• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 - USD Repository"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Evina NIM : 078114073

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Evina NIM : 078114073

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Kegigihan adalah semangat pantang menyerah

Yang harus kita miliki.

Dengan bekal kegigihan dan usaha yang konsisten,

Kesuksesan yang kita peroleh pasti berkualitas

dan membanggakan.

-andre wongso-

In this life we cannot always do great things.

But we can do small things with great love

~Mother Teresa

Karyaku ini kupersembahkan untuk:

Papa, Mama tercinta.

Akian, Sannie, dan Irine tersayang

(6)

v

Nama : Evina

Nomor Mahasiswa : 078114073

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PROPORSI DRUG LOAD TERHADAP DISOLUSI DISPERSI PADAT SPRAY DRIED ISOLAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma

domestica C-95)-PVP K-25

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 16 Februari 2011

Yang menyatakan

(7)

vi

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 16 Februari 2011 Penulis

(8)

vii

skripsi yang berjudul “Pengaruh Proporsi DrugLoad Terhadap Disolusi Dispersi Padat Spray Dried Isolat Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica C-95 )-PVP K-25” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik bimbingan, dorongan, maupun saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Dewi Setyaningsih, M.Sc, Apt. selaku Dosen Pembimbing Utama atas bimbingan, dukungan, pengarahannya dari awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini, dan telah menanggung semua biaya selama penelitian.

3. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas bimbingan, dukungan, serta pengarahannya dari awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji atas segala masukan dan bimbingan.

(9)

viii

8. Segenap dosen yang telah memberikan pengetahuan dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Mas Bimo, Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Iswandi, Mas Sigit, Mas Kunto, Mas Ottok, Pak Timbul, Mas Yono, Pak Parjiman, Mas Heru dan segenap Satpam terima kasih atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian di laboratorium.

10.Pak Bambang, Mas Sigit, Mas Fariz, Mas Jink selaku Laboran Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Gadjah Mada atas bantuan dan kerja sama selama praktikum di laboratorium Universitas Gadjah Mada.

11.Eka Permatasari, Oki Christina dan Reka Sudi, tim seperjuangan atas bantuan dan kerja samanya. Yemima, Septi, Fanny, dan Daniel selaku teman satu bimbingan. Lia Natalia Setiomulyo, I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra, Sihendra atas semangat dan bantuan selama penyusunan skripsi.

12.Teman-teman farmasi 2007, baik minat FST 2007, kelas B 2007 yang tidak dapat disebut satu per satu. Serta teman praktikum kelompok B1 Terima kasih atas kebersamaannya selama di farmasi. Sukses selalu bagi kita semua. 13.Teman-teman Kamadhis Satya Dharma, Vidyasena Vihara Vidyaloka dan

(10)

ix

(11)

x

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……… PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….... v vi PRAKATA………. ………... vii

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

INTISARI ……… xvi

ABSTRACT ……….. xvii

BAB I. PENGANTAR ……….... 1

A.Latar Belakang ………... 1

1. Perumusan masalah ………... 4

2. Keaslian penelitian ………... 4

3. Manfaat penelitian ………... 4

B.Tujuan Penelitian ………... 5

(12)

xi

1. Pengertian dispersi padat……….………….… 2. Mekanisme peningkatan disolusi………..

9

BAB III. METODE PENELITIAN ……… 19

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ………... 19

B.Variabel Penelitian ………... 19

C.Definisi Operasional ………... 19

D.Bahan Penelitian ………... 20

E.Alat Penelitian ………... 21

F. Tata Cara Penelitian ………... 21

(13)

xii

G.Analisis Hasil ………... 25

BAB IV. PEMBAHASAN ……….. 27

A.Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Rimpang Kunyit- PVP K-25….... 27 B.Pembuatan Campuran Fisik………... 29 C.Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Kurkumin………. 29 D.Pembuatan Kurva Baku Kurkumin……….……

E.Validasi Metode ……….…..

F. Uji Disolusi………...………..

G.Pengukuran Kadar Kurkumin……….

31 32 36 37 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….

A. Kesimpulan……….

B. Saran………..

(14)

xiii

Tabel II. Parameter analitik………... 15

Tabel III. Nilai recovery ………... 16

Tabel IV. Kriteria presisi………... 16

Tabel V. Level dan kisaran untuk linearitas... 17

Tabel VI. Tabel VII. Tabel VIII. Proporsi drug load ……... Formula pembuatan dispersi padat………... Penentuan panjang gelombang maksimum... 22 28 31 Tabel IX. Konsentrasi kurva baku VS absorbansi ………... 32

Tabel X.

Hasil Korelasi spearman ………...

(15)

xiv

Gambar 2. Kurkumin ………..……... 7

Gambar 3. Hasil degradasi kurkumin dalam larutan...……..………. 7

Gambar 4. Struktur PVP ………...………... 8

Gambar 5. Spray dryer ………... 11

Gambar 6. Skema kerja Spektrofometer vis……… 13

Gambar 7. Grafik kurva baku ... 33

Gambar 8.

Gamabar 9.

Grafik drug load 0,6%...

Grafik drug load 1%... 39

40

Gambar 10.

Gambar 11.

Gambar 12.

Grafik drug load 2%...

Grafik drug load 0,6, 1, dan 2%...

Grafik Regresi Linier………. 41

42

(16)

xv

Lampiran 2. Pernyataan Jaminan Keaslian Bahan Kurkumin Standar Hasil

Sintesis………... 51

Lampiran 3. Pembuatan kurva baku kurkumin ... 52

Lampiran 4. Data orientasi PVP K-25……... 54

Lampiran 5. Perhitungan penimbangan dispersi padat dan campuran fisik………... 56

Lampiran 6. Data persen kurkumin terdisolusi dispersi padat dan campuran fisik……… 63

Lampiran 7. Grafik proporsi drug load 0,66, 1, 2%... 69

Lampiran 8. Data Normalitas, SPSS, Spearman……… 71

Lampiran 9. Scan panjang gelombang makmums... 81

(17)

xvi

kelarutaannya kurkumin memiliki kelarutan yang rendah pada air karena nilai log P yang kecil yaitu 2,56, hal ini menyebabkan bioavaibilitas kurkumin menjadi rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi kurkumin. Salah satu cara yang dipilih untuk meningkatkan disolusi kurkumin adalah dengan dispersi padat amorphous. Pembuatan dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcume domestica C-95)-PVP K-25 dilakukan menggunakan metode spray drying. Penambahan pembawa, yaitu PVP K-25 dengan isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcume domestica C-95) dibuat dengan proporsi drug load 0,6, 1, 2%. Hasil dispersi padat kemudian diuji disolusi kemudian ditetapkan kadar kurkuminnya menggunakan Spektrofotometer Vis.

Dari hasil diperoleh bahwa dispersi padat lebih dapat meningkatkan disolusi kurkumin secara signifikan dibandingkan dengan campuran fisik. Secara statistik dinyatakan bahwa tidak ada korelasi yang bermakna antara proporsi drug

load dengan disolusi kurkumin dari nilai p, yaitu 0,258.

Kata Kunci : isolat ekstrak rimpang kunyit, PVP K-25, dispersi padat, spray

(18)

xvii

solubility in water due to the small value of log P is 2.56, this causes bioavaibility curcumin is low.

This study aims to look at the effect of the proportion of drug load on the dissolution of curcumin. One way is chosen to increase the dissolution of curcumin is the solid amorphous dispersion. Preparation of solid dispersion isolates of turmeric extract (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 carried out using spray drying method. The addition of carrier, PVP K-25 with isolates of turmeric extract (Curcume domestica C-95) made with the proportion of drug load 0.6, 1, 2%. The results are then tested dissolution of solid dispersion and then set levels curcumin using Vis spectrophotometer.

From the results obtained that the more solid dispersion can increase the dissolution of curcumin significantly compared with physical mixtures. The statistics revealed that there was no significant correlation between the proportion of drug-loaded with curcumin dissolution of p values, namely 0.258.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kunyit merupakan rimpang berbentuk bulat panjang dan

bercabang-cabang. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah

hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit

terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat

yang lebih terbuka (Riwan, 2008).

Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia

yaitu minyak atsiri (mengandung senyawa-senyawa kimia seskuiterpen alkohol,

turmeron dan zingiberen) dan kurkuminoid (mengandung senyawa kurkumin dan

turunannya berwarna kuning yang meliputi desmetoksikurkumin dan

bisdesmetoksikurkumin) (Riwan,2008).

Kurkumin (1,7-bis-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6-heptadiene

-3,5-dione)adalah senyawa turunan fenolik dari hasil isolasi rimpang tanaman kunyit

(Curcuma longa) (Prasetyo, 2010) dan banyak digunakan sebagai fitokontituen

pada industri makanan (Paradkar, Ambike, Jadhav, dan Mahadik, 2003).

Kurkumin juga memiliki efek farmakologi sebagai anti inflamasi, anti mikrobial,

dan antikanker (Kaewnopparat, Kaewnopparat, Jangwang, Maneenaun,

(20)

Gambar 1. Struktur Kurkumin (Anonim, 2010)

Kurkumin merupakan zat warna kuning utama yang terdapat dalam

rhizoma Curcumae longa L. atau Curcuma domestica Val., yang lebih dikenal

dengan nama kunyit. Kurkumin beserta turunannya demetoksinya yaitu demetoksi

kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin dikenal dengan nama kurkuminoid

(Martono , 1996).

Dalam hal kelarutaannya kurkumin memiliki kelarutan yang rendah pada

air karena nilai log P yang kecil, yaitu 2,56, hal ini menyebabkan bioavaibilitas

kurkumin menjadi rendah. Permasalahan bioavaibilitas yang timbul sering

dikaitkan dengan disolusi kurkumin yang rendah, dan kurkumin praktis tidak larut

dalam air.

Cara-cara yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan kurkumin

adalah dengan membuatnya menjadi nanopartikel, pembentukan garam,

kompeksisasi dengan polimer, dan dengan membuat dispersi padat. Peningkatan

laju disolusi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

memperbaiki permasalahan bioavaibilitas.

Salah satu cara yang dipilih untuk meningkatkan disolusi adalah dengan

dispersi padat amorphous. Dispersi padat amorphous dapat meningkatkan laju

(21)

padat terdiri dari pembawa hidrofilik dimana obat terdispersi secara molekular

atau dalam ukuran partikel yang kecil (Srinarong, Kouwen, Visser, Hinrichs, dan

Frijlink, 2009). Selain itu, ketika pembawa terdispersi secara molekular, bentuk

kristal dalam larutan menjadi bentuk amorphous sehingga air (H2

Polimer hidrofilik juga sering digunakan sebagai pembawa dalam

dispersi padat. Salah satu polimer yang paling sering digunakan adalah PVP

karena PVP dapat meningkatkan kelarutan dan disolusi dari obat yang

kelarutannya rendah (Kaewnopparat, dkk, 2009). Selain itu, PVP dapat

berinteraksi dengan banyak senyawa lipofilik, khususnya dalam dispersi padat.

Oleh karena itu, dispersi padat menunjukan interaksi seperti ikatan hidrogen

molekular antara kurkumin dengan PVP. Interaksi ini menyebabkan perubahan

struktur kristal kurkumin menjadi bentuk amorphous (Kaewnopparat, dkk, 2009). O) dapat

terjebak pada bentuk amorphous sehingga dapat meningkatkan kelarutannya

dalam air.

Polyvinylpirrolidone mempunyai nama lain, yaitu povidone. PVP yang

digunakan dalam penelitian terdapat banyak grade, yaitu PVP K-12, PVP K-17,

PVP K-25, PVP K-30, PVP K-90. Nilai K pada PVP menunjukkan nilai

karakterisasi dari berat molekulnya. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah

PVP K-25 dengan berat molekul, yaitu 28000-34000 (Folttmann dan Quadir,

2008).

Dalam pembuatan dispersi padat, polimer hidrofilik yaitu PVP K-25 dan

serbuk kunyit didispersikan berdasarkan proporsi drug load. Peningkatan proporsi

(22)

laju disolusi. Hal ini menandakan kristalisasi obat yang disebabkan karena

terjadinya supersaturasi (Srinarong, dkk, 2009).

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang muncul adalah sebagai

berikut : Bagaimana pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat

spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcumae domecticae C-95)-PVP

K-25?

2. Keaslian penelitian

Sejauh yang penulis tahu sudah ada penelitian mengenai disolusi dispersi

padat kurkumin-PVP K-30 dengan judul Increase Solubility, Dissolution and

Physicochemical Studies of Curcumin-PVP K-30 Solid Disperse, Characterization

of Curcumin-PVP Solid Dispersion Obtained by Spray Drying,dll namun sejauh

penulis tahu belum ada penelitian mengenai pengaruh proporsi drug load terhadap

laju disolusi dispersi padat spray dried ekstrak rimpang kunyit (Curcumae

domecticae Rhizome)-PVP K-25.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

b.

. Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan

yang baru mengenai kurkumin dan metode dispersi padat.

Manfaat praktis.

c.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan mengenai pembuatan dispersi padat kurkumin dengan

menggunakan metode spray drying.

Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah

(23)

sehingga dapat diaplikasikan dalam pengobatan menggunakan bahan

alam lipofilik.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh proporsi drug load

terhadap laju disolusi dispersi padat spray dried isolate ekstrak rimpang kunyit

(24)

6

A. Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Rhizome )

Kunyit merupakan rimpang berbentuk bulat panjang dan bercabang-cabang.

Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000

mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk

menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka

(Riwan, 2008).

Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia

yaitu minyak atsiri (mengandung senyawa-senyawa kimia seskuiterpen alkohol,

turmeron dan zingiberen) dan kurkuminoid (mengandung senyawa kurkumin dan

turunannya berwarna kuning yang meliputi desmetoksikurkumin dan

bisdesmetoksikurkumin) (Riwan,2008).

Kurkumin adalah senyawa yang banyak digunakan sebagai fitokonstituen

pada industri makanan dan diperoleh dari ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa)

(Paradkar dkk., 2003). Selain itu, kurkumin memiliki efek farmakologi sebagai, anti

inflamasi, anti mikrobial, dan antikanker (Kaewnopparat, dkk., 2009).

Kurkumin (1,7-bis-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6-heptadiene-3,5-dione)

(25)

longa

Gambar 2. Kurkumin (Anonim, 2010)

Kurkumin memiliki stabilitas yang baik pada pH asam, sedangkan pada pH

basa, kurkumin mudah mengalami dekomposisi atau degradasi (Tonnesen dan

Karlsen , 1985, Wang dkk., 1997).

). Senyawa tersebut memiliki dua gugus vinilguaiacol (karbonil tak jenuh) yang

saling dihubungkan dengan rantai alfa beta diketon (Prasetyo, 2010).

(26)

B. Polyvinylpyrrolidone K-25

Polyninylpyrrolidone (PVP) K-25 merupakan salah satu polimer yang

digunakan dalam pembuatan dispersi padat (Sutriyo, dkk, 2005). PVP dalam bentuk

polimer mempunyai rumus molekul ( C6H9

Gambar 4. Struktur PVP (Folttmann dan Quadir, 2008).

Polyvinylpirrolidone berupa serbuk putih atau putih kekuningan, berbau

lemah atau tidak berbau, higroskopik, mudah larut dalam air, etanol 95% P, dan

kloroform P, tidak larut dalam eter P. Bobot molekul PVP antara 10.000 hingga

700.000 (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).

PVP mempunyai nama lain, yaitu povidone. PVP yang digunakan dalam

penelitian terdapat banyak grade, yaitu PVP 12, PVP 17, PVP 25, PVP

K-30, PVP K-90. Nilai K pada PVP menunjukkan nilai karakterisasi dari berat

molekulnya.

Tabel I. Grade PVP dan Berat molekul PVP (Foltmann dan Quadir, 2008) NO).

Grade PVP Rata-rata berat molekul

PVP K-12 2000-3000

PVP K-17 7000-11000

PVP K-25 28000-34000

PVP K-30 44000-54000

(27)

C. Dispersi Padat

1. Pengertian dispersi padat

Dispersi padat merupakan salah satu metode untuk meningkatkan kelarutan

dan bioavaibilitas dari obat yang memiliki kelarutan yang rendah dalam air (Li, dkk.,

2009). Dispersi padat merupakan dispersi dari satu atau lebih bahan aktif dalam

pembawa inert atau matriks pada keadaan padat ( Sutriyo, dkk., 2005). Pembuatan

dispersi padat dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain: metode

peleburan (melting method), metode pelarutan (solvent method), dan metode

campuran (melting-solventmethod) (Chiou, dkk., 1971).

2. Mekanisme peningkatan disolusi

Dispersi padat amorphous dapat meningkatkan laju disolusi dari obat yang

memiliki kelarutan yang rendah. Secara umum dispersi padat terdiri dari pembawa

hidrofilik dimana obat terdispersi secara molekular atau dalam ukuran partikel yang

kecil (Srinarong, dkk., 2009).

Bila dispersi padat kontak dengan air, pembawa akan terlarut, dan obat

dilepaskan dengan ukuran partikel yang kecil (partikel koloidal). Oleh karena terjadi

peningkatan luas permukaan partikel obat, laju disolusi dan bioavailabilitasnya juga

mengalami peningkatan (Chaudhari, 2006).

Peningkatan laju disolusi dari dispersi padat menggunakan empat macam

(28)

a) Meningkatkan kemampuan pembasahan dari obat dengan kontak

langsung antara obat dengan matriks hidrofilik,

b) konsentrasi saturasi pada partikel kecil lebih besar dibandingkan pada

partikel besar,

c) meningkatkan luas permukaan, dan

d) energi yang dimiliki oleh obat dalam bentuk amorphous lebih tinggi

dibanding dengan bentuk kristalin (Waard, Hinrichs, Visser, Bologna,

dan Frijlink, 2007).

D. Spray Drying

1. Definisi

Spray drying adalah salah satu bentuk pengeringan yang tersedia untuk

mengubah cairan, bubur atau pasta viskositas rendah ke (bubuk bebas mengalir)

padat kering dalam satu operasi unit (Traub, 2008).

Metode pengeringan spray drying merupakan metode pengeringan yang

paling banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan. Metode ini

mampu menghasilkan produk dalam bentuk bubuk atau serbuk (Rohman, 2008).

2. spray dryer

Cara kerja spray dryer adalah sebagai berikut yaitu pertama-tama seluruh

(29)

dengan cara diuapkan menggunakan atomizer. Air dari bahan yang telah berbentuk

tetesan-tetesan tersebut kemudian di kontakan dengan udara panas. Peristiwa

pengontakkan ini menyebabkan air dalam bentuk tetesan-tetesan tersebut mengering

dan berubah menjadi serbuk. Selanjutnya proses pemisahan antara uap panas dengan

serbuk dilakukan dengan cyclone atau penyaring. Setelah di pisahkan, serbuk

kemudian kembali diturunkan suhunya sesuai dengan kebutuhan produksi (Rohman,

2008).

Gambar 5. Spray dryer (Anonim, 2010)

E. Uji Disolusi

1. Definisi

Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke

dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses

dimana zat padat melarut. Secara prinsip disolusi dikendalikan oleh afinitas antara zat

(30)

2. Metode uji disolusi

Beberapa metode pengujian disolusi yaitu rotating basket method, rotating

paddle method, reciprocating cylinder,flow-throught cell, paddle over disk (Troy,

2005). Selain itu cara melakukan uji disolusi dapat dilakukan dengan banyak metode

antara lain sebagai berikut.

a. Metode Wagner

Metode ini dapat menghitung tetapan kecepatan pelarutan (k) dengan

berdasarkan pada asumsi bahwa kondisi percobaan dalam keadaan sink, proses

pelarutan mengikuti orde satu, luas permukaan spesifik turun secara eksponensial

terhadap waktu.

b. Metode klasik

Metode ini menunjukkan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu t, yang

kemudian dikenal dengan T20, T50, T90 dan sebagainya. Metode ini hanya

menyebutkan satu titik saja, sehingga proses yang terjadi di luar (sebelum dan

sesudah) titik tersebut tidak diketahui. Titik tersebut menyatakan jumlah zat aktif

yang terlarut pada waktu tertentu (Hadi, 2007). Misalnya bisa dilihat nilai T80,

dimana itu menunjukkan waktu yang diperlukan untuk melarutkan 80% zat aktif

(Waard, dkk., 2007).

c. Jumlah zat aktif yang melarut pada waktu tertentu, misalnya C30 adalah dalam

waktu 30 menit zat aktif yang melarut sebanyak x mg atau x mg/ml (Shargel dan

(31)

F. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis adalah instrumentasi analisis yang bermanfaat

untuk penentuan konsentrasi senyawa- senyawa yang dapat menyerap radiasi pada

daerah ultraviolet (200–400 nm) atau pada daerah sinar tampak (400-800 nm). Prinsip

penentuan Spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari hukum Lambert-Beer,

yaitu:

A= - log T = -log It / Io = ε . b. C

Dimana : A = Absorbansi dari sample yang diukur

T = Transmintasi

It= Intensitas sinar yang masuk

Io= Intensitas sinar yang diteruskan

ε = Koefisien ekstingsi

b= Tebal kuvet yang digunakan

C =Konsentrasi dari sampel (Sastrohamidjojo, 1991).

Skema kerja spektrofotometer UV-Vis, yaitu:

Gambar 6. Skema Kerja Spektrofotometer UV- Vis (Anonim, 2010).

Komponen- komponen yang digunakan dalam mengukur absorpsi radiasi uv atau vis

(32)

a) Sumber cahaya (UV and visible),

b) selektor panjang gelombang (monochromator),

c) wadah sample,

d) detektor, dan

e) signal processor and readout (Anonim, 2010).

G. Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis merupakan serangkaian prosedur yang digunakan

untuk membuktikan apakah suatu metode analisis yang kita gunakan tersebut taat

secara asas dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan

akurasi dan presisi yang memadai (Mulja dan Suharman, 1995).

Menurut The United States Pharmacopeia 28, suatu metode atau prosedur

analisis dibagi menjadi empat kategori, yaitu :

1. Kategori I

2.

. Mencakup prosedur analisis kuantitatif, untuk menetapkan kadar

komponen utama bahan obat atau zat aktif dalam sediaan farmasi.

Kategori II

3.

. Mencakup prosedur analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan

untuk menganalisis impurities ataupun degradation compounds dalam sediaan

farmasi.

Kategori III. Mencakup prosedur analisis yang digunakan untuk menentukan

karakteristik penampilan suatu sediaan farmasi, misalnya disolusi atau pelepasan

(33)

4. Kategori IV.

Tabel II. Parameter Analitik (Rohman, 2009)

Metode analitik yang digunakan untuk mengidentifikasi sediaan

farmasi.

Pengujian kategori II Uji kategori III

Kuantitatif Uji Batas

Akurasi Ya Ya * *

*mungkin dibutuhkan, tergantung pada uji spesifiknya

Parameter-parameter yang digunakan dalam validitas metode analisis

meliputi:

1. Akurasi

Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan

sebagai persen peroleh kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Menurut Anonim (2004) rentang kesalahan yang diijinkan pada setiap

(34)

Tabel III. Nilai recovery (Guideline, 2004)

Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari

rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil

dari campuran yang homogen (Harmita, 2004). Presisi biasanya dinyatakan dalam

koefisien variasi (CV). Suatu metode dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila

memiliki CV < 2% tetapi kriteria ini fleksibel tergantung dari kondisi analit yang

diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium. Berikut ketentuan nilai CV yang

dapat diterima (Harmita, 2004).

Tabel IV. Kriteria nilai presisi yang diijinkan (Guideline, 2004)

Component measured in sample Precision

>10.0% ≤ 2%

1.0 up to 10.0% ≤ 5%

0.1 up to 1.0% ≤ 10%

< 0.1% ≤ 20%

3. Linieritas

Linieritas merupakan kemampuan suatu metode memperoleh hasil- hasil uji

(35)

diberikan. Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi

yang menghubungkan antara respon ( y) dengan konsentrasi (x).

Tabel V. Level dan kisaran untuk menentukan linieritas (Rohman, 2009)

Uji Level Kisaran Kriteria keberterimaan

Pengujian 5 50 %-150 % r≥ 0,999; intersep –y ≤ 2,0%

Disolusi 5-8 10%-150 % r≥ 0,99; intersep –y ≤ 5,0%

Pengotor 5 LOQ – 2% r≥ 0,98

4. Spesifisitas

Spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat

tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin

ada dalam matriks sampel. Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan

hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis,

senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa

penambahan bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil merupakan selisih dari hasil uji

keduanya (Harmita, 2004).

H. Landasan Teori

Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia,

yaitu minyak atsiri (mengandung senyawa-senyawa kimia seskuiterpen alkohol,

turmeron dan zingiberen) dan kurkuminoid (mengandung senyawa kurkumin dan

turunannya berwarna kuning yang meliputi desmetoksikurkumin dan

(36)

Kurkumin merupakan senyawa polifenol berwarna kuning yang diperoleh

dari ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa), memiliki efek farmakologi sebagai

antioksidan, anti inflamasi, anti mikrobial, anti HIV, dan antikanker. Selain itu,

kurkumin juga banyak digunakan untuk penemuan obat baru.

Namun permasalahannya adalah kurkumin memiliki kelarutan yang rendah

pada air karena nilai log P yang kecil, yaitu 2,56. Oleh karena itu, menyebabkan nilai

bioavaibilitas kurkumin menjadi rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan

kelarutan kurkumin adalah dengan mengubahnya menjadi dispersi padat.

Dispersi padat amorphous dapat meningkatkan laju disolusi dari obat yang

memiliki kelarutan yang rendah. Secara umum dispersi padat terdiri dari pembawa

hidrofilik dimana obat terdispersi secara molekular atau dalam ukuran partikel yang

kecil. Selain itu ketika pembawa terdispersi secara molekular, bentuk kristal dalam

larutan menjadi bentuk amorphous sehingga dapat meningkatkan kelarutannya

Dispersi padat dari kurkumin dibuat dengan metode Spray drying, yang dimana

menggunakan zat pembawa yaitu, PVP K-25 untuk meningkatkan laju disolusi dari

kurkumin.

I. Hipotesis

Proporsi drug load dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit

(37)

19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental dengan melakukan

percobaan dan tidak adanya manipulasi data yang diperoleh. Peneliti menambahkan

zat pembawa saat pembuatan dispersi padat untuk meningkatkan kecepatan disolusi

dari kurkumin.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah proporsi drug load

2. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah persen kurkumin terdisolusi.

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah cara penyimpanan

kurkumin (intensitas cahaya, dan suhu).

b. Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini adalah suhu ruangan.

C. Definisi Operasional

1. Kurkumin (1,7-bis-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6-heptadiene-3,5-dione)

adalah senyawa turunan fenolik dari hasil isolasi rimpang tanaman kunyit

(38)

2. Polyninylpyrrolidone (PVP) merupakan serbuk berwarna putih kekuningan yang

bersifat higroskopis, memiliki bau khas samar, larut dalam air dan pelarut organik

lainnya, bebas larut dalam etanol dan dalam metanol, sedikit larut dalam aseton

3. Dispersi padat merupakan salah satu metode untuk meningkatkan kelarutan dan

bioavaibilitas dari obat yang memiliki kelarutan yang rendah dalam air. Dispersi

padat bisa dibuat dengan banyak cara salah satunya spray drying, yaitu salah satu

bentuk pengeringan yang tersedia untuk mengubah cairan, bubur atau pasta

viskositas rendah ke (bubuk bebas mengalir) padat kering.

.

4. Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam

pelarut menghasilkan suatu larutan, bila dispersi padat kontak dengan air maka

pembawa akan terlarut, dan obat dilepaskan dengan ukuran yang lebih kecil

(partikel koloidal), sehingga laju disolusi dan bioavailabilitasnya juga mengalami

peningkatan.

5. Spektrofotometer visibel merupakan instrument yang digunakan untuk mengukur

disolusi kurkumin.

D. Bahan – bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurkumin standar

(pemberian eksklusif dari prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S.,Apt.) , serbuk ekstrak

rimpang kunyit (dari PT Phytochemindo Reksa) , PVP K-25 (PT Brataco), etanol

(39)

methanol p.a (E. Merck), cangkang kapsul keras ukuran 00 (PT Brataco), Natrium

klorida P, asam klorida (HCl) pekat.

E. Alat – alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat- alat gelas

(Pyrex-Germany), timbangan analitik (OHAUS Carat Series), spray dryer

(LabPlant-London), spektrofotometer UV-Vis (Perkin Elmer), alat uji disolusi (Sotax), stirer

magnetic (Labinco BV-Netherlands), ph indikator universal (Merck), dan desikator

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan dispersi padat

Untuk dispersi padat, kurkumin dilarutkan dengan etanol. PVP dilarutkan dengan

aquades. Larutan kurkumin dicampur dengan larutan PVP K-25 dengan proporsi

drug load yaitu 2 %, 1 %, dan 0,6 % . Pelarut dihilangkan dengan teknik I

dengan operating parameter sebagai berikut: suhu inlet, 110o C; suhu outlet ±70 o

Tabel VI. Proporsi drug load

C; feed rate 4 ml/ min.

PVP K-25 (mg)

Kurkumin ( mg) Drug load

2000 mg 40 mg 1,96 % ≈ 2%

4000 mg 40 mg 0,99 % ≈ 1%

(40)

2. Pembuatan serbuk campuran fisik

Campuran fisik disiapkan dengan mencampur secara manual x mg kurkumin dan

PVP K-25 dengan proporsi drug load 2 %, 1%, dan 0,6 % . Homogenkan

dengan mengaduk di atas mortar kemudiaan diayak.

3. Uji disolusi

Uji disolusi dilakukan terhadap dispersi padat, dan campuran fisik dengan

menggunakan alat uji disolusi. Medium disolusi terdiri dari 900 ml cairan

lambung buatan tanpa pepsin. Pembuatan medium disolusi mengacu pada

Farmakope IV. Kecepatan paddle diatur 50±0,1 rpm dan temperatur pengujian

37 ±0,5°C. Jumlah tiap sampel setara dengan 40 mg kurkumin. Setiap 5, 10, 15,

20, 30, 45 dan 60 menit, cuplikan sebanyak 5 ml diambil dan disaring, medium

disolusi diganti dengan 5 ml medium disolusi yang baru setelah pengambilan

cuplikan. Cuplikan diukur kadar kurkuminnya dengan Spektrofotometer visible pada λ 421,6 nm untuk cairan lambung buatan tanpa pepsin. Konsentrasi

kurkumin dihitung dan dinyatakan sebagai persentase kurkumin terlarut dari

jumlah rata-rata tiga kali replikasi pengukuran.

4. Validasi metode

a. Pembuatan larutan stok kurkumin

Sebanyak 10,0 mg serbuk kurkumin ditimbang seksama, masukkan ke dalam

(41)

b. Pembuatan larutan intermediet

Larutan stok kurkumin dipipet sebanyak 1,0 ml, masukkan ke dalam labu

ukur 10,0 ml. Encerkan dengan metanol p.a hingga tanda. Larutan

intermediet dibuat sebanyak 3 kali.

c. Penentuan panjang gelombang maksimum

Mengambil 0,4; 0,8; dan 1,2 ml dari larutan intermediet ke dalam labu 10

ml. Encerkan dengan methanol hingga tanda. Pengukuran λ maks dilakukan pada λ 300 – 600 nm sebanyak tiga kali. Melakukan hal yang sama pada

intermediate II dan intermediet III.panjang gelombang maksimum dilihat dari

profil kurvanya dan dilihat yang memberikan serapan maksimum.

d. Pembuatan kurva baku

Larutan intermediet diambil sebanyak 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml dan 1,2

ml, masukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml. Encerkan dengan metanol p.a

hingga tanda. Larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang

maksimum. Replikasi sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh dihitung

meggunakan regresi linier sehingga didapat persamaan kurva baku kurkumin.

e. Penetapan parameter akurasi (recovery)

Larutan intermediet diambil sebanyak 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml dan 1,2

ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml. Diencerkan dengan metanol p.a

hingga tanda. Larutan intermediet diukur serapannya pada panjang

gelombang maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Menghitung

(42)

% recovery = kadar terukur

kadar terhitung x 100% f. Penetapan parameter presisi (koefisien variasi)

Larutan intermediet diambil sebanyak 0,4 ml dan 1,2 ml, masukkan ke dalam

labu ukur 10,0 ml. Encerkan dengan metanol p.a hingga tanda. Larutan

intermediet diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Replikasi

dilakukan sebanyak 3 kali. Serapan yang diperoleh dimasukkan ke dalam

persamaan kurva baku untuk mengetahui kadar terukur, kemudian hitung

standar deviasi, dengan rumus:

CV = SD x

� x 100%

Keterangan :

SD = standar deviasi

x� = kadar rata-rata

CV = koefisien variasi

g. Penetapan parameter linieritas

Larutan intermediet diambil sebanyak 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml dan 1,2

ml, masukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml. Encerkan dengan metanol p.a

hingga tanda. Larutan intermediet diukur serapannya pada panjang gelombang

maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Hitung nilai linieritas

(43)

G. Analisis Hasil

1. Analisis validasi metode

Validasi metode yang digunakan berdasarkan parameter berikut:

a. Akurasi

Akurasi metode analisis biasa disebut juga sebagai recovery dan dihitung

dengan rumus :

% recovery = kadar terukur

kadar terhitung x 100%

Metode digunakan untuk menganalisis bahan obat dengan kadar kurang dari

0,1%, maka rentang recovery yang digunakan yaitu 80-120%.

b. Presisi

Presisi dinyatakan dengan koefisien variasi, dengan rumus:

CV = 𝑆𝑆𝑆𝑆

𝑥𝑥̅ x 100%

Metode ini dikatakan baik bila nilai CV yang diperoleh < 2% makin kecil

nilai CV, presisi metode yang digunakan makin baik.

c. Linieritas

Parameter linieritas dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) hasil pengukuran

larutan seri baku kurkumin. Metode dikatakan memiliki linieritas yang baik

(44)

2. Analisis statistik penetapan kadar kurkumin terlarut

Data uji disolusi kurkumin dibuat dalam bentuk kurva hubungan antara

jumlah persentase kurkumin terdisolusi terhadap waktu. Kemudian dilakukan

perhitungan statistik korelasi proporsi drug load terhadap waktu 60 menit

(45)

27

A. Pembuatan Dispersi Padat Kurkumin

Pembuatan dispersi padat bertujuan untuk meningkatkan disolusi obat yang

mempunyai kelarutan rendah. Dispersi padat kurkumin dibuat untuk meningkatkan

kelarutan kurkumin karena kurkumin memiliki kelarutan yang rendah. Dispersi

dibuat dengan mencampur 350,8772 mg isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma

domestica C-95) yang dilarutkan dalam 125 ml etanol 70% dengan pembawa, yaitu

PVP K-25 sebanyak 2000, 4000, 6000 mg yang dilarutkan dalam 100 ml aquadest

dengan proporsi drug load seperti pada tabel VII. Campuran keduanya

dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer.

Tabel VII. Formula pembuatan dispersi padat

PVP K-25 (mg)

Kurkumin ( mg) Drugload (%)

2000 40 1,96 ≈ 2

4000 40 0,99 ≈ 1

6000 40 0,66

Isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95) yang digunakan

dalam penelitian didapat dari PT. Phytochemindo Reksa dengan komponen 97,20%

merupakan kurkuminoid yang tertera pada Certificate of Analysis dan dalam

(46)

Pembawa yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat ini menggunakan PVP

K-25 dengan karakteristik, yaitu serbuk putih kekuningan dan bersifat higroskopik. PVP

K-25 merupakan polimer hidrofilik yang sering digunakan sebagai pembawa dalam

dispersi padat karena PVP K-25 dapat meningkatkan kelarutan dan disolusi dari obat

yang kelarutannya rendah dalam air. Selain itu, PVP K-25 dapat berinteraksi dengan

banyak senyawa lipofilik. Dalam dispersi padat, PVP K-25 menunjukkan interaksi

seperti ikatan hidrogen molekular antara kurkumin dengan PVP K-25. Interaksi ini

menyebabkan perubahan struktur kristal kurkumin menjadi bentuk amorphous

(Kaewnopparat, dkk, 2009).

Formula dibuat dengan tiga proporsi drug load, yakni 2, 1, dan 0,66%.

Menurut Srinarong (2009) dengan menurunnya proporsi drug load maka akan terjadi

peningkatan disolusi.

Dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)

-PVP K25 dibuat dengan alat spray dryer LabPlantdengan parameter, yaitu suhu inlet

110 o C, suhu exhaust 60oC - 70oC, pump speed 4 ml/menit, nozzle 1 mm. Cara kerja

dari alat Spray Dryer adalah dengan adanya uap panas akan mengubah cairan

campuran antara isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95) dengan

PVP K-25 menjadi serbuk kering. Serbuk dispersi padat yang diperoleh berupa

serbuk dengan ukuran kecil, berwarna kekuningan, dan higroskopis. Serbuk

kemudian dibungkus dengan aluminium foil dan disimpan selama 24 jam dalam

(47)

jam dalam desikator sebelum diuji disolusi. Serbuk dispersi padat yang dihasilkan

kemudian dimasukkan ke dalam kapsul no 00 sesuai dengan perhitungan.

B. Pembuatan Campuran Fisik

Campuran fisik dibuat dengan mencampur homogen secara manual dalam

mortir antara isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95) dengan PVP

K-25 dari hasil perhitungan hasil dispersi padat yang dimasukkan ke dalam kapsul

dibandingkan dengan jumlah dispersi padat yang dihasilkan, sehingga diperoleh

jumlah pembawa dan serbuk kunyit untuk campuran fisik. Campuran fisik diberi

perlakuan yang sama seperti dispersi padat yaitu dibungkus dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan selama 24 jam dalam desikator, kemudian dimasukkan

ke dalam kapsul No.00 dan disimpan lagi selama 24 jam dalam desikator sebelum

diuji disolusi. Hasil disolusi dari campuran fisik akan dibandingkan dengan dispersi

padat.

C. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Kurkumin

Penetapan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mendapatkan

panjang gelombang serapan maksimum dari kurkumin, sehingga dapat menunjukkan

sensitifitas yang baik serta untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik saat

dilakukan pengukuran ulang menggunakan panjang gelombang maksimum tersebut.

Penetapan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan membuat

(48)

Tabel VIII. Penentuan panjang gelombang maksimum

mg/ml sebanyak tiga kali. Tiap larutan intermediet diukur menggunakan

spektrofotometer Vis dan dilihat pada panjang gelombang berapa absorbansi

maksimum paling banyak diberikan, yang dijadikan sebagai panjang gelombang

maksimum dari kurkumin dan digunakan untuk pengukuran berikutnya.

Pengukuran Konsentrasi Panjang gelombang

( nm)

Penentuan panjang gelombang maksimum dipilih dari nilai yang paling

sering muncul dari hasil pengukuran. Dari tabel diatas hasil pengukuran didapat

panjang gelombang maksimum kurkumin, yaitu 421,6 nm karena dari hasil

pengukuran panjang gelombang yang paling sering muncul adalah 421,6 nm.

Menurut Kaewnopparat (2009) teori panjang gelombang kurkumin adalah

421,0, nm yang diukur menggunakan spektrofotometer. Dari hasil pengukuran terjadi

pergeseran panjang gelombang untuk kurkumin sebesar 0,6 nm, hasil ini dikatakan

memenuhi syarat karena pergeseran panjang gelombang yang diijinkan adalah

(49)

D. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin

Pembuatan kurva baku bertujuan untuk memperoleh persamaan regresi linier

yang akan digunakan untuk menghitung kadar kurkumin dalam serbuk dispersi padat.

Pembuatan kurva baku dibuat dari lima konsentrasi, yaitu 1,584.10-3 mg/ml, 2,376.10-3

mg/ml, 3,168.10-3 mg/ml, 3,960.10-3 mg/ml, dan 4,752.10-3

Menurut Rohman (2009) linieritas suatu metode merupakan ukuran

seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan

konsentrasi (x). Linieritas suatu kurva baku menunjukan bahwa kenaikan respon

sebanding dengan kenaikan konsentrasi baku yang digunakan.

mg/ml yang kemudian

diukur dengan spektrofotometer VIS pada λ 421,6 nm. Dilakukan tiga kali replikasi

dari seri kurva baku untuk mendapatkan nilai (r) yang baik yaitu lebih besar dari 0,99.

Tabel IX. Konsentrasi Kurva Baku vs Absorbansi

(50)

Dari persamaan kurva baku di atas hanya persamaan I dan III yang

memenuhi kriteria linieritas yang baik. Dari kedua persamaan kurva baku yang

diperoleh dipilih persamaan kurva baku yang paling linier. Menurut Rohman (2009)

untuk uji disolusi kriteria linieritas dengan harga r ≥ 0,99. Persamaan kurva baku

yang dipilih adalah persamaan kurva baku replikasi I, yaitu y = 152,3990 x – 0,017

karena mempunyai nilai r yang paling baik yaitu dengan nilai r = 0,9981. Pemilihan

ini karena nilai r dari replikasi I lebih baik diantara yang lain.

Gambar 7. Grafik kurva baku

E. Validasi metode

Validasi metode merupakan ukuran kesasihan suatu metode yang

digunakan. Validasi yang diuji meliputi linearitas, akurasi dan presisi. Akurasi

menggambarkan apakah suatu metode mengahasilkan nilai pengukuran yang sama

atau mendekati nilai sebenarnya, sedangkan presisi menunjukkan apakah metode

(51)

yang digunakan memiliki ketelitian sehingga pada pengulangan pengukuran akan

memghasilkan nilai yang sama. Recovery merupakan parameter untuk akurasi suatu

metode analisis. Berdasarkan perhitungan recovery diperoleh nilai recovery pada

level rendah, tengah maaupun tinggi.

1. Akurasi

Akurasi dibuat dengan mengukur larutan seri baku 1,584.10-3, 3,168.10-3, dan

4,752.10-3

% recovery = kadar terukur

kadar terhitung x 100%

mg/ml sebanyak 3 kali. Kemudian kadarnya dihitung dengan

memasukkan nilai absorbansi ke dalam persamaan kurva baku. Dan

masing-masing seri kurva baku dihitung recovery-nya dengan rumus :

Tabel X. Data perhitungan recovery

Level

Hasil dari perhitungan recovery untuk larutan seri baku 1,584. 10-3 mg/ml,

(52)

mg/ml,

Tabel XI. Nilai recovery (Anonim, 2004)

yaitu 98,41%. Menurut Guideline (2004) persamaan recovery suatu metode

analisis adalah 80 – 120% untuk kadar analit 0,1-1%.

% Active/ impurity

Karena sampel yang digunakan adalah sampel dengan kadar kecil yaitu

0,1-1% sehingga batas recovery yang diberikan juga lebih lebar yaitu 80-120%.

Recovery dari ketiga seri baku baik karena masuk dalam rentang recovery yang

diberikan, sehingga bisa dikatakan untuk metode ini memenuhi kriteria validasi

metode bagian akurasi.

2. Presisi

Presisi dihitung dari recovery, presisi yang baik bila nilai CV < 2%.

Menurut Guideline (2004) CV juga bergantung dari kadar analit sampelnya. Pada

pengukuran ini, kadar analit sampel, yaitu >0,1% atau dalam rentang 0,1-1,0%,

maka untuk nilai CV yang diacu adalah <10%.

Tabel XII. Nilai presisi (Anonim, 2004)

(53)

Dari ketiga baku nilai CV yang diperoleh larutan seri baku 1,584. 10-3

mg/ml yaitu 7,44%; untuk seri 3,168. 10-3 mg/ml yaitu 5,19% ; dan untuk seri

4,752. 10-3 mg/ml

3. Linearitas

yaitu 1,42%. Ketiga baku masih memenuhi kriteria presisi,

yaitu ≤ 10%, sehingga dapat dikatakan memenuhi validasi bagian presisi.

Linearitas dilakukan dengan mengukur lima larutan seri baku kurkumin

konsentrasi yaitu 1,584. 10-3, 2,376. 10-3 , 3,168. 10-3 , 3,960. 10-3 , dan 4,752. 10-3

Dari kurva baku diperoleh persamaan kurva baku y= 152,3990 x – 0,017,

dengan nilai A = -0,017 ; B = 152,39 dan r = 0,9981. Menurut Rohman (2009)

untuk uji disolusi r > 0,99. Sehingga linearitas dari metode ini dikatakan baik. mg/ml sebanyak 3 kali. Kemudian dibuat persamaaan kurva baku dengan

memasukkan nilai absorbansi vs kadar seri baku, di hitung nilai r. Lalu dipilih

nilai r yang paling baik yang digunakan untuk kurva baku.

4. LOD

LOD merupakan Limit of Detection, dimana ini merupakan kadar terkecil

yang dapat diukur dalam pengukuran kadar. Bila kadar yang akan di ukur berada

di bawah LOD, kadar tersebut tidak dapat terdeteksi. LOD diukur menggunakan

rumus 3 𝑥𝑥𝑆𝑆𝑆𝑆

(54)

Tabel XIII. Kurva baku

Dari perhitungan LOD di atas, diketahui bahwa LOD sebesar 2,4649. 10-5 mg/ml.

Jadi, untuk pembuatan dispersi padat dan campuran fisik yang dilakukan, jumlah

kurkumin yang terkandung di dalamnya sudah berada di atas LOD.

F. Uji Disolusi

Uji disolusi dilakukan untuk mengetahui profil disolusi kurkumin antara

dispersi padat dengan campuran fisik. Uji disolusi dilakukan menurut metode

rotating paddle method. Uji disolusi bertujuan untuk melihat pelepasan obat dalam

Konsentrasi ( mg/ml) Absorbansi

1,584. 10-3 mg/ml 0,236 A

2,376. 10-3 mg/ml 0,329 A

3,168. 10-3 mg/ml 0,461 A

3,960. 10-3 mg/ml 0,598 A

(55)

tiap menit. Uji disolusi serbuk dispersi padat dan serbuk campuran fisik

menggunakan metode rotating paddle method. Dispersi padat maupun campuran fisik

dimasukkan ke dalam kapsul ukuran 00 dan dilakukan uji pada medium cairan

lambung buatan tanpa pepsin. Menurut Farmakope IV cairan lambung buatan tanpa

pepsin dibuat dengan mencampur 2 g NaCl P dengan 7 mL HCl p.a kemudian di

tambah aquadest hingga 1000 mL. Medium disolusi yang digunakan sebanyak 900

mL dituang ke alat disolusi. Uji disolusi menggunakan metode rotating paddle

method karena diatur pada suhu ±37 o C dan dengan kecepatan 50 rpm. Pengujian

dilakukan selama 3 jam dengan pengambilan cuplikan dilakukan pada menit ke 5, 10,

20, 30, 45, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit untuk setiap sampel. Cuplikan kemudian diukur kadarnya dengan Spektrofotometer Vis pada λ 421,6 nm dan dihitung persen

kurkumin yang terdisolusi.

G. Pengukuran Kadar Kurkumin

Pengukuran kadar kurkumin dilakukan dengan menggunakan

Spektrofotometer Visibel. Kadar kurkumin yang terukur kemudian dihitung persen

kurkumin terdisolusi. Dilakukan pengukuran terhadap dispersi padat dan campuran

fisik pada proporsi drug load 2, 1, dan 0,66% dan dilakukan replikasi tiga kali.

Dilakukan perbandingan persen kurkumin terdisolusi antara dispersi padat dengan

(56)

Data dari pengujian ditampilkan dalam grafik adalah sebagai berikut.

Gambar 8. Grafik Drug Load 0,66%

Untuk proporsi drug load 0,66% dari grafik terlihat adanya perbedaan

persen kurkumin terdisolusi antara dispersi padat dengan campuran fisik yang

signifikan. Hal ini terlihat dari tidak adanya nilai SD yang berhimpit baik dari 5 menit

hingga 180 menit. Menurut Srinarong (2009) dispersi padat akan memberikan

disolusi yang lebih besar karena dengan dispersi padat mengubah bentuk dari

kristalin menjadi amorphous yang menyebabkan peningkatan laju disolusi.

Dilakukan juga uji statistik antara disolusi dispersi padat dengan campuran

fisik. Uji statistik menggunakan Mann-Whitney karena data berdistribusi tidak

normal, dilihat dari nilai p <0,05. Uji normalitas dilakukan menggunakan

Saphiro-Wilk karena sampel yang diuji jumlahnya kurang dari 50. Dari uji T tidak

berpasangan dan uji diperoleh nilai signifikansi <0,05 maka dapat dikatakan ada

(57)

perbedaan yang bermakna antara disolusi dispersi padat dengan campuran fisik.

Gambar 9. Grafik Drug Load 1%

Untuk proporsi drug load 1% dari grafik terlihat adanya perbedaan persen

kurkumin terdisolusi antara dispersi padat dengan campuran fisik yang signifikan.

Hal ini terlihat dari tidak adanya nilai SD yang berhimpit, baik dari 5 menit hingga

180 menit.

Perbedaan disolusi dispersi padat dengan campuran fisik juga dilakukan

dengan statistik untuk melihat perbedaan disolusi dari keduanya . Uji statistik

menggunakan uji Mann-Whitney karena data berdistribusi tidak normal. Uji

normalitas dilakukan menggunakan Saphiro-Wilk. Dari uji Mann-Whitney diperoleh

nilai signifikansi <0,05 maka dapat dikatakan terdapat perbedaan yang bermakna

antara disolusi dispersi padat dengan campuran fisik.

(58)

Gambar 10. Grafik Drug Load 2%

Dari grafik diatas juga terlihat adanya perbedaan persen kurkumin

terdisolusi antara dispersi padat dengan campuran fisik pada drug load 2%. Dari

grafik terlihat bahwa dengan dispersi padat dapat meningkatkan persen terdisolusi

yang signifikan dibanding dengan campuran fisik. Hal ini terlihat dari tidak adanya

nilai SD yang berhimpit.

Dilakukan juga uji statistik antara disolusi dispersi padat dengan campuran

fisik. Uji statistik menggunakan uji T tidak berpasangan karena data berdistribusi

normal dilihat dari nilai p>0,05. Uji normalitas dilakukan menggunakan

Saphiro-Wilk. Dari hasil uji T tidak berpasangan diperoleh nilai signifikansi >0,05 maka

dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara disolusi dispersi

padat dengan campuran fisik pada menit awal disolusi dikarenakan belum semua

kurkumin terdisolusi sempurna pada drug load 2 % di menit awal sehingga antara

dispersi padat maupun campuran fisik memberikan disolusi yang tidak bermakna.

(59)

Gambar 11. Grafik Drug Load 0,66%, 1%, dan 2%

Menurut Srinarong (2009) dengan menurunnya proporsi drug load maka

persen disolusi akan meningkat . Hal ini sesuai dengan teori karena dari grafik dapat

dilihat dengan menurunnya proporsi drug load maka persen kurkumin terdisolusi

semakin besar. Untuk proporsi drug load 0,66% tidak menunjukkan persen kurkumin

terdisolusi meningkat secara signifikan dibandingkan dengan drug load 1% karena

kurva berhimpit satu sama lain.

Dilakukan pula uji statistik untuk melihat korelasi antara proporsi drug

load dengan persen kurkumin terdisolusi pada menit tertentu. Waktu yang dipilih

adalah 60 menit untuk melihat ada tidaknya korelasi antara proporsi drug load

dengan persen kurkumin terdisolusi pada waktu 60 menit.

Uji korelasi yang dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman karena

distribusi data tidak normal. Menurut Dahlan (2009), data dikatakan berdistribusi

0

(60)

normal jika nilai p > 0,05 dan sebaliknya jika p < 0.05 maka data dikatakan

berdistribusi tidak normal. Uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk karena

sampel yang diuji kurang dari 50.

Tabel XIV. Korelasi Spearman 60 menit

Correlations

proporsidrugloa

d persendisolusi

Spearman's rho proporsidrugload Correlation Coefficient 1,000 -,422

Sig. (2-tailed) . ,258

N 9 9

persendisolusi Correlation Coefficient -,422 1,000

Sig. (2-tailed) ,258 .

N 9 9

Berdasar data di atas terdapat korelasi tidak bermakna antara proporsi drug

load dengan disolusi kurkumin, yang dapat dilihat dari nilai p 0,258. Hal ini terjadi

karena PVP merupakan contoh polisakarida dengan tingkat kelarutan yang tinggi

sehingga dispersi padat yang dihasilkan pun memiliki kelarutan yang tinggi.

Sehingga saat menit ke-60 baik proporsi 0,66%, 1% maupun 2% sudah sebagian

besar terdisolusi.

Nilai koefisien korelasi yang diperoleh adalah -0,422. Nilai negatif

menunjukkan bahwa korelasi antara proporsi drug load dengan persen kurkumin

terdisolusi adalah berbanding terbalik, dimana dengan meningkatnya proporsi drug

(61)

Tabel XV. Data ANOVA

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,598a ,358 ,266 6,90730 1,468

a. Predictors: (Constant), proporsidrugload

b. Dependent Variable: persendisolusi

ANOVA

Model

b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 186,033 1 186,033 3,899 ,089a

Residual 333,975 7 47,711

Total 520,009 8

a. Predictors: (Constant), proporsidrugload

(62)

Gambar 12. Regresi linier

Dari regresi linear didapat persamaan yaitu y=-7,721x + 56,89. Persamaan

tersebut memiliki nilai signifikansi pada ANOVA diperoleh nilai 0,089 yang berarti >

0,05 yang menandakan persamaan tersebut tidak layak digunakan untuk meramalkan

pengaruh drug load terhadap disolusi kurkumin. Selain itu nilai adjusted R Square

yang diperoleh 0,266 menunjukan bahwa proporsi drug load mempengaruhi disolusi

sebesar 26,6% dan sisanya 73,4% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti.

y = -7,721x + 56,89

(63)

45

Dispersi padat dapat meningkatkan disolusi kurkumin secara signifikan

dibandingkan dengan campuran fisik bila dibandingkan pada proporsi drug load

yang sama, namun tidak terdapat korelasi yang bermakna antara proporsi drug

load dengan disolusi kurkumin.

B. Saran

1. Pembuatan dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica

C-95)-PVP K-25 dengan proporsi drug load tidak dapat meningkatan disolusi

kurkumin, sehingga sebagai saran dapat digunakan PVP jenis yang lain.

2. Dapat dilakukan pula pembuatan dispersi padat isolate ekstrak rimpang kunyit

(64)

46

Anonim. 2010, Penerapan Nanotechnology Dalam Bidang Formulasi Sediaan Obat,

Anonim , 2010, UV-Vis Absorption Spectroscopy , http://teaching.shu.ac.uk

/hwb/chemistry/tutorials/molspec/uvvisab3.htm, diakses tanggal 21 November 2010.

Banakar, U. V., 1992, Pharmaceutical Dissolution Testing, Marcel Dekker Inc., New York, United States of America, pp. 15-17, 53.

Chan, C.C., Lam, N., Lee, Y.C., Zhang, X., 2004, Analytical Method Validation and Instrument Performance Verification, John Wiley & Sons, Inc., USA,16.

Chiou W.L., Riegelman S, 1971, Pharmaceutical Applications of Solid Dispersion System. J. of Pharm. Sci 60(9), 1281-1302.

Dahlan, M. S., 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika, 60-66, 163-170.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia, jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Folttmann dan Quadir, 2008, Polyvinylpirrolidone(PVP)-One of the Most Widely Used Excipient in Pharmaceutical: An Overview, Drug Delivery Technology Vol 8 No 6, pp. 22-27.

Guideline, 2004, Guidelines for the Validation of Analytical Methods Active Constituen, Agriculture and Veterinary Chemical Product, Australian Pesticides & Veterinary Medicines Authority, 1-9.

Hadi, 2007, Spektrofotometri UV/VIS,

20 November 2010.

(65)

International Specialty Product , 2010,

Kaewnopparat, N., Kaewnopparat, S., Jangwang, A., and Mannenaun, D., 2009, Increased Solubility, Dissolution and Physicochemical Studies of Curcumin-Polyvinylpyrrolidone K-30 Solid Dispersion, World Academy Of Science, Engineering and technology 55, 229.

Li , D.X., Jang, K.J., Kang, W., Bae, K., Lee, M.H., Oh, Y.K., et al , 2009, Enhanced Solubility and Bioavaibility of Sibutramine Base by Solid Dispersion System with Aqueous Medium, Pharmaceutical Society of Japan, pp. 279.

Martono, S., 1996, Penentuan Kadar Kurkumin secara Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri, Buletin ISFI Yogyakarta, Vol.2 No.4.

Mulja, H.M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya, pp. 102.

Paradkar, A., Ambike, A.A., Jadhav, B.K., dan Mahadik, K.R., 2004, Characterization of curcumin-PVP solid dispersion obtained by spray drying, International Journal of Pharmaceutics 271, 281.

Parinussa, T. M. S. dan Timotius, K. H., 2010, Pengaruh Penambahan Asam Terhadap Aktivitas Antioksidan Kurkumin, BSS, 194(1), 1-6.

Peakchem , 2010, 21 November 2010.

Prasetyo, Y, 2010,

diakses tanggal 16 September 2010.

Riwan, 2008, Kunyit (Curcuma domestica),

Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp.230-232.

Rohman, S, 2008, Teknologi Pengeringan Bahan Makanan ,

(66)

Shargel, L. dan Yu, A., 1999, Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics, fourth edition, Medical Publishing Division, Mc Graw-Hill, pp.132

Sastrohamidjojo, H., 1991, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta, pp.1-15.

Srinarong, P., Kouwen, S.,Visser, M. K., Hinrichs, W. L. J., dan Frijlink, H. W., 2009, Effect of Drug-Carrier Interaction on dissolution Behavior of Solid Dispersion Tablets, Pharmaceutical Development and Technolog, 1-9.

Sutriyo, Rosmaladewi, dan Filosane Febrian Hevike, 2005, Pengaruh polivinilpirolidon terhadap laju disolusi furosemid dalam sistem dispersi padat, Majalah Ilmu Farmasi Vol.II No.1, 30-42.

Tonnesen, H.H., Karlsen , J. 1985, Studies on curcumin and curcuminoid . IV . Kinetics of curcumin degradation in aqueous solution, Z. Lebensm. Unters. Forch. 180, 402-404.

Traub, D.A, 2008, Spray Dryer Guide ,

United States Pharmacopeia Convention, 2005, The United State Pharmacopeia , 28th edition, United State Pharmacopeia Convention Inc., Rockville pp.2748-2751.

Waard, de. H, Hinrichs, W.L.J., Visser, M.R., Bologna, C., dan Frijlink H.W., 2007, Unexpected differences in dissolution behavior of tablets prepared from solid dispersions with a surfactant physically mixed or incorporated, International Journal of Pharmaceutics, 349.

(67)
(68)
(69)
(70)

Lampiran 3. Pembuatan kurva baku kurkumin

1. Pembuatan larutan stok kurkumin a. Penimbangan kurkumin baku

berat kertas = 0,1332 g berat kertas + zat = 0,1433 g berat kerta + sisa = 0,1334 g

berat zat = 0,0990 g = 9,9 mg

Kurkumin dilarutkan dengan methanol p.a lalu di add methanol p.a hingga 25 ml.

Konsentrasi larutan stok kurkumin = 9,9 mg / 25 ml = 0,3960 mg / ml 2. Pembuatan larutan intermediet kurkumin

1 ml larutan stok kurkumin di pipet , di add dengan methanol p.a 10,0 ml Konsentrasi larutan intermediet kurkumin = 0,3960 mg/ml x 1,0 ml / 10,0 ml

= 0,0396 mg/ml

(71)
(72)

Lampiran 4. Data orientasi PVP K-25

Penimbangan PVP K-25 ( 1 gram)

berat aluminium foil = 0,3142 g

Penimbangan hasil dispersi padat

berat aluminium foil = 0,2920 g berat aluminium foil + zat = 0,5580 g berat zat = 0,2660 g

0,2660 g = 266 mg / 4 = 66,5 mg dalam I kapsul

Formula Dispersi Padat Kurkumin- PVP K 25

PVP K 25 ( mg) Serbuk kunyit (mg)

4000 350,8772 40/(4000+40)

=0,99 % ≈ 1 %

6000 350,8772 40/(6000+40)

(73)

Perhitungan

Dari orientasi diperoleh persen kehilangan 80 % , agar setara dengan kurkumin 40 mg tiap kapsul maka serbuk kunyit yang ditimbang

= (100%-80%). X = 40 mg = 0,2 X = 40 mg = 200 mg

(74)

Lampiran 5. Perhitungan dispersi padat dan campuran fisik

Penimbangan hasil dispersi padat

(75)

Penimbangan serbuk kunyit

berat aluminium foil = 0,3306 g berat aluminium foil + zat = 1,7314 g berat aluminium foil + sisa = 0,3312 g berat zat = 1,4002 g

Penimbangan hasil dispersi padat

berat aluminium foil = 0,4572 g

Penimbangan hasil dispersi padat

berat aluminium foil = 0,4667 g berat aluminium foil + zat = 1,2670 g berat zat = 0,8003 g

(76)

% kehilangan yang diperoleh : ( 8,0080 + 1,4020) – 0.8003 8,0080+ 1,40020

= 91,50 %

NB : perhitungan untuk drugload 1 % dan 0,66 % sama.

Perhitungan campuran fisik

Jumlah serbuk kunyit yang ada dalam dispersi padat :

= Jumlah serbuk kunyit yang ditimbang – (Jumlah serbuk kunyit yang hilang )

Jumlah kurkumin yang ada dalam dispersi padat :

=( Jumlah serbuk kunyit yang ada dalam dispersi padat) x 0,9720 x 0,60

Jumlah kurkumin yang ada dalam dispersi padat ( dalam 1 kapsul) : =

4

( Jumlah serbuk kunyit yang ada dalam dispersi padat) x 0,9720 x 0,60

Contoh perhitungan

Drug load 2% Replikasi 1

Jumlah serbuk kunyit yang ada dalam dispersi padat

= jumlah serbuk kunyit yang ditimbang - jumlah serbuk kunyit yang hilang = 1,4004 g – (1,4004 g x 90,18 %)

= 1,4004 g – 1,2629 g = 0,1375 g = 137,5 mg

(77)

Jumlah kurkumin yang ada dalam tiap formula = 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 ℎ𝑘𝑘𝑗𝑗𝑘𝑘𝑘𝑘𝑗𝑗𝑗𝑗𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 ℎ𝑗𝑗𝑎𝑎𝑘𝑘𝑗𝑗𝑎𝑎𝑠𝑠𝑘𝑘𝑗𝑗𝑠𝑠

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 ℎ𝑏𝑏𝑗𝑗𝑘𝑘𝑠𝑠𝑗𝑗𝑘𝑘𝑘𝑘𝑠𝑠𝑗𝑗 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑘𝑘𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑠𝑠𝑗𝑗𝑘𝑘𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑘𝑘𝑏𝑏𝑗𝑗𝑗𝑗𝑑𝑑

= 78,375 𝑗𝑗𝑦𝑦

4 = 19,59375 mg ≈ 19,5938 mg

Jumlah serbuk yang dimasukan dalam kapsul sebanyak 190 mg Jumlah kurkumin dalam 190 mg

= 190 𝑗𝑗𝑦𝑦

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 ℎ𝑎𝑎𝑠𝑠𝑘𝑘𝑏𝑏𝑗𝑗𝑘𝑘 𝑠𝑠𝑗𝑗𝑘𝑘𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑘𝑘ℎ𝑗𝑗𝑎𝑎𝑘𝑘𝑗𝑗𝑘𝑘𝑗𝑗𝑘𝑘 𝑑𝑑𝑘𝑘𝑗𝑗𝑠𝑠 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑘𝑘𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 x jumlah kurkumin dalam tiap formula

= 190 𝑗𝑗𝑦𝑦

230 ,875 𝑗𝑗𝑦𝑦 x 19,5938 = 16,4982 mg

Jumlah serbuk kunyit yang harus ditimbang

= jumlah serbuk kunyit dalam 190 mg : 97,20 % : 60 % = 16,4982 mg : 97,20 % : 60 %

= 28,2891 mg

Jumlah pembawa yang ditambahkan = 190 mg – jumlah serbuk kunyit ditimbang = 190 mg – 28,2891 mg

= 161,7109 mg

Jadi untuk campuran fisik, serbuk kunyit yang ditimbang sebanyak 28,2891 mg dan PVP K25 sebanyak 161,7109 mg.

Drug load 2% Replikasi 2

Jumlah serbuk kunyit yang ada dalam dispersi padat

= jumlah serbuk kunyit yang ditimbang - jumlah serbuk kunyit yang hilang = 1,4002 g – (1,4002 g x 89,58 %)

Gambar

Grafik proporsi drug load 0,66, 1, 2%.......................................
Gambar 1. Struktur Kurkumin (Anonim, 2010)
Gambar 2. Kurkumin (Anonim, 2010)
Gambar 4. Struktur PVP (Folttmann dan Quadir, 2008).
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

BPR Jatim adalah Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2000 tentang Penggabungan dan Perubahan Bentuk Badan

PT Wijaya Karya – PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama – Proyek Jalan Pangkalan Lada Berdasarkan Perjanjian Kerjasama Operasi, pada tanggal 21 Pebruari 2008 dari notaris Achmad

National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotionperiode 1994-1999, melaporkan bahwa mioma uteri merupakan salah satu penyebab dilakukannya tindakan

Berdasarkan 2(dua) kelompok data tersebut, jika nilai rata-rata pada kolom G (sel G4) digunakan sebagai acuan, maka fungsi database yang tepat untuk mengisi data predikat seperti

 Sekretariat Daerah Kota dipmpin oleh Sekretaris Daerah Kota yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Walikota.. Pengkoordinasian perumusan kebijakan

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudara, perihal Pekerjaan4. Master Plan Bangunan Fasilitas