GAME ARAN UMUM OBJEK PKLM
ANALISA DAN EVALUASI DATA
E. Pemecahan Masalah
Di atas telah dijelaskan mengenai masalah yang timbul dalam pengajuan Restitusi PPN di KPP Pratama Medan Belawan. Upaya pemecahan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Masalah tidak tepat waktu dalam penyelesaian Restitusi PPN di KPP Pratama Medan Belawan yang disebabkan kekurangan Tenaga Fungsional Pemeriksa Pajak. Dengan menambah Tenaga Fungsional Pemeriksa Pajak maka dapat diberikan tugas yang khusus setiap Tenaga Fungsional Pemeriksa Pajak sehingga penyelesaian restitusi dapat dilaksanakan secepat mungkin dan hasil penelitian lebih efisien.
2. Kepada Pengusaha Kena Pajak sebaiknya dihimbau terlebih dahulu dihimbau agar menyiapkan dokumen-dokumen dan/atau berkas-berkas terlebih dahulu agar saat diperiksa Pemeriksa Pajak tidak menemui kendala.
BABV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tata cara pengajuan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai sebagai berikut:
a. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan Pajak dengan menggunakan :
• SPT Masa PPN, dengan cara mengisi (memberi tanda silang) pada kolom "dikembalikan (restitusi)"; atau
• Surat permohonan tersendiri, apabila kolom "Dikembalikan (restitusi)" dalam SPT Masa PPN tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan Pajak. b. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak diajukan kepada KPP di
tempat PKP dikukuhkan.
c. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak ditentukan 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Masa Pajak.
2. Pelaksanaan pengajuan permohonan restitusi Pajak Pertambahan Nilai sebagai berikut:
Proses pengajuan restitusi pengusaha kena pajak (PKP) di KPP Pratama Medan Belawan sebagai berikut ini:
a. Pengusaha Kena Pajak (PKP) mengajukan restitusi PPN dengan mencentangkan di Induk SPT Masa PPN pada II Romawi Huruf H. 1. 3 (Dikembalikan .(restitusi). Mengajukan restitusi PPN pada saat melaporkan ke KPP Pratama Medan Belawan di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Pengusaha Kena Pajak melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPN bisa 2 (dua) media, antara lain:
• Melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPN secara manual dengan melaporkan semua fisik SPT Masa baik induk maupun lampiran SPT Masa.
• Melaporkan meialui media elektronik yang dikenal dengan e-SPT. Dimana Induk SPT tetap print out dillaporkan di KPP tetapi lampiran SPT Masa PPN dalam bentuk electronik di upload ke aplikasi SI DIP pada saat itu juga dan berkas induk berserta elektroniknya di disimpan di rumah berkas wajib pajak.
b. Pada hari yang sama di Seksi Pelayanan mencetak register pengiriman untuk mengirim Surat Pemberitahuan Masa PPN manual ke Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI).
c. Seksi PDI setelah menerima SPT Masa PPN dari Seksi Pelayanan segera melakukan perekaman SPT Masa PPN pada saat itu juga.
d. Seksi PDI setelah selesai merekam SPT masa PPN restitusi. Maka SPT Masa restitusi di fotocopi rangkap 3 (tiga) untuk dikirim ke Seksi terkait, antara lain:
• SPT Masa PPN restitusi yang asli dikirim kembali ke Seksi Pelayanan untuk/disimpan dirumah berkas
• Foto kopi SPT Masa PPN restitusi dikirim ke Seksi Pemeriksaan • Foto kopi SPT Masa PPN Restitusi dikirim ke Seksi Pengawasan
dan Konsultasi (Waskon)
e. Ketika SPT Masa PPN Restitusi diterima di Seksi Pemeriksaan, maka Seksi Pemeriksaan segera mengajukan permohonan persetujuan pemeriksaan ke Kantor Wilayah Sumut I Medan dengan membuat Daftar Nominatif (dafhom) agar Pengusaha Kena Pajak (PKP) restitusi tersebut dapat diperiksa.
f. Dalam proses menunggu pesetujuan pemeriksaan atas restitusi dari Kanwil Sumut I Medan , maka Seksi Pemeriksaan meminjam data ke beberapa Seksi, antara lain:
• Ke Seksi PDI terkait alket (alat keterangan).
• Ke Seksi Waskon terkait profil Pengusaha Kena Pajak Restitusi • Ke Seksi Penagihan terkait Daftar Utang Pajak,
• Ke Seksi Pelayanan terkait berkas atau dokumen Pengusa Kena Pajak restitusi.
g. Setelah Kanwil Sumut I Medan sudah menyetujui pemeriksaan atas PKP restitusi, maka Kanwil Sumut I Medan mengirim Surat Persetujuan pemeriksaan untuk melakukan memeriksa PKP restitusi ke KPP Pratama Medan Belawan, kemudian didisposisikan oleh kepala kantor ke Seksi Pemeriksaan.
h. Setelah itu Seksr Pemeriksaan membuat Nota Dinas Penunjukan Supervisor,
i. Fungsional Pemeriksa (supervisor) membuat Audit Plan (rencana pemeriksaan) diberikan ke Kepala kantor untuk diminta persetujuannya.
j. Kepala Kantor Pajak Pratama Medan Belawan menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaaan (SP2) atas PKP mengajukan restitusi. Dan saat diterbitkan SP2 inilah argo proses pemeriksaan restitusi dimulai.
k. Berdasarkan hasil pemeriksaan restitusi oleh fungsional pemeriksa maka kemungkinan akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
1. Bila hasil pemeriksaan restitusi produk hukumnya adalah SKPLB maka KPP Pratama Medan Belawan Akan menerbitkan Surat Perintah Mengembalikan Kelebihan Pajak (SPMKP)
m. KPP Pratama Medan Belawan segera mengirimkan SPMKP ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).
n. Kantor Perbendaharaan Kas Negara setelah mencek kebenaran dokumen maka segera menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana SP2D untuk pencairan dana restitusi langsung ke PKP yang mengajukan restitusi.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan penulis adalah:
1. Tenaga Fungsional Pemeriksa Pajak ditambah agar proses pemeriksaan Restitusi PPN dapat dilaksanakan secepat mungkin.
2. Himbauan untuk Pengusaha Kena Pajak agar mempersiapkan dokumen-dokumen dan/atau berkas-berkas pada saat dilakukan Pemeriksaan Restitusi PPN agar proses tersebut berjalan dengan lancar mudah dan lancar.
DAFTARPUSTAKA
Waluyo, 2009, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat: Jakarta Suandy Erly, 2009, Hukum Pajak, Salemba Empat: Yogyakarta
Mardiasmo, 2009, Perpajakan Edisi Revisi 2009, Andi Yogyakarta : Yogyakarta Mulyo Agung, 2011, Perpajakan Indonesia Sen PPN Dan PPnBm Teori Dan Aplikasi, Mitra Wacana Media : Jakarta
Djuanda Gustian Assoc. Prof. DR. , Irwansyah Lubis, S.E.,M.Si., 2011, Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 atas perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Peraturan Menteri Keuangan ( PMK Nomor 727 PMK.03/ 2010 Tanggal 31 Maret 2010)
Surat Edaran Nomor SE-79/PJ.2010/ Tentang Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.02/2007 Tentang Penegasan Penyelesaian Permohonan Restitusi PPN
Sumber Lain:
http://www.google.co.id/