BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH
D. Pembuktian Hak Atas Objek Pendaftaran Tanah
Kegiatan pembuktian hak atas objek pendaftaran tanah yang memerlukan penelusuran secara meluas, dalam arti segala data yang dibutuhkan untuk pembukuan hak yang dimaksud harus dicari secara ekspansif dari berbagai sumber, sehingga kita perlu mencermati hal-hal yang berkaitan dengan objek pendaftaran tanah tersebut agar dapat menghasilkan pembuktian hak yang kuat dan dapat perlindungan secara hukum.
Hal-hal yang dibuktikan dalam sertipikat hak atas tanah yaitu : 1. Jenis Hak Tanah.
Dari sertipikat hak atas tanah dapat diketahui tentang, apakah tanah tersebut dimiliki dengan status Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atau Hak Pengelolaan, selain hak milik hak-hak tersebut diatas kesemuanya dapat diketahui jangka waktu hak itu diberikan dan kapan waktunya berakhir.
2. Nama Pemegang Hak.
Nama pemegang hak dapat diketahui pada kolom kedua bagian atas dari salinan Buku Tanah pada sertipikat tersebut, apabila hak berganti, maka nama pemegang terdahulu atau pertama dicoret oleh pejabat yang berwenang dan selanjutnya pada kolom pencatatan peralihan hak atau perubahan hak dituliskan
nama pemegang hak yang baru dan juga ditulis sebab perubahannya, biasanya dengan jual-beli, hibah, warisan, lelang ataupun tukar-menukar.
3. Keterangan Fisik Tanah.
Karena dalam sertipikat hak atas tanah terdapat surat ukur, maka dari surat ukur inilah dapat diketahui tentang bentuk (gambar peta) dari bidang tanah, luas tanah, letak tanah, yang mencakup (Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, serta Propinsi), keadaan tanah dan bangunan-bangunan yang ada diatasnya.
4. Beban di Atas Tanah Hak
Dari bagian salinan buku tanah pada sertipikat tersebut dapat diketahui apakah ada beban hak tanggungan diatas tanah hak tersebut, atau ada hak sewa, atau ada sita atas perintah Pengadilan.
5. Peristiwa yang Berhubungan dengan Tanah.
Semua peristiwa penting sehubungan dengan tanah tersebut juga dicatat oleh Kantor Pertanahan dalam sertipikat, seperti adanya jual-beli, atau hibah serta lelang, atau terjadinya pewarisan atau adanya penyitaan dan terjadinya beban- beban seperti diuraikan diatas, atau sebaliknya dengan berikut penghapusannya.
Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa dalam rangka keperluan untuk memperoleh kebenaran data yuridis bagi hak-hak yang baru untuk keperluan pendaftaran hak dibuktikan dengan :35
1. Hak atas tanah baru dibuktikan dengan:
35
a. Penetapan pemberian hak dari pejabat yang berwenang memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah negara atau tanah hak pengelolaan.
b. Asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik.
2. Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan oleh pejabat yang berwenang.
Penetapan pemberian hak pengelolaan berupa diterbitkannya surat keputusan pemberian hak pengelolaan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
3. Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf.
Akta ikrar wakaf adalah akta ikrar sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik. Pembukuan wakaf tersebut merupakan pendaftaran untuk pertama kali, meskipun bidang tanah yang bersangkutan sebelumnya sudah didaftar sebagai tanah hak milik.
4. Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan. Hak milik atas satuan rumah susun adalah hak pemilikan individual atas suatu satuan rumah susun tertentu, yang meliputi dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan hak bersama atas apa yang disebut dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama, tempat bangunan rumah susun itu didirikan.
5. Pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak tanggungan.
Pemberian akta hak tanggungan merupakan akta PPAT yang berisi pemberian hak tanggungan kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya berdasarkan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996.
Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang dimaksud dengan objek pendaftaran tanah adalah sebagai berikut :36
1. Hak milik.
Hak milik adalah suatu hak yang bersifat turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dimiliki seseorang atas tanah yang telah dikuasainya, mengingat ketentuan dalam Pasal 20 ayat (1) UUPA. Mereka yang dapat memiliki status hak milik, adalah :
a. Warga Negara Indonesia
b. Bank pemerintah atau badan keagamaan dan badan sosial. 2. Hak guna usaha
Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu paling lama 35 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 25 tahun yang digunakan untuk perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan (Pasal 28 ayat (1) UUPA). Mereka yang dapat memiliki status hak guna usaha, adalah:
a. Warga Negara Indonesia
36
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
3. Hak guna bangunan
Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dari asal tanahnya, hak guna bangunan dapat terjadi pada tanah negara, tanah hak pengelolaan, dan tanah hak milik, dan yang dapat mempunyai status hak gunan bangunan adalah :
a. Warga Negara Indonesia
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
4. Hak pakai
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan ataupun memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentutkan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam suatu perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan Undang-undang.37 Mereka yang berhak memperoleh status hak pakai, adalah :
a. Warga Negara Indonesia
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
c. Departemen, lembaga pemerintah non-departemen, dan pemerintah daerah.
d. Badan-badan keagamaan dan sosial.
e. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia.
f. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia. g. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional. 5. Hak pengelolaan
Pemberian hak pengelolaan maksudnya adalah hak menguasai dari negara atas tanah yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah, menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, menyerahkan bagian- bagian tanah tersebut kepada pihak ketiga ataupun dapat berupa kerja sama dengan pihak ketiga. Mereka yang dapat memiliki status hak pengelolaan, adalah :
a. Instansi pemerintah termasuk pemerintah daerah. b. Badan usaha milik negara.
c. Badan usaha milik daerah d. PT.Persero
e. Badan otoritas
f. Badan-badan hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh pemerintah. 6. Hak atas tanah wakaf
Wakaf tanah hak milik diatur dalam Pasal 49 ayat (3) UUPA, yaitu perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan pemerintah.
7. Hak milik atas satuan rumah susun
Satuan rumah susun adalah rumah susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian yang bersifat perorangan yang meliputi hak atas bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan.
8. Hak tanggungan
Hak tanggungan merupakan hak jaminan yang dibebankan kepada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam UUPA yang diperuntukkan sebagai pelunasan utang tertentu.
9. Tanah negara
Tanah negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh negara adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak atas tanah.38
Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa dalam rangka memperoleh kebenaran data yuridis bagi hak-hak yang baru dan untuk keperluan pendaftaran hak dibuktikan dengan :
1. Hak atas tanah baru dibuktikan dengan :
a. Penetapan pemberian hak dari pejabat yang berwenang memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah negara atau tanah hak pengelolaan.
b. Asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik.
2. Hak pengelolaan dibuktian dengan penetapan pemberian hak pengelolaan oleh pejabat yang berwenang.
Penetapan pemberian hak pengelolaan berupa diterbitkannya surat keputusan pemberian hak pengelolaan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
3. Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf
Pejabat yang berwenang menerbitkan akta ikrar wakaf adalah pejabat pembuat akta ikrar wakaf (PPAIW) yang dijabat oleh Kepala Kantor Urusan Agama (Kepala KUA)
4. Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan
5. Pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak tanggungan.
Sedangkan dalam menjamin kepastian hukum untuk pembuktian hak atas objek pendaftaran tanah itu sendiri, ada tiga pihak yang dapat merasakan atas hal ini yaitu :
1. Bagi pihak pemilik tanah dimana dalam hal ini pemilik tanah diberikan sertipikat tanah sebagai alat bukti yang kuat tentang data fisik dan data yuridis, sehingga pemilik tanah dengan mudah membuktikan hak atas tanahnya.
2. Bagi pihak ketiga terhadap tanah yang bersangkutan, biasanya kreditur atau pembeli dengan mudah dapat diperoleh data atau keterangan yang dapat dipercaya baik data fisik maupun data data yuridis.
3. Bagi pemerintah atau negara lebih mudah untuk mengadakan perencanaan pembangunan atau pengawasan terhadap hak atas tanah tersebut.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia sangat mendambakan dan menghargai suatu kepastian, terutama sebuah kepastian yang berkaitan dengan hak atas suatu benda yang menjadi miliknya, yang mana sangat berharga nilainya seperti halnya tanah. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat menentukan peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan pemiliknya, juga pada saat sekarang ini sebagai salah satu faktor yang menentukan martabat seseorang.1
Uraian diatas menggambarkan bagaimana pentingnya tanah bagi kehidupan masyarakat tersebut. Berdasarkan hal itu, maka sudah sepatutnyalah Pemerintah untuk mewujudkan peraturan mengenai hubungan antara manusia dengan tanah dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat, karena Pemerintah merupakan sebuah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang.2
Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan manusia sehingga terbentuklah aturan-aturan mengenai tanah . Kewenangan Pemerintah dalam mengatur bidang pertanahan secara yuridis, tumbuh dan mengakar dari Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) yang berbunyi “Bumi, air
1 Tampil Anshari Siregar, PENDAFTARAN TANAH KEPASTIAN HAK (Medan : Multi
Grafik Medan, 2007), hal.1
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.3
Pemerintah dalam hal ini diharuskan tetap berpijak pada landasan konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA) yang mengamanatkan kepada Pemerintah untuk melaksanakan pengaturan dan pemanfaatan tanah dalam konteks sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat termasuk melaksanakan pendaftaran tanah diseluruh Indonesia dalam rangka memberikan suatu jaminan kepastian hukum dan juga untuk menjamin kepastian haknya.
Pemberian jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah bagi rakyat, seluruhnya merupakan salah satu tujuan pokok UUPA yang tidak bisa dikompromikan kembali, kewajiban Pemerintah untuk mengadakan pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 UUPA. Dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA berbunyi “Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”.4
Pasal tersebut memerintahkan agar perlunya dibuat Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah yang dimaksudkan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut PP-PT) dan dilaksanakan oleh Peraturan Menteri Negara
3
http://www.kompasiana.com/pit_kanisius/meneropong-pasal-33-uud-1945-dan- pengelolaan-sda-berbasis-pemulihan-lingkungan_55208a79a33311764646d0bb (diakses pada tanggal 11 Agustus 2015)
Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut PMNA-PT).
Pasal 19 ayat (3) berbunyi “Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial dan ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria”.5
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa Pendaftaran Tanah merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan, agar terjaminnya kemajuan tingkat hidup masyarakat baik dalam aspek sosial maupun ekonomi.
Pengertian Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak Milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.6
Penyelenggaraan pendaftaran tanah ini nantinya memungkinkan pemegang hak atas tanah untuk dapat dengan mudah membuktikan hak atas tanah yang dikuasainya, yang meliputi kepastian status hak yang didaftar, kepastian subjek hak, dan kepastian objek hak, artinya si subjek hak dijamin oleh hukum menggunakan hak kepemilikan tanah tersebut untuk apa saja asal penggunaan hak tersebut sesuai peruntukkannya menurut ketentuan hukum yang berlaku. Maka
5 Pasal 19 Ayat (3) Undang-Undang Pokok Agraria
6 Pasal 1 Butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
dengan demikian semua bidang tanah yang telah terdaftar dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh pemiliknya.
Pemilik atas tanah yang telah terdaftar tersebut, dapat memberikan informasi bagi pihak lain yang berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditor, untuk memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang menjadi objek perbuatan hukum yang akan dilakukan, serta bagi Pemerintah untuk melaksanakan kebijaksanaan pertanahan.
Pelaksanaan pendaftaran tanah memberikan suatu kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak yang bersangkutan, yang mana akan diberikan sertipikat sebagai tanda bukti haknya yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Sifat pembuktian sertipikat sebagai tanda bukti hak disebutkan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, yaitu sertipikat sebagai alat pembuktian yang kuat, yaitu data fisik dan data yuridis yang dimuat dalam sertipikat dianggap benar sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya oleh alat bukti yang lain yang dapat berupa sertipikat atau selain sertipikat.7
Diterbitkannya surat tanda bukti hak atau sertipikat tanah yang telah terdaftar dan didaftarkan pada badan resmi, yaitu instansi Pemerintah yang sah berdasarkan undang-undang dapat berfungsi menciptakan tertib hukum pertanahan serta membantu mengaktifkan kegiatan sosial maupun perekonomian rakyat. Penerbitan sertipikat tanah ini selain memberikan manfaat kepada pemegang haknya juga memberikan manfaat bagi Negara, seperti tolak ukur pengawasan pasar tanah, peningkatan penarikan pajak, perlindungan bagi tanah
negara, pengurangan konflik sengketa tanah, mendorong pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan berkualitas, serta penyediaan data statistik tanah yang baik.
Ada bermacam-macam sertipikat berdasarkan objek pendaftaran tanah yang di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah dan PP-PT, yaitu : 1. Sertipikat Hak Milik.
2. Sertipikat Hak Guna Usaha.
3. Sertipikat Hak Guna Bangunan Atas Tanah Negara.
4. Sertipikat Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Pengelolaan. 5. Sertipikat Hak Pakai Atas Tanah Negara.
6. Sertipikat Hak Pakai Atas Tanah Hak Pengelolaan. 7. Sertipikat tanah Hak Pengelolaan.
8. Sertipikat Wakaf Tanah Hak Milik.
9. Sertipikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. 10. Sertipikat Hak Milik Atas Satuan Nonrumah Sususn. 11. Sertipikat Hak Tanggungan.
Sertipikat tanah sebagai suatu tanda bukti bahwa seseorang memiliki hak atas sebidang tanah untuk dapat dikuasi, dipergunakan, diusahakan serta dimanfaatkan olehnya, maka dari itu karena begitu pentingnya sertipikat tanah, maka setiap orang wajib mendaftarkan tanahnya untuk dapat diterbitkan sertipikat atas tanahnya tersebut, lalu menjaga dan menyimpan sertipikat tanah tersebut dengan baik dan aman.
Kehidupan masyarakat saat sekarang dirasakan bersifat konsumtif dalam pemilikan atas tanah, dan berusaha untuk mempunyai dan memiliki tanah yang seluas-luasnya demi suatu prestise/kebanggaan, karena demikian sehingga masyarakat wajib membuat sertipikat tanahnya, selain untuk mendapatkan kepastian dan kekuatan hukum atas hak terhadap tanahnya, dan juga untuk mencegah perbuatan jahat dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Sertipikat tanah yang telah diterbitkan, akan mengakibatkan nama yang tertera di dalam sertipikat tersebut merupakan pemilik yang sah sehingga bagi pihak-pihak yang merasa dirugikan atas penerbitan sertipikat tersebut dapat melaporkannya kepada Kantor Pertanahan di wilayah tanah itu berada dengan membawa alat bukti yang benar dan sah, sehingga jika terbukti sertipikat yang didaftarkan mengandung cacat administrasi atau cacat hukum dapat dilakukan pembatalan terhadap sertipikat yang palsu. Hal seperti ini dilakukan untuk mencegah timbulnya sertipikat ganda ataupun sertipikat palsu lainnya.
Permasalahan lain mengenai sertipikat tanah yang kerap dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari adalah mengenai sertipikat tanah yang telah hilang. Sertipikat tanah yang hilang itu dapat disebabkan karena penyimpanan yang kurang baik ataupun bencana alam seperti banjir, tanah longsor, rumah kebakaran, kemalingan, atau sebab lainnya, sertipikat tanah yang telah hilang, tidak berarti mengakibatkan si pemegang hak atas tanah tersebut kehilangan haknya.
Terhadap sertipikat tanah yang telah hilang, pemegang hak atas tanah dapat mengajukan permohonan penggantian sertipikat tanah yang telah hilang ke kantor pertanahan di wilayah tanah itu berada, atas permohonan tersebut pemegang hak atas tanah dapat menerima sertipikat pengganti.8 Pasal 138 ayat (1) PMNA-PT menyatakan bahwa “Penerbitan sertipikat pengganti karena hilang didasarkan atas pernyataan dari pemegang hak mengenai hilangnya sertipikat tersebut yang dituangkan dalam Surat Pernyataan seperti contoh sebagaimana tercantum dalam lampiran 25”.9
Sertipikat pengganti merupakan suatu bukti hak yang memiliki kekuatan hukum yang sama kuatnya dengan sertipikat yang pertama, disebut dengan sertipikat pengganti karena kedudukannya menggantikan sertipikat pertama yang telah hilang, telah rusak, masih menggunakan blanko sertipikat yang lama, ataupun yang tidak diserahkan kepada pembeli lelang dalam suatu lelang eksekusi. Tentu biaya penerbitan sertipikat pengganti ini harus ditanggung oleh si penerima sertipikat.
Setiap kegiatan yang bertujuan untuk menerbitkan sertipikat pengganti harus jelas lebih terlebih dahulu mengapa harus dilakukan penerbitan sertipikat pengganti tersebut. Dengan demikian tidak akan mudah seseorang ataupun badan hukum untuk mengajukan permohonan penerbitan sertipikat pengganti ataupun menjadikan celah itu untuk menerbitkan sertipikat palsu.10 Hal yang perlu ditegaskan juga bahwa untuk penerbitan sertipikat pengganti tidak dilakukan
8 http://www.legalakses.com/penggantian-sertipikat-tanah-yang-hilang/ (diakses pada
tanggal 13 Agustus 2015 pukul 23.11 WIB) 9
Pasal 138 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
pengukuran maupun pemeriksaan tanah, sehingga nomor hak tidak diubah, karena data untuk penerbitan sertipikat tersebut telah ada dalam buku tanah, daftar surat ukur dan daftar umum lainnya.11
Penerbitan Sertipikat pengganti yang dimohonkan masyarakat pada kantor pertanahan harus dibuat dibawah sumpah di depan Kepala Kantor Pertanahan letak tanah yang bersangkutan atau di depan Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau pejabat lain yang ditunjuk Kepala Kantor Pertanahan tersebut. Pengucapan sumpah tersebut merupakan salah satu komponen penting apabila kita ingin memohonkan penerbitan sertipikat pengganti.
B. Perumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat diturunkan beberapa permasalahan yang menjadi dasar kajian dalam pengerjaan skripsi ini, yaitu :
1. Bagaimana pentingnya pendaftaran tanah dan permohonan penggantian sertipikat yang hilang yang dilakukan oleh masyarakat terhadap hak atas tanahnya?
2. Bagaimana bentuk kegiatan penerbitan sertipikat atas tanah serta hambatan yang ditemukan dalam masyarakat pada saat penerbitan sertipikat pengganti?
3. Bagaimana tanggung jawab suatu kantor pertanahan dalam mengupayakan penggantian sertipikat tanah yang hilang?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pendaftaran tanah yang menerbitkan sertipikat tanah menurut hukum Indonesia.
2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kehilangan sertipikat tanah di dalam masyarakat dan juga untuk mengetahui penyebab-penyebab mengapa hal tersebut dapat terjadi.
3. Untuk mengetahui sejauh mana tanggung jawab Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi dalam penggantian sertipikat tanah masyarakat yang telah hilang.
Disamping itu, penelitian ini juga mempunyai manfaat dari segi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka mengembangkan dan memperkaya teori hukum yang sudah ada, khususnya dalam bidang ilmu hukum agraria dan pengetahuan akan sertipikat tanah. Dapat memberikan gambaran tentang proses pendaftaran