• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.12. Prinsip Dasar Pembuatan Kompos

2.12.1. Pembuatan Kompos Aerob

kecepatan terbentuknya humus secara alami .Oleh karena itulah,kompos selalu tersedia sewaktu-waktu diperlukan tanpa harus menunggu bertahun -tahun lamanya.( Habibi, 2008).

2.12. Prinsip Dasar Pembuatan Kompos

Pada dasarnya, membuat kompos adalah untuk meniru proses terjadinya humus di alam dengan bantuan mikroorganisme.Ada dua jenis mikroorganisme yang berperan dalam proses pengomposan,yaitu mikroorganisme yang mebutuhkan kadar oksigen tinggi (aerob ) dan mikroorganisme yang bekerja pada kadar oksigen rendah (anaerob).Meskipun menghasilkan produk akhir yang sama (kompos),perbedaan proses pembuatan kompos akan memengaruhi proses pembuatan kompos.(Suryati, 2014).

2.12.1.Pembuatan Kompos Aerob

Pengomposan secara aerob harus berlangsung dalam keadaan di udara terbuka karena membutuhkan oksigen.Dalam hal ini, udara bebas harus bersentuhan langsung dengan bahan baku kompos berupa sampah organik. Pengontrolan terhadap kadar air,suhu,pH, Kelembaban , ukuran bahan , volume tumpukan bahan, dan pemilihan bhan perlu dilakukan secara intesif untuk mempertahankan proses pengomposan agar stabil sehingga diperoleh proses pengomposan yang optimal, kualitas maupun kecepatannya.Selain itu untuk memperlancar udara masuk kedalam bahan kompos .pengontrolan secara intensif ini merupakan ciri khas proses pengomposan secara aerob.Oleh karena itu, kegiatan operasional pengomposan secra aerob relatif lebih sibuk dibandingkan anaerob.( Habibi, 2008).

Pengomposan dengan metode aerob tanpa bantuan aktivator dapat berlangsung selama 40-55 hari.Hasil akhir pengomposan aerob berupa bahan yang menyerupai tanah berwarna hitam kecoklatan, remah, dan gembur, suhunya normal dan cenderung konstan (tetap ).Apabila bentuknya sudah seperti ini maka kompos aerob siap digunakan pada tanaman atau dikemas dalam wadah.

Dalam Pembuatan kompos secara aerob agar berkualitas baik dan beberap hal yang perlu diperhatikan antara lain akan dijelaskan berikut ini:

1. Rasio C/N bahan pada pengomposan secara aerob

Yang dimaksud dengan rasio C/N adalah perbandingan antara kadar karbon (C) dan kadar nitrogen (N) pada suatu bahan.Semua mahluk hidup tersusun dari sejumlah besar bahan karbon (C) serta Nitrogen (N) dalam jumlah kecil.Pembuatan kompos yang optimal membutuhkan rasio C/N 25:1 sampai 30:1.Sebagai contoh ,limbah rumah tangga padat (sampah) organik yang tercampur mempunyai rata-rata kandungan rasio C/N sekitar 15:1 sehingga perlu adanya penambahan unsur C agar mencapai atau mendekati perbandingan rasio C/N 25:1 hingga 30:1.Kisaran nilai rasio C/N 25:1 hingga 30:1 merupakan nilai perbandingan unsur C dan N yang terbaik agar bakteri dapat bekerja sangat cepat. Pada tabel berikut 2.1 berikut diperlihatkan perbandingan rasio C/N beberapa bahan organik.

29

Tabel 2.1. Perbandingan Rasio C/N Beberapa Bahan Organik

No Nama Bahan Organik Rasio C/N

1 Urin 0,8:1

2 Darah 3:1

3 Buangan pemotongan hewan 2:1

4 Tinja 6:1 hingga 10:1

5 Lumpur aktif 6:1

6 Sampah sayur-sayuran 12:1 hingga 20:1

7 Sampah dapur campur 15:1

8 Pupuk hijau 14:1

9 Ganggang laut 19:1

10 Kentang 25:1

11 Jerami gandum 40:1 hingga 125:1

12 Jerami padi 50:1 hingga 70:1

13 Jerami jagung 100:1

14 Serbuk gergaji 500:1

15 Kertas koran 50:1 hingga 200:1

16 Kayu 200:1 hingga 400:1

17 Kertas 150:1 hingga 200:1

18 Daun-daunan (segar ) 10:1 hingga 40:1

19 Daun-daunan (kering) 50:1 hingga 60:1

20 Daun-daunan dadap muda 11:1

21 Daun thephrosia 11:1

22 Kulit kopi 15:1 hingga 20 :1

23 Batang pohon pangkasan cabang 15:1 hingga 60:1

24 Pangkasan teh 15:1 hingga 17:1

25 Bungki biji kapuk 10:1 hingga 12:1

26 Bungkil Kacang tanah 7:1

27 Nama bahan organik

28 Kotoran Sapi 20:1

29 Kotoran ayam 10:1

30 Kotoran Kuda 25:1

31 Cemara buah/Jarum 60:1 hingga 110:1

32 Kopi bubuk, endapan 20:1

33 Apel ,buah 21:1

34 Kulit kayu 100:1 hingga 130:1

35 Sampah buah-buahan 35:1

36 Kacang –kacangan 15:1

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh penulis (Habibi, 2008)

Nilai dari rasio C/N merupakan faktor penting yang memengaruhi kegiatan bakteri.Unsur Karbon (C) dimanfaatkan oleh bakteri sebagai sumber energi dalam

proses metabolisme dan perbanyakan sel.Sedangkan unsur nitrogen (N) digunakan untuk membentuk protein atau pembentukan protoplasma.Pemanfaatan unsur C sebagai sumber energi bagi bakteri akan menghasilkan bahan buangan berupa asam organik ,alkohol dan lain-lain.Namun ,pada proses pengomposan secara anaerob ,hasil buangan ini akan dimanfaatkan kembali untuk keduakalinya sebagai sumber energi maupun pembentukan sel baru oleh bakteri.Pada proses yang kedua inilah karbondioksida (CO2) dan gas methan akan terbentuk.

Jika bahan organik memiliki kandungan C terlalu tinggi maka proses penguraian akan berlangsung terlalu lama.Sebaliknya, jika C terlalu rendah maka sisa nitrogen akan berlebih sehingga akan terbentuk gas amoniak (NH3).Kadar amoniak yang terlalu banyak dapat meracuni bakteri.Oleh sebab itu, Jumlah C/N ratio perlu dihitung dan direncanakan secara tepat.(habibi,2008).

2. Volume Bahan

Baik banyaknya bahan baku maupun cara menumpuk bahan baku sangat menentukan proses pengomposan.Tumpukan bahan yang lebih banyak dapat mempercepat proses pengomposan dibandingkan tumpukan bahan yang sedikit.Namun demikian, semakin besar tumpukan bahan baku,semakin sulit untuk mengatur atau mengontrol suhu dan kelembabannya.Volume tumpukan yang ideal minimal 1m x 1m x 1m atau maksimal 2 m x 2m x2m. Namun pada penelitian ini untuk mengatur volume digunaka ukuran 50 cm untuk setiap lobang galian.

Sisi-sisi tumpukan sebaiknya dibuat rata.Bentuknya dapat berupa kubus balok atau silinder, Tumpukan yang terlalu tipis,meruncing (berbentuk piramida atau segitiga) dan sempit kemungkinan tidak dapat mempertahankan suhu dan kelembaban

31 yang diinginkan sehingga proses terbentuknya kompos akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

3. Ukuran bahan

Berlangsungnya proses pengomposan akan lebih cepat dan lebih baik jika ukuran bahan baku yang kan dikomposkan diperkecil,karena mikroorganisme akan lebih mudah beraktivitas mengolah dan membentuk koloni pada bahan yang sudah lembut (substrat) dibandingkan bahan dengan ukuran besar.Ukuran bahan yang dianjurkan pada pengomposan secara aerob yaitu antara 1-7,5cm.Oleh karena itu, sebaiknya bahan dicacah dengan parang atau digiling dengan mesin agar mikroorganisme lebih mudah mencernanya.Pencacahan sebaiknya tidak terlalu lembut seperti bubur, karena pada saat berlangsung pengomposan akan mengeluarkan kadar air.

Pada pengomposan secara aerob, penghancuran bahan sampai lumat tidak dianjurkan,karena dikhawatirkan akan meningkatkan kadar air bahan melebihi 60% sehingga dapat mengganggu proses pengomposan.Namun, masalah tersebut dapat diatasi dengan cara menambahkan bahan organik kering atau dengan tanah kering.Ukuran yang kecil akan meningkatkan porositas tumpukan bahan dan memperlancar masuknya oksigen kedalam tumpukan bahan.

4. Kadar air pada pengomposan secara aerob

Pada proses pengomposan secara aerob,kadar air bahan sebaiknya antara 40-50%. Kondisi kadar air seperti itu harus dipertahankan saat berlangsungnya pengomposan agar mikroorganisme aerob dalam kompos dapat bekerja dengan baik dan tidak mati.Kadar air yang sesuai sangat membantu pergerakan mikroba dalam

bahan.Apabila kadar air terlalu banyak dapat menyebabkan bahan semakin padat,melumerkan sumber makanan yang dibutuhkan mikroba dan menghalangi masuknya oksigen kedalam bahan.Namun, jika air terlalu sedikit maka bahan baku akan menjadi kering dan tidak mendukung kehidupan mikroba.

Kondisi kadar air yang terbaik yaitu sedang, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah.Cara sederhana untuk mengetahui kadar air yaitu dengan mengambil bahan dan meremasnya dalam genggaman tangan.Apabila bahan kompos pecah/hancur dan tidak keluar air sama sekali dari genggaman maka perlu diberi tambahan air.Apabila bagian kompos keluar dari sela-sela jari dengan air dengan air berlebih berarti terlalu basah sehingga kompos perlu dibalik-balik dan dibuat drainase yang bagus.Jika kompos terlalu basah maka udara akan sulit masuk ke sela-sela kompos.Hal ini dapat menyebabkan bakteri anaerob masuk kedalamnya dan berkembang sehingga proses pengomposan tidak berjalan lancar .kondisi bahan dengan kandungan air yang tepat yaitu,dapat dikepal dengan tangan meskipun hancur lagi.untuk menjaga kadar air,sebaiknya kompos terlindung dari air hujan dan sinar matahari langsung.Hujan dapat menyebabkan kadar air berlebihan sedangkan sinar matahari dapat menyebabkan penguapan,sehingga kadar air terlalu sedikit.

Pada saat bahan baku kompos ditumpuk maka titik panas yang tertinggi akan berada dibagian tengah tumpukan.Hal ini dapat mengakibatkan mikroorganisme dibagian tengah bahan lebih aktif sehingga penguapan yang terhebat yang terjadi pada bagian ini.Sering dijumpai,tumpukan kompos yang terlihat lembab serta hangat, tetapi setelah dibuka ternyata bagian dalamnya kering dan dingin dapat dikatakan bahwa tumpukan terlalu panas dapat menyebabkan kadar air bahan menguap dan

33 akhirnya bahan menjadi kering.Apabila bahan menjadi kering, mikroorganisme enggan melakukan aktivitasnya maka proses pembusukan pada bagian ini terhenti dan suhu biasanya akan turun.Cara untuk mengetahui basah atau tidaknya bagian tengah, dibutuhkan alat pengontrol berupa tongkat bambu atau kayu.Dengan menusukkan alat ini ke dalam tumpukan kompos samoai ke tengah maka dapat diketahui tiga hal penting, yaitu basah atau tidak, hangat atau tidak, dan berbau busuk atau tidak.Jika tongkat tersebut hangat dan basah berarti pengomposan masih berlangsung dengan baik namun apabila tongkat tersebut kering dan dingin maka perlu disiram airdisamping itu, untuk menjaga kadar air bahan diperlukan tempat yang terlindung dari air hujan dan sinar matahari langsung.Tempat yang teduh sangat dianjurkan agar proses pengomposan secara aerobik dapat berlangsung baik.

5. Suhu (Temperatur ) pengomposan secara aerob

Suhu ideal untuk pengomposan secara aerob yaitu diantara 45-650C.Untuk mengetahui keadaan suhu bahan dapat digunakan termometer alkohol,agar kalau pecah di lapangan maka cairan alkohol tidak membahayakan kompos.Suhu kompos organik dapat dijaga agar tetap stabil dengan cara mengatur kadar air.Suhu yang terlalu rendah dapat disebabkan bahan yang kurang lembab sehingga aktivitas mikroorganisme menurun .Masalah ini dapat diatasi dengan cara bahan kompos disiram dengan air hingga mencapai kadar air yang optimal.Demikian pula, jika kondisi suhu bahan terlanggu tinggi, tidak baik bagi proses pengomposan secara aerob.Kondisi suhu yang tertinggi dapat mencapai 800C .

Suhu yang terlalu tinggi dapat diatasi dengan cara membalikkan bahan.Bakteri yang bekerja pada suhu ini biasanya hanyalah bakteri termofilik, yaitu

bakteri yang tahan terhadap suhu tinggi.Apabila hal ini terjadi maka mikroorganisme lainnya akan mati.Penggunaan temperatur tinggi, yaitu 800C, biasanya untuk pengomposan skala besar karena diperlukan kecepatan tinggi untuk mengomposkan berton-ton bahan organik.Jadi pengomposan skala industri kecil atau untuk kebun sendiri di rumah tidak terlalu berisiko apabila suhu dipertahankan pada kisaran antara 45-650 C saja.

6. Derajat Keasaman (pH)

Untuk berlangsungnya pengomposan secara aerob dengan baik dibutuhkan pH netral yaitu diantara 6-8.Jika kondisi asam biasanya dapat diatasi dengan pemberian kapur.Namun,Sebenarnya dengan cara memantau suhu dan membolak-balikkan bahan kompos secara tepat dan benar sudah dapat mempertahankan kondisi pH tetap pada titik netral, tanpa pemberian kapur.Dengan demikian,proses pemeriksaan pH setiap waktu tidak perlu dilakukan.Tetapi untuk lebih meyakinkan lagi, pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan cara menggunakan kertas lakmus yang tersedia di apotik atau mempergunakan pH meter elektronik.

7. Aerasi

Pada pengomposan secara aerob harus dikondisikan sedemikian rupa agar setiap bagian bahan kompos memperoleh suplai oksigen yang cukup.Suhu kompos yang meningkat akan membuat bahan hancur dengan cepat dan akhirnya memadat .Kurangnya oksigen dapat disebabkan oleh kelembaban bahan terlalu tinggi sehingga bahan melekat satu sama lain.Terjadinya pemadatan pada bahan akan menghambat suplai oksigen yang dibutuhkan mikroba aerob.Akibatnya mikroba tidak dapat bertahan hidup.Agar aerasi lancar,Pengomposan dapat dilakukan di tempat terbuka

35 sehingga udara dapat masuk dari berbagai sisi dan secara berkala dilakukan pembalikan kompos.Pada pembuatan kompos secara aerobskala kecil, jumlah oksigen tidak harus diketahui.Namun, untuk skala industri,penghitungan kebutuhan oksigen harus dikuasai agar seorang teknisi dapat merancang alat yang mampu menyuplai kebutuhan oksigen pada bahan.(Habibi,2008)

Dokumen terkait