• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Determinan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Aceh Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Determinan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Aceh Utara"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN PEDAGANG

KAKI LIMA DI KABUPATEN ACEH UTARA

TESIS

OLEH

N A Z I R

067019108/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Pendapatan yang akan diperoleh pedagang kaki lima sangat ditentukan oleh berbagai faktor, diduga yang mendeterminasi pendapatan tersebut antara lain adalah modal kerja, jam usaha dan pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan (produk). Kemudian pendapatan yang diterima sesama pedagang kaki lima juga berbeda, hal ini yang menyebabkan perbedaan pendapatan tersebut adalah tidak sama besarnya modal kerja yang dimilikinya, juga berbeda jam usaha yang dipergunakan untuk berdagang, serta bedanya pengalaman (lamanya berdagang) dan berbeda banyaknya jenis barang dagangan (produk) yang digelarkannya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara. Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan pendapatan pedagang kaki lima antara yang berdagang dibawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang diatas jam usaha rata-rata.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Manajemen Keuangan dan Manajemen Pemasaran yang berhubungan dengan pendapatan serta yang mendeterminasinya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survey dan jenis penelitian deskriptif kuantitatif serta sifat penelitiannya adalah eksplanasi. Metode pengumpul data dilakukan dengan cara wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah Multiple Regrssion Linear (Analisis Regresi Berganda). Populasi adalah seluruh pedagang kaki lima yang tersebar di Kabupaten Aceh Utara yang menjual sayur-sayuran, makanan dan minuman, buah-buahan serta pakaian yang berjumlah 725 pedagang dengan kriteria pedagang yang tidak berpindah-pindah tempat (tetap) dan yang berdagang di pusat kota kecamatan. Teknik penetuan sampel menggunakan cluster sampling. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dan jumlah sampel sebanyak 100 pedagang.

Hasil analisis hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara simultan modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jenis barang dagangan (produk) berpengaruh sangat-sangat signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Kabupaten Aceh Utara, dan secara parsial modal kerja sebagai variabel yang paling dominan. Metode analisis data hipotesis kedua yang digunakan adalah Chi Square. Hasil hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara.

Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh adalah bahwa modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jenis barang dagangan (produk) berpengaruh sangat-sangat signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara dan ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara.

(3)

ABSTRACCT

Income of hawkers is determined by various factors, namely; the working capital, the effort duration (hour of effort) and the trading experience and the merchandise type (product). Income which accepted by hawkers is difference, which cause difference of the income is unequal of the owned working capital level, the duration of effort which utilized to trade, the trading experience and the number of merchandise type. The primary purpose of this research is to know and analyze factors influencing Income of hawkers in Regency of North Aceh. The second purpose of the research is to know and analyze difference of income of hawkers between trading below hour of mean effort and above hour of mean effort

Theory used in this research is the Financial Management theory and the Marketing Management related to income and which determine it.

The method used in this research is the survey method. The quantitative descriptive and explanation research are also used in the research. The Methods of data collection are interview, questionnaire, and documentation study. The Method of data analysis is Multiple Linear Regression. Population in the research is all hawkers spread over in Regency of North Aceh which sells vegetables, food and beverage, fruits and also clothes amounting to 725 merchants. The hawkesr criterion are permanent hawkers and hawkers which trade at the centre of district downtown. The technique sampling used cluster sampling. Determination of sample size used the Slovin Approach that amount of sample is 100 hawkers.

The first hypothesis used the Multiple Linear Regression with the F-test and the t-test which is purposed to know the effect of the independent variables to the dependent variable with 95% significant level (á = 0,05).

The result of first hypothesis analysis with the F-test indicates that factor of working capital, the effort duration, the merchandise type and the trading experience have a significant effect to income hawkers simultaneously in Regency of North Aceh. The t-test partially indicates that the factor of working capital is the dominant factor. The second hypothesis used chi square analysis which the result, there is difference between income of hawkers which consist of vegetable merchant, food and beverage and also fruits trading below hour of mean effort and above hour mean effort, except clothes merchant.

The conclusions of the research are that the working capital, the effort duration, the merchandise type and the trading experience have a significant effect to income of hawkers in Regency of North Aceh and there is difference between income of hawkers which consist of the vegetable merchant, food and beverage and also fruits trading below hour of mean effort and above hour of mean effort.

(4)

Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN

ACEH UTARA Nama Mahasiswa : N A Z I R

Nomor Pokok : 067019108/IM

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nissa, B., MSc)

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 4 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Rismayani, SE, MS Anggota : Kasyful Mahalli, SE, M.Si

: Prof. Dr. Syaad Afifuddin. M.Ec : Drs. Syahyunan, M.Si

(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

“ ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA DI

KABUPATEN ACEH UTARA”

Adalah benar hasil karya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telaah dinyatakan secara

benar dan jelas.

Medan, Februari 2010 Yang membuat pernyataan,

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahhim

Syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan

kekuatan dan kesempatan kepada kita semua melalui Rahmat dan Hidayah-Nya serta

Selawat dan Salam kita sampaikan kepada tokoh Revolusi Alam Semesta dan tokoh

reformasi Dunia yaitu Nabi Muhammad SAW, beserta Keluarga dan Sahabat Beliau

sekalian yang telah membuka mata hati manusia dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan bagi kepentingan ummatnya sehingga tergerak dan termotivasi penulis

dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

Dalam penulisan usulan penelitian ini penulis telah berupaya dan berusaha

semaksimal mungkin untuk menghadirkan informasi seobjektif mungkin secara

menyeluruh, namun penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari

kesempurnaannya karena keterbatasan penulis sebagai mahasiswa dan manusia yang

banyak memiliki kelemahan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-

tingginya dan tidak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan masukan secara langsung maupun tidak langsung hingga penulisan usulan

penelitian ini dapat dirampungkan khususnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir.T. Chairun Nisa, B.,MSc, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana

(8)

2. Ibu Prof.Dr.Rismayani, SE.MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan dan sekaligus

sebagai Ketua Komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam penulisan tesis

ini.

3. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

mengarahkan, membimbing serta mendorong penulis dalam menyelesaikan

penulisan tesis ini.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen

pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan dan juga selaku

Anggota Komisi Pembanding yang selalu memberikan semangat serta dorongan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, M.Ec, Bapak Drs. HB. Tarmizi, SU, selaku

Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukan

serta pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Bapak Prof. A.Hadi Arifin, M.Si, Selaku Rektor Universitas Malikussaleh

Lhokseumawe, yang telah memberikan izin belajar bagi penulis.

7. Bapak Faisal Matriadi, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Malikussaleh Lhokseumawe.

8. Seluruh para Dosen pada Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pasca

sarjana Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan ilmu kepada

(9)

9. Kepada seluruh pegawai dan staf pada Program Studi Ilmu Manajemen pada

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

10.Teristimewa kepada isteri tercinta Musnawati, dan anakku tersayang Muhammad

Fathir Mushaddiq serta kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda (Alm) Tgk.

M.Thaib Itam dan Ibunda Basyariah Puteh, yang telah memberikan dorongan

semangat serta doa kepada penulis. Juga tidak lupa penulis ucapkan terima kasih

kepada kakanda Basir & Jamilah, Darwani Zahara, Mustafa Munir, Marzuki &

Lena Rostiana serta abang ipar Samsul Efendi & Darmawati dan adik iparku Heri

& Yusriana, Syukri & Safrina Zahara, Ari & Nurlela dan juga Azmiati. Kemudian

kepada kemenakanku Zuraida, Yusrizal, Yuli Fitriani, Martunis, Zulafnis Aulia,

Suci Ramadhani, Muhammad Agustiar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan usulan penelitian ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran serta masukan yang

sifatnya kontruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan

penulisan usulan penelitian ini, semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi

penulis sendiri dan masyarakat banyak. Amin Ya Rabbal Alamin.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan doa semoga ALLAH SWT

membalas budi baik kepada kita semuanya.

Medan, Februari 2010 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nazir, lahir pada tanggal 19 Agustus 1973 di Paloh Batee, Kecamatan Muara

Dua Pemerintahan Kota Lhokseumawe, anak bungsu dari lima bersaudara dari

pasangan Ayahanda (Alm) Tgk M. Thaib Itam dan Ibunda Basyariah Puteh. Menikah

pada tahun 2003 dengan Musnawati dan dikaruniai satu anak pada tahun 2006 dengan

nama Muhammad Fathir Mushaddiq.

Pendidikan dimulai tahun 1980 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Menasah Alue,

Cunda Lhokseumawe lulus dan tamat tahun 1986. Tahun 1986 masuk Sekolah

Menengah Pertama Negeri (SMPN) Cunda Lhokseumawe, lulus dan tamat tahun

1989. Selanjutnya tahun 1989 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah

Ekonomi Atas (SMEA) lulus dan tamat tahun 1992. Kemudian tahun 1993 masuk ke

Balai Latihan Kerja (BLK) Banda Aceh. Tahun 1997 melanjutkan studi ke Fakultas

Ekonomi jurusan Manajemen Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, tamat dan

lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2006 melanjutkan studi ke Program

Studi Ilmu Manajemen (Strata-2) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Medan.

Mulai bekerja pada tahun 1994 sampai dengan tahun 2002 sebagai karyawan

Koperasi Karyawan PT. Kertas Kraft Aceh (Persero) di Kabupaten Aceh Utara.

Selanjutnya pada tahun 2002 bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Ekonomi

(11)

DAFTAR ISI

(12)

III.2.2 Jenis Penelitian ... III.2.3 Sifat Penelitian ... III.3 Populasi dan Sampel ... III.4 Metode Pengumpulan Data ... III.5 Jenis dan Sumber Data ... III.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... III.6.1 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Hipotesis Pertama ... III.6.2 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Hipotesis Kedua ... III.7 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ………...

III.7.1 Uji Validitas …….…..………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

IV.1 Hasil Penelitian ………...……….…...

IV.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... IV.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...

IV.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... IV.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... IV.1.3 Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian ... IV.1.3.1 Penjelasan Responden Atas Variabel Pendapatan ... IV.1.3.2 Penjelasan Responden Atas Variabel

Modal Kerja ... IV.1.3.3 Penjelasan Responden Atas Variabel

(13)

IV.1.3.4 Penjelasan Responden Atas Variabel

Pengalaman ... IV.1.3.5 Penjelasan Responden Atas Variabel

Jenis Barang Dagangan (Produk)... IV.1.3.6 Penjelasan Responden Atas Variabel

(14)

DAFTAR TABEL

Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Utara ………....

Jumlah dan Lokasi Sampel Pedagang Kaki Lima ………....

Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ...

Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ...

Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian ………..………

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian …………...……...

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ....

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir.

Penjelasan Responden Atas Variabel Pendapatan ...

Penjelasan Responden Atas Variabel Modal Kerja ...

Penjelasan Responden Atas Variabel Jam Usaha ...

Penjelasan Responden Atas Variabel Pengalaman ...

Penjelasan Responden Atas Variabel Jenis Barang

Dagangan (Produk)...

Penjelasan Responden AtasVariabel Yang Mempengaruhi

Pendapatan ...

Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial ………..

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1

1.2

IV.1

IV.2

IV.3

Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama ………....

Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua ………..

Grafik Histogram Normalitas ………...

Grafik Normal Probability Plot (PP-Plot) of Regression Standarized Residual ...

Grafik scatterplot Heteroskedastisitas ………

10

11

83

84

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian ……..

Hasil Penjelasan Responden Atas Variabel Yang

(17)

ABSTRAK

Pendapatan yang akan diperoleh pedagang kaki lima sangat ditentukan oleh berbagai faktor, diduga yang mendeterminasi pendapatan tersebut antara lain adalah modal kerja, jam usaha dan pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan (produk). Kemudian pendapatan yang diterima sesama pedagang kaki lima juga berbeda, hal ini yang menyebabkan perbedaan pendapatan tersebut adalah tidak sama besarnya modal kerja yang dimilikinya, juga berbeda jam usaha yang dipergunakan untuk berdagang, serta bedanya pengalaman (lamanya berdagang) dan berbeda banyaknya jenis barang dagangan (produk) yang digelarkannya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara. Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan pendapatan pedagang kaki lima antara yang berdagang dibawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang diatas jam usaha rata-rata.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Manajemen Keuangan dan Manajemen Pemasaran yang berhubungan dengan pendapatan serta yang mendeterminasinya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survey dan jenis penelitian deskriptif kuantitatif serta sifat penelitiannya adalah eksplanasi. Metode pengumpul data dilakukan dengan cara wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah Multiple Regrssion Linear (Analisis Regresi Berganda). Populasi adalah seluruh pedagang kaki lima yang tersebar di Kabupaten Aceh Utara yang menjual sayur-sayuran, makanan dan minuman, buah-buahan serta pakaian yang berjumlah 725 pedagang dengan kriteria pedagang yang tidak berpindah-pindah tempat (tetap) dan yang berdagang di pusat kota kecamatan. Teknik penetuan sampel menggunakan cluster sampling. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dan jumlah sampel sebanyak 100 pedagang.

Hasil analisis hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara simultan modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jenis barang dagangan (produk) berpengaruh sangat-sangat signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Kabupaten Aceh Utara, dan secara parsial modal kerja sebagai variabel yang paling dominan. Metode analisis data hipotesis kedua yang digunakan adalah Chi Square. Hasil hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara.

Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh adalah bahwa modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jenis barang dagangan (produk) berpengaruh sangat-sangat signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara dan ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara.

(18)

ABSTRACCT

Income of hawkers is determined by various factors, namely; the working capital, the effort duration (hour of effort) and the trading experience and the merchandise type (product). Income which accepted by hawkers is difference, which cause difference of the income is unequal of the owned working capital level, the duration of effort which utilized to trade, the trading experience and the number of merchandise type. The primary purpose of this research is to know and analyze factors influencing Income of hawkers in Regency of North Aceh. The second purpose of the research is to know and analyze difference of income of hawkers between trading below hour of mean effort and above hour of mean effort

Theory used in this research is the Financial Management theory and the Marketing Management related to income and which determine it.

The method used in this research is the survey method. The quantitative descriptive and explanation research are also used in the research. The Methods of data collection are interview, questionnaire, and documentation study. The Method of data analysis is Multiple Linear Regression. Population in the research is all hawkers spread over in Regency of North Aceh which sells vegetables, food and beverage, fruits and also clothes amounting to 725 merchants. The hawkesr criterion are permanent hawkers and hawkers which trade at the centre of district downtown. The technique sampling used cluster sampling. Determination of sample size used the Slovin Approach that amount of sample is 100 hawkers.

The first hypothesis used the Multiple Linear Regression with the F-test and the t-test which is purposed to know the effect of the independent variables to the dependent variable with 95% significant level (á = 0,05).

The result of first hypothesis analysis with the F-test indicates that factor of working capital, the effort duration, the merchandise type and the trading experience have a significant effect to income hawkers simultaneously in Regency of North Aceh. The t-test partially indicates that the factor of working capital is the dominant factor. The second hypothesis used chi square analysis which the result, there is difference between income of hawkers which consist of vegetable merchant, food and beverage and also fruits trading below hour of mean effort and above hour mean effort, except clothes merchant.

The conclusions of the research are that the working capital, the effort duration, the merchandise type and the trading experience have a significant effect to income of hawkers in Regency of North Aceh and there is difference between income of hawkers which consist of the vegetable merchant, food and beverage and also fruits trading below hour of mean effort and above hour of mean effort.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perekonomian suatu negara maupun daerah tidak terlepas dari

aktivitas perekonomian masyarakat, perekonomian tersebut terbentuk dari beberapa

sektor usaha baik sektor formal maupun sektor informal dengan tujuan untuk

mendapatkan penghasilan yang layak dalam memenuhi kebutuhan hidup serta untuk

mensejahterakan anggota keluarganya.

Kebutuhan dan keinginan masyarakat sekarang ini semakin komplek seiring

dengan kemajuan suatu negara yang di sertai dengan perkembangan teknologi. Oleh

karena itu masyarakat berupaya seoptimal mungkin mengejar untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginannya. Dalam mencapai kebutuhan dan keinginan tersebut

dilakukan dengan berbagai usaha, seperti bekerja pada sektor pemerintah, perusahaan

swasta, buruh bangunan, bertani, berdagang dan usaha lainnya.

Setiap orang berusaha dalam hal ini bekerja, tidak lain hanyalah

mengharapkan pendapatan, semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin

meningkat tingkat kesejahteraan anggota keluarganya serta semakin banyak

kebutuhan dan keinginan dapat tercapai. Dengan demikian anggota masyarakat

dewasa ini berlomba-lomba dalam meningkatkan tingkat pendapatannya.

Usaha kecil dalam perekonomian suatu negara memiliki peran yang penting

(20)

dalam kancah pembangunan ekonomi tidak lain adalah sekelompok aktor yang

bersama-sama dengan usaha besar menggerakkan roda perekonomian suatu negara.

Usaha kecil biasanya berbentuk usaha informal dan tradisional, usaha ini antara lain

petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling,

pemulung serta pedagang kaki lima dan berbagai usaha lainnya.

Pedagang kaki lima merupakan salah satu unit usaha yang berskala kecil

dengan modal yang relatif minim serta jam usaha yang tidak terbatas. Namun

demikian kelompok pedagang kaki lima tersebut memiliki potensi untuk menciptakan

dan memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki

kemampuan dan keahlian yang memadai serta pendidikan yang terbatas. Disamping

itu pedagang kaki lima mampu memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada

masyarakat serta dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan

pendapatan masyarakat, serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan

berperan dalam mewujutkan stabilitas ekonomi nasional pada umumnya dan stabilitas

ekonomi daerah pada khususnya.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang tinggi belum tentu menjamin

kemakmuran yang tinggi bagi masyarakatnya, hal ini apabila diikuti tingkat

pertumbuhan penduduk yang tinggi pula. Kemakmuran yang tinggi lebih tercermin

pada tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita, sebab apabila dilihat dari sudut

konsumsi berarti masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati barang

dan jasa dalam takaran yang lebih banyak atau tinggi kualitasnya. Tinggi rendahnya

(21)

angka pendapatan perkapita yang diperoleh dari pembagian antara pendapatan

regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun (BPS Aceh Utara, 2006).

Adapun pendapatan perkapita Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel I.I di

bawah ini:

Tabel 1.1

Jumlah Pendapatan perkapita Tahun 2000 – 2006 Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Aceh Utara

Dari Tabel 1.1 di atas menunjukkan terjadinya fluktuasi jumlah pendapatan

perkapita Kabupaten Aceh Utara dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 atas

dasar harga konstan baik termasuk minyak dan gas maupun tidak termasuk minyak

dan gas. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah penduduk tidak sebanding dengan

kenaikan pendapatan regional.

Salah satu kontribusi terhadap pendapatan perkapita adalah dari sektor

perdagangan, perdagangan tersebut yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan

pembelian dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari

(22)

lembaga yang tidak mencari untung. Sementara pedagang eceran mencakup kegiatan

pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa

merubah bentuk, baik barang baru maupun barang bekas (BPS Aceh Utara, 2006).

Sub sektor perdagangan yang menjual barang primer banyak melakukan

usahanya sebagai pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima tersebut mendirikan

unit-unit usahanya disepanjang jalan berupa warung ataupun pasar dan tempat-tempat

lainnya (Candrakirana, 1995). Sedangkan pengertian pedagang kaki lima itu sendiri

adalah pedagang eceran yang bermodal kecil yang berjualan di tempat umum seperti

ditepi jalan raya, emper-emper toko, taman-taman dan tempat tanpa izin pemerintah

(Pamudji, 1998).

Keberadaan pedagang kaki lima tersebut sangat berarti bagi masyarakat,

khususnya masyarakat yang tinggal di daerah kecamatan yang sebagian besar

ekonomi lemah dengan kata lain masyarakat yang berpendapatan rendah. Pedagang

kaki lima mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen, karena barang yang

dibutuhkannya sebagian besar dijual dengan harga murah, di samping itu pula

pedagang kaki lima turut serta menghiasi keramaian di pusat kota sehingga mewarnai

menambah semaraknya kota-kota di kecamatan.

Kelompok pedagang kaki lima sering dijumpai di seluruh Indonesia tidak

terkecuali di Pemerintahan Aceh pada umumnya dan Aceh Utara pada khususnya.

Pedagang kaki lima di Aceh Utara banyak dijumpai di pinggir-pinggir jalan raya, di

emperan toko dan tempat lainnya. Banyaknya muncul pedagang kaki lima di Aceh

(23)

lapangan kerja formal, dengan demikian mencari jalan alternatif yaitu bekerja atau

berusaha di sektor informal, salah satunya berdagang di kaki lima.

Di samping itu pula pedagang kaki lima banyak muncul di Aceh Utara pasca

tutupnya perusahaan besar, seperti Mobil Oil, PT. Asean dan PT. Kertas Kraft Aceh

(KKA). Sebagian dari mantan karyawan perusahaan tersebut beralih profesinya yaitu

berusaha di sektor informal, yaitu bertani, menarik becak, menjadi agen sepeda motor

dan pedagang kaki lima, semua itu dilakukan dalam rangka mempertahankan

kelangsungan hidupnya.

Banyaknya muncul pedagang kaki lima baru di Aceh Utara dapat mengancam

keberadaan bagi pedagang kaki lima lama lainnya karena banyak menambahnya

saingan baru bagi mereka, dengan sendirinya calon langganan mereka akan

berkurang dan akan berdampak pada tingkat pendapatannya. Oleh karena itu untuk

mempertahankan kelangsungan hidup usahanya maka pedagang kaki lima dituntut

untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya serta mempelajari dan

mengetahui keinginan dan kebutuhan dari mereka tentunya dengan harga yang

kompetitif.

Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 kecamatan dan di setiap kota kecamatan

dijumpai kelompok pedagang kaki lima, mereka biasanya berjualan selalu mencari di

tempat yang ramai serta mudah dikunjungi oleh calon pembeli serta harganya

terjangkau oleh masyarakat yang ekonomi menengah ke bawah. Bermacam ragam

(24)

pakaian, minuman dan aneka makanan ringan siap saji dan banyak barang atau

produk lainnya.

Sebagian besar pedagang kaki lima di Kabupaten Aceh Utara kurang

menyediakan kuantitas barang dengan jumlah besar serta minimnya variasi

keragaman barang yang digelarkannya, dengan demikian kebutuhan dan keinginan

calon pembeli kurang terpenuhi, hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal kerja

yang dimilikinya. Dengan sendirinya volume penjualan akan sedikit diperolehnya dan

berdampak pada tingkat pendapatannya. Di samping itu pula kurang terampilnya dan

kemampuan pedagang dalam berdagang, terutama dalam menata barang dagangannya

serta kurangnya memberikan pelayanan kepada calon pembelinya.

Pendapatan yang akan diperoleh pedagang kaki lima sangat ditentukan oleh

berbagai faktor, diduga yang mendeterminasi pendapatan tersebut antara lain adalah

modal kerja, jam usaha dan pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan

(produk). Kemudian pendapatan yang diterima sesama pedagang kaki lima juga

berbeda, hal ini yang menyebabkan perbedaan pendapatan tersebut adalah tidak sama

besarnya modal kerja yang dimilikinya, juga berbeda jam usaha yang dipergunakan

untuk berdagang, serta bedanya pengalaman dan berbeda banyaknya jenis barang

dagangan (produk) yang digelarkannya. Hal yang menarik untuk diketahui adalah

pendapatan yang diterima antara pedagang sayur-sayuran dengan pedagang makanan

dan minuman akan berbeda begitu juga antara pedagang buah-buahan dengan

pedagang pakaian, walaupun modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jumlah jenis

(25)

lebih jauh faktor-faktor yang berpengaruhi terhadap pendapatan pedagang kaki lima

di Aceh Utara.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang dapat di jadikan

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana modal kerja, jam usaha, pengalaman berdagang, serta jenis barang

dagangan (produk) berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima di

kabupaten Aceh Utara?

2. Apakah ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah

jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di

Kabupaten Aceh Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian serta perumusan masalah di atas, maka

penelitian ini di lakukan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sejauhmana pengaruh modal kerja, jam

usaha, pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan (produk) terhadap

pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan pendapatan pedagang kaki lima

yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam

(26)

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian serta perumusan masalah dan tujuan

penelitian maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada pengelola pasar kecamatan di

Kabupaten Aceh Utara dalam rangka pembinaan dan bimbingan kepada pedagang

kaki lima.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan bahan masukan kepada

pemerintah daerah Kabupaten Aceh Utara dalam hal pemberdayaan dan

pembinaan usaha kecil khususnya pedagang kaki lima.

3. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan memperdalam kajian ilmu

pengetahuan bagi peneliti sendiri di bidang ilmu manajemen, terutama

menyangkut pendapatan usaha kecil khususnya pedagang kaki lima.

4. Penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi serta sumbangan pemikiran peneliti

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu manajemen di

Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

1.5 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala

yang menjadi objek permasalahan (Suriasumantri,1986). Adapun permasalahan

dalam penelitian ini adalah melihat sejauh mana pengaruh modal (usaha), jam usaha,

(27)

Boediono (1992), menyatakan bahwa salah satunya unsur yang mempengaruhi

pendapatan adalah faktor produksi yang variabel di dalamnya adalah modal. Riyanto

(2001), menyatakan bahwa “konsep modal kerja fungsionil mendasarkan pada fungsi

dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan

atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan

pendapatan, baik pendapatan saat ini (current income) maupun pendapatan dimasa

yang akan datang (future income)”. Dalam menjalankan suatu usaha dibutuhkan

sejumlah modal untuk membiayai kegiatan operasi usahanya sehari-hari dengan

tujuan untuk memperoleh pendapatan. Dalam hal ini salah satu variabel yang

mempengaruhi pendapatan adalah modal kerja (usaha).

Menurut Warman (1997) jam usaha merupakan jumlah waktu yang perlukan

untuk melakukan usaha atau pekerjaan. Semakin banyak jumlah jam kerja yang

tercurah dalam waktu tertentu semakin besar peluang untuk menghasilkan output

yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jam kerja yang sedikit. Atau dengan

kata lain, semakin banyak waktu yang digunakan untuk suatu pekerjaan akan semakin

banyak pula produk yang dihasilkan, dengan banyaknya dihasilkan produk atau

output maka akan menaikkan tingkat pendapatannya. Hal ini berarti jam usaha dapat

mempengaruhi tingkat pendapatan.

Nasution (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor determinan pendapatan

adalah rutinitas yaitu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, rutinitas tersebut

(28)

Banyaknya jenis barang dagangan yang ditawarkan oleh produsen dapat

menarik minat calon konsumen untuk membeli, mempergunakan atau

mengkonsumsi, karena dihadapkan banyak pilihan. Menurut Kotler dan Amstrong

(2003) “produk merupakan semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan

atau kebutuhan pemakainya”. Semakin banyak produk dapat terjual di pasar maka

semakin tinggi pendapatan yang dapat diperolehnya.

Setiap kegiatan seseorang mengharapkan imbalan atau pendapatan,

pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan yang diterima dari hasil kerja

dan hasil usaha yang dilakukan secara maksimal dalam suatu pekerjaan (Rizal, 2001).

Kemudian Harahap (2002) menyatakan bahwa “ pendapatan merupakan sebagai hasil

dari penjualan barang atau atau pemberian jasa yang dibebankan kepada langganan,

atau mereka yang menerima jasa”. Penjualan tersebut ditentukan oleh jumlah unit

yang terjual dan harga jual (Noor, 2007).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka kerangka berpikir

(29)

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama

Selanjutnya pendapatan yang diperoleh seseorang dalam berusaha sangat

tergantung dari alokasi waktu yang dipergunakannya. Semakin banyak alokasi waktu

yang digunakannya dalam berusaha semakin besar pula pendapatan yang

diperolehnya. Dan juga sebaliknya semakin sedikit alokasi waktu yang digunakan

semakin kecil pula pendapatan yang diterima.

Dengan demikian kerangka berpikir untuk hipotesis kedua dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 1.2 Kerangka berpikir Hipotesis Kedua

1.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian serta di dukung

dengan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Modal kerja, jam usaha, pengalaman, jenis barang dagangan (produk)

berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Kabupaten Aceh Utara.

(30)

2. Terdapat perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah

jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I Penelitian Terdahulu

Efendi (2003), melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Penghasilan Pedagang Kaki Lima Pasar Singosari Malang”.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriftif

kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang kaki lima di pasar

singosari Malang. Besarnya sampel ditetapkan sebanyak 150 pedagang dengan teknik

pengambilan sampel adalah purposive sampling. Adapun metode analisis data yang

digunakan adalah regresi linier berganda. Dimana penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan bagaimana hubungan dan pengaruh lama usaha, modal kerja dan

jenis barang dagangan terhadap tingkat penghasilan pedagang kaki lima di pasar

Singosari Malang.

Dari analisis yang dilakukan diperoleh bahwa secara simultan lama usaha,

modal kerja dan jenis barang dagangan berpengaruh terhadap tingkat penghasilan

pedagang kaki lima di pasar Singosari Malang. Sedangkan secara parsial ditemukan

bahwa modal kerja merupakan variabel yang dominan dalam mempengaruhi tingkat

penghasilan pedagang kaki lima di pasar Singosari Malang. Selanjutnya dengan

menggunakan uji determinasi keseluruhan faktor yang diajukan dapat menjelaskan

(32)

Simanjuntak (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pendapatan

Pedagang Rokok Pekerja Sektor Informal Dalam Pengembangan Wilayah Kota

Medan”. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survey dengan jenis penelitian

deskriptif kuantitatif .

Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja sektor informal (pedagang rokok)

diperempatan jalan kota Medan. Besarnya jumlah sampel penelitian ini adalah 60

pedagang rokok berdasarkan purposive sampling di sepuluh kecamatan kota Medan.

Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tujuan

untuk menjelaskan pengaruh faktor modal, pengalaman berdagang dan jam kerja

pedagang terhadap pendapatan pedagang rokok pekerja sektor informal di kota

Medan.

Dari analisis yang dilakukan diperoleh bahwa secara simultan faktor modal,

pengalaman berdagang dan jam kerja pedagang berpengaruh terhadap pendapatan

pedagang rokok pekerja sektor informal di kota Medan. Kemudian secara parsial

ditemukan bahwa variabel pengalaman berdagang merupakan yang dominan

mempengaruhi pendapatan pedagang rokok pekerja sektor informal. Selanjutnya

dengan menggunakan uji determinasi ketiga variabel tersebut yang diuji dapat

menjelaskan pendapatan pedagang rokok pekerja sektor informal di kota Medan.

Sutrisno (2005) melakukan penelitian dengan judul ” Analisis Faktor-Faktor

(33)

Penelitian dilakukan dengan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriptif

kuantitatif .

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di pusat kota

Surakarta. Besarnya jumlah sampel penelitian ini adalah 90 pedagang kaki lima.

Teknik penarikan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Metode analisis data

yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tujuan untuk menggambar

pengaruh tingkat pendidikan, usia pedagang kaki lima, modal usaha serta jam kerja

perhari terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kota Surakarta.

Berdasarkan analisis secara simultan didapatkan bahwa faktor tingkat

pendidikan, usia pedagang kaki lima, modal usaha serta jam kerja perhari

berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kota Surakarta. Kemudian

dengan uji secara parsial ditemukan bahwa modal usaha merupakan variabel yang

dominan mempengaruhi pendapatan pedagamg kaki lima di kota Surakarta.

Selanjutnya uji determinasi menunjukkan bahwa semua variabel yang di uiji di atas

dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kota

Surakarta.

Mukhlis (2007) melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Pedagang Kaki

Lima di Pasar Pandaan)”. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survey dengan

jenis penelitian eksplanatory research.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di pasar

(34)

36 pedagang. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan accidental sampling.

Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tujuan

untuk menjelaskan pengaruh faktor modal, jam kerja, lama usaha dan jenis barang

dagangan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di pasar Pandaan.

Dari analisis secara simultan didapatkan bahwa faktor modal, jam kerja, lama

usaha dan jenis barang dagangan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki

lima di pasar Pandaan. Uji secara parsial di dapatkan bahwa modal merupakan

variabel yang dominan mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima di pasar

Pandaan. Kemudian uji determinasi menunjukkan bahwa semua variabel independen

yang di uji di atas dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap pendapatan pedagang

kaki lima di pasar Pandaan.

II.2 Teori Tentang Pendapatan II.2.1 Konsep Pendapatan

Kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas jumlahnya, hanya saja

kebutuhan dan keinginan tersebut dibatasi dengan jumlah pendapatan yang diterima

oleh seseorang. Pendapatan yang diterima oleh masyarakat tentu berbeda antara yang

satu dengan lainnya, hal ini disebabkan berbedanya jenis pekerjaan yang

dilakukannya. Perbedaan pekerjaan tersebut dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan,

skill dan pengalaman dalam bekerja. Indikator tingkat kesejahteraan masyarakat

dapat diukur dengan pendapatan yang diterimanya. Peningkatan taraf hidup

(35)

taraf hidup tercermin dalam tingkat dan pola konsumsi yang meliputi unsur pangan,

pemukiman, kesehatan dan pendidikan untuk mempertahankan derajat manusia

secara wajar, (Djojohandikusumo, 1991). Pendapatan merupakan suatu hasil yang

diterima oleh seseorang atau rumah tangga dari berusaha atau bekerja. Jenis dari

usaha masyarakat bermacam ragam, seperti bertani, nelayan, berternak, buruh serta

berdagang dan juga bekerja pada sektor pemerintah dan swasta.

Menurut Ningsih (2001:13) “pendapatan merupakan hasil kerja dari suatu

usaha yang telah dilakukan”. Kemudian menurut Longenecker, et.al (2001:266)

”pendapatan merupakan jumlah yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode

tertentu, sering kali dalam waktu satu tahun”. Nudirman (2001:11) juga menyatakan

bahwa “pendapatan adalah nilai yang didapat dari suatu usaha yang telah

dilaksanakan dalam waktu kurun tertentu”.

Rizal (2001:13) menyatakan bahwa ”setiap kegiatan seseorang mengharapkan

imbalan atau pendapatan, pendapatan yang dimaksud disini adalah adalah pendapatan

yang diterima dari hasil kerja dan hasil usaha yang dilakukan secara maksimal dalam

suatu pekerjaan”.

Selanjutnya Harahap (2002:113) menyatakan bahwa “Pendapatan merupakan

sebagai hasil dari penjualan barang atau pemberian jasa yang dibebankan kepada

langganan, atau mereka yang menerima jasa”. Pendapatan (revenue) berasal dari

penjualan. Sementara itu, nilai penjualan ditentukan oleh jumlah unit yang terjual dan

(36)

Niswonger (1996:40) berpendapat “pendapatan (revenue) merupakan

kenaikan faktor-faktor dalam modal, yang berasal dari kegiatan usaha, pendapatan ini

dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau

klien persewaan harta, meminjamkan uang dan semua kegiatan usaha dari profesi

yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan”.

Sementara menurut Baridwan (2000:30) “pendapatan merupakan selisih

penghasilan-penghasilan sesudah dikurangi biaya-biaya yang timbul”. Selanjutnya

menurut Kiesno, et.al (2002:48) menyatakan bahwa “pendapatan merupakan arus

masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau pelunasan kewajiban

(atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode dari pengiriman atau produksi

barang, penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama

atau operasi sentral perusahaan”.

Pendapatan yang diterima oleh seseorang apabila telah melaksanakan suatu

pekerjaan atau suatu usaha baik harian, mingguan dan bulanan bahkan tahunan.

Sementara pendapatan yang diterima oleh perusahaan atau usaha dagang bersumber

dari penjualan barang dan jasa. Nilai penjualan dan jasa tersebut diperoleh dari

jumlah unit yang terjual dan harga jual kemudian dikurangi dengan semua biaya yang

timbul. Pendapatan pedagang merupakan hasil yang diterima dari seluruh penjualan

barang dagangannya yang digelarkannya.

Menurut Madura (2001:126) menyatakan bahwa “pendapatan konsumen

(37)

pertumbuhan ekonomi tingkat tinggi mengakibatkan pendapatan lebih bagi

konsumen. Apabila pendapatan konsumen naik, mereka mungkin akan meminta

kuantitas lebih besar daripada barang dan jasa tertentu yaitu, jadwal permintaan

untuk berbagai barang dan jasa mungkin tergeser keluar sebagai reaksi

pendapatan yang lebih tinggi”.

Menurut Boediono (1999) pengertian pendapatan adalah “sebagai saluran

penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun dari hasil

sendiri, dengan jalan dinilai dari jumlah uang atau jasa atas dasar harga yang berlaku

pada saat itu“. Kemudian menurut Antonio (2002:204) “pendapatan adalah kenaikan

kotor dalam asset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya

selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapat yang berakibatkan dari

investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa atau aktivitas lain yang bertujuan

meraih keuntungan”.

Assauri (1987:104) “Besarnya pendapatan masyarakat merupakan salah satu

faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya pasar barang

konsumsi. Apabila tingkat pendapatan masyarakat cukup tinggi, maka terdapat

kecenderungan cukup besarnya potensi pasar barang konsumsi. Demikian pula

dengan tingkat pertumbuhan pendapatan masyarakat ini cukup besar, maka hal ini

tentunya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan besarnya pasar barang konsumsi”.

Simamora (2000:72) “Pendapatan merupakan potensi pasar yang paling

(38)

Nanga (2004:15) mendifinisikan “pendapatan perorangan yaitu pendapatan agregat

yang berasal dari berbagai sumber yang secara aktual diterima oleh seseorang atau

rumah tangga”. Menurut Sukirno (1997:50) “Pendapatan pribadi yaitu semua jenis

pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu

kegiatan apapun yang diterima oleh suatu negara”.

Menurut Mankiw (2004:9) “Pendapatan Perorangan (personal income) adalah

pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan.

Sementara Pendapatan perorangan yang dapat dibelanjakan (disposible personal

income) adalah pendapatan yang tersisa pada rumah tangga dan usaha yang bukan

perusahaan setelah semua kewajiban mereka kepada pemerintah dibayar. Pendapatan

ini sama dengan pendapatan perseorangan dikurangi pajak perorangan dan

pembayaran non pajak lainnya. Kemudian pendapatan nasional (national income)

adalah total pendapatan yang diperoleh penduduk suatu negara dalam produksi

barangdan jasa”.

Dalam pendekatan ilmu ekonomi mikro dan makro para ahli lebih banyak

menekankan pada pendapatan nasional, seperti yang dikemukakan oleh Nasution

(1997:62) “pendapatan nasional merupakan alat ukur bagi tinggi rendahnya tingkat

kemakmuran suatu negara yaitu di ukur dengan income perkapita”. Kemudian

Menurut Todaro (2000:52) angka total pendapatan atau produk nasional bruto (gross

national products) per kapita merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai

(39)

Selanjutnya Menurut Sobri (1990:41) “pendapatan nasional kotor (gross

national income) adalah jumlah dari seluruh pendapatan yang diterima dari faktor

produksi, upah sewa, bunga modal dan laba perusahaan yang diterima oleh seluruh

warga masyarakat selama menghasilkan produk nasional tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian pendapatan di atas dapat disimpulkan bahwa

pendapatan terdiri dari pendapatan perorangan atau pribadi dan pendapatan

perusahaan serta pendapatan nasional. Tujuan dari meraih pendapatan yang tinggi

tidak lain hanyalah untuk mencapai tingkat penghidupan yang layak serta menaikkan

tingkat kesejahteraan. Tingkat penghidupan yang layak dan tingkat kesejahteraan

seseorang dapat diukur dari tingkat pendapatan yang diterimanya, begitu juga tingkat

kejahteraan dan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara maupun daerah juga

diukur dari pendapatan perkapita.

II.3 Teori Tentang Pedagang Kaki Lima II.3.1 Pengertian Pedagang Kaki Lima

Dewasa ini istilah pedagang kaki lima sangat populer di seluruh Indonesia,

kepopuleran pedagang kaki lima ini mungkin dalam arti positif dan mungkin juga arti

negatif. Positifnya pedagang kaki lima secara pasti dapat menyerap lapangan

pekerjaan, dari sekian banyak penganggur. Para penganggur ini mencoba berkreasi,

berwirausaha, dengan modal sendiri ataupun tanpa modal. Mereka adalah

orang-orang yang berani menempuh kehidupan, berjuang memenuhi tuntutan hidup, jika

(40)

telah mencanangkan, agar kehidupan pedagang kaki lima dibina, diatur, jangan

dikejar-kejar, dan juga jangan dimatikan. Karena mereka sudah turut

menyumbangkan andil dalam membangun lapangan kerja. Pedagang kaki lima sangat

membantu konsumen, mudah mendapat barang, servis cepat, sambil lewat di kaki

lima, dapat membeli sekedar oleh-oleh buat anak-anaknya. Kebanyakan

barang-barang yang dijual oleh pedagang kaki lima ini, adalah barang-barang-barang-barang conveniences,

yang dibeli dengan emosional, begitu melihat barang langsung timbul keinginan

membeli. Harga yang mereka tawarkan, biasanya mula-mula tinggi, tapi akhirnya

dapat ditawar serendah mungkin. Dengan demikian baik pembeli maupun penjual

merasa mendapat keuntungan (Alma, 2006:139).

Negatifnya pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertip, keamanan

kebersihan dan kebisingan, dimana ada pedagang kaki lima disana pula kesemrautan,

bising dan banyak sampah. Inilah ciri lain suatu kampung yang tumbuh menjadi kota

besar, dimana masyarakat kotanya belum sanggup menerima pertumbuhan kota,

sejalan dengan pertumbuhan sikap dan tingkah laku warganya. Dalam hal ini masalah

pendidikan , disiplin, upaya perlakuan hukum harus ditegakkan secara terus menerus,

dengan rencana yang matang dan terarah, tidak sporadis dengan cara menangkap

mereka sewaktu-waktu. Tindakan sporadis tersebut hanya akan merugikan sebagian

warga negara. Dengan penegakan disiplin secara terus menerus, pengarahan yang

bersifat mendidik maka akan dapat membenahi permasalah pada pedagang kaki lima.

Perlu diketahui pedagang kaki lima tidak pernah habis dan mereka berada

(41)

angkatan lainnya, mereka selalu melakukan usaha dengan tujuan memenuhi tuntutan

hidup (Alma, 2006:140).

Wangsatmaja dalam Alma (2006:141) menyatakan bahwa ”PKL bukan untuk

dilarang, bukan untuk diusir, bahkan bukan untuk dijadikan sapi perahan. Namun

lebih dari itu PKL merupakan asset yang potensial apabila dibina, ditata dan

dikembangkan status usahanya. Lebih khusus dalam peningkatan laju pertumbuhan

ekonomi kota atau dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)”. Masalah

pedagang kaki lima ini merupakan masalah yang tidak bisa dilepaskan dari masalah

ledakan penduduk dari suatu pertumbuhan perkotaan, sebagian besar mereka

tergolong dalam masyarakat dari lapisan ekonomi yang rendah, dalam struktur

ekonomi dan sosial Indonesia. Ciri khas yang menonjol dari kelompok ini ialah

ketidakteraturan mereka menjajakan barang dagangannya, yang secara hukum

sebenarnya melanggar ketentuan yang berlaku (Wangsatmaja dalam Alma,

2006:141). Masalah pedagang kaki lima tersebut sudah pernah diseminarkan di

negara lain yang diprakarsai oleh International Development, mengenai hawkers dan

vendors seperti diadakan di Malaysia, Philipina dan Singapura dan Indonesia sendiri.

Pemecahan masalah yang paling sederhana yang muncul dari pemikiran

sekelompok masyarakat kecil untuk bertahan hidup antara lain adalah berjualan untuk

mencari sedikit keuntungan yang menyajikan berbagai jenis barang, makanan atau

minuman. Sekelompok inilah yang sekarang lebih dikenal tentang definisi pedagang

kaki lima (PKL). Dalam kamus Bahasa Indonesia memang belum dikenal tentang

(42)

usaha informal yang dilakukan oleh seorang/badan/lembaga yang menjual barang

atau produk dagangan yang tidak memiliki tempat usaha permanen dan

sewaktu-waktu dapat berpindah-pindah tempat untuk menjajakan barang dagangannya

(Litbang Gresik).

Pengertian pedagang kaki lima bermacam ragam ditafsirkan, ada yang

menyatakan bahwa istilah pedagang kaki lima berasal dari orang yang berdagang

yang menggelarkan barang dagangannya, mereka cukup menyediakan tempat darurat,

seperti bangku-bangku yang biasanya berkaki empat ditambah sepasang kaki

pedagangnya sehingga berjumlah lima, sehingga timbullah julukan pedagang kaki

lima. Terlepas dari asal usul nama dari kaki lima tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa pedagang kaki lima ialah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan

maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, kemampuan

terbatas, berlokasi ditempat atau pusat-pusat konsumen dan tidak memiliki izin usaha

(Alma, 2006:140).

Dalam referensi lain disebutkan bahwa pedagang kaki lima atau disingkat

dengan PKL adalah istilah untuk penyebut penjaja dagangan yang menggunakan

gerobak, istilah tersebut sering ditafsirkan karena jumlah kaki pedagangnya ada lima.

Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga kaki gerobak, yang

sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki. Saat ini istilah PKL juga

digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya.

Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda.

(43)

dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki. Lebar ruas untuk

pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Sekian puluh tahun setelah

itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan

oleh para pedagang untuk berjualan. Kalau dahulu sebutannya adalah pedagang

emperan jalan, lama-lama berubah menjadi pedagang kaki lima, padahal menurut

sejarah mestinya sebutannya pedagang kaki lima.

Menurut Veronicakumuru (2006), ”Pedagang kaki lima merupakan pedagang

yang kebanyakan bermodal kecil yang menjalankan profesi ini hanya untuk

memenuhi tuntutan biaya hidup yang makin tinggi. Sementara menurut BPS ”Usaha

kaki lima adalah bagian dari usaha sektor informal (mencakup seluruh sektor

ekonomi yang ada seperti sektor perdagangan, jasa-jasa dan industri) yang umumnya

mempunyai sifat menghadang konsumen dengan prasarana yang terbatas dan

pengoperasian usahanya menggunakan bagian jalan, trotoar, taman, jalur hijau yang

merupakan fasilitas umum dan peruntukkannya bukan tempat usaha atau tempat lain

yang bukan miliknya, kecuali pada lokasi resmi”.

Selanjutnya United Nation dan Untaet (2000) sepakat mendefinisi pedagang

kaki lima sebagai perusahaan yang: a). Mengurus kegiatan usaha yang bersifat

penjualan, b).Tidak mempunyai tempat perusahaan yang tetap, c). Pendapatannya

bulanan kurang dari U$ 200.

Pedagang kaki lima mempunyai karakteristik pribadi wirausaha, antara lain

mampu mencari dan menangkap peluang usaha, memiliki keuletan, percaya diri dan

(44)

dan dapat dimanfaatkan antara lain: a). Pedagang kaki lima tidak dapat dipisahkan

dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat dihapus, b). Pedagang kaki lima

dapat dipakai sebagai penghias kota apabila ditata dengan baik, c). Pedagang kaki

lima menyimpan potensi parawisata, d). Pedagang kaki lima dapat menjadi

pembentuk estetika kota bila didesain dengan baik (Alma, 2006:141)

Damsar (1997:58) memandang dari segi aktivitas perdagangan, yang

dimaksudkan dengan pedagang adalah orang/institusi yang memperjual belikan

produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun secara tidak

langsung. Lebih lanjut Damsar mengklasifikasi pedagang adalah sebagai berikut:

a. pedagang distributor (tunggal), yaitu pedagang yang memegang hak distribusi

satu produk dari perusahaan tertentu.

b. Pedagang (partai) besar, yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam

jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual pedagang lain.

c. Pedagang eceran, yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada

konsumen.

d. Pedagang profesional, yaitu pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan

merupakan pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber utama dan

satu-satunya ekonomi keluarga.

e. Pedagang semi profesional, yaitu pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk

memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber

(45)

f. Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dari

hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.

g. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobbi

atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu luang.

Berdasarkan beberapa pengertian pedagang kaki lima di atas dapat

disimpulkan bahwa pedagang kaki lima merupakan suatu bentuk usaha informal yang

dilakukan oleh seseorang yang menjual barang atau produk dagangan yang tidak

memiliki tempat usaha permanen dan sewaktu-waktu dapat berpindah-pindah tempat

untuk menjajakan barang dagangannya seperti di trotoar, depan toko dan tepi jalan.

serta memiliki modal yang relatif kecil dan juga tidak mempunyai keahlian khusus,

akan tetapi mereka mempunyai semangat untuk bertahan ditengah persaingan yang

semakin ketat demi mempertahankan tuntutan hidup.

II.3.2 Determinan Pendapatan Kaki Lima

Pada hakikatnya pendapatan yang diterima oleh seseorang maupun badan

usaha tentunya diterminasi atau dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat

pendidikan dan pengalaman seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan dan

pengalamannya maka semakin tinggi pula tingkat pendapatannya, kemudian juga

tingkat pendapatan sangat dipengaruhi oleh modal kerja, jam kerja, pengalaman,

jenis barang dagangan (produk) dan banyak faktor lainnya. Pada umumya masyarakat

selalu mencari tingkat pendapatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan rumah

(46)

Boediono (1992) menyatakan bahwa salah satu unsur yang mempengaruhi

pendapatan adalah faktor produksi yang variabel di dalamnya adalah modal.

Kemudian Winardi (1994) juga menyatakan bahwa modal merupakan salah satu

faktor produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan. Nasution (2002) berpendapat

bahwa salah satu faktor determinan pendapatan adalah rutinitas yaitu kegiatan yang

dilakukan secara terus menerus, dalam hal ini pengalaman dalam berusaha. Mukhlis

(2007) dalam penelitiannya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan pedagang kaki lima memasukkan variabel modal, jam kerja, lama usaha

dan jenis barang dagangan.

Pada umumnya pendapatan yang diterima oleh pedagang kaki lima berasal

dari usaha sendiri yang dikenal dengan mandiri tidak tergantung pada usaha orang

lain dalam artian tidak bekerja pada sektor formal. Walaupun tidak bekerja pada

sektor formal pedagang kaki lima mampu mempertahankan kelangsungan hidup

usahanya, bahkan pada saat krisis sekalipun dia masih survival. Karena pedagang

kaki lima memiliki tekat dan ketekunan yang kuat dalam berusaha walaupun tidak

memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.

Dalam menjalankan sebuah usaha termasuk berdagang baik formal maupun

informal harus memiliki sejumlah modal yang cukup disamping faktor lainnya,

kerena modal tersebut merupakan urat nadi dalam sebuah usaha. Semakin banyak

modal yang dikeluarkan atau diinvestasikan maka semakin banyak pula pendapatan

yang diharapkan. Begitu juga jam kerja yang digunakan, semakin banyak jam kerja

(47)

Kemudian pengalaman juga mendukung terhadap tingkat pendapatan seseorang,

karena semakin lama dia berdagang maka semakin banyak jumlah pelanggannya

untuk membeli barang dagangannya yang akhirnya berdampak pada pendapatannya.

Selanjutnya banyaknya jenis barang dagangan (produk) yang tersedia biasanya calon

pelanggannya lebih tertarik untuk membelinya karena dihadapkan banyak pilihan

yang akhirnya juga berdampak pada tingkat pendapadatannya.

Pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk usaha informal yang bisa

dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja tanpa memandang status, usia dan tingkat

pendidikan. Umunnya yang mendeterminasi atau mempengaruhi pendapatan

pedagang kaki lima antara lain modal kerja, jam kerja dan pengalaman dalam

berdagang serta jenis barang (produk) yang disediakan.

II.3.2.1 Modal Kerja

Modal kerja merupakan salah satu unsur yang terpenting dan esensial dalam

sebuah usaha, karena modal kerja adalah kunci utama dalam menjalankan sebuah unit

bisnis. Tanpa adanya modal kerja sangat sulit sebuah unit usaha dapat melakukan

kegiatannya seperti memproduksi suatu barang bagi perusahaan yang bergerak

dibidang manufaktur. Begitu juga usaha yang bergerak dibidang perdagangan baik

kecil maupun besar juga tidak sedikit membutuhkan modal kerja. Modal kerja sangat

erat hubungannya dengan pendapatan, semakin tinggi modal kerja yang

diinvestasikan maka semakin tinggi pula tingkat return atau pendapatan yang yang

diharapkan. Dengan demikian setiap badan usaha selalu membutuhkan modal kerja

(48)

merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas usaha

sehari-hari.

Menurut Martono dan Harjito (2005:72) ”modal kerja merupakan dana yang

dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Selanjutnya

pendapat Kasmir (2006:85) ”modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk

membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang beroperasi”. Dengan

demikian modal kerja selalu dipergunakan oleh suatu badan usaha untuk membiayai

kegiatan usahanya sehari-hari secara terus menerus.

Modal kerja yang dimiliki oleh suatu badan usaha tentunya mempunyai

sumbernya baik bersumber dari modal sendiri atau yang dikenal dengan ekuitas

maupun bersumber dari pinjaman atau dari utang baik jangka pendek maupun jangka

panjang. Menurut Noor (2007:376) mengartikan modal dari sudut sumber dananya,

dikatakan bahwa sumber dana jangka panjang yang ada dalam perusahaan, terdiri dari

modal sendiri (equity) dan utang jangka panjang. Definisi modal yang dikemukakan

oleh Noor hanya menggambarkan struktur modal dalam suatu perusahaan. Sedangkan

menurut Longenecker, et.al (2001:304) “modal kerja merupakan aktiva likuid yang

dapat diubah menjadi kas dalam siklus operasi sebuah perusahaan”. Menurut Weston,

et.al (1990:410) ”modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek

yaitu kas, sekuritas yang mudah di pasarkan, persediaan dan piutang usaha”. Modal

kerja didefinisikan oleh para ahli bermacam ragam, mereka memandang dari

Gambar

Gambar 1.2 Kerangka berpikir Hipotesis Kedua
Tabel III. 1 Jumlah dan Lokasi Sampel  Pedagang Kaki Lima
Tabel III.2  Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama Variabel
Tabel III.3  Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis regresi linier berganda secara bersama-sama menunjukkan bahwa variabel modal (x1), curahan jam kerja (x2), lokasi usaha (x3) mempunyai pengaruh yang

Hasil analisis regresi linier berganda secara bersama-sama menunjukkan bahwa variabel modal (x1), curahan jam kerja (x2), lokasi usaha (x3) mempunyai pengaruh yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman berdagang, jam kerja, jenis kelamin, status perkawinan, dan status usaha secara simultan memengaruhi peningkatan

Data primer dalam penelitian ini meliputi data modal awal, jumlah karyawan, tingkat pendidikan, lama usaha, jam kerja, identitas dan latar belakang sosial-ekonomi yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel modal kerja, jumlah jam kerja, lama usaha, dan variasi menu terhadap pendapatan pedagang kaki lima

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1) curahan jam kerja, lama usaha, modal, dan lokasi berdagang berpengaruh

H 0 tidak ditolak jika nilai F statistik < F tabel , artinya semua variabel bebas yaitu omzet, modal kerja, jam kerja, jumlah pembeli tidak berpengaruh signifikan

6 PKL; (9) Cara pembayaran bahan mentah/barang dagangan secara kontan; (10) Bebas menentukan waktu usahanya atau tidak mengenal pembatasan waktu usaha. James E