• Tidak ada hasil yang ditemukan

Datangnya kapal yang bersandar di Pelabuhan PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Dumai. Para pekerja di dermaga maupun di kapal bersiap untuk membuka palka penutup kapal, serta operator alat bersiap untuk menggerakkan alat. Kemudian beberapa orang mengaitkan sling keempat sisi palka dan dipindahkan dengan menggunakan alat berat ke pinggir dermaga.

Kemudian pekerja mulai membagi tugas di kapal dan di dermaga, dengan empat orang menaiki kapal dan sisanya berada di dermaga.

2. Stevedoring

Persiapan tenaga kerja, alat berat seperti headtruck beserta operatornya.

Kegiatan dimulai dengan pemindahan peti kemas dari kapal dengan menggunakan alat, cara kerjanya yaitu tenaga kerja mengaitkan sling ke empat sisi peti kemudian digerakkan oleh alat berat yang dikemudikan operator ke truk yang sudah disiapkan di dermaga. Tenaga kerja di dermaga mengatur arahnya alat untuk peletakan peti keatas truk. Kemudian empat orang tenaga kerja menaiki peti di atas truk untuk melepaskan sling yang terkait dipeti kemas. Truk berada didekat alat berat dan kapal untuk memudahkan pemindahan peti keatas truk di dermaga. Sling berputar kembali kearah kapal

45

untuk mengangkut peti yang lain. Truk di dermaga dapat mengangkut dua peti sekaligus dengan ukuran 20 feet. Untuk memindahkan peti kedua ke atas truk, posisi truk dimajukan. Setelah dikaitkan sling ke peti kemas oleh tenaga kerja, peti kemudian berputar ke arah truk dan diletakkan diatasnya. Posisi tenaga kerja yang masih berada di atas truk melompat ke peti kedua dan melepaskan kaitan slingnya. Truk yang berisi 2 peti kemas kemudian bergerak menuju lapangan penumpukan container yang berada tidak jauh dari dermaga.

Sebelumnya, di samping itu truk yang lain menunggu untuk memindahkan peti kemas selanjutnya. Posisi truk berdampingan sejajar sehingga memudahkan para pekerja untuk melompat ke truk yang satunya.

3. Cargodoring

Untuk proses cargodoring, truk yang membawa peti kemas di atasnya menuju lapangan penumpukan container. Di lapangan sudah bersiap beberapa pekerja yakni satu orang foreman yang bertugas mengatur jalannya proses selama kegiatan cargodoring di lapangan, satu orang tallyman yang bertugas mencatat nomor container yang masuk, dan dua orang operator alat yang siap menggunakan alat berat untuk memindahkan container yang berada diatas truk ke penumpukan di lapangan. Truk berhenti di sisi lapangan yang kemudian alat berat mobil crane mengangkat peti pertama dari atas truk ke lapangan, dan selanjutnya mengangkat peti kedua dari truk dan di letakkan ke atas peti yang satunya. Sehingga berakhir dengan banyaknya tumpukan container di lapangan.

4. Delivery

Pada proses delivery atau pengantaran container menuju tempat penerimaan

dari masing-masing tujuan perusahaan yang berbeda. Truk datang ke lapangan penumpukan untuk mengambil container pesanannya. Yang kemudian dicatat oleh tallyman dan peti diangkat dengan menggunakan mobil crane yang diarahkan oleh operator alat. Diletakkan ke atas truk yang sudah menunggu di lapangan. Setelah truk berisi kemudian pergi meninggalkan lapangan penumpukan di pelabuhan menuju tujuannya masing-masing.

Proses muat peti kemas. Proses muat peti kemas terdiri dari empat kegiatan yaitu antara lain:

1. Receiving

Proses receiving atau penerimaan yaitu datangnya truk berisi peti kemas yang akan dikirimkan melalui kapal di Pelabuhan PT. Pelindo I (Persero) Cabang Dumai. Penerimaan dicatat oleh seorang tallyman yang dikomandokan oleh foreman. Setelah alat berat mobil crane beserta operatornya bersiap mengambil peti di atas truk dan memindahkannya ke lapangan penumpukan, kemudian peti kedua diambil dan diletakkan di atas peti yang lainnya.

2. Cargodoring

Pada proses ini, peti yang akan dimuat ke kapal dibawa oleh truk ke lapangan penumpukan. Peti kemas yang datang dicatat oleh seorang tallyman yang bertugas. Seorang operator alat berat bersiap kembali untuk mengambil peti yang terletak di lapangan dan meletakkannya ke atas truk yang datang secara bergantian. Truk diisi dengan dua peti kemas berukuran 20 feet. Dan kemudian truk melaju menuju dermaga pelabuhan dan meninggalkan lapangan penumpukan.

47

3. Stevedoring

Truk datang ke dermaga dari lapangan penumpukan untuk memindahkan peti kemas ke dalam kapal, yang biasanya kegiatan ini dilakukan pada malam hari.

Seorang foreman tetap mengatur proses jalannya selama kegiatan di dermaga dan seorang tallyman yang terus mencatat setiap truk yang datang ke dermaga dan melihat proses pemindahan peti kemas agar tidak terjadi kesalahan dalam pencatatan pelaporan. Truk dinaiki beberapa buruh tenaga kerja bongkar muat untuk memasangkan sling keempat sisi peti, kemudian mereka berpindah dengan cara melompat ke peti di sebelahnya. Peti yang sudah dikaitkan sling kemudian diangkat oleh alat berat headtruck yang dikemudikan oleh seorang operator alat. Peti berputar kearah kapal kemudian diturunkan perlahan dengan bantuan arahan buruh tenaga kerja bongkar muat yang berada di dalam kapal. Peti diturunkan secara perlahan ke dalam kapal, setelah terletak dengan pas para buruh kemudian membuka sling yang terkait di sisi-sisi peti. Dan dengan arahan mereka, sling yang sudah terlepas kemudian diangkat kembali dan diputar kearah truk di dermaga. Para buruh yang berada di atas truk kemudian memasangkan kembali sling keempat sisi peti. Sebelum peti kedua diangkat, para buruh tadi kemudian melompat keatas truk yang sudah menunggu di samping truk yang sedang melakukan pemindahan peti. Truk berdiri sejajar sehingga memudahkan buruh untuk melompat keatasnya.

Setelah buruh tenaga kerja berpindah barulah diangkat peti kemas yang sudah dikaitkan sling dan berputar ke arah kapal. Di kapal pun para buruh sudah bersiap memberikan arahan kepada operator alat untuk meletakkan peti

dengan tersusun rapi didalamnya. Dan mereka pun melepaskan kaitan sling yang terpasang di peti kemas. Sling pun terangkat dan berputar kembali kearah truk di dermaga untuk melakukan proses pemuatan peti ke dalam kapal.

4. Penutupan palka kapal

Setelah pemuatan peti kemas selesai dan siap untuk diberangkatkan, kapal ditutup kembali dengan palka penutup kapal yang pada awal pembongkaran diletakkan di pinggir dermaga. Beberapa buruh tenaga kerja mengaitkan keempat sisi palka dan kemudian palka diangkat oleh alat berat ke atas kapal.

Setelah tertutup dengan palka, buruh yang berada di kapal kemudian membuka sling pengait keempat sisi palka. Sling diputar kembali ke arah dermaga dan proses pemuatan pun selesai dilakukan. Kapal siap diberangkatkan ketujuannya.

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Proses Kegiatan Bongkar Muat Peti Kemas

Semua potensi bahaya yang terdapat pada proses kegiatan bongkar muat peti kemas akan diidentifikasi dan kemudian diberikan penilaian untuk memberikan makna terhadap potensi bahaya tersebut serta dapat mengkategorikannya ke dalam empat kategori yaitu Extreme Risk, High Risk, Moderate Risk dan Low Risk. Hal ini diperlukan untuk mengetahui potensi bahaya yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan. Ada dua proses yang terdapat pada kegiatan tersebut, yaitu:

49

1. Proses bongkar Tabel 7

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Bongkar Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

Tabel 7

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Bongkar Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

51

Tabel 7

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Bongkar Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi saat di atas palka dan

Tabel 7

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Bongkar Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

53

Tabel 7

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Bongkar Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

Tabel 7

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Bongkar Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

55

Tabel 7

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Bongkar Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

Tabrakan Kecelakaan/

meninggal

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Muat Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

Tabrakan Kecelakaan/

meninggal

Tabel 8

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Muat Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

57

Tabel 8

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Muat Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

Tabel 8

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Muat Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

59

Tabel 8

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Muat Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi serta safety helm Buruh

Tabel 8

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Muat Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

61

Tabel 8

Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Risiko dan Rekomendasi Pengendalian pada Proses Muat Peti Kemas

Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko

Rekomendasi

Berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian yang dilakukan pada proses kegiatan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan PT. Pelindo I (Persero) Cabang Dumai terdapat dua proses kegiatan

32%

28%

16%

24%

Risk Rating

Low Risk Moderate Risk High Risk Extreme Risk

kerja yaitu kegiatan bongkar dan muat, dimana masing-masing proses memiliki empat tahapan kerja. Dari total delapan tahapan kerja, dapat diidentifikasi 57 sumber bahaya dan hasil risk assessment didapat tingkat low risk 32% dengan total 18 sumber bahaya, tingkat moderate risk 28% dengan total 16 sumber bahaya, tingkat high risk 16% dengan total 9 sumber bahaya, dan tingkat extreme risk 24% dengan total 14 sumber bahaya.

Gambar 3. Persentase hasil risk rating

Tempat kerja proses kegiatan bongkar muat peti kemas terdapat berbagai macam sumber bahaya mulai dari kapasitas bahaya yang rendah hingga bahaya yang tinggi. Kita tidak dapat mencegah kecelakaan kerja jika tidak dapat mengenal bahayanya dengan baik.

Penilaian risiko yang pertama dilakukan pada aktivitas pembukaan palka kapal, terdapat beberapa sumber bahaya yaitu tangga yang curam dengan risiko memar pada kaki dan tenggelam diberi nilai high risk, kehilangan keseimbangan dengan risiko tenggelam diberi nilai high risk dan terpapar sinar matahari langsung dengan risiko dehidrasi dan kelelahan kerja diberi nilai moderate risk.

Hal ini sejalan dengan penelitian Wahana (2015) mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Teluk

63

Nibung Tanjung Balai Asahan, bahaya yang paling dominan adalah bahaya kehilangan keseimbangan. Hal ini dapat terjadi karena pekerja berada di atas ketinggian kapal dengan posisi pijakan kaki yang tidak tepat ditambah dengan hempasan ombak yang mengakibatkan kapal bergoyang, sehingga membuat pekerja mengalami kehilangan keseimbangan dan dapat menyebabkan pekerja terjatuh ke laut.

Menurut penelitian Senjayani (2018) mengenai penilaian dan pengendalian risiko pada pekerjaan bongkar muat peti kemas oleh tenaga kerja bongkar muat dengan crane, bahwasanya didapat kategori nilai low risk pada aktivitas pemasangan tangga dan tenaga kerja yang memposisikan tangga pada truk berpotensi bahaya tertimpa dengan risiko luka gores dan memar didapat kategori low risk.

Penilaian risiko pada tahap stevedoring, aktivitas kerja yang dilakukan yaitu operator alat yang mengemudi alat berat terdapat dua sumber bahaya yaitu kelalaian operator dengan potensi bahaya tertimpa alat berat/container dan risiko kepala bocor dan cedera parah hingga meninggal dunia diberi nilai high risk, posisi duduk yang terlalu lama dengan potensi bahaya nyeri punggung dan risiko low back pain pada pekerja diberi nilai low risk. Tally dermaga yang melakukan pencatatan/pelaporan dan foreman yang mengatur jalannya kegiatan terdapat dua sumber bahaya yang sama yaitu terpapar sinar matahari langsung dengan risiko dehidrasi dan kelelahan kerja diberi nilai moderate risk dan berdiri terlalu lama di dermaga dengan potensi bahaya nyeri pada otot/sendi dan risiko kekelahan kerja diberi nilai moderate risk pada tallyman dan low risk pada foreman. Buruh tenaga

kerja yang melakukan pemasangan sling pada alat berat ke container di kapal terdapat lima sumber bahaya yaitu terkena sling pada alat berat dengan potensi bahaya terjepit/tertimpa dan risiko kepala bocor, badan terimpit diberi nilai extreme risk, ergonomi: posisi kerja berulang dengan potensi bahaya pekerja terlalu sering membungkuk dan risiko low back pain diberi nilai low risk, kehilangan keseimbangan pada saat di atas kapal dengan potensi bahaya terjatuh/terpeleset dan risiko tenggelam diberi nilai high risk, terpapar sinar matahari langsung dengan risiko dehidrasi dan kelelahan kerja diberi nilai low risk, terkena badan container dengan potensi bahaya sisi container yang tajam dan risiko luka gores diberi nilai moderate risk. Buruh tenaga kerja yang membuka sling pada container di atas truk terdapat sembilan sumber bahaya yaitu terkena sling dengan potensi bahaya tertimpa dan risiko kepala bocor dan badan terimpit diberi nilai extreme risk, buruh terkena container pada saat berada di atas truk dengan potensi bahaya tertimpa container dan risiko luka parah pada tubuh hingga cacat diberi nilai extreme risk, buruh melompat menyebrangi truk disebelahnya dengan potensi bahaya terjatuh/terjepit container dan risiko luka memar, cacat tubuh dan patah kaki diberi nilai high risk, buruh mengayun di atas container dengan potensi bahaya terjatuh/kehilangan keseimbangan dan risiko luka memar, patah kaki dan cacat tubuh diberi nilai moderate risk, berdiri tegak terlalu lama di atas truk dengan potensi bahaya nyeri pada otot/sendi dan risiko kelelahan kerja diberi nilai low risk, ergonomi: posisi kerja berulang dengan potensi bahaya pekerja sering membungkuk dan risiko low back pain diberi nilai low risk, terpapar sinar matahari langsung dengan risiko dehidrasi dan kelelahan kerja

65

diberi nilai moderate risk, terkena badan container dengan potensi bahaya sisi container yang tajam dan risiko luka gores diberi nilai moderate risk, dan buruh mendorong container agar posisi letaknya sesuai di atas truk dengan potensi bahaya terjatuh dan risiko luka memar, cacat tubuh dan patah kaki diberi nilai extreme risk.

Menurut penelitian Senjayani (2018) mengenai penilaian dan pengendalian risiko pada pekerjaan bongkar muat peti kemas oleh tenaga kerja bongkar muat dengan crane, bahwasanya tenaga kerja bongkar muat yang sudah berada di atas truk memasang hook crane potensi bahaya yang dapat terjadi yaitu memar dan luka gores. Kejadian memar dan luka gores dapat terjadi apabila tenaga kerja bongkar muat tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sarung tangan. Nilai likelihood yang diberikan adalah 3 yang artinya kesalahan dapat terjadi karena faktor tambahan. Risiko yang didapatkan dari potensi bahaya tergolong rendah sehingga diberi nilai 2 untuk severity sehingga termasuk kategori moderate risk. Aktivitas saat pengangkatan peti kemas, teridentifikasi 3 potensi bahaya dimulai dari peti kemas yang berayun cepat diberi nilai 3 untuk likelihood dan 5 untuk severity yang artinya kecelakaan dapat menyebabkan kematian sehingga termasuk kategori high risk. Tenaga kerja bongkar muat berpotensi tertimpa peti kemas saat operator lalai dalam mengendarai alat berat, kejadian ini sangat jarang terjadi, namun apabila ada faktor tambahan yang mempengaruhi maka kecelakaan dapat terjadi, untuk itu diberi nilai 3 pada likelihood dan nilai 5 pada severity karena risiko yang terjadi dapat menyebabkan luka serius, patah tulang hingga kematian sehingga termasuk kategori high risk.

Kemudian tali sling yang sewaktu-waktu dapat putus saat tenaga kerja bongkar muat bekerja, pengecekan secara berkala harus dilakukan untuk memelihara, dapat terjadi apabila kelalaian dengan tidak memeriksa tali sebelum bekerja sehingga diberi nilai 3 untuk likelihood dan nilai 5 untuk severity sehingga termasuk kategori high risk. Aktivitas pemberian sinyal tangan yang dilakukan oleh salah satu tenaga kerja bongkar muat yang berdiri di atas kapal memiliki potensi bahaya serius, harus memakai alat pelindung diri lengkap untuk menghindari kecelakaan. Safety helm yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, menghindari terik matahari. Paparan matahari yang mengakibatkan heat exhaustion kelelahan akibat panas berlebih diberi nilai 3 untuk likelihood dan nilai 2 untuk severity sehingga termasuk kategori low risk. Risiko tertabrak peti kemas dapat menyebabkan luka serius, operator diwajibkan berhati-hati dalam bekerja sehingga risiko ini termasuk kategori high risk. Potensi bahaya terjatuh ke laut apabila tenaga kerja bongkar muat tidak memperhatikan pijakannya di atas kapal, tersandung atau dapa juga disebabkan tetabrak peti kemas diberi nilai 3 untuk likelihood dan nilai 4 untuk severity sehingga termasuk kategori high risk.

Operator alat berat saat menurunkan peti kemas teridentifikasi 3 potensi bahaya yaitu terkena siku peti kemas, tali sling dan tertimpa peti kemas. Potensi bahaya terkena siku peti kemas menyebabkan cedera dikepala, luka serius, memar hingga luka serius diberi nilai 4 untuk severity dan nilai 3 untuk likelihood karena kecelakaan bisa terjadi apabila tenaga kerja bongkar muat tidak fokus atau konsentrasi dalam melihat kondisi sekitar sehingga termasuk kategori high risk.

Peti kemas yang sudah mendarat sempurna, kemudian dilepas hook crane yang

67

dilakukan oleh dua tenaga kerja bongkar muat. Dimana mereka seharusnya menggunakan sarung tangan, namun masih banyak yang tidak memakai sehingga menyebabkan tangan terjepit. Risiko yang terjadi akibat tangan terjepit yaitu luka gores dan memar sehingga nilai severity 2 dan nilai likelihood 3 karena kejadian ini dipengaruhi oleh kelalaian pekerja itu sendiri sehingga termasuk kategori moderate risk.

Penilaian risiko pada tahap cargodoring, aktivitas yang dilakukan yaitu tally container yard yang melakukan pencatatan/pelaporan memiliki sumber bahaya terpapar sinar matahari dengan risiko kelelahan kerja dan dehidrasi diberi nilai moderate risk. Foreman yang mengatur jalannya kegiatan di lapangan penumpukan terdapat dua sumber bahaya yaitu terpapar sinar matahari dengan potensi bahaya dehidrasi dan kelelahan kerja diberi nilai moderate risk dan berdiri terlalu lama dengan potensi bahaya nyeri otot/sendi dan risiko kelelahan diberi nilai low risk. Operator alat yang memindahkan container dari truk ke lapangan atau sebaliknya memiliki sumber bahaya kelalaian operator dengan potensi bahaya terjadi kecelakaan/salah posisi letak container/kesenggol container lain dapat mengakibatkan container rusak diberi nilai moderate risk.

Penilaian risiko pada tahap delivery, aktivitas yang dilakukan yaitu supir yang mengendarai truk berisi container menuju tujuan pengantaran/pemesanan terdapat dua sumber bahaya yaitu kelalaian supir dengan potensi bahaya tabrakan dan risiko kecelakaan atau meninggal dunia diberi nilai extreme risk dan posisi duduk terlalu lama dengan potensi bahaya nyeri punggung dan risiko low back pain diberi nilai low risk.

Penilaian risiko pada tahap receiving, aktivitas yang dilakukan yaitu supir yang mengendarai truk berisi container menuju lapangan penumpukan dari tujuan asal pemesanan terdapat dua sumber bahaya yaitu kelalaian supir dengan potensi bahaya tabrakan dan risiko kecelakaan diberi nilai extreme risk, posisi duduk terlalu lama dengan potensi bahaya nyeri punggung dan risiko low back pain diberi nilai low risk. Tally container yard mencatat container yang masuk memiliki sumber bahaya terpapar sinar matahari dengan risiko kelelahan kerja dan dehidrasi diberi nilai moderate risk. Foreman yang mengatur jalannya kegiatan di lapangan penumpukan terdapat dua sumber bahaya yaitu terpapar sinar matahari dengan risiko dehidrasi dan kelelahan kerja diberi nilai moderate risk dan berdiri terlalu lama dengan potensi bahaya nyeri otot/sendi dan risiko kelelahan diberi nilai low risk. Operator alat yang melakukan pemindahan container dari truk ke lapangan atau sebaliknya memiliki sumber bahaya operator mengantuk dengan potensi bahaya terjadi kecelakaan/salah posisi letak container/kesenggol container lain dapat mengakibatkan container rusak diberi nilai moderate risk.

Penilaian risiko terakhir pada saat penutupan palka kapal, terdapat dua sumber bahaya yaitu terkena sling alat berat saat melepaskan sling dari keempat sisi palka di atas kapal dengan potensi bahaya tertimpa sling dan risiko kepala bocor dan badan terimpit sling diberi nilai extreme risk dan kehilangan keseimbangan di atas palka yang berada di atas kapal dengan potensi bahaya terjatuh dan risiko tenggelam diberi nilai high risk.

Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa masih ada terdapat beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian, diantara lain: kurangnya waktu yang diberikan pada

69

pihak perusahaan di lapangan untuk melakukan observasi, wawancara yang dilakukan pada saat jam kerja pada masing-masing kegiatan tidak mempunyai banyak waktu sehingga informasi yang didapat tidak mendalam serta terbatasnya pengambilan data pada standar operasional prosedur.

70

Berdasarkan hasil dari penelitian di Pelabuhan PT. Pelindo I (Persero) Cabang Dumai didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil dari penelitian di Pelabuhan PT. Pelindo I (Persero) Cabang Dumai didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

Dokumen terkait