• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Prosedur Penelitian

3. Pembuktian Validitas Aitem berdasarkan Isi

Pada tahap ini, aitem-aitem yang telah direvisi dinilai kesesuaiannya dengan indikator perilaku oleh para ahli. Ahli dipilih dengan syarat merupakan dosen psikologi karena dianggap telah menguasai konsep psikologi. Definisi operasional pada tiap aspek diberikan dengan tujuan sebagai panduan untuk menyeragamkan pemahaman konsep. Setelah dinilai oleh beberapa ahli, maka hasil penilaian akan diuji menggunakan Aiken’s V untuk melihat validitas isi dari alat ukur kesabaran.

Menurut Retnawati (2016), aitem yang memiliki validitas tinggi adalah aitem

dengan koefisien V lebih besar dari 0,8. Koefisien validitas isi Aiken’s V dapat diperoleh dengan formula Aiken’s V sebagai berikut.

V = ∑s / [n(c-1)] ...………. (1) Ket:

V = Koefisien validitas isi Aiken’s V s = r – 1o

r = Angka yang diberikan oleh seorang penilai

1o = Angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini = 1) N = Jumlah ahli

C = Angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini = 5) 4. Preliminary Aitem

Setelah menguji validitas isi dan merevisi aitem, peneliti melakukan pengujian aitem awal (preliminary) kepada sampel yang lebih kecil, yaitu 10 orang.

Pada tahap ini, peneliti akan mengamati reaksi dan respon yang dimunculkan oleh subyek saat menyelesaikan skala. Reaksi dan respon dapat berupa lama waktu menjawab atau pertanyaan yang muncul saat melihat aitem yang kurang dipahami.

Sehingga berdasarkan pengujian awal ini dapat diketahui aitem-aitem yang ditulis telah mudah dipahami atau tidak.

5. Pemberian Tes pada Sampel yang Mewakili Populasi

Tahap ini dilakukan setelah peneliti merevisi aitem-aitem yang sulit dipahami berdasarkan hasil pengujian awal. Aitem-aitem yang telah diperbaiki akan dimuat ke dalam skala dan diberikan kepada sampel yang lebih besar untuk memperoleh data lapangan yang sebenarnya dan dapat dianalisis secara statistik.

6. Pengolahan Data

Data yang telah dipeoleh akan diolah menggunakan Winsteps untuk menguji ketepatan pengukuran dan reliabilitas.

a. Pembuktian Validitas Aitem berdasarkan Struktur Internal

Pembuktian validitas berdasarkan struktur internal dilakukan dengan menguji ketepatan pengukuran. Analisis ketepatan pengukuran bertujuan untuk melihat apakah aitem sesuai dengan model. Analisis ini dilakukan dengan pemodelan Rasch yang dilihat dari indeks outfit MNSQ, indeks outfit ZSTD, dan indeks point measure correlation. Aitem yang tidak terlalu mudah diprediksi maupun terlalu sulit diprediksi adalah aitem yang berada dalam indeks Mean-Square 0,5 – 1,5. Data yang mempunyai perkiraan yang logis dan sesuai (fit) dengan model jika indeks z berada dalam rentang -2,0 – +2,0. Indeks point measure correlation yang baik adalah yang berada dalam rentang 0,40 – 0,85.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas pada penelitian ini diuji menggunakan pemodelan Rasch yang terbagi menjadi tiga, yaitu reliabilitas alat ukur, reliabilitas aitem, dan reliabilitas person. Reliabilitas alat ukur diuji menggunakan teknik Alpha Cornbach. Formula yang digunakan dalam teknik Alpha Cornbach, yaitu:

∝ =

𝑘

𝑘−1

(1 −

∑ 𝑠2𝑗

𝑠2𝑥

)

……… (2)

Ket:

= Koefisien reliabilitas Alpha k = Banyaknya belahan

∑ 𝑠2𝑗 = Jumlah skor belahan 𝑠2𝑥 = Varians skor total

Alat ukur kesabaran akan dikatakan reliabel jika koefisien Alpha lebih besar dari 0,7. Menurut Sumintono dan Widhiarso (2014), koefisien Alpha yang berada dalam rentang 0,7 hingga 0,8 mengimplikasikan reliabilitas alat ukur yang bagus.

Koefisien Alpha yang bernilai lebih besar dari 0,8 mengimplikasikan reliabilitas alat ukur yang bagus sekali.

Aitem dan responden akan dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas aitem dan person berada di atas 0,81. Sumintono dan Widhiarso (2014) mengatakan bahwa koefisien reliabilitas aitem dan person yang berada dalam rentang 0,81 hingga 0,90 mengimplikasikan reliabilitas aitem dan person yang bagus, 0,91 sampai 0,94 mengimplikasikan reliabilitas aitem dan person yang bagus sekali, dan lebih besar dari 0,94 mengimplikasikan reliabilitas aitem dan person yang istimewa.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Data Penelitian

Pada penelitian ini, sampel yang digunakan sama seperti penelitian Zega dan Rahmawati (2018), yaitu dewasa awal di Kota Medan yang berusia 18-40 tahun.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 240 orang. Gambaran sampel penelitian yang akan dijabarkan adalah berdasarkan usia.

Tabel 7. Proporsi Sampel Penelitian berdasarkan Usia Usia

(Tahun) Frekuensi Persentase (%)

Usia

(Tahun) Frekuensi Persentase (%) persentase terbesar adalah pada usia 21 yaitu 16,25% (39 orang), kemudian usia 20 dan 22 yaitu masing-masing 15,42% (37 orang), dan usia 23 yaitu 10,42% (25 orang). Sementara usia lainnya berkisar antara 0,83% sampai 5%.

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Validitas Isi

Validitas skala kesabaran berdasarkan bukti isi dilakukan dengan penilaian ahli sebanyak 4 orang. Ahli yang dipilih merupakan dosen psikologi USU dengan asumsi telah menguasai konsep psikologi. Penyeragaman pemahaman

menggunakan definisi operasional tiap aspek yang telah disediakan. Ahli yang memvalidasi skala ini diminta untuk me-rating aitem-aitem yang dimuat dalam skala kesabaran dengan dari angka 1 sampai 5. Hasil penilaian setiap ahli kemudian dihitung dengan menggunakan rumus Aiken’s V. Aitem dikatakan memiliki bukti validitas berdasarkan isi yang tinggi jika memiliki koefisien V di atas 0,8. Aitem dikatakan memiliki bukti validitas berdasarkan isi yang sedang jika koefisien V berada di antara 0,4 sampai 0,8. Aitem dikatakan memiliki bukti validitas berdasarkan isi yang rendah jika koefisien V di bawah 0,4. Hasil analisis bukti validitas berdasarkan isi dapat dilihat pada tabel 8.

No Aspek

Berdasarkan hasil analisis validitas isi aitem pada tabel 8, maka aitem dapat dikelompokkan seperti tabel 9.

Tabel 9. Ringkasan Hasil Analisis Validitas Isi Nilai

Koefisien V Kategori Nomor Aitem Jumlah

Aitem

Berdasarkan tabel 9, sebagian besar aitem memiliki validitas berdasarkan isi yang berada pada kategori tinggi, yaitu 66,67% (38 aitem). Skala kesabaran ini juga memiliki 19 aitem (33,33%) yang berada pada kategori sedang. Namun, tidak ada aitem yang memiliki validitas berdasarkan isi yang berada pada kategori rendah.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa aitem-aitem pada skala kesabaran mampu mewakili aspek-aspek dan indikator perilaku yang digunakan dalam skala kesabaran.

2. Hasil Preliminary Aitem-Aitem pada Skala Kesabaran

Preliminary aitem pada skala kesabaran dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2019. Preliminary dilakukan dengan memberikan skala yang berisi 57 aitem kepada 10 subyek. Berdasarkan preliminary yang telah dilakukan, secara umum subyek memahami aitem-aitem pada skala. Akan tetapi, ada 3 aitem yang dipertanyakan oleh 1 dari 10 subyek, yaitu aitem nomor 1, 20, dan 50. Aitem tersebut dipertanyakan karena subyek tidak memahami makna aitem. Setelah

peneliti menjelaskan makna aitem, subyek kemudian mengerti. Namun, dengan pertimbangan bahwa aitem-aitem tersebut dapat dipahami oleh 9 subyek lainnya, peneliti menganggap bahwa aitem-aitem tersebut mempunyai makna yang dapat dipahami. Oleh karena itu, aitem-aitem tersebut tidak direvisi.

3. Hasil Analisis Validitas berdasarkan Struktur Internal

Data yang digunakan untuk menganalisis validitas berdasarkan struktur internal adalah data yang diperoleh dari lapangan. Data yang digunakan berdasarkan populasi orang dewasa di Medan. Sampel yang digunakan adalah dewasa awal yang berada di Medan sebanyak 240 orang.

Analisis validitas berdasarkan struktur internal dilihat dari ketepatan pengukuran yang menggunakan pemodelan Rasch, yaitu outfit MNSQ, outfit ZSTD, dan point measure correlation. Analisis outfit MNSQ dapat dilihat dari mean square. Jika koefisien lebih besar dari 2 artinya data tidak diharapkan jika sesuai dengan model (secara sempurna). Namun, dengan sampel yang besar, ketidaksesuaiannya mungkin lebih kecil. Jika koefisien di antara 1,5 dan 2,0 artinya aitem kurang bagus untuk pembuatan instumen, tetapi tidak menurunkan kualitas.

Jika koefisien berada di antara 0,5 dan 1,5 artinya data tampak tidak dapat diprediksi. Sedangkan jika koefisien lebih kecil dari 0,5 artinya data terlalu mudah diprediksi (Sumintono & Widhiarso, 2014).

Analisis outfit ZSTD dapat dilihat dari koefisien z. Jika koefisien lebih besar dari 3 artinya menurunkan kualitas sistem pengukuran.. Jika koefisien berada di antara 2,0 dan 2,9 artinya Kurang bagus untuk pembuatan instumen, tetapi tidak menurunkan kualitas.. Jika koefisien berada di antara -1,9 dan 1,9 artinya kondisi

yang baik untuk pengukuran. Jika koefisien lebih kecil dari -2,0 artinya kurang produktif untuk pengukuran, namun tidak menurunkan kualitas, kemungkinan bisa menyebabkan kesalahan dengan reliabilitas yang tinggi. Kemudian, Analisis point measure correlation dapat dilihat dari koefisien yang harus berada di antara 0,40 dan 0,85 (Sumintono & Widhiarso, 2014).

Hasil analisis ketepatan pengukuran dapat dilihat pada tabel 10.

Pengendalian Diri

Outfit MNSQ Outfit ZSTD Point Measure Correlation

Evaluasi Jumlah

1 3,7 Menurunkan kualitas

sistem pengukuran. 5 18,52 Di Atas

Outfit MNSQ Outfit ZSTD Point Measure Correlation

Evaluasi Jumlah

Outfit MNSQ Outfit ZSTD Point Measure Correlation

Outfit MNSQ Outfit ZSTD Point Measure Correlation

Evaluasi Jumlah

Outfit MNSQ Outfit ZSTD Point Measure Correlation

Menerima Kenyataan Pahit dengan Ikhlas dan Bersyukur

Outfit MNSQ Outfit ZSTD Point Measure Correlation

Evaluasi Jumlah

Sikap Tenang

Outfit MNSQ Outfit ZSTD Point Measure Correlation

Evaluasi Jumlah

1) Hasil Analisis Outfit MNSQ

Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat bahwa hampir seluruh aitem pada aspek pengendalian diri memiliki data dengan perkiraan yang logis, yaitu sebesar 92,60%

(25 aitem). Namun, aspek ini juga memiliki data tampak yang tidak dapat diprediksi, yaitu sebesar 3,70% (1 aitem) serta data yang tidak sesuai dengan model, yaitu sebesar 3,70% (1 aitem).

Seluruh aitem pada aspek ketabahan, menerima kenyataan pahit dengan ikhlas dan bersyukur serta aspek sikap tenang memiliki data dengan perkiraan yang logis, yaitu sebesar 100%. Kemudian, hampir seluruh aitem pada aspek kegigihan memiliki data dengan perkiraan yang logis, yaitu sebesar 83,33% (5 aitem). Namun, aspek ini memiliki aitem dengan data tampak yang tidak dapat diprediksi sebesar 16,67% (1 aitem).

2) Hasil Analisis Outfit ZSTD

Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat bahwa banyak aitem pada aspek pengendalian diri berada pada kondisi yang baik untuk pengukuran, yaitu sebesar 59,26% (16 aitem). Meskipun tidak menurunkan kualitas pengukuran, aspek ini memiliki aitem yang kurang bagus untuk pembuatan alat ukur, yaitu sebesar 7,41%

(2 aitem) dan kurang produktif untuk pengukuran, yaitu sebesar 14,81% (4 aitem).

Aspek ini juga memiliki aitem yang menurunkan kualitas sistem pengukuran, yaitu sebesar 18,52% (5 aitem). Aspek berikutnya, yaitu ketabahan mempunyai banyak aitem yang berada pada kondisi yang baik untuk pengukuran, yaitu sebesar 66,67%

(4 aitem). Tetapi aspek ini juga memiliki aitem yang kurang produktif untuk pengukuran, yaitu 33,33% (2 aitem).

Tidak ada aitem yang berada pada kondisi yang baik untuk pengukuran dalam aspek kegigihan. 50% aitem (3 aitem) merupakan aitem yang menurunkan kualitas sistem pengukuran. 50% aitem sisanya (3 aitem) merupakan aitem yang kurang produktif untuk pengukuran. Sementara itu, pada aspek menerima kenyataan pahit dengan ikhlas dan bersyukur memiliki 58,33% aitem (7 aitem) yang berada pada kondisi yang baik untuk pengukuran. Tetapi aspek ini memiliki 33,33% (4 aitem) yang kurang produktif untuk pengukuran dan 8,33% (1 aitem) yang kurang bagus untuk pembuatan alat ukur. Kemudian, terdapat 50% aitem pada aspek sikap tenang (3 aitem) yang berada pada kondisi yang baik untuk pengukuran. Tetapi aspek ini juga memiliki 50% aitem (3 aitem) yang kurang produktif untuk pengukuran.

3) Hasil Analisis Point Measure Correlation

Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat bahwa 29,63% (8 aitem) pada aspek pengendalian diri berada di antara batasan point measure correlation (PTM).

Namun, 70,37% (19 aitem) berada di bawah batasan PTM.

Seluruh aitem pada aspek kesabaran dan sikap tenang berada di antara batasan point measure correlation (100%). Namun, aspek kegigihan memiliki 50% aitem (3 aitem) yang berada di antara batasan PTM. Tetapi aspek ini juga memiliki 50%

aitem (3 aitem) yang berada dibawah batasan PTM. Kemudian, hampir seluruh aitem pada aspek menerima kenyataan pahit dengan ikhlas dan bersyukur berada dalam batasan PTM, yaitu 91,67% (11 aitem). Tetapi terdapat 8,33% (1 aitem) yang berada di bawah batasan PTM.

4. Hasil Analisis Reliabilitas

Analisis reliabilitas pada pemodelan Rasch dapat dilihat dari reliabilitas alat ukur, reliabilitas aitem, dan reliabilitas person.

Analisis reliabilitas alat ukur dilihat dari koefisien Alpha Cronbach, yaitu jika niilainya di bawah 0,5 berarti alat ukur ini memiliki reliabilitas yang buruk, di antara 0,5 sampai 0,6 berarti jelek, 0,6 sampai 0,7 berarti cukup, 0,7 sampai 0,8 berarti bagus, dan jika di atas 0,8 berarti alat ukur ini memiliki reliabilitas yang bagus sekali (Sumintono & Widhiarso, 2014).

Menurut Sumintono dan Widhiarso (2014), jika koefisien reliabilitas aitem di bawah 0,67 berarti kualitas aitem-aitem dalam alat ukur masih lemah, 0,67 sampai 0,80 berarti cukup, 0,81 sampai 0,90 berarti bagus, 0,91 sampai 0,94 berarti bagus sekali, dan jika di atas 0,94 berarti kualitas aitem-aitem dalam alat ukur istimewa.

Batasan untuk reliabilitas person sama dengan aitem, yaitu jika koefisien reliabilitas person di bawah 0,67 berarti konsistensi jawaban dari responden lemah, 0,67 sampai 0,80 berarti cukup, 0,81 sampai 0,90 berarti bagus, 0,91 sampai 0,94 berarti bagus sekali, dan jika di atas 0,94 berarti konsistensi jawaban dari responden istimewa (Sumintono & Widhiarso, 2014). Hasil analisis reliabilitas dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Hasil Analisis Reliabilitas

Reliabilitas Indeks Keterangan

Skala Kesabaran 0,90 Bagus sekali

Aitem 0,98 Istimewa

Responden 0,88 Bagus

Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa alat ukur ini memiliki koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,90 yang berarti alat ukur ini memiliki reliabilitas yang

bagus sekali. Kemudian, koefisien reliabilitas aitem sebesar 0,98 berarti kualitas aitem-aitem dalam alat ukur ini istimewa. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas person untuk alat ukur ini sebesar 0,88 yang berarti konsistensi jawaban dari responden bagus.

5. Rangkuman Hasil Analisis Karakteristik Psikometri Skala Kesabaran Rangkuman hasil analisis karakteristik psikometri skala kesabaran dapat dilihat pada tabel 12.

Aspek Indikator Perilaku Nomor

Tidak mencaci dan mengumpat

3 F 0.69 0.83 -1.9 0.42 Dipakai

Bersikap baik kepada orang yang menyakiti

15 F 0.81 1.15 1.76 0.29 Tidak dipakai

Menerima situasi saat bekerja sama dengan orang lain

18 F 0.81 0.81 -2.2 0.34 Tidak dipakai

23 F 0.88 0.85 -1.6 0.12 Dipakai

26 UF 0.81 1.17 1.85 0.22 Dipakai

Menerima setiap proses yang dilalui untuk mendapatkan hal yang diinginkan

19 F 0.88 0.75 -2.8 0.45 Dipakai

24 UF 0.81 1.6 6.38 0.07 Tidak dipakai

28 F 0.81 0.73 -3.1 0.51 Dipakai

Aspek Indikator Perilaku Nomor

Tidak mengeluh saat situasi memburuk

9 F 0.63 0.9 -1.1 0.45 Dipakai

29 UF 0.94 0.88 -1.6 0.48 Dipakai

32 F 0.88 0.63 -4.7 0.46 Tidak dipakai

Bangkit dari situasi sulit

31 UF 0.81 1.09 1.01 0.48 Dipakai

34 F 0.81 1 0.04 0.45 Dipakai

37 F 0.75 0.8 -2.2 0.45 Tidak dipakai

Kegigihan

Terus mencoba dan tidak berputus asa

33 UF 0.88 1.3 3.1 0.35 Tidak dipakai

36 F 0.81 0.7 -3.8 0.48 Dipakai

39 F 0.81 0.6 -4.7 0.46 Dipakai

Bekerja keras untuk mencapai tujuan

35 UF 0.69 1.27 3.05 0.37 Dipakai

Menerima sesuatu yang dimiliki dengan tidak mengeluh

40 F 0.88 0.76 -2.8 0.57 Dipakai

45 UF 0.88 1.26 2.75 0.45 Tidak dipakai

50 F 0.75 0.96 -0.5 0.52 Dipakai

Tidak menyesali keadaan yang terberi

47 UF 0.88 0.86 -1.9 0.44 Dipakai

52 F 0.81 0.56 -5.7 0.63 Tidak dipakai

53 F 0.88 0.82 -2 0.51 Dipakai

Berpikir positif terhadap semua kejadian dalam hidup

43 F 0.81 0.67 -4.2 0.54 Tidak dipakai

48 F 0.88 0.88 -1.2 0.41 Dipakai

51 UF 0.75 0.94 -0.7 0.54 Dipakai

Merasa senang dengan keadaan yang ada pada dirinya

49 F 0.88 0.81 -2.1 0.44 Tidak dipakai

54 F 0.81 1.08 0.99 0.31 Dipakai

56 UF 0.81 1.17 1.68 0.45 Dipakai

Sikap Tenang Menyelesaikan aktivitas dengan tenang pada situasi yang tidak menyenangkan

42 UF 0.88 1 0.04 0.47 Dipakai

44 F 0.88 1.01 0.17 0.46 Dipakai

55 F 0.75 0.6 -5 0.58 Tidak dipakai

Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem

Jenis Aitem

Validitas Isi

Outfit MNSQ

Outfit

ZSTD PTM Ket

Menikmati kondisi dan situasi yang terjadi

4 F 0.88 0.72 -3.3 0.49 Dipakai

46 F 0.88 0.63 -4.6 0.5 Tidak dipakai

57 UF 0.81 1.02 0.32 0.4 Dipakai

Ket: PTM = Point Measure Correlation; F = Aitem Favorable; UF = Aitem Unfavorable.

Pada tabel 12 terdapat koefisien validitas isi, outfit MNSQ, outfit ZSTD, dan point measure correlation. Berdasarkan tabel 12, dipilih aitem final untuk dimuat dalam skala kesabaran. Aitem yang dipilih untuk setiap indikator perilaku berjumlah 2. Sehingga, aitem final untuk aspek pengendalian diri berjumlah 18 aitem. Aspek ketabahan, kegigihan, dan sikap tenang berjumlah 4 aitem. Sementara aspek menerima kenyataan pahit dengan ikhlas dan bersyukur berjumlah 8 aitem.

Namun, terdapat beberapa aitem yang perlu ditinjau kembali karena masih memiliki indeks ketepatan pengukuran, yaitu indeks outfit ZSTD dan indeks PTM yang belum memenuhi batasan seharusnya. Dengan kata lain, aitem-aitem tersebut tidak sesuai dengan indikator perilakunya.

C. Pembahasan

Kesabaran merupakan unsur internal yang ada pada diri manusia dan diperlukan dalam menghadapi berbagai masalah di kehidupan sehari-hari. Alat ukur kesabaran diperlukan untuk mengukur tingkat kesabaran seseorang sehingga dapat membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan menghadapi masalah yang ia temui. Alat ukur kesabaran telah dikonstruk oleh Zega dan Rahmawati dengan teori kesabaran Subandi sebagai teori utama. Dalam mengkonstruksi alat ukur tersebut, Zega dan Rahmawati telah menguji validitas isi, daya diskriminasi, dan reliabilitas dari alat ukur tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan bukti validitas berdasarkan isi dan menambah bukti validitas berdasarkan struktur internal, serta menguji reliabilitas dari alat ukur tersebut. Penelitian ini menggunakan 240 orang dewasa awal di Medan dengan rentang usia 18 sampai 40 tahun.

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah merevisi kembali aitem dari skala sebelumnya yang memiliki koefisien validitas isi atau indeks daya diskriminasi yang kurang bagus. Perubahan aitem dilampirkan pada lampiran 3. Setelah itu, memberikan skala kepada para ahli dengan tujuan untuk menguji validitas isi.

Kemudian, mengumpulkan data empiris dengan tujuan untuk menguji validitas berdasarkan struktur internal serta menguji reliabilitas alat ukur, aitem, dan responden.

Berdasarkan hasil uji validitas isi dan ketepatan pengukuran aitem, dapat dilakukan penyeleksian aitem. Sehingga, aitem final berjumlah 38 aitem dengan masing-masing indikator perilaku yang sebelumnya memiliki 3 aitem menjadi 2 aitem. Sebagian besar aitem memiliki perbedaan karakteristik pada analisis validitas isi dan ketepatan pengukuran. Untuk karakteristik ketepatan pengukuran sendiri, ditinjau dari tiga komponennya, yaitu outfit MNSQ, outfit ZSTD, dan point measure correlation (PTM). Sebagian besar aitem memiliki perbedaan karakteristik pada ketiga komponen ini dan juga pada koefisien validitas isinya, misalnya aitem yang berada dalam batasan outfit MNSQ dan outfit ZSTD serta memiliki validitas isi yang baik, namun berada di luar batasan point measure correlation (PTM).

Perbedaan ini dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah aitem tersebut memiliki kecenderungan sosial yang tinggi, responden yang kurang memahami makna aitem, ataupun karena aitem tersebut memang tidak menggambarkan indikator perilaku yang dimaksud. Tidak hanya itu, faktor lain yang diduga sebagai penyebab perbedaan adalah kurangnya variasi responden.

Terdapat 9 indikator perilaku pada aspek pengendalian diri yang masing-masing memiliki 3 aitem. Pada tiap indikator perilaku, dipilih 2 aitem yang memiliki karakteristik psikometri yang paling baik dari yang ada sehingga aspek pengendalian diri yang sebelumnya berjumlah 27 aitem menjadi 18 aitem. Pada aspek ini, sebenarnya jumlah aitem dengan kualitas yang belum memenuhi batasan seharusnya adalah 22 aitem. Sebelas aitem di antaranya disebabkan oleh indeks PTM yang tidak sesuai batasan, dua aitem disebabkan oleh indeks outfit ZSTD yang tidak sesuai batasan, tujuh aitem disebabkan oleh indeks outfit ZSTD dan indeks PTM yang tidak sesuai batasan, dan dua aitem disebabkan oleh indeks outfit MNSQ, outfit ZSTD dan indeks PTM yang tidak sesuai batasan. Namun, karena proporsi jumlah aitem setiap indikator perilaku adalah 2 aitem, maka beberapa aitem dengan kualitas yang belum memenuhi batasan seharusnya akan digunakan dengan catatan aitem tersebut ditinjau kembali dan direvisi sebelum digunakan, yaitu aitem nomor 1, 6, 10, 13, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 28, dan 30.

Permasalahan yang menyebabkan kualitas aitem tidak baik pada aspek pengendalian diri diduga karena social desirability yang tinggi. Misalnya pada indikator perilaku tidak mudah marah dengan nomor aitem 5, yaitu “menyalahkan orang yang membatalkan janji tiba-tiba”. Respon tersebut adalah hal yang wajar dilakukan oleh orang pada umumnya sekalipun orang tersebut adalah orang yang sabar. Hal ini dikarenakan, meskipun seseorang menyalahkan orang lain, orang yang sabar mungkin saja tidak mengekspresikannya, atau amarah yang dikeluarkan akan dirasionalkan dengan cepat. Oleh karena itu, responden cenderung menyetujui aitem tersebut.

Aitem lainnya adalah aitem pada indikator perilaku menerima situasi saat bekerja sama dengan orang lain dengan nomor aitem 18, yaitu “mampu bekerja sama dengan orang yang memiliki cara kerja berbeda”. Secara umum, orang diajarkan untuk dapat bekerja sama dengan orang lain meskipun cara kerjanya berbeda. Sehingga, aitem ini dapat dengan mudah disetujui oleh orang yang tidak sabar sekalipun.

Permasalahan lain yang menyebabkan kualitas aitem tidak baik pada aspek pengendalian diri diduga karena aitem tersebut tidak menggambarkan indikator perilaku yang dimaksud. Misalnya aitem pada indikator perilaku tidak tamak dengan nomor aitem 7, yaitu “melakukan apapun untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan”. Aitem ini memiliki daya diskriminasi yang rendah dan mempunyai implikasi tidak sesuai dengan indikator perilaku. Aitem unfavorable ini cenderung disetujui oleh responden. Hal ini mungkin disebabkan karena kata “apapun” tidak dimaknai negatif oleh responden.

Sama halnya dengan aitem nomor 7, aitem dari indikator perilaku menerima setiap proses yang dilalui untuk mendapatkan hal yang diinginkan, yaitu aitem nomor 24 yang berbunyi “menganggap kesulitan yang dialami menjadi hambatan untuk mencapai tujuan” tidak menggambarkan indikator perilakunya. Aitem unfavorable ini juga cenderung disetujui oleh responden. Peneliti menduga bahwa menyetujui aitem ini bukan hal yang buruk, wajar bagi setiap orang untuk menganggap kesulitan sebagai hambatan.

Aspek berikutnya adalah ketabahan. Aspek ini terdiri dari 2 indikator perilaku.

Masing-masing indikator perilaku juga memiliki 3 aitem yang diseleksi menjadi 2

aitem tiap indikator perilaku. Sehingga, jumlah aitem pada aspek ketabahan yang sebelumnya berjumlah 6 menjadi 4 aitem. Pada aspek ini, aitem yang dipilih untuk digunakan sudah memiliki karakteristik psikometri yang baik. Sedangkan aitem yang tidak dipilih memiliki implikasi tidak sesuai dengan indikator perilakunya.

Seperti aitem dari indikator perilaku tidak mengeluh saat situasi memburuk, yaitu aitem nomor 32 yang berbunyi “tetap bersemangat menjalani aktivitas meskipun dalam situasi sulit”. Kata “tetap bersemangat” tidak menggambarkan perilaku tidak mengeluh. Sebaliknya, tidak semua orang yang tidak mengeluh menunjukkan perilaku bersemangat. Aitem berikutnya merupakan aitem dari indikator perilaku bangkit dari situasi sulit, yaitu aitem nomor 37. Aitem ini berbunyi “introspeksi diri ketika menghadapi masalah”. Kata “introspeksi diri” kurang menggambarkan perilaku bangkit dari situasi sulit. Tidak semua orang yang mengintrospeksi diri mempunyai usaha untuk mengubah perilakunya. Beberapa orang mungkin hanya memikirkan perilakunya namun tidak berusaha untuk mengubah perilaku tersebut.

Aspek ketiga adalah kegigihan. Pada aspek ini, terdapat 2 indikator perilaku.

Sama seperti aspek kedua, aspek ketiga ini yang sebelumnya berjumlah 6 aitem

Sama seperti aspek kedua, aspek ketiga ini yang sebelumnya berjumlah 6 aitem

Dokumen terkait