• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Pemeriksaan Bahan Penyusun Paving Block

3.4.1 Analisa Ayak Agregat Halus (SNI 03-1968-1990) dan Analisis Ayak Bottom Ash

a. Tujuan Percobaan

1) Menentukan gradasi/distribusi butiran pasir dan Bottom Ash

2) Mengetahui modulus kehalusan (fineness modulus) pasir dan

Bottom Ash

b. Peralatan

1) Timbangan

2) Sieve shaker machine

28 3) 1 set ayakan

4) Oven

5) Sample splitter

c. Bahan

1) Pasir kering oven sebanyak 1000 gram. 2) Bottom Ash

d. Prosedur Percobaan

1) Ambil pasir dan Bottom Ash yang telah kering oven (110±5) ºC; 2) Sediakan pasir dan Bottom Ash sebanyak 2 sampel masing-masing seberat 1000 gr dengan menggunakan sampel splitter; 3) Susun ayakan berturut-turut dari atas ke bawah: 9,52 mm; 4,76

mm; 2,38 mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan;

4) Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas sieve shaker machine;

5) Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat;

6) Mesin dihidupkan selama 5 (lima) menit;

7) Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan; 8) Lakukan percobaan diatas untuk sampel 2.

e. Rumus

(3.1)

Dimana:

FM = Fineness Modulus

Derajat kehalusan (kekasaran) suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan (fineness) dengan batasan-batasan sebagai berikut:

- Pasir halus : 2,20 < FM < 2,60 - Pasir sedang : 2,60 < FM < 2,90

29 - Pasir kasar : 2,90 < FM < 3,20

f. Hasil Percobaan

Modulus kehalusan pasir (FM) = 2,51

Modulus kehalusan Bottom Ash (FM) = 2,406

Pasir dapat dikategorikan sebagai pasir halus. (2,20 < FM < 2,60)

3.4.2 Berat Isi Agregat Halus (ASTM C-29) dan Berat isi Bottom Ash.

a. Tujuan Percobaan

1) Menentukan berat isi agregat halus pasir dan Bottom Ash

b. Peralatan

1) Timbangan dengan tingkat kepekaan 0,1% dari berat sampel 2) Batang perojok

3) Bejana besi 4) Termometer 5) Sekop Kecil c. Bahan

1) Pasir ≤ Saringan Ø 4,75 mm kering oven suhu 110±5 ºC 2) Air

d. Prosedur Percobaan

1) Dengan cara merojok:

a) Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi dengan pasir dan

Bottom Ash sampai bagian tinggi bejana tersebut lalu rojok sebanyak 25 kali secara merata pada permukaannya; Pasir

Bottom Ash ditambah lagi hingga mencapai ⅔ tinggi bejana dan dirojok 25 kali secara merata pada permukaannya, kemudian bejana diisi pasir Bottom Ash sampai penuh dan dirojok 25 kali secara merata lalu permukaannya diratakan. Dalam perojokan untuk setiap lapis tidak boleh menembus lapisan dibawahnya;

30 b) Timbang bejana + pasir / Bottom Ash;

c) Pasir dan Bottom Ash dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi oleh air hingga penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam bejana;

2) Cara menyiram:

a) Bejana besi ditimbang kemudian diisi pasir dan Bottom Ash

dengan cara menyiram dengan sekop setinggi ± 5 cm dari bagian atas bejana sampai bejana tersebut penuh, lalu ratakan permukaannya.

b) Timbang bejana + pasir / Bottom Ash.

Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam bejana. Percobaan dilakukan untuk 2 sampel.

e. Rumus

(3.2) Dimana:

ρ = Berat isi pasir (gr/cm3) m = Berat pasir (gr) v = volume bejana (cm3)

f. Hasil Percobaan Pasir

Berat isi dengan cara merojok: 1,677 gr/cm3

Berat isi dengan cara menyiram: 1,562 gr/cm3

g. Hasil Percobaan Bottom Ash

Berat isi dengan cara merojok: 1,421 gr/cm3

Berat isi dengan cara menyiram: 1,331 gr/cm3

31

3.4.3 Pengujian Kadar Organik Pasir/Colorimetric Test (SNI 03-2816-1992) dan Kadar Organik Bottom Ash/ Colorimetric Test.

a. Tujuan Percobaan

Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam agregat halus. b. Peralatan

1) Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml

2) Gelas ukur kapasitas 1000 ml 3) Timbangan

4) Mistar

5) Standar warna Gardner 6) Sendok pengaduk 7) Sampel splitter c. Bahan

1) Pasir dan Bottom Ash kering oven lolos ayakan Ø 4,75 mm 2) NaOH padat

3) Air d. Prosedur percobaan

1) Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga terbagi seperempat bagian;

2) Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi ± 3 cm dari dasar botol;

3) Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampur 12 gram kristal NaOH kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga kristal NaOH larut;

4) Masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan ± 2 cm dari permukaan pasir (tinggi pasir + larutan = 5 cm);

5) Larutan diaduk menggunakan sendok pengaduk selama 7 menit;

32 6) Botol gelas ditutup rapat menggunakan penutup karet dan

diguncang-guncang pada arah mendatar selama 8 menit; 7) Campuran didiamkan selama 24 jam;

8) Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan standar warna Gardner.

e. Rumus/standar

Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut: 1) Standar warna no. 1: berwarna bening/jernih

2) Standar warna no. 2: berwarna kuning muda 3) Standar warna no. 3: berwarna kuning tua

4) Standar warna no. 4: berwarna kuning kecoklatan 5) Standar warna no. 5: berwarna coklat

Perubahan warna yang diperbolehkan menurut standar warna Gardner adalah standar warna no. 3. Jika perubahan warna yang terjadi melebihi standar warna no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan organik yang banyak dan harus dicuci dengan larutan NaOH 3% kemudian bersihkan dengan air.

f. Hasil Percobaan

Warna material pasir adalah kuning muda (Standar no. 2)

Warna material Bottom Ash adalah kuning kecoklatan (Standar no. 4)

3.4.4 Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan No.200)

a. Tujuan Percobaan

Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir dan Bottom Ash.

b. Peralatan

1) Ayakan no. 200 2) Oven

3) Timbangan 4) Pan

33 c. Bahan

1) Pasir kering oven 2) Kerikil kering oven 3) Air

d. Prosedur Percobaan

1) Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram dan 2 (dua) sampel kerikil sebanyak masing-masing 1000 gram dalam keadaan kering oven;

2) Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui kran;

3) Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar melalui ayakan terlihat jernih dan bersih;

4) Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24 jam;

5) Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya dicatat;

6) Lakukan percobaan untuk sampel kedua dan sampel kerikil. e. Rumus

(3.3) Dimana:

KL = Kadar lumpur agregat (%) A = Berat sampel mula-mula (gr)

B = Berat sampel setelah dikeringkan selama 24 jam (gr)

Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila kadar lumpur pasir < 5%.

34 f. Hasil Penelitian

Kadar lumpur Bottom Ash rata-rata = 4,4% (Bottom Ash memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan).

3.4.5 Pemeriksaan Kadar Liat (Clay Lump)

a. Tujuan Percobaan

Menentukan persentase kadar liat dalam pasir dan Bottom Ash. b. Peralatan 1) Ayakan no. 200 2) Oven 3) Timbangan 4) Pan c. Bahan

1) Pasir sisa pengujian kadar lumpur 2) Aquades

3) Air

d. Prosedur Percobaan

1) Pasir hasil percobaan kadar lumpur sebanyak 2 (dua) sampel dengan berat kering setelah pencucian lumpur sebagai berat awal direndam dalam aquades selama 24 jam;

2) Setelah direndam ± 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar jangan ada pasir yang ikut terbuang;

3) Tuangkan pasir dalam ayakan no. 200 dan dicuci dibawah kran sambil diremas-remas selama ± 5 menit;

4) Pasir hasil pencucian dituang ke dalam pan dikeringkan dalam oven bersuhu 110 ± 5 ºC selama 24 jam;

5) Pasir kering hasil pengovenan kemudian ditimbang beratnya dan dicatat.

35 e. Rumus

(3.4)

Dimana:

A = Berat pasir mula-mula (sisa pencucian kadar lumpur) (gr) B = Berat pasir setelah di oven (gr)

Pasir yang memenuhi persyaratan, bila kadar liat pasir <1%.

f. Hasil Percobaan

Kadar liat rata-rata = 0,42 % (pasir memenuhi syarat untuk dipakai dalam campuran batako).

3.4.6 Pengujian Berat Jenis Semen (SNI 15-2531-1991)dan Berat Jenis Fly Ash

a. Tujuan Percobaan:

Menentukan berat jenis semen. B. Peralatan:

1) Timbangan dengan ketelitian 0.001 gr 2) Botol Le Chatelir 3) Cawan Porselin 4) Gelas Ukur 5) Corong Kaca c. Bahan 1) Semen Portland

2) Minyak Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API (American Petroleoum Institute)

d. Prosedur Percobaan:

1) Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta sampai antara skala 0 dan 1, bagian dalam piknometer diatas permukaan cairan.

36 2) Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air dengan suhu ditetapkan pada botol Le Chatelir 20 oC untuk mengunakan suhu cairan dalam piknometer l dengan suhu yang ditetapkan dalam botol Le Chatelir.

3) Setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama dengan suhu yang ditetapkan pada botol Le Chatelir, baca skala pada botol Le Chatelir (V1).

4) Masukkan semen portland sebanyak 64 gr, sedikit demi sedikit ke dalam botol Le Chatelir, hindarkan penempelan semen pada dinding dalam botol Le Chatelir diatas cairan.

5) Setelah benda uji dimasukkan, putar botol Le Chatelir dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.

6) Ulangi pekerjaan no. 2 setelah suhu dalam botol Le Chatelir

sama dengan suhu yang ditetapkan pada botol Le Chatelir, baca skala pada botol Le Chatelir (V2).

e. Rumus:

(3.5)

Dimana:

V1 = Pembacaan pertama pada skala botol Le Chatelir

V2 = Pembacaan kedua pada skala botol Le Chatelir

V2- V1 = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu Catatan:

- Berat jenis semen portland antara 3 - 3.2

- Suhu ruangan yang diperbolehkan 20 oC - 24 oC.

Dokumen terkait