• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.4. Proses Produksi

5.4.1 Pembuatan Media Tanam

5.4.Proses Produksi

Proses produksi mulai dari pembibitan hingga budidaya jamur tiram putih terdiri dari beberapa tahap. Untuk pembibitan prosesnya dimulai dari pembuatan media tanam, pembibitan (inokulasi), dan inkubasi. Budidaya jamur tiram putih adalah kelanjutan dari pembibitan. Budidaya jamur tiram ini adalah pemeliharaan setelah bibit diinkubasikan selama satu bulan.

5.4.1 Pembuatan Media Tanam

Untuk satu paket pembibitan terdiri dari tiga log bibit jamur, tujuh karung serbuk kayu (100 kg), 15 kg dedak, dua kg kapur, satu kg gipsum, dan air secukupnya. Satu paket pembibitan ini mampu menghasilkan 150 log bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm. Untuk bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm atau 20 x 30 cm hanya dihasilkan sebanyak 125 log.

Serbuk kayu diayak terlebih dahulu, kemudian dicampurkan dengan dengan bahan sesuai komposisinya secara merata. Campuran media ini sesuai jika ketika digenggam tidak meneteskan air, tetapi juga tidak mudah hancur

37 kembali. Media tanam ini kemudian dikomposkan selama 24 jam dengan tujuan untuk menguraikan senyawa kompleks yang terdapat di dalam media dengan bantuan mikroba, sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah diserap oleh jamur.

Campuran media tanam dikemas dengan plastik polypropilen dan dipadatkan dengan menggunakan botol serta diberi lubang tanam di tengah dengan menggunakan pasak pemadat. Pengisian media ini harus padat agar media tanam tidak cepat rusak dan tidak mengganggu pertumbuhan miselium.

Sterilisasi media tanam dilakukan dengan mengukus bibit siap panen menggunakan drum yang disekat dibagian tengah bawahnya selama delapan jam.

Bahan bakar yang digunakan pun berasal dari serbuk kayu dengan kompor yang terbuat dari drum. Pengukusan ini bertujuan untuk mensterilkan media tanam dari mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan jamur tiram putih. Media tanam ini sebelum ditanami bibit jamur, didinginkan terlebih dahulu selama 24 jam.

5.4.2 Pembibitan

Ruang tempat pembibitan, peralatan, dan tangan pekerja disemprotkan alkohol 70 persen untuk sterilisasi. Bibit jamur ditaburkan diatas media tanam, kemudian kemasan media tanam ditutup kembali dengan menggunakan cincin dan kertas yang diikat karet. Kertas yang digunakan dipanaskan diatas api terlebih dahulu untuk sterilisasi.

5.4.3 Inkubasi

Media tanam yang sudah ditanami bibit jamur dibawa ke kumbung pembibitan dan disimpan diatas rak. Media tanam ini menjadi bibit siap panen setelah miselium jamur tumbuh merata. Waktu yang dibutuhkan untuk proses inkubasi adalah 30 hari. Jika miselium sudah tumbuh merata, maka bibit siap panen ini dapat dijual, atau dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu budidaya jamur tiram putih.

38 5.4.4. Budidaya Jamur Tiram

Budidaya jamur tiram putih dilakukan setelah miselium bibit siap panen tumbuh merata. Bibit siap panen dipindahkan ke kumbung budidaya.

Pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga suhu dan kelembapan kumbung.

Hal ini dapat dilakukan dengan penyiraman maupun pengabutan. Pada musim hujan suhu udara dan kelembapan normal, sehingga pengabutan cukup satu kali pada pagi hari. Pada musim kemarau penyiraman dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali sehari.

Jamur tiram putih dapat dipanen setelah bibit siap panen berusia 45 hari dan terus dipanen satu minggu sekali hingga umurnya mencapai 120 hari. Panen dilakukan secara manual dengan memotong jamur dari media tanam dengan menggunakan pisau. Akar jamur dipotong agar jamur tiram putih ini tidak cepat busuk.

Pada saat ini P4S Nusa Indah hanya memproduksi dan menjual bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm sebanyak 5.000 log. Untuk bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm tidak diproduksi. Bibit ini diproduksi jika langsung dibudidayakan menjadi jamur tiram putih. P4S Nusa Indah tidak memproduksi jamur tiram putih karena dinilai lebih menguntungkan memproduksi bibit siap panen daripada memproduksi jamur tiram putih. Bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm diproduksi setiap dua bulan sekali hal ini sesuai dengan permintaan minimum yang ada yaitu 4.000 log. Permintaan maksimum bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm adalah 7.000 log.

5.5.Pemasaran

P4S Nusa Indah memasarkan jamur tiram putihnya ke Pasar Bogor.

Permintaan untuk jamur tiram putih itu sendiri masih sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pasar yang mampu menerima berapa pun jamur yang dihasilkan oleh P4S Nusa Indah. Permintaan maksimum jamur tiram putih yang ada adalah 12.000 kg per bulan. Namun permintaan jamur tiram putih ini sama sekali tidak dipenuhi oleh P4S Nusa Indah.

39 Semakin tingginya permintaan jamur tiram putih, membuat usaha jamur tiram putih ini menjadi sebuah usaha yang memiliki prospek yang sangat baik.

Hal ini mendorong para petani untuk mengusahakan jamur tiram putih. Namun tingginya risiko kegagalan yang dihadapi dalam tahap pembibitan membuat para petani hanya bergerak dalam budidaya jamur tiram putih, sehingga permintaan bibit jamur tiram putih P4S Nusa Indah semakin meningkat.

Penjualan bibit dengan kemasan 17 x 35 cm setiap bulannya 5.000 log.

Untuk bibit ukuran 20 x 30 cm setiap dua bulan sekali permintaannya antara 4.000 hingga 7.000 log per bulannya. Bibit 17 x 35 cm dipasarkan ke petani di Sukaraja, SBJ, Kota Batu, dan Ciomas sebanyak 5.000 log per bulan dengan harga satuannya Rp 1.800 per log. Bibit ukuran 18 x 35 cm tidak dihasilkan, dan bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm dipasarkan ke daerah Lampung setiap dua bulan sekali dengan harga per log nya sebesar Rp 2.000 sebanyak 4.000 log.

40 VI. PERUMUSAN MODEL OPTIMALISASI

Perumusan model optimalisasi yang dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini disesuaikan dengan pola produksi di P4S Nusa Indah, yaitu pada saat produksi bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm saja sebanyak 5.000 log dan pada saat produksi bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm saja sebanyak 4.000 log. Karena jangka waktu antara pembibitan hanya satu bulan, sedangkan budidaya jamur tiram putih empat bulan, maka untuk budidaya diambil jangka waktu satu bulan saja. Hasil budidaya jamur tiram putih dihitung rata-rata untuk satu kali proses produksi budidaya jamur tiram putih.

Kendala yang digunakan dalam perumusan model dalam penelitian ini antara pola produksi pertama dan kedua adalah sama, kecuali kendala penjualan.

Pada pola pertama kendala penjualan minimum bibit siap panen saja sebanyak 5.000 log. untuk bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm dan 20 x 30 cm tidak ada permintaan sehingga kendala penjualan sama dengan nol. Pola kedua, kendala penjualan minimum bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm sebanyak 4.000 log dan untuk bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm dan 18 x 35 cm adalah nol.

6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Optimalisasi Produksi Jamur Tiram Putih Fungsi tujuan menggambarkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan yaitu memaksimumkan keuntungan dari kegiatan produksi bibit siap panen dan jamur tiram putih. Koefisien fungsi tujuan merupakan keuntungan dari masing-masing produksi bibit siap panen dan produksi jamur tiram putih segar per log yang diperoleh P4S Nusa Indah. Keuntungan ini diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya per paket yang kemudian dikonversikan ke dalam keuntungan per log dengan cara membagi keuntungan total dengan jumlah log dalam satu paket. Untuk satu paket bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm terdiri dari 150 log dan ukuran 18 x 35 cm serta 20 x 30 cm terdiri dari 125 log. Keuntungan secara matematis dituliskan sebagai berikut :

π = TR – TC Keterangan :

41 π = Keuntungan yang diperoleh dari setiap jenis produk (bibit atau jamur

tiram putih) yang dikemas ( ukuran 17 x 35 cm, 18 x 35 cm, atau 20 x 30 cm) (satuan rupiah).

TR = Total penerimaan yang diperoleh setiap jenis produk (bibit atau jamur tiram putih) yang dikemas ( ukuran 17 x 35 cm, 18 x 35 cm, atau 20 x 30 cm) (satuan rupiah).

TC = Total biaya yang dikeluarkan untuk setiap jenis produk (bibit atau jamur tiram putih) yang dikemas ( ukuran 17 x 35 cm, 18 x 35 cm, atau 20 x 30 cm) (satuan rupiah).

Total penerimaan diperoleh dari hasil kali antara harga jual bibit siap panen dengan jumlah produksi bibit dalam satu paket. Untuk penerimaan jamur tiram putih diperoleh dari hasil kali antara harga jual jamur dengan jumlah produksi jamur tiram putih dalam satu paket. Total biaya yang dikeluarkan baik untuk produksi bibit siap panen maupun jamur tiram putih meliputi biaya bibit, tenaga kerja, serbuk, dedak, kapur, gipsum, cincin, kertas, karet, alkohol dan spirtus, bahan bakar, dan plastik, lahan, listrik, dan biaya penyusutan.

Tabel 8 memperlihatkan perhitungan keuntungan bibit siap panen dan jamur tiram putih di P4S Nusa Indah. Harga jual untuk bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm sebesar Rp 1.800 per log, sedangkan untuk bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm dan 20 x 30 cm adalah sebesar Rp 2.000 per log. Harga jual jamur tiram putih segar diperoleh dari harga rata-rata di Pasar Bogor pada tahun 2011 yaitu Rp 8.500 per kg.

Tabel 8. Perhitungan Keuntungan Bibit Siap Panen dan Jamur Tiram Putih di P4S Nusa Indah.

42 Penerimaan diperoleh dari hasil kali antara harga jual per log dengan jumlah produksi per paket. Untuk produksi bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm satu paketnya terdiri dari 150 log, sedangkan bibit 18 x 35 cm dan 20 x 30 cm terdiri dari 125 log. Dengan demikian penerimaan bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm sebesar Rp 270.000. Penerimaan ini dikurangi dengan total biaya sebesar 158.380, sehingga menghasilkan keuntungan sebesar Rp 111.520 per paket.

Keuntungan per log diperoleh dengan membagi keuntungan per paket dengan 150 log sehingga keuntungan per log untuk bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm adalah Rp 744 (Tabel 8).

Untuk produksi bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm satu paketnya terdiri dari 125 log. Dengan demikian penerimaan bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm sebesar Rp 250.000. Penerimaan ini dikurangi dengan total biaya sebesar Rp 156.173, sehingga menghasilkan keuntungan sebesar Rp 93.827 per paket.

Keuntungan per log diperoleh dengan membagi keuntungan per paket dengan 125 log sehingga keuntungan per log untuk bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm adalah Rp 751 (Tabel 8).

Untuk produksi bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm satu paketnya terdiri dari 125 log. Dengan demikian penerimaan bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm sebesar Rp 250.000. Penerimaan ini dikurangi dengan biaya variabel sebesar Rp 159.226, sehingga menghasilkan keuntungan sebesar Rp 90.774 per paket.

Keuntungan per log diperoleh dengan membagi keuntungan per paket dengan 125 log sehingga keuntungan per log untuk bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm adalah Rp 726 (Tabel 8).

Untuk produksi jamur tiram yang berasal dari bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm satu paketnya terdiri dari 150 log. Produktivitas satu lognya adalah 0,35 kg. Dengan demikian penerimaan jamur tiram adalah hasil kali antara produktivitas 0,35 dengan 150 log dan harga jual Rp 8.500 yaitu sebesar Rp 446.250. Penerimaan ini dikurangi dengan total biaya sebesar Rp 199.153 sehingga menghasilkan keuntungan sebesar Rp 247.097 per paket. Keuntungan per log diperoleh dengan membagi keuntungan per paket dengan 150 log sehingga

43 keuntungan per log untuk bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm adalah Rp 1.647 (Tabel 8).

Untuk produksi jamur tiram yang berasal dari bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm satu paketnya terdiri dari 125 log. Produktivitas satu lognya adalah 0,40 kg. Dengan demikian penerimaan jamur tiram adalah hasil kali antara produktivitas 0,40 dengan 125 log dan harga jual Rp 8.500 yaitu sebesar Rp 425.000. Penerimaan ini dikurangi dengan total biaya sebesar Rp 194.460, sehingga menghasilkan keuntungan sebesar Rp 230.540 per paket. Keuntungan per log diperoleh dengan membagi keuntungan per paket dengan 125 log, sehingga keuntungan per log untuk bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm adalah Rp 1.844 (Tabel 8).

Untuk produksi jamur tiram yang berasal dari bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm satu paketnya terdiri dari 125 log. Produktivitas satu lognya adalah 0,40 kg. Dengan demikian penerimaan jamur tiram adalah hasil kali antara produktivitas 0,40 dengan 125 log dan harga jual Rp 8.500 yaitu sebesar Rp 425.000. Penerimaan ini dikurangi dengan total biaya sebesar Rp 199.584, sehingga menghasilkan keuntungan sebesar Rp 225.416 per paket. Keuntungan per log diperoleh dengan membagi keuntungan per paket dengan 125 log, sehingga keuntungan per log untuk bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm adalah Rp 1.803 (Tabel 8).

Berdasarkan nilai keuntungan per log bibit dan jamur tiram maka dapat dirumuskan model fungsi tujuan linear programming sebagai berikut :

Maksimum Z

744X11 + 751X12 + 726X13 + 1.647X21 + 1.844X22 + 1.803X23

6.2. Perumusan Fungsi Kendala Optimalisasi Produksi Jamur Tiram Putih Fungsi kendala yang merupakan faktor pembatas dalam pengambilan keputusan meliputi sumberdaya yang tersedia dan dimiliki P4S Nusa Indah dan kendala pembatasan produksi. Dalam menyelenggarakan usaha produksinya ada beberapa kendala yang diperhitungkan dan diduga dapat menjadi kendala

44 pembatas dalam proses produksi. Berikut kendala pembatas dalam proses produksi jamur tiram putih :

Dokumen terkait