• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Unsur Transisi

Dalam dokumen kimia SMA kelas 12 (Halaman 116-119)

BAB V Unsur Transisi

E. Pembuatan Unsur Transisi

Langkah-langkah dalam ekstraksi unsur krom dari bijihnya adalah seperti berikut.

a. Kromium (III) dalam bijih diubah menjadi dikromat (VI) b. Reduksi Cr (VI) menjadi Cr (III)

c. Reduksi kromium (III) oksida dengan aluminium (reaksi termit)

Hasil ekstrasi ini diperoleh logam kromium dengan kemurnian 97% – 99%.

Adapun ferokromium diperoleh dengan mereduksi bijih dengan kokas atau silikon dalam tanur listrik.

2. Ferrum (Fe)

Ferrum atau besi dapat diperoleh dengan cara mengekstrasi bijihnya dalam tanur hembus atau tanur tinggi. Bahan baku yang diperlukan dimasukkan dalam tanur tinggi yaitu bijih besi, karbon, dan batu kapur (CaCO3).

Proses tanur hembus adalah reduksi bijih besi dengan karbon monoksida yang dihasilkan dari kokas dan udara yang dihembuskan dari dasar tanur.

C(s) + O2(g) → CO2(g) : ΔH = -394 kJ mo1-1

Selanjutnya CO2 yang terbentuk bereaksi dengan karbon yang berlebih membentuk CO.

CO2(g) + C(s) → 2 CO(g) : ΔH = +172 kJ mo1-1

Karbon monoksida mereduksi bijih besi menjadi besi dengan tahapan reaksi seperti berikut.

3 FeO3(s) + CO(g) → 2 Fe3O4(s) + CO2(g)

Fe3O4(s) + CO(g) → 3 FeO(s) + CO2(g)

FeO(s) + CO(g) → Fe(s) + CO2(g)

Reaksi-reaksi tersebut dapat ditulis seperti berikut.

Fe2O3(s) + 3 CO(g) YZZZZX 2 Fe(s)+ 3 CO2(g)(reaksi kesetimbangan) Akhirnya besi akan meleleh dan jatuh di bagian tanur yang lebih panas. Adapun batu kapur (CaCO3) terurai pada suhu tinggi menghasilkan kalsium oksida.

CaCO3(s) → CaO(l) + CO2(g)

Di bagian bawah, kalsium oksida bereaksi dengan zat pengotor seperti silikon (IV) oksida (silika) menghasilkan kalsium silikat. CaO(l) + SiO2(s) → CaSiO3(s)

Tanur bekerja terus menerus. Campuran pereaksi dimasukkan dari puncak tanur dalam selang waktu yang teratur, bergerak ke bawah sampai lapisan terbawah yang panas keputih-putihan. Suhu pada dasar tanur cukup panas sehingga melelehkan besi dan terak (zat pengotor yang telah terikat kalsium) yang terdapat sebagai lapisan yang tak tercampur di dasar tanur. Leburan terak mengapung di atas permukaan lelehan besi.

Besi yang dihasilkan dari tanur hembus masih mengandung zat pengotor seperti karbon, silikon, belerang dan fosfor.

Zat-zat pengotor ini menyebabkan besi lebih getas, besi ini disebut besi tuang. Komposisi besi tuang bervariasi bergantung pada sumbernya.

Baja merupakan suatu alloy besi. Baja dibuat dari besi tuang. Setelah zat pengotor dalam besi dihilangkan, kemudian ditambah sejumlah karbon dan unsur lain yang memberikan sifat khas pada baja itu.

Pada tahun 1856, Henry Bassemer dari Inggris menemukan metode membuat baja dari besi. Alat yang diperlukan disebut tungku Bassemer. Tungku tersebut dilapisi pelapis tahan api. Leburan besi dituang ke dalam tungku Bassemer, kemudian dihembuskan oksigen ke leburan. Karbon, belerang dan fosfor keluar sebagai oksida berupa gas, sedangkan silikon oksida membentuk terak di atas besi. Setelah terak dipisahkan, pada leburan besi ditambah karbon, mangan dan unsur lain. Kadar karbon dalam baja berkisar antara 0,09% – 0,9%.

3. Titanium (Ti)

Langkah awal produksi Ti adalah pengubahan bijih (TiO2) rutil menjadi TiCl4. TiCl4 yang sudah dimurnikan selanjutnya direduksi menjadi Ti dengan menggunakan zat pereduksi yang baik, proses isi disebut proses Kroll menggunakan Mg. Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan dielektrolisis menjadi Mg dan Cl2, keduanya kemudian didaur-ulangkan. Ti didapatkan sebagai padatan yang disebut sepon. Sepon harus diolah lagi dan dicampur dengan logam lain sebelum dapat digunakan. Salah satu masalah pengembangan Ti secara komersial ialah perencanaan teknik metalurgi baru untuk pembuatan logam Ti di pabrik.

4. Mangan (Mn)

Sumber utama senyawa mangan ialah MnO2. Jika MnO2 dipanaskan dengan penambahan alkali dan zat pengoksidasi, maka akan terbentuk garam manganat.

3 MnO2(s) + 6 KOH(l) + KClO3(l) → 3 K2MnO4(aq) + KCl(l) + 3 H2O(l)

K2MnO4 diekstraksi dari bahan campuran dalam air, dan dapat dioksidasi menjadi KMnO4 (misalnya dengan Cl2 sebagai zat pengoksidasi).

Nodul Mangan (Manganese Nodules), benda ini menyerupai batuan dan ditemukan di dasar laut. Nodul mangan tersusun oleh lapisan Mn dan Fe oksida, dengan sejumlah kecil logam lain seperti Co, Cu dan Ni. Nodul biasanya berbentuk bulat dengan diameter antara beberapa milimeter sampai sekitar 15 cm. Benda ini diduga tumbuh dengan kecepatan beberapa milimeter per sejuta tahun. Telah dilaporkan bahwa organisme

Gambar 5.2 Tungku Bassemer

laut mungkin berperan dalam pembentukannya. Diperkirakan jumlah nodul ini sangat besar, mungkin bermilyar ton. Namun, masih banyak, tantangan untuk mengembangkan nodul mangan sebagai bahan baku mangan. Banyak metode harus disempurnakan untuk menjelajah dasar laut, mengeruk nodul, dan membawanya dari kedalaman air laut. Dan juga, diperlukan proses metalurgi baru untuk mengekstrak logam yang diinginkan. Cadangan terbesar nodul mangan yang diketahui berada di daerah Kepulauan Hawai tenggara.

5. Zink (Zn)

Untuk mendapatkan zink dilakukan dengan ekstraksi yaitu dengan memanggang bijihnya untuk membuat ZnO kemudian direduksi dengan memanaskannya dengan arang.

Pada dasarnya dampak dari unsur transisi disebabkan adanya pemanfaatan unsur transisi. Jadi selain bermanfaat ternyata juga menimbulkan masalah lingkungan. Adapun dampak negatif dari pemanfaatan unsur transisi antara lain, sebagai berikut.

1. Limbah Fe

Pada pengolahan logam besi, jika limbahnya dibuang ke sungai dapat menyebabkan pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali. Hal ini menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam air sehingga akan mengganggu pertumbuhan ikan dan hewan air lainnya.

2. Cr dalam penyamakan kulit

Krom digunakan dalam penyamakan kulit untuk mencegah mengerutnya bahan sewaktu pencucian. Krom ini sangat beracun dan menyebabkan kanker.

3. Mn dalam pengelasan dan pembuatan baja

Pada pengelasan dan pembuatan baja dengan logam Mn akan dihasilkan suatu asap dalam jumlah yang banyak. Asap ini bersifat racun dan dapat mengganggu sistem saraf pusat. 4. Cu

Pada penambangan tembaga, akan terbuang pasir sisa yang masih mengandung logam Cu. Jika pasir sisa ini dibuang ke perairan maka akan membahayakan organisme-organisme di perairan tersebut.

Latihan 5.2

1. Sebutkan unsur transisi yang paling banyak terdapat di kerak bumi! 2. Sebutkan kelimpahan unsur titanium dan vanadium!

3. Jelaskan cara pembuatan tembaga!

4. Sebutkan kelebihan baja dibandingkan dengan besi!

Dalam dokumen kimia SMA kelas 12 (Halaman 116-119)