521%. Kandungan serat kasar dalam makanan bayi dan balita harus rendah, tidak lebih dari 5 g per 100 makanan. Formulasi ketujuh dengan kadar serat kasar 6,8416% merupakan formula bubur bayi instan yang tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa semakin tinggi jumlah tepung tempe dan tepung labu yang digunakan maka kadar serat bubur bayi tersebut juga semakin tinggi. Hal ini terjadi karena berdasarkan analisis proksimat, kadar serat dari tepung tempe dan tepung labu juga lebih tinggi dibanding kadar serat pada bahan penyusun lain yaitu masing-masing sebesar 7,5092% dan 5,9245%. 2,521 3,628 4,004 4,334 4,919 5,571 7,288 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 K ad ar s er at (%)
Formulasi bubur bayi instan
Pengaruh Formulasi Bubur Bayi Instan terhadap Kadar Karbohidrat Bubur Bayi Instan
Daftar sidik ragam (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar karbohidrat bubur bayi instan yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh formulasi bubur bayi instan terhadap kadar karbohidrat bubur bayi instan (%)
Jarak
LSR
Formulasi bubur bayi instan Rataan
Notasi 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - F1 81,288 a A 2 2,099 2,913 F2 78,549 b A 3 2,199 3,038 F3 73,654 c B 4 2,261 3,119 F4 73,374 c B 5 2,303 3,177 F5 70,906 d B 6 2,332 3,220 F6 65,746 e C 7 2,355 3,254 F7 59,514 f D Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5 % (huruf kecil ) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 14 memperlihatkan bahwa formulasi F1 berbeda nyata dengan F2, namun berbeda sangat nyata dengan F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F2 berbeda sangat nyata dengan F3, F4, F5, F6, dan F7. Formulasi F3 berbeda tidak nyata dengan F4, berbeda nyata dengan F5, dan berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F4 berbeda nyata dengan F5, namun berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F5 berbeda sangat nyata dengan F6 dan F7. Formulasi F6 berbeda sangat nyata dengan F7. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar karbohidrat dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Hubungan antara formulasi bubur bayi instan dengan kadar karbohidrat Gambar 9 mempelihatkan bahwa formulasi bubur bayi instan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar karbohidrat. Kadar karbohidrat tertinggi diperoleh dari formulasi satu yaitu sebesar 81,288% dan terendah diperoleh dari formulasi tujuh yaitu sebesar 59,514%. Tidak ada