• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PEMBAHASAN

D. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin

Larutan intermediet diambil sebanyak 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml dan 1,2 ml, masukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml. Encerkan dengan metanol p.a hingga tanda. Larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Replikasi sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh dihitung meggunakan regresi linier sehingga didapat persamaan kurva baku kurkumin. e. Penetapan parameter akurasi (recovery)

Larutan intermediet diambil sebanyak 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml dan 1,2 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml. Diencerkan dengan metanol p.a hingga tanda. Larutan intermediet diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Menghitung % recovery dengan rumus :

% recovery = kadar terukur

kadar terhitung x 100% f. Penetapan parameter presisi (koefisien variasi)

Larutan intermediet diambil sebanyak 0,4 ml dan 1,2 ml, masukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml. Encerkan dengan metanol p.a hingga tanda. Larutan intermediet diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Serapan yang diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku untuk mengetahui kadar terukur, kemudian hitung standar deviasi, dengan rumus:

CV = SD x x 100% Keterangan : SD = standar deviasi x� = kadar rata-rata CV = koefisien variasi g. Penetapan parameter linieritas

Larutan intermediet diambil sebanyak 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml dan 1,2 ml, masukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml. Encerkan dengan metanol p.a hingga tanda. Larutan intermediet diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Hitung nilai linieritas serapan dan konsentrasi baku kurkumin dengan menggunakan regresi linier.

G. Analisis Hasil

1. Analisis validasi metode

Validasi metode yang digunakan berdasarkan parameter berikut: a. Akurasi

Akurasi metode analisis biasa disebut juga sebagai recovery dan dihitung dengan rumus :

% recovery = kadar terukur

kadar terhitung x 100%

Metode digunakan untuk menganalisis bahan obat dengan kadar kurang dari 0,1%, maka rentang recovery yang digunakan yaitu 80-120%.

b. Presisi

Presisi dinyatakan dengan koefisien variasi, dengan rumus: CV = 𝑆𝑆𝑆𝑆

𝑥𝑥̅ x 100%

Metode ini dikatakan baik bila nilai CV yang diperoleh < 2% makin kecil nilai CV, presisi metode yang digunakan makin baik.

c. Linieritas

Parameter linieritas dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) hasil pengukuran larutan seri baku kurkumin. Metode dikatakan memiliki linieritas yang baik bila r > 0,99.

2. Analisis statistik penetapan kadar kurkumin terlarut

Data uji disolusi kurkumin dibuat dalam bentuk kurva hubungan antara jumlah persentase kurkumin terdisolusi terhadap waktu. Kemudian dilakukan perhitungan statistik korelasi proporsi drug load terhadap waktu 60 menit menggunakan korelasi Spearman dan regresi linier dengan taraf kepercayaan 95%.

27

A. Pembuatan Dispersi Padat Kurkumin

Pembuatan dispersi padat bertujuan untuk meningkatkan disolusi obat yang mempunyai kelarutan rendah. Dispersi padat kurkumin dibuat untuk meningkatkan kelarutan kurkumin karena kurkumin memiliki kelarutan yang rendah. Dispersi dibuat dengan mencampur 350,8772 mg isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95) yang dilarutkan dalam 125 ml etanol 70% dengan pembawa, yaitu PVP K-25 sebanyak 2000, 4000, 6000 mg yang dilarutkan dalam 100 ml aquadest dengan proporsi drug load seperti pada tabel VII. Campuran keduanya dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer.

Tabel VII. Formula pembuatan dispersi padat

PVP K-25 (mg) Kurkumin ( mg) Drugload (%) 2000 40 1,96 ≈ 2 4000 40 0,99 ≈ 1 6000 40 0,66

Isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95) yang digunakan dalam penelitian didapat dari PT. Phytochemindo Reksa dengan komponen 97,20% merupakan kurkuminoid yang tertera pada Certificate of Analysis dan dalam kurkuminoid terkandung 60% berupa kurkumin (Parinussa dan Timotius 2010).

Pembawa yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat ini menggunakan PVP K-25 dengan karakteristik, yaitu serbuk putih kekuningan dan bersifat higroskopik. PVP K-25 merupakan polimer hidrofilik yang sering digunakan sebagai pembawa dalam dispersi padat karena PVP K-25 dapat meningkatkan kelarutan dan disolusi dari obat yang kelarutannya rendah dalam air. Selain itu, PVP K-25 dapat berinteraksi dengan banyak senyawa lipofilik. Dalam dispersi padat, PVP K-25 menunjukkan interaksi seperti ikatan hidrogen molekular antara kurkumin dengan PVP K-25. Interaksi ini menyebabkan perubahan struktur kristal kurkumin menjadi bentuk amorphous

(Kaewnopparat, dkk, 2009).

Formula dibuat dengan tiga proporsi drug load, yakni 2, 1, dan 0,66%. Menurut Srinarong (2009) dengan menurunnya proporsi drug load maka akan terjadi peningkatan disolusi.

Dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95) -PVP K25 dibuat dengan alat spray dryer LabPlantdengan parameter, yaitu suhu inlet 110 o C, suhu exhaust 60oC - 70oC, pump speed 4 ml/menit, nozzle 1 mm. Cara kerja dari alat Spray Dryer adalah dengan adanya uap panas akan mengubah cairan campuran antara isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95) dengan PVP K-25 menjadi serbuk kering. Serbuk dispersi padat yang diperoleh berupa serbuk dengan ukuran kecil, berwarna kekuningan, dan higroskopis. Serbuk kemudian dibungkus dengan aluminium foil dan disimpan selama 24 jam dalam desikator, kemudian dimasukkan ke dalam kapsul No.00 dan disimpan lagi selama 24

jam dalam desikator sebelum diuji disolusi. Serbuk dispersi padat yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam kapsul no 00 sesuai dengan perhitungan.

B. Pembuatan Campuran Fisik

Campuran fisik dibuat dengan mencampur homogen secara manual dalam mortir antara isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95) dengan PVP K-25 dari hasil perhitungan hasil dispersi padat yang dimasukkan ke dalam kapsul dibandingkan dengan jumlah dispersi padat yang dihasilkan, sehingga diperoleh jumlah pembawa dan serbuk kunyit untuk campuran fisik. Campuran fisik diberi perlakuan yang sama seperti dispersi padat yaitu dibungkus dibungkus dengan aluminium foil dan disimpan selama 24 jam dalam desikator, kemudian dimasukkan ke dalam kapsul No.00 dan disimpan lagi selama 24 jam dalam desikator sebelum diuji disolusi. Hasil disolusi dari campuran fisik akan dibandingkan dengan dispersi padat.

C. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Kurkumin

Penetapan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mendapatkan panjang gelombang serapan maksimum dari kurkumin, sehingga dapat menunjukkan sensitifitas yang baik serta untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik saat dilakukan pengukuran ulang menggunakan panjang gelombang maksimum tersebut.

Penetapan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan membuat larutan seri baku kurkumin yaitu 1,584.10-3 mg/ml, 3,168.10-3 mg/ml, dan 4,752.10-3

Tabel VIII. Penentuan panjang gelombang maksimum

mg/ml sebanyak tiga kali. Tiap larutan intermediet diukur menggunakan spektrofotometer Vis dan dilihat pada panjang gelombang berapa absorbansi maksimum paling banyak diberikan, yang dijadikan sebagai panjang gelombang maksimum dari kurkumin dan digunakan untuk pengukuran berikutnya.

Pengukuran Konsentrasi Panjang gelombang

( nm) Intermediet I Rendah (1,584.10-3 mg/ml) 421,6 nm Tengah (3,168.10-3 mg/ml) 421,6 nm Tinggi (4,752.10-3 mg/ml) 421,6 nm Intermediat II Rendah (1,584.10-3 mg/ml) 421,6 nm Tengah (3,168.10-3 mg/ml) 421,6 nm Tinggi (4,752.10-3 mg/ml) 421,6 nm

Intermediet III Rendah (1,584.10-3 mg/ml) 421,0 nm Tengah (3,168.10-3 mg/ml) 421,6 nm Tinggi (4,752.10-3 mg/ml) 421,6 nm

Penentuan panjang gelombang maksimum dipilih dari nilai yang paling sering muncul dari hasil pengukuran. Dari tabel diatas hasil pengukuran didapat panjang gelombang maksimum kurkumin, yaitu 421,6 nm karena dari hasil pengukuran panjang gelombang yang paling sering muncul adalah 421,6 nm.

Menurut Kaewnopparat (2009) teori panjang gelombang kurkumin adalah 421,0, nm yang diukur menggunakan spektrofotometer. Dari hasil pengukuran terjadi pergeseran panjang gelombang untuk kurkumin sebesar 0,6 nm, hasil ini dikatakan memenuhi syarat karena pergeseran panjang gelombang yang diijinkan adalah sebesar 2 nm (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

D. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin

Pembuatan kurva baku bertujuan untuk memperoleh persamaan regresi linier yang akan digunakan untuk menghitung kadar kurkumin dalam serbuk dispersi padat. Pembuatan kurva baku dibuat dari lima konsentrasi, yaitu 1,584.10-3 mg/ml, 2,376.10-3 mg/ml, 3,168.10-3 mg/ml, 3,960.10-3 mg/ml, dan 4,752.10-3

Menurut Rohman (2009) linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x). Linieritas suatu kurva baku menunjukan bahwa kenaikan respon sebanding dengan kenaikan konsentrasi baku yang digunakan.

mg/ml yang kemudian diukur dengan spektrofotometer VIS pada λ 421,6 nm. Dilakukan tiga kali replikasi dari seri kurva baku untuk mendapatkan nilai (r) yang baik yaitu lebih besar dari 0,99.

Tabel IX. Konsentrasi Kurva Baku vs Absorbansi

I II III Konsentrasi (mg/ml) Absorbansi Konsentrasi (mg/ml) Absorbansi Konsentrasi (mg/ml) Absorbansi 1,584. 10-3 0,236 mg/ml 1,584. 10-3 0,205 mg/ml 1,584. 10-3 0,207 mg/ml 2,376. 10-3 0,329 mg/ml 2,376. 10-3 0,382 mg/ml 2,376. 10-3 0,333 mg/ml 3,168. 10-3 0,461 mg/ml 3,168. 10-3 0,425 mg/ml 3,168. 10-3 0,427 mg/ml 3,960. 10-3 0,598 mg/ml 3,960. 10-3 0,589 mg/ml 3,960. 10-3 0,560 mg/ml 4,752. 10-3 0,705 mg/ml 4,752. 10-3 0,685 mg/ml 4,752. 10-3 0,697 mg/ml A = - 0,017 B = 152,3990 r= 0,9981 y= Bx + a = 152,3990 x – 0,017 A = - 9,6 .10 B = 147,3485 -3 r = 0,9878 y= Bx + a = 147,3485 x – 9,6.10 A = - 0,04 -3 B = 152,3990 r = 0,9966 y = Bx + a = 152,3990 x – 0,04

Dari persamaan kurva baku di atas hanya persamaan I dan III yang memenuhi kriteria linieritas yang baik. Dari kedua persamaan kurva baku yang diperoleh dipilih persamaan kurva baku yang paling linier. Menurut Rohman (2009) untuk uji disolusi kriteria linieritas dengan harga r ≥ 0,99. Persamaan kurva baku yang dipilih adalah persamaan kurva baku replikasi I, yaitu y = 152,3990 x – 0,017 karena mempunyai nilai r yang paling baik yaitu dengan nilai r = 0,9981. Pemilihan ini karena nilai r dari replikasi I lebih baik diantara yang lain.

Gambar 7. Grafik kurva baku

Dokumen terkait