• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jawa Barat 218,75 190,00 195,00 885,23 234,

1.2. Perumusan Masalah

P4S Nusa Indah merupakan pusat pelatihan budidaya jamur tiram putih, yang juga melakukan usaha pembibitan dan budidaya sendiri. Pada awalnya P4S

3

7 Nusa Indah ini hanya membudidayakan jamur tiram putih. Namun seiring berjalannya waktu P4S Nusa Indah hanya mengusahakan pembibitan jamur tiram putih yang siap panen.

Produksi bibit ini diusahakan karena banyak petani jamur yang gagal pada pembibitan. Hal ini disebabkan oleh tingginya resiko kegagalan pada tahap pembibitan. P4S Nusa Indah melihat peluang usaha ini dan memanfaatkannya dengan memproduksi bibit siap panen. Bibit siap panen yang diproduksi terdiri dari tiga jenis, yaitu bibit siap panen yang dikemas dengan ukuran 17 x 35 cm, 18 x 35 cm, dan 20 x 30 cm. Saat ini permintaan bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm terhadap P4S Nusa Indah adalah sebanyak 11.500 log. Untuk bibit siap panen 18 x 35 cm langsung dibudidayakan menjadi jamur tiram putih. Permintaan bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm berasal dari daerah Lampung. Permintaan ini setiap dua bulan sekali, dengan rata-rata permintaan sebesar 5.500 log.

Kegiatan memproduksi jamur tiram putih segar dinilai menguntungkan, karena permintaannya yang tinggi dan produksinya yang belum mencukupi. Pemasaran jamur tiram putih segar ini dilakukan ke Pasar Bogor. Berapapun jamur tiram putih segar yang dijual selalu terserap habis oleh pasar. Permintaan jamur tiram putih terhadap P4S Nusa Indah per harinya sebanyak 400 kg. Usaha ini dapat dilakukan karena adanya pengetahuan dan sarana serta prasarana yang dimiliki. Namun untuk sementara usaha ini tidak dilakukan, karena P4S Nusa Indah lebih mengutamakan pembibitan.

Bibit siap panen menggunakan bahan baku serbuk gergaji, dedak, kapur, serta bibit F2. Bibit siap panen hanya dibudidayakan hingga berusia 30 hari saat miselium tumbuh secara merata. Jika bibit ini tidak dijual dan terus dipelihara, maka tujuh hingga 15 hari kemudian jamur tiram putih segar dihasilkan. Usia produktif jamur ini adalah empat bulan.

Perbedaan ukuran bibit siap panen mengakibatkan biaya yang dikeluarkan pun menjadi berbeda. semakin besar ukuran bibit siap panen yang diproduksi, maka semakin besar biaya per lognya. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu log bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm adalah sebesar Rp 1056. Bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm biaya per lognya sebesar Rp 1.249,

8 sedangkan bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm membutuhkan biaya sebesar Rp 1.274 (Lampiran 3).

Biaya untuk menghasilkan jamur tiram putih lebih besar dibandingkan dengan produksi bibit siap panen. Hal ini disebabkan oleh proses budidaya jamur tiram putih itu sendiri yang merupakan lanjutan dari pembibitan ditambah dengan biaya yang dikeluarkan selama proses budidaya hingga panen. Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan jamur tiram putih per lognya pun berbeda. untuk jamur tiram putih yang berasal dari bibit ukuran 17 x 35 cm biaya per log nya sebesar Rp 1.328, sedangkan jamur tiram putih yang berasal dari bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm dan 20 x 30 cm adalah Rp 1.556 dan Rp 1.597 (Lampiran 3).

Harga jual untuk bibit siap panen yang diterapkan oleh P4S Nusa Indah juga berbeda untuk setiap ukurannya. Hal ini disesuaikan dengan biaya yang juga berbeda tiap lognya. Untuk harga jual bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm adalah sebesar Rp 1.800 per log, sedangkan harga jual untuk bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm dan 20 x 30 cm sama yaitu Rp 2.000. Harga jual jamur tiram putih rata – rata sebesar Rp 8.500 per kilogramnya (Lampiran 3).

Perbedaan cara antara pembibitan serta budidaya ini menyebabkan biaya yang dihasilkan berbeda, meskipun berasal dari bahan baku yang sama. Begitu juga dengan harga jual dari masing-masing produk. Hal inilah yang membuat keuntungan yang diperoleh dari setiap jenis produk berbeda – beda. Keuntungan untuk bibit ukuran 17 x 35, 18 x 35, dan 20 x 30 cm masing-masing adalah Rp 744, Rp 751, dan Rp 726. Keuntungan jamur tiram putih yang berasal dari bibit ukuran 17 x 35, 18 x 35, dan 20 x 30 masing-masing adalah Rp 1.647, Rp 1.844, dan Rp 1.803 (Lampiran 3).

Pada dasarnya semua usaha dilakukan berdasarkan kepada prinsip komersial, yakni untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin (Lipsey, 1984). Namun untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat kendala yang menjadi hambatan. Kendala tersebut adalah keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, sehingga sumberdaya yang dimiliki harus digunakan secara efisien.

Pembibitan dan budidaya jamur menggunakan sumberdaya yang sama, sehingga terjadi persaingan produksi dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki ini meliputi lahan, bibit, serbuk

9 kayu, dedak, dan tenaga kerja. Permintaan juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan menjadi kendala. Hal ini berkaitan dengan penjualan hasil produksinya nanti. Pembibitan membutuhkan waktu panen yang lebih singkat daripada budidaya yakni satu bulan, sedangkan budidaya membutuhkan waktu panen 37 hari hingga 120 hari. Namun dari segi keuntungan, keuntungan bibit lebih rendah daripada keuntungan jamur tiram putih segar.

Dengan demikian perlu pengalokasian sumberdaya secara efisien untuk mencapai keuntungan maksimum. Alokasi sumberdaya ini digunakan untuk menghasilkan produk yang keuntungannya kecil tapi jangka waktu produksinya singkat atau produk yang keuntungannya besar tetapi jangka waktunya lama yang disesuaikan dengan permintaannya. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana kombinasi produksi jamur tiram putih dan bibit yang optimal pada P4S Nusa Indah, Bogor?

2) Bagaimana penggunaan sumberdaya produksi yang optimal?

3) Bagaimana pengaruh perubahan ketersediaan sumberdaya dan tingkat keuntungan terhadap kombinasi produksi optimal?

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian mengenai Optimalisasi Produksi Jamur Tiram Putih pada KWT P4S Nusa Indah bertujuan untuk:

1) Menganalisis kombinasi produksi jamur tiram putih dan bibit yang optimal sehingga memberikan keuntungan maksimum bagi KWT P4S Nusa Indah.

2) Menganalisis penggunaan sumberdaya produksi optimal.

3) Menganalisis perubahan ketersediaan sumberdaya dan tingkat keuntungan terhadap kombinasi produksi optimal.

10 1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Nusa Indah yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan perusahaan guna mencapai produksi yang optimal untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Selain itu juga penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan referensi dan literatur bagi penelitian selanjutnya.

11

II TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait