• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Penerbitan Sertipikat Tanah Pengganti Karena Hilang Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Studi pada Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Penerbitan Sertipikat Tanah Pengganti Karena Hilang Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Studi pada Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Chandra, Syafruddin, 2005, SERTIPIKAT KEPEMILIKAN HAK ATAS

TANAH, Jakarta : Grasindo.

Chandra, Syafruddin , 2006, PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PEMEGANG SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH, Medan : PUSTAKA

BANGSA PRESS.

Dalimunthe, Chadidjah, 2000, Pelaksanaan Landreform di Indonesia dan

Permasalahannya, Medan: FH USU Press.

Lubis, M.Solly, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju.

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti.

Parlindungan, A.P (Selanjutnya disebut A.P.Parlindungan II), 1991,

Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung: Mandar Maju.

Parlindungan, A.P (Selanjutnya disebut A.P.Parlindungan I), 1999,

Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung: Mandar Maju.

Santoso, Urip, 2010, Pendaftaran dan Peralihan HAK ATAS TANAH,

Jakarta: Kencana.

Santoso, Urip, 2010, Hukum Agraria Kajian Komprehensf , Jakarta: Kencana.

(2)

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 1982, Penelitian Hukum Normatif

Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Cet. 2, CV. Rajawali.

Sutedi, Adrian, 2011, Sertifikat Hak Atas Tanah, Jakarta: Sinar Grafika.

Yamin, Muhammad dan Abd Rahim Lubis, 2008, Hukum Pendaftaran

Tanah, Bandung: MANDAR MAJU.

B. Karya Ilmiah, Makalah dan Paper

Sukiran, “Kajian Yuridis tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi

Asing di Indonesia”, (Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana USU, 2010)

C. Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor

3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

(3)

D. Internet

http://www.kompasiana.com/pit_kanisius/meneropong-pasal-33-uud-1945-dan-pengelolaan-sda-berbasis-pemulihan

lingkungan_55208a79a33311764646d0bb (diakses pada tanggal 11

Agustus 2015)

http://www.legalakses.com/penggantian-sertipikat-tanah-yang-hilang/

(diakses pada tanggal 13 Agustus 2015 pukul 23.11 WIB)

E. Wawancara

Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani Azmi,S.H selaku Kepala Sub Seksi

Penetapan Hak Tanah dan Bapak Yan Rizal,S.H selaku Kepala Sub Seksi

Pendaftaran pada Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi.

(4)

BAB III

KEGIATAN PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH

A. Pengertian dan Dasar Hukum Sertipikat Hak Atas Tanah dalam Peraturan dan Perundang-undangan

Proses dari diterbitkannya suatu sertipikat hak atas tanah dimaksudkan

sebagai suatu pemberian tanda bukti hak atas tanah bagi pemegangnya melalui

prosedur penegasan hak (konversi) atau pengakuan hak atau pemberian hak sesuai

bukti alasa hak yang dipunyai oleh pemohon sekalipun pada dasarnya semua

tanah yang berada di Indonesia merupakan satu kesatuan teritorial yang tidak

dapat terpisahkan. 39

Sertipikat hak atas tanah yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional

(BPN) harus diakui oleh setiap orang sebagai satu-satunya alat bukti hak atas

tanah yang berkepastian hukum bagi pemegangnya. Bentuk sertipikat hak atas

tanah terdiri dari salinan surat ukur sebanyak empat halaman dijahit bersama

empat halaman salinan buku tanah dan diberi sampul di muka dan di belakang,

lalu di dalam sampul map yang berlogo burung Garuda yang dijahit menjadi satu

dengan surat ukur atau gambar situasi tanah tersebut.

Sertipikat hak atas tanah dibuat dalam bentuk daftar isian, cara

pembuatannya sama dengan pembuatan buku tanah, memuat tanggal dan nomor

hak, nama pemegang hak, data fisik dan data yuridis yang dijilid bersama salinan

surat ukur yang telah dipersiapkan sebelum akhirnya dibubuhi tandatangan oleh

39 Syafruddin Chandra,

(5)

Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional setempat lalu diterapkan cap Badan

Pertanahan Nasional.40

Undang-Undang Pokok Agraria tidak pernah disebutkan secara jelas

mengenai sertipikat tanah, namun seperti yang terdapat dalam Pasal 19 ayat (2)

huruf c ada disebutkannya “surat tanda bukti hak”. Dalam pengertian sehari-hari

surat tanda bukti hak ini sudah sering ditafsirkan sebagai sertipikat tanah. (isikan

pasal 19 ayat 2)

Secara etimologi sertipikat berasal dari bahasa Belanda “Certificat” yang

artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu, jadi

kalau dikatakan sertipikat tanah maka pengertiannya adalah surat keterangan yang

membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah, atau dengan kata lain keadaan

tersebut menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah

tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat

oleh instansi yang berwenang, maka inilah yang disebut dengan sertipikat tanah

tadi.41

Sertipikat adalah surat tanda bukti hak seperti yang diterangkan diatas,

oleh dengan demikian, fungsinya telah tampak bahwa sertipikat tersebut berguna

sebagai alat bukti. Alat bukti yang menyatakan bahwa sebidang tanah telah

diadministrasi oleh Negara. Administrasi ini setelah dilakukan maka diberikan

buktinya kepada orang yang mengadiminstrasi tersebut. Bukti atau sertipikat

40

Ibid hal.136 41

(6)

adalah milik seseorang sesuai dengan yang tertera dalam tulisan di dalam

sertipikat tersebut. 42

Penjelasan diatas menerangkan bahwa dengan dimilikinya sertipikat tanah

tersebut oleh sipemilik tanah, maka sertipikat ini dapat dijadikan sebagai suatu

pegangan yang kuat dalam hal pembuktian hak miliknya, sebab diterbitkan secara

sah oleh instansi yang sah secara hukum serta memiliki kekuatan hukum yang sah

secara kuat.

Ada 2 macam sifat pembuktian sertipikat sebagai tanda bukti hak, yaitu :

1. Sertipikat sebagai tanda bukti hak yang bersifat kuat.

2. Sertipikat sebagai tanda bukti hak yang bersifat mutlak.

Hukum melindungi setiap orang yang memegang sebuah sertipikat tanah dan

lebih kuat lagi apabila pemegang sertipikat tanah adalah orang yang namanya

tercantum didalam sertipikat tanah tersebut. Seseorang yang merasa bahwa

memegang sebuah sertipikat tanah dan benar bahwasannya ialah pemilik tanah

tersebut, namun di dalam sertipikat tersebut bukan namanya yang tercantum

sebagai pemilik tanah, maka perlu dilakukan segera proses balik nama kepada

pemegang sertipikat tanah yang sah sehingga dapat menghindari gangguan

maupun gugatan dari pihak lain.

Pembuktian hak dalam Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun

1960 yang memuat tanda bukti hak atas tanah (sertipikat), yaitu terdapat dalam

Pasal 19 UUPA ayat (1) – (4), Pasal 23 UUPA ayat (1) - (2), Pasal 32 UUPA ayat

(7)

(1) - (2), serta pada Pasal 38 UUPA (1) - (2).43 Undang-Undang Pokok Agraria

mengatur bahwa Pemerintah mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah

Indonesia yang bertujuan untuk menjamin kepastian hukum terhadap hak-hak atas

tanah.

Kegiatan penerbitan sertipikat tanah ini selain dalam peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pertanahan yaitu yang diatur didalam

Undang-Undang Pokok Agraria, dimuat juga ketentuan lain sertipikat sebagai tanda bukti

hak, yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang rumah susun yang

terdapat dalam Pasal 9 ayat (1) - (2) point a,b,c yang kesemuanya merupakan

suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan juga didalam Pasal 14 ayat (1) – (6).44

Sertipikat juga merupakan alat bukti yang kuat yang terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta

benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang terdapat dalam Pasal 14 ayat (1) -

(5), Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik

pada Pasal 10 ayat (2) – (3), Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang

rumah susun pada Pasal 39 ayat (2).45

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang hak guna usaha, hak

guna bangunan, dan hak pakai atas tanah, yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (2) -

(4), Pasal 23 poin a,b,c, Pasal 43 poin a,b,c. Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 pada Pasal 1 angka 20, Pasal 4 ayat (1), Pasal 31 ayat (2), (4), (5),

dan ayat (6). Pasal 32 ayat (2), Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun

43

Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan HAK ATAS TANAH, Loc.cit hal.248 44

Ibid, hal.250 45

(8)

1977 tentang tata cara pendaftaran tanah mengenai perwakafan tanah milik pada

Pasal 8 angka 1 dan 2.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1989

tentang bentuk dan tata cara pengisian serta pendaftaran akta pemisahan rumah

susun pada Pasal 5 poin i, Pasal 7 angka (1) – (4), Peraturan Menteri Negara

Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang

ketentuan pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang

pendaftaran tanah Pasal 69 jo. Pasal 91 angka (2) dan (3), Pasal 70 angka (2) dan

(3), Pasal 71 jo. Pasal 93, dan Pasal 92 angka (1) dan (2).

Begitu pentingnya maksud dan tujuan diterbitkannya sertipikat tanah untuk

menjamin kepastian hak dari pemegang hak atas tanah, sehingga pengertian serta

kegunaan sertipikat tanah tersebut terdapat di dalam beberapa pasal dalam suatu

undang-undang maupun peraturan seperti yang disebutkan diatas, sehingga dapat

menyadarkan masyarakat bahwasannya wajib membuat serta menjaga sertipikat

tanahnya dengan baik.

Bermacam-macam sertipikat berdasarkan objek pendaftaran tanah yang

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu :

1. Sertipikat hak milik.

2. Sertipikat hak guna usaha.

3. Sertipikat hak guna bangunan atas tanah negara.

4. Sertipikat hak guna bangunan atas tanah hak pengelolaan.

(9)

6. Sertipikat hak pakai atas tanah hak pengelolaan.

7. Sertipikat tanah hak pengelolaan.

8. Sertipikat wakaf tanah hak milik.

9. Sertipikat hak milik atas satuan rumah susun.

10. Sertipikat hak milik atas satuan nonrumah susun.

11. Sertipikat hak tanggungan.

B.Penerbitan sertipikat tanah untuk pertama kali

Pendaftaran tanah untuk pertama kali akan menghasilkan penerbitan

sertipikat tanah untuk pertama kali dan dilaksanakan melalui pendaftaran tanah

secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara

sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan

secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah belum didaftra

dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan (Pasal 1 angka 10

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997).

Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja

dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Pelaksanaan pendaftaran tanah secara

sistematik yaitu, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dibantu oleh Panitia

Ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan

Pertanahan Nasional.

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk

(10)

atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara individual atau masal.

Dalam hal suatu desa atau kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah

pendaftaran tanah secara sistematik, maka pendaftaran tanahnya dilaksanakan

melalui pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sporadik

dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan. Pendaftaran tanah

secara sporadik dapat dilakukan secara perseorangan atau masal.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk penerbitan sertipikat tanah pertama kali,

meliputi :

1. Pengumpulan dan pengolahan data fisik

Untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data fisik dilakukan kegiatan

pengukuran dan pemetaan. Kegiatannya, meliputi :

a. Pembuatan peta dasar pendaftaran

b. Penetapan batas bidang-bidang tanah

c. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta

pendaftaran.

d. Pembuatan daftar tanah.

Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas

bidang tanah dengan suatu sistem penomoran (Pasal 1 angka 16 PP-PT).

Bidang-bidang tanah yang sudah dipetakan atau dibubuhkan nomor

pendaftarannya pada peta pendaftaran dibukukan dalam daftar tanah.

Bentuk, isi, cara, pengisian,penyimpanan dan pemeliharaan daftar tanah

diatur oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional.

(11)

Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah

dalam bentuk peta dan uraian (Pasal 1 angka 17 PP-PT). Bagi

bidang-bidang tanah yang sudah diukur serta dipetakan dalam peta pendaftaran,

dibuatkan surat ukur untuk keperluan pendaftaran haknya. Untuk

wilayah-wilayah pendaftaran tanah secara sporadik yang belum tersedia

peta pendaftaran, surat ukur dibuat dari hasil pengukuran. Bentuk, isi,

cara pengisian, penyimpanan dan pemeliharaan surat ukur ditetapkan oleh

Menteri Negara Agraria/Kepala Pertanahan Nasional.

2. Pembuktian hak dan pembukuannya.

Kegiatannya meliputi :

a. Pembuktian hak baru.

b. Pembuktian hak lama

c. Pembuktian hak.

d. Penerbitan sertipikat.

e. Penyajian data fisik dan data yuridis.

f. Penyimpanan daftar umum dan dokumen.

Sertipikat sebagai surat tanda bukti hak yang bersifat mutlak apabila

memenuhi unsur-unsur secara kumulatif, yaitu :

1. Sertipikat diterbitkan secara sah atas nama orang atau badan hukum.

2. Tanah diperoleh dengan itikad baik.

3. Tanah dikuasai secara nyata.

4. Dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak ada yang

(12)

Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat ataupun tidak mengajukan

gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat.

Menurut Pasal 19 UUPA kegiatan pendaftaran tanah hingga penerbitan

tanda bukti hak (sertipikat) yang dilakukan oleh pemerintah, meliputi :

1. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah.

2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.

3. Pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai lat pembuktian yang

kuat.

Sertipikat yang diterbitkan hanya boleh diserahkan kepada pemegang hak

atas tanah atau kuasanya yang resmi. Sertipikat hak atas tanah merupakan alat

pembuktian yang kuat sepanjang data fisik dan data yuridis di dalamnya sesuai

dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah. Sertipikat hak atas tanah

ada di tangan si pemilik, sedangkan surat ukur dan buku tanah ada di kantor

pertanahan. Sertipikat hak atas tanah yang ada pada seseorang yang secara nyata

menguasai tanah tersebut secara fisik dan dengan itikat baik tidak dapat lagi

dituntut pihak lain jika setelah 5 (lima) tahun sertipikat diterbitkan.

Data fisik menurut Pasal 1 angka 6 PP-PT adalah keterangan mengenai

letak, batas, dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar,

keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya. Data

yuridis menurut Pasal 1 angka 7 PP-PT adalah keterangan mengenai status hukum

bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak

(13)

Data fisik dan data yuridis dalam sertipikat diambil dari buku tanah. Buku

tanah menurut Pasal 1 angka 19 PP-PT adalah dokumen dalam bentuk daftar yang

memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada

haknya. Sertipikat diterbitkan oleh kantor pertanahan kabupaten/kota sedangkan

pejabat yang berwenang menandatangani sertipikat menurut PP-PT jo PMNA

adalah :

1. Dalam pendaftaran tanah secara sistematik sertipikat ditandatangani oleh

Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota.

2. Dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat individual

(perseorangan), sertipikat ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota.

3. Dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat masal, sertipikat

ditandatangani oleh Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atas

nama Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

Diterbitkannya sertipikat dalam kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama

kali adalah agar pemegang hak dengan mudah dapat membuktikan bahwa dirinya

sebagai pemegang haknya. Sertipikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang

hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah

didaftar dalam buku tanah.

Penerbitan sertipikat hak atas tanah yang ditujukan untuk kepentingan

(14)

penerbitan sertipikat hak atas tanah ini dapat ditangguhkan sampai catatan yang

ada di hapus, yaitu catatan tentang :

1. Adanya data yang belum lengkap.

2. Adanya sengketa tetapi tidak diajukan kepengadilan.

3. Adanya sengketa yang diajukan ke pengadilan tetapi tidak ada perintah dari

pengadilan untuk status quo atau penyitaan atas tanah tersebut, dan adanya

sengekta yang diajukan ke pengadilan yang telah ada perintah pengadilan

untuk status quo atau penyitaan atas tanah tersebut.

Pejabat yang berwenang menandatangani sertipikat bila dikaitkan dengan

macam pendaftaran tanah dan objek pendaftaran tanah, yaitu :

1. Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota.

Berwenang menandatangani sertipikat Hak Milik, Hak Guna Bangunan

atas tanah Negara, Hak Pakai Atas Tanah Negara, Wakaf Tanah Hak Milik dalam

pendaftaran tanah secara sistematik.

2. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

Berwenang menandatangani sertipikat Hak Milik, Hak Guna Bangunan

atas tanah Negara, Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan, Hak Pakai

Atas Tanah Negara, Hak Pakai Atas tanah Hak Pengelolaan, dan Wakaf Tanah

Hak Milik dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat individual

(perseorangan); sertipikat Hak Guna Usaha, Hak Milik Atas Satuan Rumah

(15)

3. Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran tanah atas nama Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota.

Berwenang menandatangani sertipikat Hak Milik Atas Tanah dalam

pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat masal.

Pihak yang menerima penyerahan sertipikat yang diterbitkan oleh Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota, yaitu :

1. Untuk hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang dipunyai

oleh satu orang , sertipikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang

namanya tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang

hak atau kepada pihak lain yang dikuasai oleh olehnya.

2. Untuk tanah wakaf, sertipikat diserahkan kepada Nadzirnya atau pihak lain

yang dikuasai olehnya.

3. Dalam hal pemegang hak sudah meninggal dunia, sertipikat diterimakan

kepada ahli warisnya atau salah seorang waris dengan persetujuan para ahli

waris yang lain.

4. Untuk hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun kepunyaan

bersama beberapa orang atau badan hukum diterbitkan satu sertipikat, yang

diterimakan kepada salah satu pemegang hak bersama atas penunjukan

tertulis para pemegang hak bersama yang lain.

5. Untuk Hak Tanggungan, sertipikat diterbitkan kepada pihak yang namanya

tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan atau kepada pihak lain yang

(16)

Sertipikat diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, dan pejabat

yang menandatangani sertipikat, yaitu: 46

1. Dalam Pendaftaran tanah secara sistematik, sertipikat ditandatangani oleh

Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota.

2. Dalam pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat individual

(perseorangan), sertipikat ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota.

3. Dalam Pendaftaran tanah secara sporadik yang bersifat masal, sertipikat

ditandatangani oleh Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atas

nama Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

C. Hambatan-Hambatan Pelaksanaan Penerbitan Sertipikat Tanah

Pelaksanaan penerbitan sertipikat tanah tidak semudah yang dipaparkan di

dalam kegiatan pendaftaran tanah yang menghasilkan sertipikat tanah, ada

kalanya masyarakat memperoleh masalah maupun hambatan-hambatan yang

datangnya dari instansi pemerintah yang menerbitkan sertipikat tersebut dan ada

juga yang berasal dari masyarakatnya sendiri, hal-hal inilah yang menjadi

penyebab penerbitan sertipikat tanah tampak sulit dan menghabiskan waktu cukup

lama karna prosesnya yang panjang.

Prosedur perolehan sertipikat hak atas tanah yang selama ini

diselenggarakan oleh pemerintah dalam keadaan pemenuhan kebutuhan

46 Urip Santoso,

(17)

masyarakat untuk memberi jaminan kepastian hukum secara yuridis

sesungguhnya sudah terpenuhi yaitu dengan diterbitkannya PP-PT yang menjamin

akan adanya pendaftaran tanah yang akan menghasilkan penerbitan sertipikat

tanah.

Namun berdasarkan hasil penelitian di lapangan ternyata masih banyak

ditemukan simpul birokrasi yang kurang perlu, seperti terlalu banyaknya jenis hak

atas tanah dengan aneka macam alat bukti alas hak atas tanah, dikerjakan oleh

banyak personil, mengandalkan peralatan sederhana dengan durasi tinggi,

ditambah lagi dengan jarak geografi antara kantor PPAT dengan kantor

pertanahan sehingga telah mengakibatkan prosedur perolehan sertipikat hak atas

tanah di kantor pertanahan menjadi kurang efektif dan kurang efisien.47

Beberapa kelemahan penting lainnya yang ditemukan contohnya pada

kegiatan pengumpulan dan pengolahan data fisik di lapangan ternyata belum

sepenuhnya mengikuti metode teknis, akibatnya peta pendaftaran tanah, peta

bidang dan surat ukur yang terbit kurang menjamin kepastian hukum secara

yuridis terutama tentang letak, arah, bentuk dan luas bidang tanah yang telah

diukur.48

Sertipikat hak atas tanah yang telah diterbitkan oleh negara dalam hal ini

pemerintah sebagai alat bukti yang kuat bagi pemegangnya, bisa jadi melemah

ketika diuji di pengadilan, hal ini menunjukkan bahwa banyak terjadi kesalahan

dalam penerbitan sertipikat hak atas tanah yang disebabkan berbagai faktor seperti

ketidakjujuran anggota masyarakat atau oknum aparat pemerintahan dan tidak

47

Ibid hal.156 48

(18)

cermat atau tidak telitinya pegawai kantor pertanahan dalam menafsirkan

peraturan perundangan ketika dilaksanakan kegiatan pengumpulan dan atau

pengolahan data fisik dan atau data yuridis.49

Berdasarkan permasalahan dan paparan keadaan penerbitan sertipikat

tanah saat ini, dapat dikemukakan beberapa hal yang menjadi hambatan dalam

kondisi ini seperti, kurangnya transparansi dalam hal penguasaan dan pemilikan

tanah disebabkan oleh terbatasnya data dan informasi penguasaan dan pemilikan

tanah, serta kurangnya transparansi data dan informasi yang tersedia untuk

masyarakat dapat ketahui, hal ini menyebabkan konsentrasi penguasaan dan

pemilikan tanah di pedesaan atau jumlah bidang tanah di perkotaan hanya dapat

terjangkau oleh sebagian kecil masyarakat.

Sisi lainnya, pembuatan sertipikat hak atas tanah yang cenderung masih

berdasarkan kepada akses permintaan yang diajukan oleh masyarakat kepada

Kantor Pertanahan setempat, yang jauh melampaui dari sisi penawaran dari

Kantor Pertanahan kepada masyarakat berupa tawaran yang diumumkan atau

disosialisasikan untuk mendaftarkan tanahnya agar mendapatkan sertipikat atas

tanahnya.

Seiring dengan tingginya nilai dan manfaat tanah, banyak orang yang

berupaya memperoleh bukti pemilikan tanah dengan memiliki sertipikat palsu, di

mana data yang ada pada sertipikat tidak sesuai dengan yang ada pada buku tanah,

hal ini juga menjadi faktor dari hambatan pelaksanaan ataupun pemberian

(19)

sertipikat tanah, dan jumlah kasus sertipikat palsu cukup banyak, sehingga

menimbulkan keresahan pada masyarakat.

Umumnya sertipikat palsu dibuat pada tanah yang masih kosong dan

mempunyai nilai tinggi yang menggunakan blanko sertipikat lama. Pemalsuan

sertipikat tanah terjadi karena tidak didasarkan pada alas hak yang benar, seperti

penerbitan sertipikat yang didasarkan kepada surat keterangan pemilikan yang

dipalsukan, bentuk lainnya berupa pemalsuan stempel BPN dan pemalsuan data

pertanahan.

Sertipikat palsu ini, nantinya dapat menghambat proses pemohon yang

ingin mendaftarkan tanahnya untuk dapat memperoleh sertipikat tanah, hal ini

dikarenakan ketika pemohon memohonkan penerbitan sertipikat tanahnya, namun

ada pihak lain yang keberatan atas permohonan si pemohon dan dengan

membawa alat bukti berupa sertipikat palsu, maka permohonannya akan ditunda

sampai proses pembuktian kebenarannya selesai.

Hambatan atau kendala seperti ini sungguh merugikan pemohon baik dari

segi waktu maupun materi, sehingga untuk mencegah terjadinya pemalsuan

sertipikat, maka harus dilakukan beberapa hal, antara lain :50

1. Pencetakan blanko sertipikat yang baik, sehingga sulit dipalsukan.

2. Sebelum dilakukan pembuatan akta pemindahan hak, dilakukan pengecekan

lebih dahulu terhadap sertipikat hak atas tanah pada Kantor Pertanahan

setempat.

3. Pengamanan arsip buku tanah dan gambar situasi atau surat ukur.

50

(20)

4. Meningkatkan kecermatan dan ketelitian aparat yang menerbitkan sertipikat.

Hambatan-hambatan lain yang dapat terjadi setelah pelaksanaan

diterbitkannya sertipikat tanah, yang juga sangat merugikan bagi masyarakat

adalah sertipikat ganda. Sertipikat ganda yaitu keadaan dimana sebidang tanah

mempunyai lebih dari satu sertipikat, hal ini terjadi karena sertipikat tersebut tidak

dipetakan dalam peta pendaftaran tanah atau peta situasi daerah tersebut baik

seluruhnya atau sebagian. 51

Menurut Badan Pertanahan Nasional, sertipikat ganda umumnya terjadi

pada tanah yang masih kosong atau belum dibangun, munculnya sertipikat ganda

ini disebabkan oleh beberapa hal, sebagai berikut :

1. Sewaktu dilakukan pengukuran atau penelitian di lapangan, pemohon dengan

sengaja atau tidak sengaja menunjukkan letak tanah dan batas tanah yang

salah.

2. Adanya surat bukti atau pengakuan hak yang ternyata terbukti mengandung

ketidakbenaran, kepalsuan atau tidak berlaku lagi.

3. Untuk wilayah yang bersangkutan belum tersedia peta pendaftaran tanahnya.

Terhadap sertipikat cacat hukum (sertipikat ganda) tersebut, harus

dilakukan : 52

1. Pemblokiran, yaitu dengan cara diberi catatan pada buku tanah.

2. Dihentikan, yaitu proses pemberian sertipikat tanahnya ditahan.

3. Dimatikan, yaitu nomor haknya dicoret dari buku tanah.

4. Dibatalkan, yaitu pembatalan pada salah satu sertipikat yang cacat hukum.

51

(21)

Sertipikat ganda ini jelas membawa akibat ketidakpastian hukum

pemegang hak-hak atas tanah yang sangat tidak diharapkan dalam pelaksanaan

pendaftaran tanah di Indonesia, karena bila sertipikat ganda terjadi, maka harus

ada pembatalan dari salah satu pihak setelah pemeriksaan dokumen pendukung,

hal ini dapat berlangsung lama, apalagi jika terjadi gugatan sertipikat ke

pengadilan.

Gugatan sertipikat ke pengadilan, merupakan proses untuk mencari

kebenaran dari data si pemilik atau pemegang hak sesungguhnya dari sebidang

tanah tersebut, dalam hal ini menjadi kendala atau hambatan apabila si pemegang

hak yang baru diterbitkan sertipikatnya tersebut ingin melakukan suatu perbuatan

hukum dengan sertipikat tanahnya, seperti ingin menjadikannya objek jaminan,

maka harus menunggu keputusan pengadilan terlebih dahulu.

Beberapa faktor yang dapat dirangkum. Penyebab terjadinya kendala atau

hambatan dalam proses penerbitan sertipikat tanah, yang sepenuhnya belum dapat

diatasi, antara lain sebagai berikut :53

1. Terbatasnya tenaga berkeahlian pengukuran dan pemetaan pada lingkungan

pegawai negeri dalam lembaga BPN, meskipun untuk pengerjaan pengukuran

dan pemetaan pada pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pensertipikatan

massal bisa melibatkan jasa konsultan pengukuran dan pemetaan sebagai

tenaga swasta yang berkeahlian pada pekerjaan pengukuran dan pemetaan

tanah, yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Badan Pertanahan

Nasional untuk membantu Kantor Pertanahan di daerah-daerah, terutama

53

(22)

untuk pekerjaan pengukuran dan penggambaran bidang tanah dan peta

pendaftaran tanah.

2. Terbatasnya daya beli pemerintah, dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional

atau Kantor Pertanahan terhadap peralatan pengukuran yang berteknologi

mutakhir, yang tentunya berkemampuan dan berkecepatan lebih tinggi.

3. Tuntutan ketelitian teknis proses pengadaan data fisik bidang tanah dan

pemeriksaan data yuridis dokumen yang menjadi dasar hak atas tanah

memang harus relatif akurat, sebab ini menyangkut pelayanan pemberian

kepastian dan perlindungan hukum dibalik sebuah sertipikat.

4. Rendahnya rasio jumlah tenaga hukum terhadap volume pekerjaan

pendaftaran tanah yang belum bisa dipecahkan dengan kemampuan

rekrutmen pegawai dalam manajemen kepegawaian BPN.

5. Meningkatnya frekuensi dan pelaksanaan program redistribusi tanah

pertanian objek landreform terutama tanah negara yang berarti meningkatnya

permintaan riil penerbitan sertipikat yang pada gilirannya segera

meningkatnya volume kerja kantor pertanahan atau proyek administrasi

pertanahan.

6. Meningkatnya kewenangan Kepala Kantor Pertanahan dalam hal pemberian

dan pembatalan sertipikat asal tanah negara diperkirakan besar pengaruhnya

terhadap meningkatnya beban kerja kantor-kantor pertanahan.

7. Sering munculnya berbagai kasus sertipikat ganda yang diakibatkan oleh

(23)

Selain itu, banyak kantor pertanahan tidak menggunakan peta pendaftaran

dengan sebenarnya.

8. Kurang tersedianya peta skala besar yang merupakan salah satu sarana

penting dalam melaksanakan pendaftaran tanah yang menyebabkan

bidang-bidang tanah terdaftar tidak bisa dipetakan.

D. Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah Setelah Penerbitan Sertipikat Tanah

Kegiatan pendaftaran tanah khususnya pendaftaran tanah lanjutan yang

disebut pemeliharaan data pendaftaran tanah, merupakan kegiatan lanjutan dari

kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang terus menerus

berkesinambungan dilakukan secara teratur, oleh karena itulah pemeliharaan data

pendaftaran tanah ini harus dilaksanakan jika terjadi perbuatan atau peristiwa

hukum atas tanah tersebut. Perbuatan hukum dimaksud dilakukan dengan suatu

maksud tertentu dengan kepastian hukum yang terjamin kebenarannya.

Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menerangkan pada

ayat (1) bahwa pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi

perubahan pada data fisik atau data yuridis objek pendaftaran tanah yang telah

terdaftar, dan pada ayat (2) diterangkan bahwa pemegang hak yang bersangkutan

wajib mendaftarkan perubahan yang terjadi seperti maksud dari ayat (1) kepada

kantor pertanahan.

Pemeliharaan data pendaftaran tanah yang dimaksud adalah kegiatan

(24)

pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat

dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian yang sesuai dengan maksud

Pasal 1 angka 12 PP-PT. Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila

terjadi perubahan pada data fisik atau data yuridis objek pendaftaran tanah yang

telah terdaftar.

Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan data

fisik atau data yuridis tersebut kepada kantor pertanahan kabupaten/kota setempat

untuk dicatat dalam buku tanah. Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar

yang memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah

ada haknya (Pasal 1 angka 19 PP-PT).

Ketentuan ini sesuai dengan asas mutakhir pendaftaran tanah, sebagaimana

yang dinyatakan dalam Pasal 2 PP-PT. Asas mutakhir menuntut dipeliharanya

data pendaftaran tanah secara terus-menerus dan berkesinambungan, sehingga

data yang tersimpan di kantor pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di

lapangan, dan masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang

benar setiap saat.

Perbuatan hukum yang dimaksud diatas untuk dilakukan dengan suatu

maksud bahwa sebidang tanah yang telah memiliki perubahan secara fisik

maupun yuridis, dilakukan dengan maksud agar si pemegang hak mendapatkan

kepastian hukum yang terjamin kebenarannya sebagai bukti kepemilikannya atas

sebidang tanah.

Penjelasan lebih lanjut mengenai pemeliharaan data pendaftaran tanah

(25)

Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang

ketentuan pelaksanaan PP-PT yaitu pada ayat (1) bahwa pemeliharaan data

pendaftaran tanah dilaksanakan dengan pendaftaran perubahan data fisik dan atau

data yuridis objek pendaftaran tanah yang telah terdaftar dengan mencatatnya di

dalam daftar umum.

Perubahan data yuridis pada ayat (2) menyebutkan perubahan-perubahan

berupa :54

1. Peralihan hak karena jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam

perusahaan, dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya ;

2. Peralihan hak karena pewarisan;

3. Peralihan hak karena penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi;

4. Pembebanan hak tanggungan;

5. Peralihan hak tanggungan;

6. Hapusnya hak atas tanah, hak pengelolaan, hak milik atas satuan rumah susun

dan hak tanggungan;

7. Pembagian hak bersama

8. Perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan pengadilan atau

penetapan ketua pengadilan;

9. Perubahan nama akibat pemegang hak yang ganti nama;

10. Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah.

Pada ayat (3) disebutkan bahwa perubahan data fisik dalam pemeliharaan

data pendaftaran tanah berupa:

54

(26)

1. Perubahan pada pemecahan bidang tanah.

2. Pemisahan sebagian atau beberapa bagian dari bidang tanah.

3. Penggabungan dua atau lebih bidang tanah.

Perubahan pada data fisik dapat terjadi apabila luas tanahnya berubah,

yaitu apabila terjadi pemisahan atau pemecahan satu bidang tanah yang

bersangkutan dipecah atau dipisah menjadi beberapa bagian yang masing-masing

merupakan satuan bidang tanah baru dengan status yang sama dengan bidang

tanah semula dan penggabungan bidang-bidang tanah yang berbatasan menjadi

satu bidang tanah yang baru.

Perubahan tersebut diikuti dengan pencatatannya pada peta pendaftaran

dan pembuatan surat ukur yang baru. Perubahan pada data yuridis terjadi bisa

mengenai haknya dan pemegang/subyek haknya. Perubahan mengenai haknya

dapat terjadi karena berakhirnya jangka waktu berlakunya, dicabut atau dibebani

hak lain. Sedangkan perubahan karena subyek hak dapat terjadi karena pewarisan,

pemindahan hak atau penggantian nama.

Perubahan tersebut dicatat pada buku tanah dan Sertipikat hak yang

bersangkutan berdasarkan data yang dimuat dalam akta perubahannya.

Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada ayat (1), (2), (3) ini menjadi landasan beberapa

penjelasan mengenai proses pemeliharaan data pendaftaran tanah setelah terbitnya

sertipikat.

Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah ini dilakukan terhadap

tanah-tanah yang sebelumnya sudah terdaftar. Pendaftaran ini harus dilakukan

(27)

jual beli, tukar menukar, hibah, dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya,

kecuali pemindahan hak melalui lelang yang hanya dapat didaftarkan jika

dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT.

Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah, terdiri atas :

1. Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak, meliputi:

a. Pemindahan hak.

Pemindahan hak akan terjadi disebabkan suatu kebutuhan. Pemindahan

hak sebagai suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh orang yang

berhak atas objek pendaftaran tanah yaitu suatu bidang tanah dan/atau hak

milik atas satuan rumah susun yang mengakibatkan hak dari subjeknya

berpindah kepada subjek lain.

b. Pemindahan hak dengan lelang.

Tanah sebagai objek dari pendaftaran tanah dapat pula dijadikan sebagai

objek jaminan hutang untuk mendapatkan sejumlah uang, seperti

peminjaman uang kepada pihak lain, namun hal ini dapat menimbulkan

resiko pemindahan hak atas tanah kepada pihak lain tersebut melalui

lelang atau penjualan dibawah tangan jika si pemilik tanah tersebut dalam

hal ini sebagai debitur yang melakukan wanprestasi.

c. Peralihan hak karena pewarisan.

Peralihan hak karena pewarisan dapat terjadi karena pemegang hak atas

tanah telah meniggal dunia, peristiwa hukum tersebut dapat

(28)

tersebut, karena nama pemegang hak beralih kepada pewaris atau jumlah

bidang tanah telah dipecah-pecah oleh pewaris.

d. Peralihan hak karena penggabungan atau peleburan perseroan atau

koperasi.

Penggabungan atau peleburan usaha berupa perseroan atau koperasi dalam

dunia usaha sering terjadi peralihan hak atas tanah, hal ini biasanya guna

pengembangan usaha ke masa depan ataupun mencegah terjadi

pemborosan biaya operasional dari usaha.

e. Pembebanan hak.

Dipandang dari sudut hak tanggungan, pembebanan terhadap hak

tanggungan harus diterbitkan dokumen baru, terutama sertipikat hak

tanggungan dan buku tanah hak tanggungan, maka dari sudut hak

tanggungan itu dipandang sebagai bagian dari pemeliharaan data.

f. Penolakan pendaftaran peralihan dan pembebanan hak.

Penolakan atas pendaftaran peralihan dan pembebanan hak berada di

tangan Kantor Pertanahan, penolakan tersebut harus dengan tertulis dan

disampaikan kepada yang berkepentingan. Penolakan terjadi karena data

pada sertipikat tanah tidak sesuai lagi dengan data yang ada di Kantor

Pertanahan seperti buku tanah.

2. Perubahan data pendaftaran tanah, baik data fisik maupun data yuridis atas

tanah-tanah yang sudah terdaftar dan bersertipikat dapat saja terjadi

pendaftaran perubahan atas data-data tersebut yang disebabkan oleh berbagai

(29)

a. Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah.

Atas permintaan dari pemegang hak atas tanah dapat dimohonkan

perpanjangan dan pembaharuan atas haknya. Perpanjangan dan

pembaharuan dimaksud harus didaftar dengan mencatatnya pada halaman

perubahan yang disediakan di dalam buku tanah dan sertipikat hak atas

tanah berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang untuk itu.

b. Pemecahan, pemisahan, dan penggabungan bidang tanah.

Atas permintaan dari pemegang hak atas tanah, satu bidang tanah yang

sudah terdaftar dapat dipecah menjadi beberapa bagian, yang

masing-masing merupakan satuan bidang baru dengan status hukum yang sama

dengan bidang tanah yang semula.

c. Pembagian hak bersama.

Hak bersama atas tanah bisa terjadi karena diperoleh melalui pewarisan,

tanah yang dijadikan sebagai objek warisan dapat dijadikan menjadi hak

perorangan dengan melakukan cara pembagian hak bersama sesuai dengan

isi warisnya.

d. Hapusnya hak atas tanah.

Hapusnya hak atas tanah dapat disebabkan karena penyerahan atau

pelepasan hak atas tanah oleh pemegang hak, dicabut haknya untuk

kepentingan umum, diterlantarkan sebagai perbuatan sengaja tidak

digunakan tanah tersebut sebagaimana peruntukan haknya, musnah akibat

(30)

ditetapkan seperti prinsip nasionalitas adalah merupakan sebab-sebab

hapusnya hak atas tanah secara umum.

e. Peralihan dan hapusnya hak tanggungan.

Untuk kebutuhan si pemegang hak atas tanah, hak atas tanah tersebut dapat

dijadikan sebagai penjamin pelunasan hutang yang biasa disebut dengan

objek hak tanggungan, hak tanggungan dimaksud dapat beralih dan

dialihkan sesuai keperluan serta dapat pula hapus.

f. Perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan atau penetapan

pengadilan.

Sertipikat tanah yang telah diterbitkan, tidak tertutup kemungkinan untuk

digugat oleh pihak lain yang merasa berhak atas tanah tersebut, dan jika

kasus ini diselesaikan dalam tingkat pengadilan maka putusan pengadilan

yang telah berkekuatan hukum tetap atas gugatan tersebut mengakibatkan

perubahan atas data pendaftaran tanah jika pihak penggugat yang menang.

g. Perubahan nama.

Perubahan nama pemegang hak atas tanah mengakibatkan perubahan data

atas tanah, oleh karena itu perubahan dimaksud harus didaftar dengan cara

mencoret nama lama dan mencatat serta membubuhkan nama baru di

dalam buku tanah dan sertipikat hak atas tanah tersebut.

(31)

Pemeliharaan data pendaftaran tanah akan diselenggarakan secara

sederhana dan mudah dimengerti serta dijalankan oleh pemohon yang

bersangkutan. Ketentuan ini perlu mendapat perhatian pemerintah untuk

melaksanakan pembenahan dan perbaikan di bidang pendaftaran tanah terutama

hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan pemeliharaan data tanah-tanah.

Pemeliharaan data pendaftaran tanah semakin terlihat penting jika

Pemerintah atau pihak-pihak yang berkepentingan memerlukan data sebidang

tanah. Data yang akurat dan dapat segera diperoleh informasinya merupakan suatu

tuntutan pelayanan publik yang lebih baik dari Kantor Pertanahan, sehingga

kepemilikan maupun bentuk tanahnya dapat diketahui masyarakat yang

(32)

BAB IV

PENERBITAN SERTIPIKAT TANAH PENGGANTI KARENA HILANG MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997

(STUDI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA TEBING TINGGI)

E. Syarat dan Dasar Penerbitan Sertipikat Pengganti

Gambaran mengenai penerbitan sertipikat tanah pengganti, yang mana

penerbitan sertipikat pengganti ini bisa diterbitkan oleh Kantor Pertanahan atas

permohonan pihak yang berkepentingan, apabila sertipikat hak atas tanahnya

terjadi kerusakan, hilang dan lain sebagainya, hanya saja apabila sudah diterbitkan

sertipikat pengganti oleh Kantor Pertanahan, sertipikat hak atas tanah yang lama

akan dibatalkan, hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan

disalahgunakannya sertipikat hak atas tanah yang lama oleh pihak lain yang

berkepentingan akan hal tersebut.

Pengertian dan fungsi sertipikat pengganti pada dasarnya tidak jauh

berbeda dengan sertipikat hak atas tanah, hanya saja sertipikat pengganti adalah

salinan sertipikat yang rusak ataupun hilang. Sertipikat pengganti bisa diterbitkan

oleh Kantor Pertanahan atas permintaan pemohon. Namun di dalam sertipikat

pengganti nantinya oleh Kantor Pertanahan akan dicatat atau diberi penjelasan

bahwa sertipikat tersebut adalah sertipikat pengganti, dan isi sertipikat pengganti

tersebut tetap sama dengan sertipikat sebelumnya sepanjang tidak diikuti dengan

perubahan data fisik atau data yuridis yang dimintakan oleh pemohon, jadi

(33)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tersebut adalah sama dengan

sertipikat hak atas tanah sebelumnya.

Ketentuan pasal 57 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 diatur

bahwa atas permohonan pemegang hak dari suatu sertipikat tanah,dapat

diterbitkan sertipikat baru sebagai pengganti sertipikat yang sudah rusak, hilang,

masih menggunakan blanko sertipikat yang sudah tidak dapat digunakan lagi, atau

yang tidak diserahkan kepada pembeli lelang dalam suatu lelang eksekusi.

Permohonan sertipikat pengganti hanya dapat diajukan oleh pihak yang

namanya tercantum sebagai pemegang hak dalam buku tanah yang bersangkutan

atau pihak lain yang merupakan penerima hak berdasarkan akta PPAT atau

kutipan risalah lelang, atau akta peralihan hak dikarenakan penggabungan atau

peleburan perseroan atau koperasi, atau surat tanda bukti beralihnya piutang

dalam hak tanggungan.55

Dalam hal pemegang hak atau penerima hak sudah meninggal dunia, maka

bila ada pihak yang akan mengajukan permohonan sertipikat pengganti,

permohonan ini dapat diajukan oleh ahli warisnya dengan menyerahkan surat

tanda bukti sebagai ahli waris yang mana hal ini merupakan syarat mutlak untuk

dipenuhi apabila permohonan sertipikat penggantinya diajukan oleh ahli warisnya.

Penggantian sertipikat ini nantinya akan dicatatkan pada buku tanah yang

bersangkutan.56

Penggantian sertipikat dalam hal dikarenakan rusak atau pembaharuan

blanko sertipikat, maka sertipikat yang lama akan ditahan dan dimusnahkan oleh

55

Loc.cit 56

(34)

Kantor Pertanahan, hal ini dimaksud untuk memperkecil kemungkinan

pemalsuan. Bagi pemegang sertipikat, apabila ia menghendaki maka sertipikatnya

tersebut dapat digantikan dengan sertipikat yang telah menggunakan blanko yang

baru.

Di Kota Tebing Tinggi, pernah terjadi kasus hilangnya sertipikat atas

sebidang tanah. Sertipikat tanah merupakan bukti pemilikan seseorang atas suatu

tanah dan bangunan. Penyimpanan sertipikat yang kurang baik dapat

mengakibatkan sertipikat tersebut rusak ataupun tercecer sehingga sertipikat

tersebut hilang dan harus diganti, oleh karenanya tentu saja harus disimpan

baik-baik dan diperlakukan sebagaimana halnya surat berharga lainnya.

Pada dasarnya sertipikat tanah yang dipegang oleh si pemegang hak

hanyalah merupakan salinan dari buku tanah yang disimpan pada Kantor

Pertanahan setempat dimana letak tanah berada. Apabila sertipikat tanah tersebut

hilang, maka kita dapat mengajukan permohonan kepada kantor pertanahan untuk

menerbitkan sertipikat pengganti atau lazim disebut juga sebagai sertipikat kedua.

Pemegang hak harus melaporkan kehilangan sertipikat tanahnya pada

kantor pertanahan setempat dengan membayar biaya sertipikat pengganti tersebut

sebesar biaya pendaftaran untuk pertama kali Rp. 50.000,- sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

Badan Pertanahan Nasional tidak mudah begitu saja untuk mengeluarkan

sertipikat pengganti atas sebidang tanah yang telah bersertipikat, ada syarat-syarat

(35)

karena di khawatirkan adanya sertipikat ganda terhadap sebidang tanah yang

sama, sehingga penerbitan sertipikat pengganti harus mengikuti beberapa tahapan

sesuai ketentuan dan memenuhi segala syarat-syarat untuk memperoleh kembali

sertipikat pengganti atas sebidang tanah miliknya tersebut.

Setiap permohonan terhadap penggantian sertipikat yang hilang maka

sertipikatnya harus digantikan dengan sertipikat yang baru dan harus disertai

pernyataan di bawah sumpah dari yang bersangkutan di hadapan Kepala Kantor

Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk, mengenai hilangnya sertipikat hak yang

bersangkutan melalui prosedur perolehan sertipikat kantor pertanahan setempat.

Di dalam penerbitan sertipikat tanah pengganti terhadap sertipikat tanah

yang telah hilang, masyarakat tidak dapat mendaftarkan penerbitan sertipikat

pengganti tersebut pada saat program PRONA (Proyek Nasional Agraria) maupun

program LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertipikat Tanah) yang

dilaksanakan oleh Pemerintah maupun BPN, karena program PRONA dan

LARASITA ditujukan pada penerbitan sertipikat tanah untuk pertama kali pada

masyarakat yang memiliki hak atas tanah, namun belum membuat sertipikat atas

tanahnya tersebut, dan program tersebut umumnya dilaksanakan kedaerah-daerah.

Syarat dalam penggantian sertipikat tanah yang telah hilang adalah harus

ada bukti laporan kehilangan dari pihak kepolisian yang menyatakan bahwa surat

tersebut benar dinyatakan telah hilang. Syarat dalam penggantian sertipikat tanah

yang telah hilang juga bahwa si pemilik sertipikat tersebut dapat membuktikan

bahwa benar sertipikat tanahnya tersebut telah secara resmi terdaftar dan telah

(36)

Perihal yang perlu ditegaskan adalah bahwa untuk penerbitan sertipikat

pengganti tidak dilakukan pengukuran maupun pemeriksaan tanah dan nomor hak

tidak diubah, dikarenakan data untuk penerbitan sertipikat pengganti tersebut telah

ada terdaftar dan dirincikan di dalam buku tanah, daftar surat ukur dan daftar

umum lainnya, ini sesuai dengan maksud Pasal 139 Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997.

Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi di dalam menerbitan sertipikat

pengganti, biasanya Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi akan melakukan

peninjauan lokasi dan melakukan pengukuran ulang, Kantor Pertanahan Kota

Tebing Tinggi tidak bermaksud melanggar ketentuan Pasal 139 tersebut, namun

hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa keadaan tanah tersebut masih seperti

yang tertera dalam buku tanah dan salinan sertipikat dari pemohon jika masih ada

salinannya.

F. Proses Pengajuan Penerbitan Sertipikat Pengganti Bagi Sertipikat Tanah yang telah Hilang

Sertipikat hilang bisa terjadi karena sesuatu sebab, dalam arti sertipikat

hak atas tanah lepas dari penguasaan secara fisik oleh si pemegang hak. Dan

sebabnya bisa beraneka macam yaitu tercecer, dicuri orang, kebakaran, dititip

pada orang dan ternyata tidak pernah dikembalikan.

Proses pengajuan sertipikat tanah hilang tidak memiliki batasan atau limit

dalam penggantiannya, maka jika suatu sertipikat tanah telah hilang lalu telah

(37)

jika sertipikat pengganti itu suatu saat hilang kembali maka proses pengajuan

sertipikat penggantian kembali terhadap sertipikat tanah pengganti yang telah

hilang sebelumnya dapat diajukan kembali untuk memperoleh sertipikat

pengganti.

Prosedur perolehan sertipikat pengganti di Kantor Pertanahan Kota Tebing

Tinggi dengan pemenuhan persyaratan permohonan yang sebagai berikut :

1. Adanya permohonan yang diajukan oleh pihak yang namanya tercantum

sebagai pemegang hak dalam buku tanah yang bersangkutan atau pihak lain

yang merupakan penerima hak berdasarkan akta PPAT, atau penerima hak

berdasarkan kutipan risalah lelang. Permohonan sertipikat pengganti dapat

diajukan oleh ahli warisnya dengan menyerahkan surat tanda bukti sebagai

ahli waris apabila si pemegang hak sudah meninggal dunia.

2. Adanya persyaratan di bawah sumpah dari pemohon yang bersangkutan di

hadapan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat atau pejabat

yang ditunjuk mengenai hilangnya sertipikat hak yang bersangkutan.

3. Adanya pengumuman 1 (satu) kali dalam salah satu surat kabar harian

setempat atas biaya dari pemohon. Masa pengumuman tersebut selama 30

(tiga puluh) hari. Mengenai dilakukannya pengumuman dan penerbitan serta

jika ada penolakan penerbitan sertipikat pengganti tersebut maka akan

dibuatkan berita acara oleh kepala kantor pertanahan.

4. Jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dihitung sejak hari pengumuman, apabila

tidak ada yang mengajukan keberatan mengenai akan diterbitkannya

(38)

menurut pertimbangan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat

keberatan yang diajukan tersebut tidak beralasan yang kuat dan jelas, maka

penerbitan sertipikat baru (sertipikat pengganti) tersebut dapat tetap

diterbitkan.

5. Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dihitung sejak hari

pengumuman ada yang mengajukan keberatan dan dianggap beralasan benar

keberatan tersebut, maka Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

setempat menolak menerbitkan sertipikat pengganti.

6. Mengenai dilakukannya pengumuman, penerbitan sertipikat baru sebagai

sertipikat pengganti, dan penolakan penerbitan sertipikat baru sebagai

penerbitan sertipikat pengganti dibuatkan berita acara oleh Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota setempat.

7. Penggantian sertipikat dicatat pada buku tanah yang bersangkutan.

8. Sertipikat pengganti diserahkan kepada pihak yang memohon diterbitkannya

sertipikat tersebut atau oleh orang lain yang diberi kuasa untuk

menerbitkannya.

9. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat mengumumkan telah

diterbitkannya sertipikat pengganti untuk hak atas tanah dan tidak berlakunya

lagi sertipikat yang lama dalam salah satu surat kabar harian setempat atas

(39)

Persyaratan permohonan tersebut di atas disampaikan oleh pemohon yang

ditujukan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi melalui loket

penerimaan, dengan ketentuan sebagai berikut : 57

1. Penggantian sertipikat yang hilang dapat diberikan dengan sertipikat

pengganti.

2. Surat pernyataan hilang di bawah sumpah dilakukan oleh orang yang

menghilangkan sertipikat tersebut, antara lain :

a. Pemilik sertipikat melapor kehilangan, kemudian mendapat surat

keterangan laporan hilang dari kepolisian,

b. Pegawai kantor pertanahan setelah dibuat berita acara pencarian dan

penelitian sertipikat hilang, atau

c. Pihak lain yang pernyataan sumpahnya disaksikan juga oleh pemilik

sertipikat bersangkutan.

Pemilik sertipikat melapor kehilangan, kemudian mendapat surat

keterangan laporan hilang dari kepolisian, Pengumuman antara berita acara

tercecer di kepolisian dengan pengumuman akan diterbitkannya sertipikat

pengganti atas sebidang tanah dikoran merupakan waktu yang berbeda.

3. Apabila pemohon merupakan sebuah badan hukum, harus mendapat

persetujuan sesuai anggaran dasar bersangkutan yang dilampirkan bersama

akta pendirian perusahaan yang disahkan menteri.

57

(40)

4. Apabila pemohon merupakan seorang pewaris atau penerima hibah wasiat

maka dalam permohonan dilampirkan surat keterangan ahli waris, surat hibah

wasiat dan surat kematian bersangkutan.

5. Apabila ada pernyataan dari pemohon bahwa data fisik bidang tanah tidak

berubah, maka surat ukur dikutip dari peta pendaftaran tanah atau apabila ada

perubahan maka bidang tanah diukur ulang.

6. Surat pernyataan tidak ada perubahan data fisik tanah.

7. Fotokopi KTP atau identitas diri pemohon.

8. Fotokopi KTP atau identitas diri penerima kuasa disertai dengan surat kuasa,

jika permohonannya dikuasakan.

9. Setiap fotokopi yang dipersyaratkan sudah dilegalisir oleh pejabat yang

berwenang.

Penerbitan sertipikat pengganti karena hilang, dalam hal pemegang

pemegang atau para pemegang hak tersebut berdomisili di luar

kabupaten/kotamadya letak tanah, maka pembuatan pernyataan sebagaimana salah

satu syarat dalam penerbitan sertipikat pengganti dapat dilakukan di Kantor

Pertanahan di domisili yang bersangkutan atau di depan pejabat Kedutaan

Republik Indonesia di negara tempat berdomisili yang bersangkutan.

Mengingat juga bahwa biaya pengumuman dalam surat kabar harian

berjumlah besar dibandingkan dengan harga tanah yang sertipikatnya hilang serta

kemampuan dari si pemohon, Kepala Kantor Pertanahan dapat menentukan bahwa

pengumuman akan diterbitkannya sertipikat tersebut ditempatkan di papan

(41)

hilang dengan pengumuman yang cukup jelas untuk dibaca orang yang berada di

luar bidang tanah tersebut.

Menurut hasil dari wawancara pada Kantor Pertanahan Kota Tebing

Tinggi, Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi bahwa telah menerapkan tata cara

penerbitan sertipikat pengganti karena hilang sesuai dengan ketentuan dari

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, dan

Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3

tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997.

G. Tanggung Jawab Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi dalam Menerbitkan Sertipikat Pengganti bagi Sertipikat Tanah yang telah Hilang

Pada dasarnya sertipikat asli yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan

Nasional untuk pertama kalinya dengan sertipikat pengganti hak atas tanah,

mempunyai kekuatan hukum yang sama, karena akan di lakukan pembatalan pada

sertipikat yang dinyatakan hilang tersebut, hal ini diatur dalam UUPA dan PP-PT

pada Pasal 32 ayat (1), hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan disalah

gunakannya sertipikat tanah terdahulu oleh pihak lain yang dapat merugikan

pemegang hak apabila sertipikat tanah tersebut sebenarnya tidak hilang,

(42)

Permohonan untuk penerbitan sertipikat tanah pengganti oleh karena

sertipikatnya yang telah hilang pernah terjadi pada masyarakat Kota Tebing

Tinggi, sesuai dengan data yang ada bahwa kasus masyarakat yang pernah

mengalami kehilangan sertipikat tanah tercatat sebanyak 22 kasus sejak akhir

bulan desember tahun 2014 hingga akhir bulan oktober tahun 2015.

Pengurusan penerbitan sertipikat pengganti kepada Kantor Pertanahan

Kota Tebing Tinggi merupakan tanggungjawab dari Kantor Pertanahan Kota

Tebing Tinggi sebagai bentuk pelayanan mereka kepada masyarakat, selain

sebagai tanggung jawab hal ini dikarenakan juga, data-data yang terdapat pada

sertipikat tanah yang hilang tersebut, juga tercantum dan termuat pada buku tanah

sertipikat tersebut yang disimpan di Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi.

Kasus kehilangan sertipikat tanah yang terjadi pada masyarakat kota

tebing tinggi umumnya dikarenakan penyimpanan yang kurang baik oleh mereka

sehingga menyebabkan sertipikat tanah tersebut tercecer dan hilang. Pada data

tahun 2001 kasus kehilangan sertipikat tanah yang banyak dilaporkan masyarakat

kepada kantor kepolisian adalah karena kebanjiran yang melanda daerah tebing

tinggi sehingga masyarakat kehilangan sertipikat tanahnya dan menganggap

(43)

Berdasarkan hasil wawancara dari riset pada Kantor Pertanahan Kota

Tebing Tinggi dan juga telah mempelajari bahan hasil riset, maka mekanisme

penerbitan sertipikat pengganti karena hilang pada Kantor Pertanahan Kota

Tebing Tinggi dapat dijabarkan sebagai berikut :

No. TANGGAL KETERANGAN

1. 06 Oktober 2014 Pemegang hak atas tanah yang sertipikat tanahnya

hilang adalah SYAHRUL LUBIS, selanjutnya disebut

sebagai pemohon. Penerbitan sertipikat tanah pertama

kali pada tanggal 30 Maret 1990 di Kantor Pertanahan

Kota Tebing Tinggi, pemohon mengetahui sertipikat

tanahnya hilang pada tanggal 06 Oktober 2014 pada

pukul 10.00 WIB di sekitar Kota Tebing Tinggi.

2. 17 Oktober 2014 Pengumuman sertipikat tanah tersebut tercecer/hilang

oleh surat kabar PROMEDIA.

3. 21 Oktober 2014 Pengumuman sertipikat tanah tersebut tercecer/hilang

oleh surat kabar PROMEDIA untuk kedua kalinya.

4. 21 Oktober 2014

Pukul 11.30 WIB

Pemohon datang ke Polres Tebing Tinggi untuk

membuat laporan kehilangan atas sertipikat tanahnya.

5. 22 Oktober 2014 Pemohon mengajukan permohonan penggantian

sertipikat hilang kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota

Tebing Tinggi, dan pemohon ikut melampirkan :

1) Fotocopy Sertipikat Hak Milik.

(44)

3) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk dan Kartu

Keluarga.

6. 22 Oktober 2014 Pemohon membayar biaya pekerjaan pelayanan

sertipikat pengganti karena hilang sebesar Rp.50.000,-

berdasarkan surat perintah setor dari dari Kantor

Pertanahan Kota Tebing Tinggi.

7. 22 Oktober 2014 Pemohon mendapat tanda terima dokumen dari Kantor

Pertanahan Kota Tebing Tinggi yang telah menerima

berkas permohonan dari pemohon, berupa dokumen :

1) Fotocopy Sertipikat Hak Milik.

2) Fotocopy Identitas Pemohon.

3) Fotocopy Identitas Pemilik Hak.

4) Surat Permohonan.

5) Surat Keterangan Hilang dari Polres Tebing

Tinggi.

8. 23 Oktober 2014 Pemohon memperoleh kwitansi dari pembayaran

pelayanan sertipikat pengganti karena hilang dari

Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi.

9. 10 Desember

2014

Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi melakukan

pengumuman di surat kabar harian MIMBAR UMUM

tentang sertipikat hilang dari pemohon, dan keterangan

(45)

yang dirincikan letak tanahnya pada surat kabar

tersebut.

10. 11 Desember

2014

Pemohon mengucapkan sumpah dihadapan saksi-saksi

berikut :

1) Kepala Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi.

2) Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran

Tanah.

3) Kepala Sub Seksi Pendaftaran Hak.

4) Yang Mengukuhkan Sumpah yaitu

Rokhaniawan.

Sumpah tersebut juga dibuat dalam bentuk tertulis oleh

pemohon dan ditanda-tangani oleh saksi-saksi tersebut.

11. 11 Desember

2014

Kepala Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi

menyampaikan melalui surat kepada Pimpinan Redaksi

Surat Kabar Harian MIMBAR UMUM untuk

mengumumkan tentang sertipikat hilang dari pemohon

di surat kabar harian tersebut.

12. 11 Desember

2014

Diterbitkan pengumuman tentang sertipikat hilang

untuk mendapatkan sertipikat baru sebagai pengganti

sertipikat yang hilang oleh Kantor Pertanahan Kota

Tebing Tinggi, dengan rincian:

1) Nomor.

(46)

3) Hak Atas Tanah, Jenis dan Nomor Hak.

4) NIB

5) Terdaftar Atas Nama.

6) Tanggal Pembukuan.

7) Letak Tanah :

a) Jalan

b) Kelurahan

c) Kecamatan

8) Keterangan

13. 19 Januari 2015 Dikeluarkannya Berita Acara pengumuman penerbitan

sertipikat pengganti atas sertipikat tanah hilang dari

pemohon, dengan diterbitkannya sertipikat pengganti

tersebut maka sertipikat yang telah diterbitkan

sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

14. 20 Januari 2015 Diterimanya Tanda Terima oleh pemohon atas

sertipikat pengganti karena hilang atas tanahnya

tersebut.

Mekanisme penerbitan sertipikat pengganti atas sertipikat tanah yang

hilang di Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi, seperti pada kasus SYAHRUL

LUBIS ada ditemukan beberapa kejanggalan dalam penerbitannya, seperti berikut

(47)

1. Penerbitan pengumuman pada surat kabar harian Promedia yang terjadi

selama 2 kali dan waktu pengumuman hanya berselang 4 hari.

Pengumuman ini berisikan info kehilangan sertipikat tanah pemohon,

namun pemohon belum ada melakukan proses pelaporan sertipikat

hilang kepada Kantor Pertanahan. Penerbitan pengumuman pada surat

kabar harian ini mungkin saja inisiatif dari pemohon.

2. Pada tanggal 10 Desember 2014, pengumuman mengenai sertipikat

tanah hilang dan akan digantikan dengan sertipikat baru kepada

pemohon jika tidak ada yang dirugikan atas hal tersebut, diterbitkan

oleh surat kabar harian Mimbar Umum. Surat kabar harian ini

berisikan pengumuman dari Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi

atas sertipikat hilang berikut dengan informasi data-datanya, namun

surat dari Kepala Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi kepada

Pimpinan Redaksi Surat Kabar Harian Mimbar Umum yang berisikan

perihal untuk diumumkannya pengumuman sertipikat hilang pemohon,

bahkan dibuat dan ditandatangani pada tanggal 11 Desember 2014 oleh

Kepala Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi itu sendiri.

Hal ini cukup membingungkan, karena seharusnya dan biasanya dibuat

terlebih dahulu surat permohonan penerbitan pengumuman pada surat

kabar harian, lalu setelah permohonan diterima maka pengumuman

tersebut dapat diterbitkan.

Hasil wawancara dari 2 orang narasumber ini, memberikan gambaran

(48)

sertipikat pengganti Oleh Kantor Pertanahan, namun pada akhirnya pemohon

mendapatkan sertipikat pengganti terhadap sertipikat tanahnya yang telah hilang

tersebut.

Tanggung jawab Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi dalam hal ini

cukup memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat tebing tinggi, terutama

kepada pemohon-pemohon penerbitan sertipikat pengganti, ini juga terbukti

bahwa dalam kasus sertipikat hilang SYAHRUL LUBIS, penerbitan sertipikat

penggantinya sudah ia dapatkan setelah melakukan semua mekanisme proses

penerbitan sertipikat pengganti dengan baik dan dalam waktu selama kurang lebih

92 hari atau sekitar 3 bulan.

H. Hambatan dan Upaya Penyelesaian Penerbitan Sertipikat Pengganti

Penerbitan sertipikat pengganti karena hilang tidak terlepas dari

hambatan-hambatan yang dapat memperlama proses dari penerbitan sertipikat pengganti

tersebut, hambatan-hambatan ini dapat disebabkan oleh si pemohon sendiri, oleh

pihak lain, maupun faktor lain. Walaupun hambatan dapat terjadi, namun

beberapa upaya dapat dilakukan untuk menyelesaikan hambatan dari penerbitan

sertipikat pengganti tersebut.

Hambatan yang umumnya terjadi dalam proses penggantian sertipikat

tanah yang telah hilang disebabkan karna adanya sanggahan dari pihak lain

terhadap suatu penerbitan sertipikat pengganti atas suatu bidang tanah, sanggahan

Referensi

Dokumen terkait

TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG..

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik.. Indonesia

Menyatakan bahwa penelitian skripsi Berjudul “ PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) , UKURAN PERUSAHAAN (SIZE), LEVERAGE, RETURN ON ASSET (ROA)

bahwa sehubungan dengan adanyan perubahan nomenklatur Perangkat Daerah dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi Dinas Pangan Provinsi Kepulauan

TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA.

Pengaruh Model Pembelajaran Team Games Tournament (Tgt) D an D irect Teaching Terhadap Self Esteem D an Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri 2 Garut.. Universitas Pendidikan Indonesia

HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT..

(A Survey Study on the Second Semester Students of English Education Department in Universitas Muhammadiyah Purwokerto in Academic