• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMENUHAN HAK-HAK NARAPIDANA

3.2 Pemenuhan Hak-hak Reproduksi di Lembaga Pemasyarakatan Wanita 58

Pemenuhan hak-hak reproduksi di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan juga kurang dilaksanakan sesuai dengan 12 hak-hak yang telah disepakati oleh Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan tahun 1994 di Kairo, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara penulis dengan informan, yakni :

1. Hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi

Hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan tampaknya kurang maksimal diberikan hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan salah seorang napi yang mengatakan:

“Kalau informasi tentang kesehatan reproduksi itu ada sekali-sekali kami dengar dek, yang ngasih tahu kek kalian ini lah mahasiswa juga, kayaknya pun dari USU. Tapi lupa kakak ntah jurusan apa orang itu”. Sri (19 tahun)

Hal yang sama dikatakan oleh Gita (29 tahun), yakni :

“Terkadang petugas disini pun mau juga ngasih tahu kami tentang reproduksi, misalnya dia nonton tv kan, terus apa yang ditontonnya diceritakannya sama kami”. Gita (29 tahun)

Informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi sangat penting untuk diketahui oleh siapapun tak terkecuali oleh napi. Setiap napi harus mengetahui sedikit banyak tentang kesehatan reproduksi, karena dengan mereka mengetahui sedikit banyak tentang kesehatan reproduksi, setiap napi akan menerima banyak manfaat dari informasi yang mereka dapatkan. Informasi yang diberikan oleh pihak petugas, maupun dari pihak luar yang datang untuk memberikan informasi terkait dengan kesehatan reproduksi sangat membantu para napi untuk berjaga-jaga dalam kesehatan reproduksinya.

2. Hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi

Pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi juga tampak tidak maksimal diberikan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta

Medan, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan salah seorang narapidana yang mengatakan :

“Kalau disini mana ada dikasih pelayanan untuk melindungi kesehatan reproduksi.Sedangkan kalau setiap yang datang bulan (menstruasi) harus melengkapi sendiri.Gadak disini dikasih softex atau kain putih, kalaupun sakit palingan ke poliklinik, kalau harus rawat inap, semuanya harus pake uang pribadi bayarnya”. Cika (18 tahun)

Pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi seharusnya harus maksimal diberikan kepada setiap napi.Karena pelayanan dan perlindungan terhadap kesehatan reproduksi sangat penting bagi kesehatan reproduksi setiap napi.Seharusnya pemerintah memikirkan juga pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi bagi setiap napi.Keadaan yang membuat napi terbatas dalam memenuhi hak yang seharusnya mereka terima seharusnya dipenuhi oleh pemerintah.Misalnya dalam memenuhi kebutuhan pada saat datang bulan

(menstruasi), sudah seharusnya pemerintah menyediakan kain putih, maupun

pembalut gratis, karena jika napi yang tidak punya uang untuk membeli pembalut maka perlindungan untuk kesehatan reproduksi napi tidak terpenuhi.Napi jadi rentan terkena penyakit kelamin apabila tidak bersih pada saat napi tersebut

menstruasi.Seorang napi yang hendak melahirkan misalnya, seharusnya napi yang

mau melahirkan tersebut ditolong dan diberikan keringanan bukan sebaliknya, napi yang hendak melahirkan tersebut harus membayar uang persalinannya dari uangnya sendiri.Sementara keadaan napi tersebut tidak memungkinkan untuk punya uang banyak untuk menutupi biaya persalinannya.Hal ini menunjukkan pihak pemerintah kurang maksimal dalam memenuhi hak napi untuk

mendapatkan pelayanan dan perlindungan terkait kesehatan reproduksi yang seharusnya dipenuhi oleh pihak terkait.

3. Hak untuk bebas berpikir tentang hak reproduksi

Hak untuk bebas berpikir tentang hak reproduksi ini juga tidak dilarang oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, hanya saja dalam mengutarakan apa yang dipikirkan oleh narapidana terbatas dan membuat apa yang dipikirkan mereka menjadi nyata sangat kecil kemungkinannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan salah seorang narapidana yang mengatakan bahwa :

“Kalau untuk bebas berpikir tentang hak reproduksi ya bebaslah gak ada yang larang, yang berpikirkan diri masing, ya itu haknya masing-masinglah.Siapa pulak yang mau ngelarang”. Gita (29 tahun)

Bebas untuk berpikir adalah hak semua orang yang tidak bisa dilarang oleh siapapun karena hak berpikir berasal dari diri sendiri, yang sudah melekat dalam setiap diri manusia, baik berpikir mengenai hal yang positif maupun hal yang negatif tentang apapun itu.Bebas berpikir mengenai reproduksi, berpikir mengenai rencana-rencana, dan lain sebagainya.Tidak ada yang bisa melarang dan membatasi setiap manusia untuk berpikir tentang apapun yang terbaik untuk hak reproduksinya tidak terkecuali napi.keadaan yang membatasi ruang gerak napi tidak membatasi sejauh mana napi tersebut memikirkan tentang hak reproduksi yang terbaik buat napi tersebut. Namun untuk mewujudkan keinginan napi yang telah dipikirkan oleh setiap napi sangat terbatas.Apa yang dipikirkan napi tersebut dapat diwujudkannya apabila napi tersebut sudah bebas.

4. Hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran

Menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran adalah hak setiap orang. Namun hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran sangat tidak mungkin terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, karena penghuni lapas hanya dihuni oleh perempuan saja dan kebebasan yang terbatas akibat hukuman yang sedang dijalani oleh para narapidana. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan salah seorang narapidana yang mengatakan bahwa : “Kek mana mau menentukan jumlah anak disini dek, perempuan semuanya disini”. Gita (29 tahun)

Menentukan jumlah anak dan menentukan jarak kelahiran tidak mungkin dapat dilakukan oleh setiap napi di lapas. Penghuni lapas yang hanya terdiri dari perempuan saja serta proses hukum yang sedang mereka jalani membuat para napi tidak dapat menentukan jumlah anak dan menentukan jumlah anak atas hak yang memang seharusnya menjadi hak mereka. Tidak hanya penghuni lapas yang hanya terdiri dari perempuan serta proses hukum yang sedang dijalani oleh setiap napi, tidak tersedianya tempat untuk melakukan hubungan suami istri di lapas juga menjadi kendala bagi setiap napi untuk mendapatkan hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran. Menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran hanya dapat dilakukan oleh setiap orang yang berada di luar lapas dan tidak tersangkut dengan proses hukum.

5. Hak untuk hidup, yaitu hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan dan proses melahirkan

Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta, hak untuk hidup, yaitu hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan dan proses melahirkan diterima oleh setiap napi yang sedang hamil atau dalam proses melahirkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara oleh salah seorang narapidana yang mengatakan bahwa :

“Kalau narapidana yang mau melahirkan, langsung cepat dilarikan ke rumah sakit dek, tapi tetap aja pakek uang sendiri bayarnya.Sehari siap melahirkan langsung kembali lagi ke lapas”. Sri (19 tahun)

Hak untuk hidup dan hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan maupun dalam proses melahirkan adalah hak yang seharusnya diterima oleh setiap orang tak terkecuali napi. Setiap napi yang hamil maupun yang akan melahirkan ataupun setelah melahirkan diberi penanganan secara khusus oleh pihak petugas lapas. Perempuan yang hamil, yang akan melahirkan maupun yang sudah melahirkan di lapas akan diberikan asupan gizi yang lebih dari napi yang tidak hamil maupun yang tidak melahirkan. Hal ini dilakukan agar si ibu dan si anak nantinya tetap sehat dan kuat setelah si anak dilahirkan dan si ibu tetap sehat dan kuat setelah proses melahirkan dan menyusui. Hanya saja kendala bagi napi yang hendak melahirkan adalah saat akan melahirkan biaya untuk persalinan mereka harus bayar sendiri dan sehari setelah melahirkan harus kembali lagi ke lapas untuk melanjutkan proses hukuman yang akan mereka jalani.

6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi hampir sama dengan hak untuk kebebasan berpikir tentang hak reproduksi. Setiap orang diberi kebebasan terkait kesehatan reproduksi tak terkecuali terhadap para narapidana. Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan setiap napi diberikan kebebasan dan keamanan terkait kesehatan reproduksi. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan salah satu seorang narapidana yang mengatakan bahwa :

“Sampai sekarang ini aman ajanya kalau berkaitan dengan kehidupan reproduksi.belum adalah pengucilan dari kawan-kawan napi di lapas ini”. Bu Icha (33 tahun)

Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa perempuan-perempuan yang ada di lapas saling menghargai satu dengan yang lainnya.Pengucilan dari napi yang satu dengan yang lainnya berkaitan dengan kehidupan reproduksi tidak dilakukan oleh napi yang lainnya.setiap napi bebas dan berhak terhadap keamanan terkait kehidupan reproduksinya.Tidak ada pemaksaan serta pengucilan yang berakibat munculnya ketakutan terhadap napi.

7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk, termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual

Setiap perempuan berhak untuk terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk, termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual termasuk perempuan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah seorang narapidana, yang mengatakan bahwa :

“Kalau masalah perkosaan mana ada dek, sejenis semuanya disini.Tapi kalau sesama yang lesbi-lesbi itulah dek, kalau ribut orang itu lucu aja kakak liatnya, saling maki-makian lah orang itu.Kadang ciuman bibir orang itu, ihh geli kakak liatnya (sambil tertawa)”. Sri (19 tahun) dan Cika (18 tahun)

Kekerasan terhadap perempuan adalah tindakan yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan-penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara semena-mena baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi. Di lapas, ada napi yang saling suka dengan sesama jenis, namun yang suka sesama jenis hanya sedikit.Napi yang suka sesama jenis sering sekali mengalami perlakuan kasar dari sesama mereka yang saling suka.Perlakuan kasar yang dilakukan berupa makian, ancaman sesama mereka, bahkan mereka juga sampai bertengkar dan mendapat kekerasan secara fisik maupun tekanan secara psikologis. Namun diantara napi yang lain yang tidak ada hubungan dengan sesama jenis tidak pernah mendapat perlakuan kasar, penganiayaan, pemerkosaan, bahkan pelecehan seksual.

8. Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kesehatan reproduksi

Setiap perempuan berhak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kesehatan reproduksi tidak terkecuali para narapidana.Kemajuan ilmu pengetahuan penting didapatkan oleh setiap orang agar dapat menambah wawasan yang lebih banyak lagi untuk si penerima informasi tersebut.Terbatasnya ruang gerak para narapidana tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait dengan

wawancara yang dilakukan penulis dengan salah seorang narapidana, yang mengatakan bahwa :

“Kadang mau juganya pegawai ini ngasih tau tentang yang dia tahu sama kami. Misalnya Ibu Asma nonton berita tentang menjaga kebersihan alat kelamin, mau dia ngasih taunya sama kami, macam sekalian menggosip. Tapi terkadang mau juga kami pas disuruh ngusuk Ibu Asma, pas ngusuk sambil nonton. Yaudah, taulah kami terkadang sedikit tentang apa aja yang terjadi diluar sana, atau ntah apa aja yang lagi nge-trend”. Bu Icha (33 tahun)

Setiap orang berhak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan, baik itu kemajuan ilmu pengetahuan mengenai pendidikan, gaya hidup, olahraga, kesehatan terkait dengan reproduksi, maupun informasi – informasi lainnya. Lingkungan yang tertutup dan terpisah dari segala aktivitas manusia tidak menjadi penghalang bagi para napi untuk memperoleh segala kemajuan ilmu pengetahuan serta manfaatnya.Hanya saja ada sedikit perbedaan bagi para napi dengan yang bukan napi untuk memperoleh kemajuan serta manfaat dari ilmu pengetahuan yang ada.Yang bukan napi memperoleh kemajuan serta manfaat dari ilmu pengetahuan bisa kapan saja, dan dimana saja.Sementara yang bukan napi, untuk memperoleh kemajuan serta manfaat terhadap ilmu pengetahuan sangat terbatas. Misalnya dengan cara diberitahukan oleh setiap petugas, maupun ketika mereka diberi kesempatan untuk menonton TV.

9. Hak atas kerahasian pribadi dengan kehidupan reproduksinya

Hak atas kerahasiaan pribadi mengenai kehidupan reproduksi maupun terkait hal-hal diluar kehidupan reproduksi adalah hak yang wajib dimiliki oleh setiap orang tidak terkecuali oleh narapidana. Petugas di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan, sangat menjaga kerahasiaan terkait kehidupan reproduksi setiap narapidana demi terwujudnya kesejahteraan dan keamanan di

antara para narapidana. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan salah seorang narapidana, yang mengatakan bahwa :

“Petugas-petugas disini gak pernah lah membocorkan rahasia-rahasia yang orang itu tahu tentang kami, karna manalah mungkin orang itu mau buat napi-napi disini jadi ribut sementara tugas orang itu disini kan menjaga kami supaya tetap tertib dan aman”. Gita (29 tahun)

Hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksi berhak diperoleh oleh siapa saja tidak terkecuali napi.Setiap petugas di lapas saling menjaga hubungan baik antara petugas dengan petugas, petugas dengan napi maupun napi dengan napi.Jika petugas mengetahui hal yang sangat rahasia mengenai napi terkait kehidupan reproduksinya, petugas harus menjaga rahasia pribadi napi tersebut dengan baik begitu juga diantara para napi.Sesama mereka yang saling mengetahui tentang rahasia pribadi mereka yang terkait maupun yang tidak terkait dengan kehidupan reproduksinya, mereka harus saling menjaga rahasia tersebut. Tidak boleh “dibocorkan” atau dengan sengaja memberikan informasi yang diketahuinya kepada napi-napi yang lain.

10.Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

Membangun dan merencanakan keluarga adalah hak dan impian setiap orang tidak terkecuali para narapidana.Selain karena penghuni di lapas hanya perempuan, keterbatasan ruang dan gerak para narapidana juga menjadi penghalang untuk para narapidana mendapatkan hak untuk membangun dan merencanakan keluarga bersama pasangannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan salah seorang narapidana, yang mengatakan bahwa :

“Membangun dan merencanakan keluarga nantilah setelah keluar dari sini. Kalau masih disini kan gak mungkin bisa, kalau udah keluar dari sini pun bisa merencanakan keluarga kalau yang suaminya belum menceraikan istrinya. Kalau kayak kakak yang udah janda gak mungkin. Mau nikah lagi udah trauma, bagus anakku ajalah yang kuperjuangkan”.Gita (29 tahun).

Membangun dan merencanakan keluarga adalah impian setiap orang bersama pasangannya tidak terkecuali seorang narapidana. Namun, dalam hal untuk membangun dan merencanakan keluarga sangat sulit kemungkinannya untuk dilakukan oleh para narapidana. Selain karena masih berjalannya proses hukum yang akan dijalani oleh para napi, terbatas ruang gerak, dan sebutan “napi / mantan napi” yang disandang oleh mereka membuat mereka sulit untuk memperoleh hak mereka tersebut. Dari hasil penelitian yang ada mengatakan, banyak dari mereka yang diceraikan/ditinggalkan oleh suami/pasangannya karena status yang mereka sandang. Bahkan tidak asing lagi buat mereka pada saat mereka masih menjalani proses hukuman di lapas, tiba-tiba surat cerai sudah datang menanti mereka dan ketika mereka keluar dari masa hukumannya bagi napi yang sudah punya anak, maka dia akan berjuang sendiri untuk merawat anaknya. Hal itu membuat mereka untuk mendapatkan hak untuk membangun dan merencanakan keluarga sulit didapatkan.Tetapi ada juga yang tidak mengalami hal seperti yang diterangkan diatas. Ada yang suami / pasangannya tetap setia datang untuk melihat istrinya, bahkan menunggu sampai istrinya keluar dari lapas tersebut, dan kembali membangun dan merencanakan keluarga bersama pasangannya.

11.Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

Bebas berkumpul dan berpartsipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi adalah hak setiap perempuan.Berkumpul dan berpartisipasi sering dilakukan oleh setiap perempuan, namun jarang perempuan yang berkumpul dan berpartisipasi dalam politik membicarakan terkait dengan kesehatan reproduksi tak terkecuali para narapidana. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan salah seorang narapidana, yang mengatakan bahwa :

“Disini gak ada kek gitu-gitu dek.Gak ada ngumpul-ngumpul, bebas ngasih pendapat atau apa untuk membicarakan politik-politik tentang kesehatan reproduksi, mana masuk akal kami bicara-bicara kek gitu dek”. Bu Simanjuntak (51 tahun)

Berkumpul dan membicarakan mengenai reproduksi mungkin adalah hal yang sangat jarang bahkan dilakukan oleh napi dan bukan hanya napi saja bahkan hal yang sangat jarang dilakukan oleh setiap napi. Jarang dilakukan oleh napi karena aktivitas yang padat yang dilakukan oleh setiap napi. Penyuluhan yang dilakukan oleh pegawai tentang reproduksi juga jarang dilakukan, hal ini yang membuat mereka tidak terlalu peduli bahkan dari hasil penelitian yang ada mengatakan bahwa membicarakan mengenai reproduksi adalah hal yang tidak masuk akal buat mereka. Tidak masuk akal buat mereka karena banyak dari mereka yang tidak mengetahui pentingnya hal-hal yang menyangkut tentang reproduksi.Namun, kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi diberikan penuh oleh pihak petugas lapas, hanya saja para napi yang menganggap hal tersebut tidak masuk akal dan lebih

mengutamakan mengerjakan sesuatu yang dapat menghasilkan uang. Dan uang itu dapat membiayai anak-anak mereka yang apabila anak mereka sudah ditinggalkan oleh suaminya, yang dititip di tempat orangtua mereka.

12.Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi

Diskriminasi masih sering terjadi dan dapat dilihat dimana aja, baik diskriminasi berdasarkan ras, kondisi sosial ekonomi, agama, bahkan dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.Setiap orang berhak terbebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.namun setiap orang terbebas dari segala bentuk diskriminasi tergantung dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan salah seorang narapidana, yang mengatakan bahwa :

“Kalau dalam bentuk diskriminasi disini gak ada lagi dek, karna udah ganti Kalapas itu mungkin, tapi waktu Kalapas yang sebelumnya jelas kali lah diskriminasinya.Yang berduit itu yang selalu didahulukan.Tapi itu dulu sekarang nggak lagi”. Bu Simanjuntak (51 tahun)

Banyak diskriminasi yang dapat dilihat dimana-mana, baik di kantor pemerintahan negeri, perusahaan swasta, di sekolah, bahkan di lapas juga pernah terjadi diskriminasi dalam memperlakukan napi yang kaya ataupun yang punya status yang lebih daripada napi yang miskin atau yang mempunyai status yang rendah. Saat Kalapas yang sebelumnya memimpin diskriminasi sangat jelas terlihat seperti yang dikatakan oleh Ibu Simanjuntak. Narapidana yang memiliki kondisi ekonomi lebih baik daripada narapidana yang mempunyai kondisi

ekonomi yang kurang baik mendapat pembedaan perlakuan, baik dalam kehidupan berkeluarga maupun kehidupan reproduksinya.

Pemenuhan Hak-hak Reproduksi di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan tidak semuanya terpenuhi dikarenakan status yang dimiliki oleh para narapidana. Yang bukan narapidana saja hak-hak reproduksinya tidak semua yang terpenuhi apalagi yang berstatus narapidana. Namun hak-hak reproduksi yang dapat dipenuhi oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan informannya sepertinya hampir terpenuhi dengan baik.

3.3Cara Pemenuhan Hak-hak Reproduksi pada Narapidana

Cara pemenuhan hak-hak reproduksi pada narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Melakukan penyuluhan tentang hak-hak reproduksi yang dilakukan dari berbagai pihak seperti penyuluhan yang dilakukan dari kalangan mahasiswa.

2. Melalui media informasi, yaitu ketika ada pegawai yang menonton berita di televisi, mendengar radio, membaca buku, majalah dan bentuk media lainnya terkait dengan hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, pegawai yang mengetahui informasi tersebut akan memberitahukan yang dia tahu kepada para narapidana.

3. Melakukan sosialisasi dari berbagai pihak terkait penanganan hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi.

Keberhasilan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta Medan dalam memenuhi hak-hak reproduksi narapidana akan memberikan dampak yang baik terhadap narapidana dan akan mengurangi dampak negatif dari tidak terpenuhinya hak-hak reproduksi tersebut. Karena dampak negatif tersebut sangat mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan yang ada di lapas, dan apabila tidak ditindak lanjuti, dampak negatif yang merusak kesehatan para narapidana dapat menyebabkan penularan penyakit dari narapidana yang satu ke narapidana yang lain dan yang paling fatal dapat menyebabkan kematian.

Dokumen terkait