• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2.2 Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Oleh Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian secara umum bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien yang dirawat di ruang ICU oleh keluarga pasien sebanyak 20 orang (100,0%) dalam kategori Baik. Hal ini sesaui dengan pernyataan Burkhardt dan Nagai-Jacobson (2002) bahwa penyembuhan dan spiritualitas secara dekat saling berkaitan berdasarkan keyakinan bahwa spiritualitas merupakan hakikat dari diri kita sebagai manusia, kita percaya bahwa penyembuhan pada hakikatnya merupakan proses spiritual yang bertujuan agar manusia selalu sehat. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Potter & Perry (2005) ketika salah satu anggota keluarga sakit maka keluarga berperan dalam mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarga yang sakit, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.

Sebanyak 19 orang (95,0%) dari hasil penelitian bahwa lama perawatan. Menurut Potter & Perry (2005) menanyakan bahwa semakin lama seseorang menghadapi stersor maka individu dapat beradaptasi dengan stresor yang dialaminya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Hamid (1999) bahwa ketika individu menderita suatu penyakit, kekuatan spiritualitas sangat berperan penting dalam proses penyembuhan, selama sakit individu menjadi kurang mampu untuk merawat diri sendiri dan lebih tergantung pada orang lain spiritualitas sangat di perlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialaminya khususnya jika penyakit tersebut mememrlukan proses penyembuhan dalam waktu yang lama.

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu membacakan doa ketika jam berkunjung ke ruangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Friedman (1998) menyatakan bahwa berdoa merupakan salah satu cara bagi keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit dan sebagai suatu cara menghadapi stresor yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Taylor (2002) doa secara nyata berpengaruh dalam proses penyembuhan menunjukkan untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan selama masa kritis dalam perawatan. Dan diperkuat oleh riset yang dilakukan Matthews (2000) yang menyatahkan bahwa tentang dampak biologis dari doa dan penyembuhan spiritual terus berkembang dan mencakup studi tentang micro organisme, tanaman obat, sel kanker, binatang dan manusia. Doa secara nyata berpengaruh dalam proses penyembuhan riset menunujukan bahwa praktik keagamaan seperti menghadiri

ibadah dan doa menyokong kesehatan fisik dan emosional, terdapat bukti kuat akan adanya hububungan erat antara praktik keagamaan dan kesehatan Yang baik (Taylor, 2002).

Sebanyak 19 orang keluarga pasien selalu membawah peralatan untuk ibadah kerumah sakit menurut Burkhardt dan Nagai-Jocobson (2002) selama mengalami sakit, yang menantang seluruh keberadaan kita fisik, emosi, mental dan spiritual membantu orang dalam mempertalikan dengan sumber terdalam dalam dirinya dan dengan keluarga, komunitas, Tuhan, kekuatan dan kebijaksanaan. Pertalian ini mendukung dan menyokong proses penyembuhan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hawari (2005) yang menyatakan kepercayaan kepada Tuhan dapat membangkitkan motivasi seseorang dalam menjalani hidup, termasuk dalam keadaan sakit, dimana keyakinan tersebut menjadi meditasi terapeutik individu sehingga dapat meningkatkan kesembuhan penyakit. Namun, 1 orang keluarga pasien menjawab tidak pernah membawa peralatan ibadah kerumah sakit. Menurut Torrance & Seginson (1997) bahwa ketidak pastian diagnosa menyebabkan tingkat kecemasan keluarga meningkat sehingga keluarga lebih berfokus kepada penyakit pasien.

Sebanyak 12 orang keluarga pasien (60,0%) jarang berkerjasama dengan perawat dalam mendatangkan pemuka agama. Menurut Taylor (2002) berdoa bersama pasien merupakan tindakan intim dan seharusnya didekati secara seksama dan hormat. Pentingnya untuk berdoa dengan cara yang tepat. Hal ini juga di perkuat oleh pernyataan Burkhardt et, al. (2002) selama mengalami sakit, yang menetang

seluruh keberadaan kita-fisik, emosional mental dan spiritual-ritual membantu orang dalam mempertalikan dengan sumber terdalam dalam dirinya dan dengan keluarga, komunitas, Tuhan, kekuatan dan kebijaksanaan, pertalian ini mendukung dan menyokong proses penyembuhan. Namun, sebanyak 4 orang keluarga pasien tidak pernah mendatangkan pemuka agama ke rumah sakit. Menurut Taylor (2002) doa sebagai ritual dapat menyembuhkan dan menenteramkan hati. Akan tetapi, penyelenggara perawatan kesehatan harus mengetahui bahwa doa belum tentu cocok untuk setiap orang. Jika seseorang menolak berdoa, penyelenggara perawatan kesehatan tidak boleh memaksakan keyakinan pribadinya pada pasien.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu mengajak pasien untuk tetap mengingat Tuhan menurut Miller (1995) menyatakaan spiritualitas merupakan daya semangat, prinsip hidup atau hakikat eksistensi manusia, yang meresapi hidup dan diungkapkan serta dialami dalam tali-temali hubungan antara diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan atau sumber kehidupan.Menurut Matthews dan Clark (1998), riset membuktikan bahwa mereka menghadiri ibadah/upacara keagamaan satu kali atau lebih dalam seminggu memiliki angka kematian yang secara dramatik lebih rendah dari pada mereka yang tidak menghadari secara rutin.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebanyak 20 orang keluarga (100,0%) selalu memberikan dukungan yang memnguatkan pasien dalam menghadapi kondisinya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Cuman (2004) menyatakan bahwa ketika salah satu anggota keluarga sakit, keluarga membutuhakan dukungan anggota

keluarga yang lain untuk mencegah penumpukan stress pada keluarga sehingga dapat mengembangkan koping positif dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu menyakinkan pasien agar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Dayson et al (1997) menyatakan bahwa jika Tuhan didefinisikan sebagai konstruk yang menunjukkan nilai utama dalam hidup seseorang, dan membentuk kepercayaaan, nilai dan pilihan yang dianut orang itu, maka baik sistem kepercayaan religius dan non-religius harus dipandang sangat penting dalam eksplorasi tentang spiritualitas.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu menyakinkan pasein bahwa pengobatan yang diberikan sudah tepat. Menurut Fitra (2004) menyatahkan bahwa keluarga berperan penting memilihara dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga serta keberhasilan suatu tindakan pengobatan.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu menceritakan tentang harapan di masa yang akan datang. Menurut Burkhardt dan Nagai-Jacobson (2002) kesejahteraan spiritual merupakan kemampuan menemukankan makna, nilai dan tujuan hidup, sehingga manusia merasa puas dan bahagia. Kesejahteraan spiritual juga berkaitan dengan relasi saling menguatkan hidup, energi kreatif kesehatan seseorang dan dimensi kesehatan, iman pada Tuhan, pemberdayaan sumber batiniah seseorang, dan kekuatan batin.

Berdasarkan penelitian bahwa 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu mengajak kerabat untuk menjenguk pasien. Menurut Taylor (2002) menyatahkan bahwa keluarga dan sahabat berfungsi sebagai rekan yang mendukung dengan bantuan doa, menbaca buku, bernyanyi, menghibur, ambil bagian dalam ritual penyembuhan, atau menumpahkan segenap empati. Sesuai dengan fungsi keluarga menurut Friedman (1998) setiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan memeliki, perasaan yang berarti dan merupakan sumber kasih sayang,.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu mengajak teman-teman dekat untuk menjenguk pasien. Menurut Taylor (2002) menyatahkan bahwa teman dan keluarga mempunyai ikatan sejarah hidup dengan pasien, mereka mampu memberi dukungan tertentu yang tidak mampu diberikan oleh orang lain.

Sebanyak 20 orang keluarga (100,0%) selalu meyakinkan pasien bahwa banyak kerabat yang menatikan kesembuhan pasien. Menurut Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukungbagi anggota keluarga. Hal ini juga di perkuat oleh pernyataan Fitra (2004) bahwa kelaurga berperan penting memelihara dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga serta keberhasilan suatu tindakan pengobatan.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu memberikan sentuhan yang lembut pada pasien. Menurut Kuntjoro (2002) bahwa keluarga turut

mendampingi pasien selama masa perawatan karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa 20 orang keluarga (100,0%) selalu menciptkan suasana lingkungan yang tenang. Menurut Long (2001) menyatakan bahwa menciptakan lingkungan yang tenang secara spiritual yang memungkinkan pasien untuk mencapai penyembuhan, lingkungan yang sehat dan ruangan yang bersih merupakan cara yang sangat kuat untuk membantu proses penyembuhan.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu membantu pasien untuk memperoleh kenyamanan. Menurut Sari (2003) menyatakan bahwa lingkungan yang nyaman mendukung proses penyembuhan pasien. Faktor lingkungan mempunyai pengaru sebesar 40% dalam proses penyembuhan. Dan juga didukung pernyataan Hamid (2009) dengan kedamaian, seseorang akan merasa lebih nyaman dan tenang sehingga dapat meningkatkan status kesehatan seseorang.

Sebanyak 20 orang keluarga pasien (100,0%) selalu menciptakan lingkungan yang membuat pasien menjadi tenang dalam menjalani pengobatan (tidak mengotak-atik alat yang terpasang). Menurut Long (2001) menyatakan bahwa menciptakan lingkungan yang tenang secara spiritual yang memungkinkan pasien untuk mencapai penyembuhan, lingkungan yang sehat dan ruangan yang bersih merupakan cara yang sangat kuat untuk membantu proses penyembuhan.

Sebanyak 19 orang keluarga pasien (95,0%) selalu memakai masker dan baju yang di sediakan rumah sakit sebelum masuk keruang ICU. Menurut Sari (2003) menyatakan bahwa lingkungan yang nyaman mendukung proses penyembuhan pasien. Faktor lingkungan mempunyai pengaru sebesar 40% dalam proses penyembuhan. Hal yang sama dikemukakan oleh kozier, et al. (1995) bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas itu melalui kedamaian dan lingkungan atau suasanayang tenang, kedamaian merupakan keadilan, empati membuat individu menjadi tenang dan dapt meningkatkan status kesehataan.Namun, 1 orang keluarga pasien tidak pernah memakai masker dan baju yang disediakan rumah sakit sebelum masuk keruangan ICU. Menurut Leibrock (2000) menuliskan, “Daya penyembuhan di lingkungan perawat kesehatan berasal dari hal-hal sederhana, rangcangan yang terinci sehingga memberdayakan pasien untuk bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri”. Melalui pemahaman mereka tentang peran lingkungan dalam penyembuhan, penyelenggara perawatan kesehatan dapat membantu menciptakan dan mendukung ruang spiritual yang suci dan lingkungan yang sehat sehingga memaksimalkan kontrol pasien; mendukung kesejahteraan, pencegahan penyakit, dan perawatan diri.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait