• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan Gizi Pada Balita 1. Mengenal Balita

Dalam dokumen contoh LAPORAN PUSKESMAS (Halaman 70-82)

* Leader memberi pertanyaan kepada peserta *Observer mengevaluasi penyuluhan

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemenuhan Gizi Pada Balita 1. Mengenal Balita

Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.

Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.

2. Karakteristik Balita

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

71 3. Karakteristik Usia Prasekolah

Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak-anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.

Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.

4. Peran Makanan Bagi Balita

a. Makanan sebagai sumber zat gizi

Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.

1) Zat tenaga

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.

2) Zat Pembangun

Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.

3) Zat pengatur

Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.

a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).

b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour. c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

72 5. Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).

a.Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

b. Kebutuhan zat pembangun

Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

c. Kebutuhan zat pengatur

Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

6. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan

73

demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.

Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga

ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.

74

perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.

Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

f. Sosial Ekonomi

Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan. g. Penyakit infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)

Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein. 1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi 2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan

3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu

4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.

75

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.

1. Marasmus

Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

2. Kwashiorkor

Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.

3. Marasmus-kwashiorkor

Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.

b.Obesitas

Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:

1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol 2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat. 3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.

4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.

5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik. 8.Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :

a.Faktor penyakit organis b. Faktor gangguan psikologi

Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:

1. Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis

2. Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan

3. Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan

76

4. Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan

5. Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.

c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik

Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan )

1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.

2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.

(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin. (b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus

sabar saat memberi makan anak.

(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)

(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.

Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.

(a)Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus

(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi. (c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya. (d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.

(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Menu Makanan Balita

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan

77

sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan. Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut : •Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.

• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang

disarankan adalah:

o Pagi hari waktu sarapan.

o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu. o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.

o Pukul 16.00 sebagai selingan

o Pukul 18.00 pada waktu makan malam. o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.

o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)

• Pukul 06.00 : Susu

• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim • Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan • Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim • Pukul 14.00 : Susu

• Pukul 16.00 : Makanan selingan • Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim • Pukul 20.00 : Susu.

Makanan Selingan Balita

Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut. Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.

Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.

Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam

78

keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang disekelilingnya dalam keluarga.

Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.

Fungsi makanan selingan adalah :

1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.

2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).

3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita. Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah.Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.

C. Menu untuk Balita yang Sedang Sakit

Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan pengaturan makanannya.

1. Untuk balita dengan panas tinggi

PENDERITA penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.

79

aKonsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.

b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering. c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.

d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.

e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin. 2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)

DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.

Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:

a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab diare pada anak.

b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein.

c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu. d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).

Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah normal.

Pengaturan makanannya secara umum adalah:

a. Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.

b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.

c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin.

d. Bentuk makanan lunak.

3. Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernapasan PENYAKIT saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan

80

umumnya disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara.

Mengatur makanannya dengan :

a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan hangat.

b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.

c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain. Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding. d. Hindari makanan yang digoreng.

4. Untuk balita dengan gejala muntah

MUNTAH adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain.

Syarat makanannya:

a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.

b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan susu campur buah supaya segar.

c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-lain.

d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual. 5. Untuk balita dengan gejala batuk

GEJALA batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya.

Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :

a. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum.

b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus

Dalam dokumen contoh LAPORAN PUSKESMAS (Halaman 70-82)

Dokumen terkait