• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pemeriksaan histopatologi hati

Berdasarkan pemeriksaan histopatologi jaringan hati tidak ditemukan adanya perubahan patologik baik berupa degenerasi hidrofik, degenerasi melemak maupun nekrosis. Gambar histopatologi hati masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.2.a (K), b (EM4A), c (EM4B), d (EM4C) dan e (EM4D). Pengamatan dilakukan pada lima lapang pandang mikroskopik (HE. 10 x 40).

xxix Gambar 4.2.a Keterangan gambar : A = Vena Portae B = Sinusoid C = Hepatosit

Tanda panah menunjukkan vena porta pada Gambar 4.2.b, c, d dan e

Gambar 4.2.a. Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok Kontrol (tanpa diberi probiotik EM4®). Struktur histopatologi hati tampak normal (HE. 10x40).

Gambar 4.2.b Gambar 4.2.c

Gambar 4.2.b. Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4A (pemberian probiotik EM4® dosis 0,25 ml). Struktur histopatologi hati tampak normal. (HE.10x40). Gambar 4.2.c. Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4B (pemberian probiotik EM4® dosis 0,5 ml). Struktur histopatologi hati tampak normal. (HE.10x40).

Gambar 4.2.d Gambar 4.2.e

Gambar 4.2.d. Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4C (pemberian probiotik EM4® dosis 1 ml). Struktur histopatologi hati tampak normal (HE. 10x40).

C

A

xxx

Gambar 4.2.e. Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4D (pemberian probiotik EM4® dosis 2 ml). Struktur histopatologi hati tampak normal (HE. 10x40). 4.3 Pemeriksaan histopatologi ginjal

Berdasarkan pemeriksaan histopatologi jaringan ginjal tidak ditemukan adanya perubahan patologik berupa degenerasi hidrofik, degenerasi melemak maupun nekrosis. Gambar histopatologi ginjal masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.3.a (K), b (EM4A), c (EM4B), d (EM4C) dan e (EM4D). Pengamatan dilakukan pada lima lapang pandang mikroskopik (HE.10 x40)

Gambar 4.3.a

Keterangan gambar :

Tanda panah menunjukkan Glomerulus (Gambar 4.3.a, b, c, d dan e)

Gambar 4.3.a. Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok Kontrol (tanpa diberi EM4®). Tampak struktur Glomerulus dan Tubulus normal (HE. 10x40).

Gambar 4.3.b Gambar 4.3.c

Gambar 4.3.b. Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok EM4A (pemberian probiotik EM4® dosis 0,25 ml). Tampak struktur normal (HE. 10x40).

Gambar 4.3.c. Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok EM4B (pemberian probiotik EM4® dosis 0,50 ml). Tampak struktur normal (HE. 10x40).

xxxi

Gambar 4.3.d Gambar 4.3.e

Gambar 4.3.d. Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok EM4C (pemberian probiotik EM4® dosis 1 ml). Tampak struktur normal (HE. 10x40).

Gambar 4.3.e. Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok EM4D (pemberian probiotik EM4® dosis 2 ml). Tampak struktur normal (HE. 10x40).

4.4 Pembahasan

Seperti yang telah diketahui bahwa organ tubuh seperti usus, hati dan ginjal memegang peran yang sangat vital dalam proses metabolisme tubuh. Fungsi yang dimiliki berbeda-beda dari masing-masing organ akan tetapi saling terkait dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup. Pada usus halus berlangsung proses pencernaan tahap akhir dengan bantuan bermacam-macam enzim memecah karbohidrat menjadi monosakarida, lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol, serta protein menjadi asam-asam amino. Setelah menjadi molekul-molekul berukuran kecil barulah dapat diabsorbsi ke dalam peredaran darah (Travis, 2003; Hall 2006). Nutrisi berupa molekul monosakarida, asam-asam lemak, gliserol dan asam-asam amino yang terabsorbsi bersama peredaran darah dibawa ke hati (Mustchler, 1991). Di dalam hati asam laktat diubah menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis (Susila et al., 1998). Residu

dari proses biotransformasi hati dan metabolitnya akan diekskresikan melalui ginjal, khususnya metabolit yang tidak mudah menguap. Reabsorpsi tubulus untuk kebanyakan metabolit berlangsung secara difusi pasif tergantung pada sifat kelarutan dan pKa-nya

xxxii

sehingga merperberat kerja ginjal. Hampir tiap substansi kimia berpengaruh pada kerja ginjal, sehingga besar kemungkinan potensi terjadinya degenerasi (Harper et al., 1987

dan Mustchler, 1991).

Fakta pemberian EM4 sudah banyak dilaporkan mampu meningkatkan performa hewan ternak, akan tetapi pada penelitian ini ingin di tinjau apakah efek pemberian EM4 tersebut juga berpengaruh tidak baik terhadap organ-organ yang terlibat seperti usus, hati dan ginjal serta kemungkinan terjadinya toksisitas.

Berdasarkan pengamatan histopatologi usus, hati dan ginjal diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan gambaran struktur histologis antara kelompok kontrol (K) dengan kelompok perlakuan (EM4A, EM4B, EM4C dan EM4D) (seperti pada gambar 4.1. a, b, c, d, e; gambar 4.2. a, b, c, d, e dan gambar 4.3. a, b, c, d, e). Dari pengamatan histopatologi usus secara umum fili-fili usus dalam keadaan normal, tidak ditemukan adanya perubahan degenerasi melemak, degenerasi hidrofik maupun nekrosis sebagai tanda-tanda dari kejadian toksisitas. Tanda peradangan maupun infeksi juga tidak ada dengan tidak ditemukannya infiltrasi sel-sel radang maupun kerusakan pada fili-fili dan mukosa usus. Hasil pengamatan histopatologi hati tampak struktur hati dalam keadaan normal. Tidak ditemukan gambaran degenerasi, nekrosis, hiperemi maupun keberadaan sel-sel Kupfer di sekitar vena porta dan sinusoid hati sebagai tanda adanya peradangan atau infeksi. Pada pengamatan histopatologi ginjal juga tidak ditemukan perubahan yang menunjukkan degenerasi melemak, degenerasi hidrofik maupun nekrosis. Tidak ditemukan hiperemi maupun keberadaan infiltrasi sel radang berupa leukosit. Tidak ditemukan adanya kerusakan tubuli, deposit protein dan pada sel

xxxiii

epithel tidak mengalami nekrosis fibrinoid seperti halnya pada kejadian infeksi atau terinduksi zat kimia.

Hasil ini menunjukkan bahwa probiotik EM4® tidak menggangu aktivitas ataupun kerja dari organ-organ vital tersebut dan tidak menimbulkan toksisitas pada struktur jaringan usus, hati dan ginjal. EM4® mampu memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan hewan dengan cara memperbaiki sifat-sifat yang dimiliki mikroba alami yang ada di dalam tubuh manusia atau hewan tersebut sehingga dapat mengembalikan keseimbangan rasio antara bakteri patogen dan nonpatogen saluran pencernaan, sehingga jumlah bakteri non patogen meningkat dengan cepat. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Zhou et al. (2000), bahwa

pemberian probiotik strain Lactobacillus rhanosus HN001 (DR20TM), Lactobacillus

acidiphilus HN017 dan Bifidobacterium lactis HN019 (DR10TM) pada mencit Balb/c

selama delapan hari secara oral tidak menimbulkan efek pada kondisi kesehatan mencit. Tidak menimbulkan perubahan struktur morfologi sel-sel lymfonodus, hati, usus dan ginjal. Selain itu juga tidak ditemukan adanya bakteri yang tumbuh dari isolat darah yang ditanam pada media agar. Hasil ini ditunjang pula oleh penelitian Lara et al

(2007), yang melaporkan bahwa pemberian probiotik Lactobacillus salivarius strain

CECT5713 pada mencit Balb/c selama 28 hari secara intraperitoneal, didapatkan hasil bahwa tidak ditemukannya bakteri pada jaringan tymus, ginjal, jantung, hati dan usus. Secara patologi anatomi juga tidak ditemukan adanya perubahan pada organ-organ tersebut.

Mekanisme kerja probiotik pada saluran pencernaan berkoloni dengan sel-sel enterosit dan tidak ikut serta dalam sistem sirkulasi darah. Dalam kompetisi mikroflora

xxxiv

menguntungkan akan semakin banyak membentuk koloni dan memungkinkan lebih banyak melakukan perlekatan (adhesion) pada sel-sel enterosit, sehingga berefek pada

meningkatnya barier mukosa usus. Kolonisasi ini juga memperkecil peluang bakteri patogen untuk melakukan perlekatan dengan sel enterosit. Bakteri yang memperlihatkan kemampuan berkolonisasi kuat dengan sel-sel epithel usus manusia seperti L. casei, L.

acidophillus, L. plantarum dan sejumlah besar Bifidobacteria (Ouwehand, 1998). Sesuai

dengan hasil penelitian Sukrama (2009), bahwa protein adesin Bifidobacterium sp.

dengan berat 51,74 kDa dapat menghambat adesi Salmonella typhi pada sel enterosit

mencit tidak terjadi invasi oleh Salmonella typhi. Interaksi ini juga menginduksi

pelepasan IL-6 dan IL-10, juga merangsang peningkatan aktivitas sel-sel penghasil IgA. Peran probiotik lainnya mampu memodulasi respon kekebalan tubuh dengan merangsang sekresi imunoglobulin A (IgA) pada mukosa usus sehingga berefek pada peningkatan kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri patogen dalam gastrointestinal (Klaenhammer, 2001).

Kemampuan lain bakteri asam laktat seperti genus Lactobacillus dalam EM4®

untuk memproduksi senyawa bioaktif yaitu asam laktat dan senyawa antibiotika akan menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen. Sejalan dengan penelitian yang mengungkapkan asam laktat dengan cepat menyebabkan keasaman yang tinggi dengan menurunkan pH sampai pH 3-5 sehingga mampu menekan perkembangan bakteri patogen (Oktaviani, 2004). Senyawa antimikroba yang dihasilkan antara lain hidrogen peroksida, reuterine, bakteriosin, aldehid, keton, alkohol dan diasetil (Jenie dan Rini, 1995; Ouwehand, 1998).

xxxv

Secara normal di dalam saluran pencernaan dihuni oleh mikroflora normal yang sering disebut dengan mikroorganisme komensal yang menguntungkan bagi kesehatan. Mikroflora di dalam saluran pencernaan secara umum dibedakan menjadi dua yaitu mikroflora transien dan mikroflora residen. Mikroflora transien terdiri atas organisme yang sangat beragam, bersifat patogen dan non patogen serta tidak mampu mempertahankan diri dari tekanan-tekanan kompetisi mikroorganisme lainnya. Sedangkan mikroflora residen adalah mikroorganisme yang bersifat non patogen dan mampu beraktivitas mempertahankan dirinya dari tekanan-tekanan kompetisi mikroflora lain (Klaehammer, 2001), dan probiotik EM4® termasuk dalam mikroflora residen. Peningkatan jumlah bakteri non patogen yang menguntungkan akan memberikan suasana gastrointestinal lebih sehat sehingga mampu meningkatkan penyerapan nutrisi di dalam usus.

xxxvi BAB V

Dokumen terkait