• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Keamanan Effective Microorganisms (EM4) Yang Diberikan Pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Secara Per Oral.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Keamanan Effective Microorganisms (EM4) Yang Diberikan Pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Secara Per Oral."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

(3)

iii

KARYA ILMIAH

TINJAUAN KEAMANANAN

EFFECTIVE MICROORGANISM-4

(EM4) YANG DIBERIKAN PADA TIKUS PUTIH (

Rattus

norvegicus

) SECARA PER ORAL

OLEH

I MADE MERDANA NIP. 197907072005011001 I WAYAN SUDIRA NIP. 196902281997031003

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

iv

TINJAUAN KEAMANANAN EFFECTIVE MICROORGANISM-4 (EM4) YANG DIBERIKAN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

SECARA PER ORAL

OLEH :

I MADE MERDANA NIP. 197907072005011001 I WAYAN SUDIRA NIP. 196902281997031003

MENGESAHKAN/MENGETAHUI

KEPALA LABORATORIUM FARMAKOLOGI VETERINER

(5)

v

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek keamanan Effective

Microorganism-4 (EM4®) yang diberikan pada tikus putih (Rattus novergicus) secara

per oral dengan mengamati gambaran histopatologi organ usus, hati dan ginjal.

Menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 jenis perlakuan dan 5 kali

ulangan 25 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok. Perlakuan EM4® per oral dengan

dosis bertingkat secara berurutan yaitu; kelompok kontrol (K), perlakuan (EM4A,

EM4B, EM4C dan EM4D) : 1 ml aquadest tanpa pemberian EM4®; 0,25 ml; 0,5 ml; 1

ml dan 2 ml EM4® per ekor setiap hari. Setelah 28 hari perlakuan tikus dieutanasi dan

dinekropsi. Pembuatan preparat histopatologi usus, hati dan ginjal dengan pewarnaan

HE metode Harris (Humason, 1972).

Berdasarkan pengamatan histopatologi usus, hati dan ginjal diperoleh hasil

bahwa tidak terdapat perbedaan gambaran struktur histologis antara kelompok kontrol

dengan kelompok perlakuan. Tidak ditemukan adanya perubahan yang menunjukkan

degenerasi, hiperemi, nekrosis, peradangan ataupun kejadian toksisitas. Hasil ini

menunjukkan bahwa probiotik EM4® tidak menggangu aktivitas ataupun kerja dari

organ-organ tersebut dan tidak menimbulkan toksisitas pada struktur jaringan usus, hati

dan ginjal.

Hasil penelitian ini menunjukkan kemampuan probiotik EM4® dalam

mengembalikan keseimbangan rasio antara bakteri patogen dan nonpatogen saluran

pencernaan dengan cara menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen sehingga

jumlah bakteri non patogen meningkat dengan cepat. Mekanisme kerja probiotik dalam

kompetisi dengan membentuk koloni dan melakukan perlekatan (adhesion) pada sel-sel

enterosit, sehingga berefek pada meningkatnya barier mukosa usus. Kemampuan bakteri

asam laktat dalam EM4® untuk memproduksi senyawa bioaktif yaitu asam laktat dan

senyawa antibiotika juga mampu menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen.

Kondisi ini membuat saluran cerna menjadi lebih sehat sehingga penyerapan sari-sari

makanan menjadi lebih baik dan performa hewan coba akan meningkat secara umum.

Kesiimpulan yang dapat dikemukakan dari penelitian ini bahwa pemberian

(6)

vi

usus, ginjal dan hati. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis EM4® yang lebih tinggi dan dalam

waktu yang lebih lama. Hasil ini juga menunjukkan bahwa EM4® tidak berbahaya

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan

yang Maha Esa karena atas anugrah Nya, sehingga penelitian yang berjudul Tinjauan

Keamanan Effective Microorganism-4 (EM4) Yang Diberikan Pada Tikus Putih (Rattus

norvegicus) Secara Per Oral ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

bapak Dr. Drh I Wayan Sudira, M.Si selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran

dan tidak pernah kenal lelah dalam memberikan dorongan dan sumbangan pemikiran.

Penulis sangat menyadari akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki sehingga

menjadikan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis pada

kesempatan ini menyampaikan permohonan maaf dan mengharapkan masukan untuk

kesempurnaan penulisan berikutnya.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat memberikan

manfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang kesehatan dan

kedokteran hewan.

Denpasar, Januari 2016 Peneliti,

(8)

viii

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3.7 Analisis Data ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Pemeriksaan Histopatologi Usus ... 16

4.2 Pemeriksaan Histopatologi Hati ... 17

4.3 Pemeriksaan Histopatologi Ginjal ... 19

4.4 Pembahasan ... 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

(9)

ix

DAFTAR TABEL

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 19

4.1.a Gambaran histopatologi usus tikus putih kelompok kontrol ... 16

4.1.b Gambaran histopatologi usus tikus putih kelompok EM4A ... 17

4.1.c Gambaran histopatologi usus tikus putih kelompok EM4B ... 17

4.1.d Gambaran histopatologi usus tikus putih kelompok EM4C ... 17

4.1.e Gambaran histopatologi usus tikus putih kelompok EM4D ... 17

4.2.a Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok kontrol ... 18

4.2.b Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4A ... 18

4.2.c Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4B ... 18

4.2.d Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4C ... 18

4.2.e Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4D ... 18

4.3.a Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok kontrol ... 19

4.3.b Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok EM4A ... 19

4.3.c Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok EM4B ... 19

4.3.d Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok EM4C ... 20

(11)

xi BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme sebagai agen bioteknologi telah dikembangkan secara luas,

salah satunya sebagai probiotik (Wididana, 1996). Penggunaan probiotik atau disebut

dengan effective microorganism (EM) mampu meningkatkan performa berbagai hewan

ternak secara umum (Suwidjayana dan Bidura, 2000; Daud et al., 2007). Telah diteliti

pemberian EM yang disuplementasi pada ransum menyebabkan pertambahan berat

badan itik pedaging (Suwidjayana dan Bidura, 2000) serta meningkatkan jumlah dan

bobot telur pada itik gembala (Purnomo dan Julaeha, 2006). Pada ayam pedaging yang

diberikan kombinasi prebiotik dan probiotik selama enam minggu menunjukkan

penurunan kadar lemak karkas dan kadar kolesterol serum darah (Daud et al., 2007).

Pemanfaatan EM untuk pengembangan teknologi pakan ternak dari limbah pertanian

semakin berkembang pesat. Pada ternak ruminansia, EM mampu meningkatkan daya

cerna rumen terhadap ransum berserat tinggi, secara langsung akan berpengaruh

terhadap pertambahan bobot badan sapi (Wina, 2005). Probiotik dijadikan alternatif

pengganti antibiotika sebagai growth factor. Pada budidaya perairan, penggunaan

bakteri EM strain K-7 mampu meningkatkan daya hidup larva kepiting bakau (Rusdi et

al., 2005).

Konsep probiotik dipopulerkan oleh Fuller (1992), sebagai mikroorganisme

hidup menguntungkan yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia atau hewan secara

oral. Mikroba hidup itu diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap

(12)

xii

kesehatan manusia atau hewan dengan cara mengembalikan keseimbangan rasio antara

bakteri patogen dan nonpatogen saluran pencernaan. Salah satu probiotik yang

dipasarkan secara komersial yaitu Effective Microorganism-4 (EM4®) produksi PT.

Songgolangit Persada. Effective Microorganism-4 mengandung kombinasi bakteri

fotosintetik, bakteri asam laktat, Yeast dan Actinomyces (Wididana et al., 1996).

Effective Microorganisms-4® bekerja memanipulasi proses pencernaan di dalam

saluran pencernaan hewan ternak melalui peningkatan aktivitas enzim-enzim

pencernaan. Lactobacillus dapat memfermentasi glikosida, pati, dan hemiselulosa dalam

ransum menjadi asam laktat dan senyawa antimikroba (Oktaviani, 2004). Kedua

komponen bioaktif tersebut mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen sehingga

memberikan kesempatan kompetisi yang maksimal bagi pertumbuhan bakteri non

pathogen (Ouwehand, 1998). Monosakarida, asam laktat, asam lemak atsiri, gliserol dan

asam amino hasil pencernaan diabsorpsi memasuki sirkulasi darah melalui mekanisme

transport aktif saluran pencernaan untuk selanjutnya dibawa ke hati. Di dalam hati asam

laktat diubah menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis (Susila et al., 1998). Hati

merupakan organ tubuh yang penting dalam menjaga dan menentukan derajat

kesehatan hewan. Residu dari proses biotransformasi hati dan metabolitnya akan

diekskresikan melalui ginjal. Kondisi metabolit yang mengalami perubahan menjadi

garam organik yang mudah larut berpengaruh terhadap berubahnya pH urine,

kandungan amoniak dan kerja ginjal (Harper et al., 1987 dan Mustchler, 1991).

Kendati telah banyak dilaporkan aplikasi langsung probiotik pada ternak di

lapangan dengan hasil yang positif, akan tetapi masih sangat minim informasi mengenai

(13)

organ-xiii

organ vital seperti usus, hati dan ginjal. Dengan demikian ini menjadi suatu peluang

penelitian yang menarik untuk mengetahui dinamika dari EM4® pada hewan coba

dalam keadaan sehat atau normal. Perubahan ke arah patologis pada organ usus, hati

dan ginjal dapat dilihat dari gambaran histopatologis berupa gambaran degenerasi,

hiperemi dan atau nekrosis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan apakah

pemberian EM4® per oral berpengaruh terhadap gambaran histopatologi usus, hati dan

ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan gambaran histopatologi

usus, hati dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) setelah pemberian EM4® secara per

oral.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Memberikan kontribusi informasi mengenai aspek farmakodinamika dari

pemberian probiotik EM4® per oral pada tikus putih (Rattus norvegicus) dari

(14)

xiv

2. Membuktikan bahwa EM4® yang diberikan mampu meningkatkan performa

ternak juga baik terhadap organ-organ dalam dari tikus seperti usus, hati dan

(15)

xv BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Probiotik

Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup baik dalam bentuk

tunggal maupun campuran yang disuplementasikan pada bahan pangan dengan tujuan

untuk memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan saluran pencernaan pada

manusia atau hewan. Efek kesehatan yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi bahan

mengandung probiotik dapat diartikan sebagai efek dari probiotik. Peran penting

probiotik dalam memperbaiki keadaan saluran dan sistem pencernaan ternak dengan

menjaga kesimbangan mikroflora usus sehingga aktivitas enzim sistem pencernaan

berlangsung lebih stabil dan proses pencernaan sari-sari makanan akan berlangsung

lebih optimal (Fuller, 1992).

Konsep probiotik pertama kali berkembang berawal dari teori putrefactive yang

dikemukakan oleh Elie Metchnikoff pada tahun 1908. Menurutnya dalam kondisi sehat

keseimbangan mikroflora saluran pencernaan manusia dan hewan resisten terhadap

aktivitas bakteri patogen. Secara perlahan proses pembusukan (putrefaksi) oleh bakteri

patogen di dalam usus besar menghasilkan senyawa beracun dan bila terjadi infeksi

pada usus toksin dapat memasuki peredaran darah dan disebut sebagai proses

auotointoksikasi. Metchnikoff berhasil mengisolasi Lactobacillus dari susu fermentasi

yang dikonsumsi oleh warga suku pegunungan di Bulgaria dan diyakini meningkatkan

kesehatan tubuh dan menyebabkan umur panjang (Klaenhammer, 2001).

(16)

xvi

Komposisi probiotik dapat bentuk kultur mikroba sediaan tunggal atau

campuran, yang terdiri dari bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, Yeast dan

Actinomyces yang memberikan keuntungan bagi tubuh. Species bakteri yang sering

digunakan yaitu Lactobacillus sp., Leuconostoc sp., Bifidobacterium sp.dan

Streptococcus lactis dan Streptococcus thermophillus. Dari spesies Yeast yang sangat

terkenal yaitu Saccharomyces cerevissidae dan dari spesies jamur meliputi Aspergillus

niger dan Aspergillus oryzae (Fuller, 1992).

2.2 Effective Microorganisms-4 (EM4®)

Teknologi Effective Microorganism atau yang lebih dikenal teknologi EM telah

diterapkan dan dikembangkan hampir di seluruh dunia. Prof. Teruo Higa adalah orang

pertama mengembangkan teknologi EM dari University of the Ryakyus, Okinawa,

Jepang di era tahun 1980-an. Teknologi EM masuk ke Indonesia tahun 1990-an

dikembangkan oleh Indonesian Kyusei Forming Societies (IKNFS) (Wididana et al.,

1996).

Effective Microorganisms-4 (EM4®) produksi PT. Songgolangit Persada

mengandung campuran mikroorganisme fermentasi, bakteri fotosintetik

(Rhodopseudomonas sp.), bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), Yeast (Saccharomyces

sp.) dan Actinomyces (Wididana et al., 1996). Probiotik EM4 yang ditujukan untuk

ternak antara lain mengandung : Lactobacillae, bakteri pengurai fosfat, bakteri

fotosintetik, Yeast dan Actinomyces. Probiotik EM4 dapat berperan memanipulasi

proses pencernaan di dalam saluran pencernaan hewan dan ternak melalui peningkatan

(17)

xvii

Bakteri asam laktat (BAL) yang terkandung dalam EM4 mampu memproduksi

komponen bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Komponen

tersebut adalah produk keasaman dan metabolit antimikroba. Keasaman ini diakibatkan

oleh produksi asam laktat yang tinggi sehingga mampu menurunkan pH dengan cepat

menjadi pH 3-5, sehingga bakteri patogen tidak mampu untuk beradaptasi. (Axelsson,

1998 dan Oktaviani, 2004). Senyawa antimikroba yang dihasilkan antara lain hidrogen

peroksida, reuterine, bakteriosin, aldehid, keton, alkohol dan diasetil. Contoh

Lactobacillus plantarum memproduksi hidrogen peroksida sebagai antiseptik juga

mempunyai kemampuan memproduksi bakteriosin sebagai antibiotika (Jenie dan Rini,

1995; Ouwehand, 1998). Dengan demikian akan memberikan peluang bagi

pertumbuhan mikroorganisme yang menguntungkan untuk berkembang lebih banyak,

sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan hewan ternak.

Yeast yang terkandung dalam EM4 berperan sebagai sumber vitamin B

kompleks. Seperti telah diketahui bahwa vitamin B kompleks berfungsi untuk

meningkatkan nafsu makan hewan ternak (Sukaryani, 1997). Kandungan ß-D glukan

dari dinding Yeast telah banyak dilaporkan berperan sebagai imunostimulan (Ahmad,

2005). Yeast juga bekerja sebagai fermenter bahan-bahan organik di dalam saluran

pencernaan menjadi asam-asam amino serta gula-gula sederhana dalam bentuk terlarut

sehingga lebih mudah diabsorpsi (Higa dan Parr, 1994). Penambahan probiotik EM4

dalam ransum dapat menurunkan kadar kolesterol dan low density lipoprotein (LDL),

sebaliknya dapat meningkatkan high density lipoprotein (HDL) dalam darah. Low

density lipoprotein (LDL) berkaitan erat dengan sejumlah kadar kolesterol dalam

(18)

xviii

(Suwidjayana et al., 1997). Dalam proses fermentasi glikosida, pati, dan hemiselulosa

ransum dihasilkan asam laktat dan asam lemak atsiri yang kemudian memasuki sirkulasi

darah melalui proses absorpsi saluran pencernaan untuk selanjutnya dibawa ke hati

(Mustchler, 1991 dan Susila et al., 1998).

2.3 Usus

Usus atau intestine adalah bagian dari sistem pencernaan yang bermula dari

kaudal lambung hingga anus. Pada usus terdiri dua bagian yaitu : usus halus dan usus

besar (kolon). Pada usus halus terbagi lagi menjadi duodenum, jejunum dan ileum

sedangkan usus besar terbagi menjadi cecum, kolon dan rektum.

Tahap akhir dari proses pencernaan makanan terjadi di bagian usus dengan

bantuan bermacam-macam enzim. Enzim-enzim yang terdapat pada usus halus dapat

memecah karbohidrat menjadi monosakarida, lemak menjadi asam-asam lemak dan

gliserol, serta protein menjadi asam-asam amino. Setelah menjadi molekul-molekul

berukuran kecil barulah dapat diabsorbsi ke dalam peredaran darah (Travis, 2003). Pada

sistem saluran pencernaan sebenarnya berlangsung beragam fungsi metabolisme dalam

menjaga keseimbangan tubuh sehingga tetap dalam keadaan sehat. Dalam hal ini

mencakup peran mikroba yang menghuni saluran pencernaan tersebut, khususnya peran

mikroba yang menguntungkan (Travis, 2003; Hall, 2006).

Pada waktu lahir usus bersifat steril, tetapi jasad renik segera masuk bersama

dengan makanan. Pada anak hewan yang disusui, usus banyak mengandung

streptococcus asam laktat dan laktobaksil. Dengan berkembangnya pola dan kebiasaan

(19)

xix

pada duodenum terdapat 103-106 bakteri/g isi lambung; dalam jejunum dan ileum

terdapat 105-108 bakteri/g isi lambung; dan dalam sekum dan kolon terdapat 108-1010

bakteri/g. Pada usus halus bagian atas terutama terdapat laktobaksil dan enterococcus,

tetapi pada ileum bagian bawah dan sekum, floranya merupakan flora tinja (Jawetz et

al., 1995).

2.4 Hati

Hati merupakan organ dalam terbesar, dan merupakan kelenjar terbesar pada

tubuh. Hati terletak di dalam rongga abdomen, terdiri dari lobus kanan dan lobus kiri

(Ressang, 1984). Setiap lobus hati dibagi menjadi struktur yang dinamakan lobulus.

Setiap lobulus merupakan bentuk heksagonal, terdiri atas Lempeng-Lempeng sel hati

berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena centralis dan di antara sel-sel

hati tersebut terdapat kapiler-kapiler atau sinusoid. Sinusoid hati adalah saluran darah

yang berliku-liku dan melebar, dengan diameter tidak teratur dilapisi sel endotel

bertingkat tidak utuh ,yang dipisahkan dari hepatosit di bawahnya oleh ruang

perisinusoidal (Price dan Wilson, 1984).

Fungsi hati memegang peranan sangat vital yaitu fungsi sirkulasi, fungsi

metabolisme, fungsi sekresi dan ekskresi, fungsi hematologi serta fungsi proteksi dan

detoksifikasi. Fungsi sirkulsi hati berperan sebagai organ reservoir darah. Hati

mempunyai sistem peredaran darah yang amat baik, yaitu dengan adanya sinusoid

hepatik. Fungsi metabolisme dimana pada hati terjadi proses biotransformasi sari

makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral yang sangat penting

(20)

xx

mengsekresi dan ekskresi empedu mempunyai beberapa manfaat yang penting bagi

tubuh yaitu empedu membantu pencernaan lemak makanan dan eksresi zat-zat lain yang

tidak berguna bagi tubuh. Fungsi hematologik hati berfungsi pada produksi fibrinogen,

trombosit, heparin dan destruksi eritrosit pada orang dewasa. Pemecahan eritrosit

menjadi komponen-komponennya juga terjadi di hati. Fungsi hati sebagai proteksi dan

detoksifikasi dikerjakan oleh sel-sel Kupfer yang mempunyai kemampuan untuk

fagositosis. Sel Kupfer merupakan alat penyaring terhadap kuman-kuman atau benda

asing yang masuk ke dalam hati lewat darah vena porta.

Kerusakan hepar dapat diakibatkan konsumsi kronik alkhohol, kegemukan yang

berlebihan, diet yang tidak tepat, masuknya obat atau zat berbahaya ke dalam tubuh,

dapat juga karena infeksi. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah

yang berefek terhadap kerusakan sel-sel hati (Ressang, 1984).

2.5 Ginjal

Ginjal merupakan organ besar berbentuk seperti kacang, yang terletak di bagian

retroperitoneal pada dinding posterior tubuh. Ginjal sebelah kanan lebih rendah

dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati (Price dan Wilson, 1995).

Ginjal secara anatomis dibagi menjadi bagian korteks di sebelah luar yang mengandung

semua kapiler glomerulus dan sebagian segmen tubulus pendek dan bagian medula di

sebelah dalam tempat sebagian besar segmen berada. Berat ginjal normal 0,5 % dari

berat tubuh hewan (Harison, 2000).

Fungsi utama dari ginjal adalah berperan dalam pengaturan volume dan kimia

(21)

xxi

secara selektif. Selain itu ginjal juga berperan penting dalam mempertahankan

keseimbangan asam-basa. Sebagian besar proses metabolisme dalam tubuh

menghasilkan asam, hanya ginjal yang mampu mengeliminasi asam-asam yang tidak

mudah menguap. Yang lebih penting lagi, ginjal memiliki tugas penting untuk

menyerap ulang sejumlah besar bikarbonat basa yang difiltrasi secara bebas di

glomerulus. Tanpa fungsi ini dapat terjadi pH darah yang rendah yang berakibat

kematian (Price dan Wilson, 1995).

Hampir tiap substansi kimia berpengaruh pada kerja ginjal, sehingga jika bekerja

cukup berat maka akan mengakibatkan degenerasi parenkimatosa pada kortek ginjal.

Ginjal sedikit membesar serta kortek membengkak. Secara mikroskopis epitel pada

tubulus konvulatus bengkak dan pada tubulus ditemukan adanya eksudat albuminosa.

Penelitian lain mengatakan bahwa berbagai bahan atau substansi kimia tersebut dapat

menimbulkan degenerasi albuminosa, degenerasi melemak dan nekrosis dari sel-sel

(22)

xxii BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 jenis

perlakuan dan dengan 5 kali ulangan, dimana sebanyak 25 ekor tikus secara acak dibagi

menjadi 5 kelompok. Perlakuan EM4® per oral dengan dosis bertingkat disajikan pada

skema rancangan penelitian Tabel 3.1. Perlakuan dengan menggunakan bantuan sonde,

diberikan satu kali setiap hari selama 28 hari.

Tabel 3.1. Tabel Rancangan Penelitian

dikendalikan yaitu hewan coba, umur, strain, berat badan, pakan dan minum, kandang,

peralatan yang digunakan serta lama perlakuan. Variabel tergantung yang diamati pada

penelitian ini yaitu gambaran histopatologi usus, hati dan ginjal.

(23)

xxiii 3.3 Bahan Penelitian

Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu Effective Microorganisme-4

(EM4®) produksi PT. Songgolangit Persada. Hewan coba yang digunakan adalah tikus

putih (Rattus novergicus) umur 3 bulan dengan berat badan rerata 200 gram. Pakan

yang diberikan produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia dengan kode pakan 551 yang

memiliki komposisi air max 13%, protein kasar 19,5%, lemak kasar 4%, serat kasar

max 6%, abu max 8%, kalsium 0,9% dan fosfor 0,7%. Minuman diberikan air bersih

secara ad libitum. Berbagai bahan dan alat yang digunakan sebelum pemeriksaan

sampel meliputi kandang tikus, sonde dengan desain khusus, timbangan, pot plastik,

box plastik, spuite 3 ml, gunting bedah, pinset, sarung tangan, aquades, tissue, kapas,

alkohol 70% dan ether.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipergunakan pada penelitian yaitu seperangkat alat nekropsi

yaitu pisau bedah, gunting bedah dan pinset. Seperangkat alat untuk pemeriksaan

histopatologi usus, hati dan ginjal. Pembuatan preparat histopatologi (tissue processing)

sesuai metode Humason (1972).

3.5 Prosedur Penelitian

Effective Microorganisms yang digunakan EM4® produksi PT. Songgolangit

Persada kemasan 1 liter yang mengandung kombinasi bakteri fotosintetik, bakteri asam

laktat, Yeast dan Actinomyces. Uji Viabilitas dengan menumbuhkan EM4® pada media

(24)

xxiv 3.5.1 Pemberian EM4®

Persiapan hewan coba dengan mengadaptasikan tikus pada kandang percobaan

selama 7 hari dan dilanjutkan dengan adaptasi pengenalan sonde dengan diberikan

aquadest selama 7 hari. Effective Microorganism-4 diberikan secara per oral satu kali

setiap hari selama 28 hari. Dosis bertingkat yang diberikan sebagai berikut: kelompok

kontrol = tanpa pemberian EM4® tetapi diberikan 1 ml aquadest per ekor, kelompok

EM4A = diberikan dosis 0,25 ml EM4® per ekor, kelompok EM4B = diberikan dosis

0,5 ml EM4® per ekor, kelompok EM4C = diberikan dosis 1 ml EM4® per ekor,

kelompok EM4D = diberikan dosis 2 ml EM4® per ekor. Pakan diberikan pagi dan sore

hari, 10 gram per ekor tikus setiap pemberian dan air minum diberikan ad libitum.

3.5.2 Pengambilan Sampel

Sebelum dilakukan nekropsi sesuai metode Hussein (2008), tikus terlebih dahulu

dieuthanasia dengan menggunakan ether di dalam box plastik. Nekropsi dilakukan

sesuai prosedur nekropsi pada mamalia. Setelah dilakukan nekropsi selanjutnya organ

usus, hati dan ginjal diambil dan dimasukkan ke dalam pot plastik yang telah berisi

buffer formalin 10%, selanjutnya dibuat preparat histopatologi dengan pewarnaan HE

metode Harris (Humason, 1972).

3.5.3 Pembuatan preparat histopatologi

Proses pembuatan preparat histopatologi dengan tahap tissue processing sesuai

metode Humason (1972). Sampel usus, hati dan ginjal yang telah direndam di dalam

Neutral Buffered Formalin (NBF) 10% dipindahkan direndam secara bertingkat ke

(25)

xxv

1 jam, alkohol 90% selama 2 jam dan alkohol 96% selama 2 jam. Kemudian dilanjutkan

tahap clearing dengan merendam organ ke dalam alkohol absolute I dan absolute II

masing-masing selama 2 jam. Tahap selanjutnya sampel organ tersebut dimasukkan ke

dalam paraffin I dan paraffin II masing-masing selama 2 jam (dicetak menggunakan

sepasang plat “L”). Perendaman paraffin digunakan sebagai zat penunjang untuk

mempermudah pekerjaan pada saat pemotongan jaringan menggunakan mikrotom

dengan ketebalan 4-5 µm.

Prosedur pewarnaan Harris Hematoxylin dan Eosin adalah sebagai berikut :

sampel organ yang telah menjalani Tissue Processing dan dipotong, dimasukkan ke

dalam xylol I, II, dan III masing-masing selama 5 menit bertujuan untuk melarutkan

paraffin yang masih ada di dalam jaringan (deparafinisasi). Dilanjutkan dengan

perendaman secara berurutan ke dalam alkohol 100% sebanyak 2 kali masing-masing

selama 5 menit, aquades selama 1 menit dan zat warna Harris-Hematoxylin selama 15

menit. Proses berikutnya dimasukkan ke dalam aquades selama 1 menit (digerakkan

naik turun) bertujuan untuk pencucian zat warna, alkohol 1% sebanyak 7-10 celupan

untuk melarutkan Hematoxylin yang ada di luar inti sel, aquades I selama 1 menit untuk

menghentikan reaksi acid alcohol, aquades II selama1 menit untuk mengembalikan

warna biru pada inti sel. Selanjutnya dimasukkan ke dalam alkohol 96% I, II dan

alkohol 100% I,II masing-masing selama 3 menit (untuk menarik air dari dalam sel)

serta ke dalam xylol IV dan V masing-masing selama 5 menit untuk menarik alkohol

dari dalam sel. Terakhir dilakukan penutupan dengan cover glass (mounting) yang

direkatkan dengan entellan. Preparat histologi yang sudah jadi kemudian diperiksa di

(26)

xxvi

Pemeriksaan preparat histologi dilakukan masing-masing pada 5 lapang pandang

mikroskopik, pada pembesaran 10x40. Perubahan histopatologi usus akibat pemberian

EM4®diamati berdasarkan ditemukan adanya degenerasi hidrofik, degenerasi melemak

dan nekrosis pada usus. Perubahan ini merupakan tanda adanya keracunan (intoksikasi).

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Veteriner,

Laboratorium Mikrobiologi Veteriner dan Laboratorium Patologi Veteriner Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Udayana selama 3 bulan.

3.7 Analisis Data

Data hasil pemeriksaan histopatologi organ usus, hati dan ginjal tikus putih yang

(27)

xxvii BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan histopatologi usus

Pemeriksaan dilakukan terhadap preparat histopatologi dari sampel organ usus

halus, hati dan ginjal dari 25 ekor tikus putih yang dipakai penelitian. Pengamatan

dilakukan pada lima lapang pandang mikroskopik (HE. 10 x 40). Berdasarkan

pemeriksaan histopatologi usus halus tidak ditemukan adanya perubahan struktur umum

fili-fili usus, sel-sel epithel penyusun mukosa maupun lapisan-lapisan di bawahnya.

Gambar histopatologi usus halus hasil penelitian masing-masing kelompok perlakuan

dapat dilihat pada Gambar 4.1.a (K), b (EM4A), c (EM4B), d (EM4C) dan e (EM4D).

Gambar 4.1.a

Gambar 4.1.a. Gambaran histopatologi usus tikus putih kelompok Kontrol (tanpa diberi probiotik EM4®). Tampak struktur fili usus normal (HE. 10x40).

A

B

C

D

(28)

xxviii

Gambar 4.1.b Gambar 4.1.c

Gambar 4.1.b. Gambaran histopatologi usus tikus putih kelompok EM4A (pemberian probiotik EM4® dosis 0,25 ml) . Tampak struktur fili usus normal (HE. 10x40).

Gambar 4.1.c. Gambaran histopatologi usus tikus putih kelompok EM4A (pemberian probiotik EM4® dosis 0,50 ml) . Tampak struktur fili usus normal (HE. 10x40).

Gambar 4.1.d Gambar 4.1.e

Gambar 4.1.d. Gambaran histopatologi usus tikus putih kelompok EM4C (pemberian probiotik EM4® dosis 1 ml) . Tampak struktur fili usus normal (HE. 10x40).

Gambar 4.1.e. Gambaran histopatologi usus tikus putih kelompok EM4D (pemberian probiotik EM4® dosis 2 ml). Tampak struktur fili usus normal (HE. 10x40).

4.2 Pemeriksaan histopatologi hati

Berdasarkan pemeriksaan histopatologi jaringan hati tidak ditemukan adanya

perubahan patologik baik berupa degenerasi hidrofik, degenerasi melemak maupun

nekrosis. Gambar histopatologi hati masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat

pada Gambar 4.2.a (K), b (EM4A), c (EM4B), d (EM4C) dan e (EM4D). Pengamatan

(29)

xxix Gambar 4.2.a

Keterangan gambar : A = Vena Portae B = Sinusoid C = Hepatosit

Tanda panah menunjukkan vena porta pada Gambar 4.2.b, c, d dan e

Gambar 4.2.a. Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok Kontrol (tanpa diberi probiotik EM4®). Struktur histopatologi hati tampak normal (HE. 10x40).

Gambar 4.2.b Gambar 4.2.c

Gambar 4.2.b. Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4A (pemberian probiotik EM4® dosis 0,25 ml). Struktur histopatologi hati tampak normal. (HE.10x40). Gambar 4.2.c. Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4B (pemberian probiotik EM4® dosis 0,5 ml). Struktur histopatologi hati tampak normal. (HE.10x40).

Gambar 4.2.d Gambar 4.2.e

Gambar 4.2.d. Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4C (pemberian probiotik EM4® dosis 1 ml). Struktur histopatologi hati tampak normal (HE. 10x40).

C

A

(30)

xxx

Gambar 4.2.e. Gambaran histopatologi hati tikus putih kelompok EM4D (pemberian probiotik EM4® dosis 2 ml). Struktur histopatologi hati tampak normal (HE. 10x40). 4.3 Pemeriksaan histopatologi ginjal

Berdasarkan pemeriksaan histopatologi jaringan ginjal tidak ditemukan adanya

perubahan patologik berupa degenerasi hidrofik, degenerasi melemak maupun nekrosis.

Gambar histopatologi ginjal masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat pada

Gambar 4.3.a (K), b (EM4A), c (EM4B), d (EM4C) dan e (EM4D). Pengamatan

dilakukan pada lima lapang pandang mikroskopik (HE.10 x40)

Gambar 4.3.a

Keterangan gambar :

Tanda panah menunjukkan Glomerulus (Gambar 4.3.a, b, c, d dan e)

Gambar 4.3.a. Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok Kontrol (tanpa diberi EM4®). Tampak struktur Glomerulus dan Tubulus normal (HE. 10x40).

Gambar 4.3.b Gambar 4.3.c

Gambar 4.3.b. Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok EM4A (pemberian probiotik EM4® dosis 0,25 ml). Tampak struktur normal (HE. 10x40).

(31)

xxxi

Gambar 4.3.d Gambar 4.3.e

Gambar 4.3.d. Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok EM4C (pemberian probiotik EM4® dosis 1 ml). Tampak struktur normal (HE. 10x40).

Gambar 4.3.e. Gambaran histopatologi ginjal tikus putih kelompok EM4D (pemberian probiotik EM4® dosis 2 ml). Tampak struktur normal (HE. 10x40).

4.4 Pembahasan

Seperti yang telah diketahui bahwa organ tubuh seperti usus, hati dan ginjal

memegang peran yang sangat vital dalam proses metabolisme tubuh. Fungsi yang

dimiliki berbeda-beda dari masing-masing organ akan tetapi saling terkait dalam proses

pemenuhan kebutuhan hidup. Pada usus halus berlangsung proses pencernaan tahap

akhir dengan bantuan bermacam-macam enzim memecah karbohidrat menjadi

monosakarida, lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol, serta protein menjadi

asam-asam amino. Setelah menjadi molekul-molekul berukuran kecil barulah dapat

diabsorbsi ke dalam peredaran darah (Travis, 2003; Hall 2006). Nutrisi berupa molekul

monosakarida, asam-asam lemak, gliserol dan asam-asam amino yang terabsorbsi

bersama peredaran darah dibawa ke hati (Mustchler, 1991). Di dalam hati asam laktat

diubah menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis (Susila et al., 1998). Residu

dari proses biotransformasi hati dan metabolitnya akan diekskresikan melalui ginjal,

khususnya metabolit yang tidak mudah menguap. Reabsorpsi tubulus untuk kebanyakan

(32)

xxxii

sehingga merperberat kerja ginjal. Hampir tiap substansi kimia berpengaruh pada kerja

ginjal, sehingga besar kemungkinan potensi terjadinya degenerasi (Harper et al., 1987

dan Mustchler, 1991).

Fakta pemberian EM4 sudah banyak dilaporkan mampu meningkatkan performa

hewan ternak, akan tetapi pada penelitian ini ingin di tinjau apakah efek pemberian

EM4 tersebut juga berpengaruh tidak baik terhadap organ-organ yang terlibat seperti

usus, hati dan ginjal serta kemungkinan terjadinya toksisitas.

Berdasarkan pengamatan histopatologi usus, hati dan ginjal diperoleh hasil

bahwa tidak terdapat perbedaan gambaran struktur histologis antara kelompok kontrol

(K) dengan kelompok perlakuan (EM4A, EM4B, EM4C dan EM4D) (seperti pada

gambar 4.1. a, b, c, d, e; gambar 4.2. a, b, c, d, e dan gambar 4.3. a, b, c, d, e). Dari

pengamatan histopatologi usus secara umum fili-fili usus dalam keadaan normal, tidak

ditemukan adanya perubahan degenerasi melemak, degenerasi hidrofik maupun nekrosis

sebagai tanda-tanda dari kejadian toksisitas. Tanda peradangan maupun infeksi juga

tidak ada dengan tidak ditemukannya infiltrasi sel-sel radang maupun kerusakan pada

fili-fili dan mukosa usus. Hasil pengamatan histopatologi hati tampak struktur hati

dalam keadaan normal. Tidak ditemukan gambaran degenerasi, nekrosis, hiperemi

maupun keberadaan sel-sel Kupfer di sekitar vena porta dan sinusoid hati sebagai tanda

adanya peradangan atau infeksi. Pada pengamatan histopatologi ginjal juga tidak

ditemukan perubahan yang menunjukkan degenerasi melemak, degenerasi hidrofik

maupun nekrosis. Tidak ditemukan hiperemi maupun keberadaan infiltrasi sel radang

(33)

xxxiii

epithel tidak mengalami nekrosis fibrinoid seperti halnya pada kejadian infeksi atau

terinduksi zat kimia.

Hasil ini menunjukkan bahwa probiotik EM4® tidak menggangu aktivitas

ataupun kerja dari organ-organ vital tersebut dan tidak menimbulkan toksisitas pada

struktur jaringan usus, hati dan ginjal. EM4® mampu memberikan pengaruh positif

terhadap kesehatan hewan dengan cara memperbaiki sifat-sifat yang dimiliki mikroba

alami yang ada di dalam tubuh manusia atau hewan tersebut sehingga dapat

mengembalikan keseimbangan rasio antara bakteri patogen dan nonpatogen saluran

pencernaan, sehingga jumlah bakteri non patogen meningkat dengan cepat. Hasil ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Zhou et al. (2000), bahwa

pemberian probiotik strain Lactobacillus rhanosus HN001 (DR20TM), Lactobacillus

acidiphilus HN017 dan Bifidobacterium lactis HN019 (DR10TM) pada mencit Balb/c

selama delapan hari secara oral tidak menimbulkan efek pada kondisi kesehatan mencit.

Tidak menimbulkan perubahan struktur morfologi sel-sel lymfonodus, hati, usus dan

ginjal. Selain itu juga tidak ditemukan adanya bakteri yang tumbuh dari isolat darah

yang ditanam pada media agar. Hasil ini ditunjang pula oleh penelitian Lara et al

(2007), yang melaporkan bahwa pemberian probiotik Lactobacillus salivarius strain

CECT5713 pada mencit Balb/c selama 28 hari secara intraperitoneal, didapatkan hasil

bahwa tidak ditemukannya bakteri pada jaringan tymus, ginjal, jantung, hati dan usus.

Secara patologi anatomi juga tidak ditemukan adanya perubahan pada organ-organ

tersebut.

Mekanisme kerja probiotik pada saluran pencernaan berkoloni dengan sel-sel

(34)

xxxiv

menguntungkan akan semakin banyak membentuk koloni dan memungkinkan lebih

banyak melakukan perlekatan (adhesion) pada sel-sel enterosit, sehingga berefek pada

meningkatnya barier mukosa usus. Kolonisasi ini juga memperkecil peluang bakteri

patogen untuk melakukan perlekatan dengan sel enterosit. Bakteri yang memperlihatkan

kemampuan berkolonisasi kuat dengan sel-sel epithel usus manusia seperti L. casei, L.

acidophillus, L. plantarum dan sejumlah besar Bifidobacteria (Ouwehand, 1998). Sesuai

dengan hasil penelitian Sukrama (2009), bahwa protein adesin Bifidobacterium sp.

dengan berat 51,74 kDa dapat menghambat adesi Salmonella typhi pada sel enterosit

mencit tidak terjadi invasi oleh Salmonella typhi. Interaksi ini juga menginduksi

pelepasan IL-6 dan IL-10, juga merangsang peningkatan aktivitas sel-sel penghasil

IgA. Peran probiotik lainnya mampu memodulasi respon kekebalan tubuh dengan

merangsang sekresi imunoglobulin A (IgA) pada mukosa usus sehingga berefek pada

peningkatan kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri patogen dalam gastrointestinal

(Klaenhammer, 2001).

Kemampuan lain bakteri asam laktat seperti genus Lactobacillus dalam EM4®

untuk memproduksi senyawa bioaktif yaitu asam laktat dan senyawa antibiotika akan

menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen. Sejalan dengan penelitian yang

mengungkapkan asam laktat dengan cepat menyebabkan keasaman yang tinggi dengan

menurunkan pH sampai pH 3-5 sehingga mampu menekan perkembangan bakteri

patogen (Oktaviani, 2004). Senyawa antimikroba yang dihasilkan antara lain hidrogen

peroksida, reuterine, bakteriosin, aldehid, keton, alkohol dan diasetil (Jenie dan Rini,

(35)

xxxv

Secara normal di dalam saluran pencernaan dihuni oleh mikroflora normal

yang sering disebut dengan mikroorganisme komensal yang menguntungkan bagi

kesehatan. Mikroflora di dalam saluran pencernaan secara umum dibedakan menjadi

dua yaitu mikroflora transien dan mikroflora residen. Mikroflora transien terdiri atas

organisme yang sangat beragam, bersifat patogen dan non patogen serta tidak mampu

mempertahankan diri dari tekanan-tekanan kompetisi mikroorganisme lainnya.

Sedangkan mikroflora residen adalah mikroorganisme yang bersifat non patogen dan

mampu beraktivitas mempertahankan dirinya dari tekanan-tekanan kompetisi

mikroflora lain (Klaehammer, 2001), dan probiotik EM4® termasuk dalam mikroflora

residen. Peningkatan jumlah bakteri non patogen yang menguntungkan akan

memberikan suasana gastrointestinal lebih sehat sehingga mampu meningkatkan

(36)

xxxvi BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pemberian probiotik EM4® secara oral tidak berpengaruh terhadap gambaran

histopatologi usus, hati dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus).

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penggunaan probiotik EM4® dengan

dosis lebih tinggi dan waktu yang lebih lama dari 28 hari.

2. Probiotik EM4® tidak berbahaya diberikan pada hewan ternak untuk

meningkatkan performa dan kesehatan hewan ternak.

(37)

xxxvii

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R.Z. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cerevisae untuk Ternak. Wartazoa Vol. 15 No. I. Hal : 49-55.

Axelson, L.T. 1998. Lactic Acid Bacteria: Classification and Phisiology. In: S. Salminen and A. von Wright (Eds.) Lactic Acid Bacteria. Marcel Decker Inc., New York.

Chiang, S.H. and Hsieh. 1995. Effect of Direct Feed Microorganisms on Broiler Growth Performance and Litter Ammonia Level. Asian-Aus.J.Anim.Sci. 8: 159-162.

Daud, M., W.G. Pilliang dan I.P. Kompiang. 2007. Persentase dan Kualitaskas ayam Pedaging yang diberi Prebiotik dan Probiotik ke dalam Ransum. JITV. Vol. 12 No. 3. Hal: 167-174.

Fuller, R. 1992. Probiotics: The scientific Basis. Chapman and Hall. London

Hall, J.E. 2006. Commensal Bacteria of the GI Tract: Benefits of Probiotic Supplementation. The Nutrition Science. USA. Manatech.

Harper, H.A., V.W. Rodewell, P.A. Moyes and D.K. Granner. 1987. Biokimia (Review Of Biochemistry). Edisi 20. Penrbit Buku Kedokteran EGC Jakarta.

Higa, T and J.F. Parr. 1994. Beneficial and effective Microorganisms for Sustainable Agriculture and Enviroment. International Nature Farming Reseach Centre, Atami, Japan.

Harison. W. G. 2000. Pengantar Patologi Umum. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Humason, GL. 1972. Animal Tissue Techniques. 3rd. WH. Freeman and Co.

Hussein, FN. 2008. Anesthesia and Euthanasia in Laboratory Animals. Workshop on the Care and Use of Lab An Res. Collaboration Fac. Vet. Med. Airlangga University and Fac. Vet. Med. UPM. Malaysia.

Jawetz, Melnick and Adelberg. 1995. Medical Microbiology. 20/E.

Jenie, S.L., dan S.E. Rini. 1995. Aktivitas Antimikroba dari Beberapa Species Lactobacillus terhadap Mikroba Patogen dan Perusak Makanan. Bul. Teknologi dan Industri Pangan. 7(2):46-51.

Jubb, K. V. F., P. Carletonm., Kennedy. Dan N. V. Palmer. 1985. Pathology of The Domestic Animals. Academic Press INC. Orlando. Florida.

Klaenhammer, T.R. 2001. Probiotics and Prebiotics. In : M. P. Doyle et al. Food Microbiology: Fundamental and Frontiers, 2nd Ed. ASM Press. Washington D.C.

(38)

xxxviii

Lara, V., S. Sierra, M.P.D. Ropero, M. Olivares and J. Xaus. 2007. Safety Assesment of the Isolated Probiotic Lactobacillus salivarius CECT5713. Journal of Diary Science. http:jds.fass.org/cgi/content/full/90/8/3583. Tgl akses 22 September 2010.

Mitsuoka, T. 1990. A Profile of Intestinal Bacteria. Yakult Honsha. Co. Ltd. Japan.

Mustchler, E. 1991. Dinamika Obat. Terjemahan: M.B. Widianto dan A.S. Ranti. Penerbit ITB. Bandung.

Oktaviani, D. 2004. Effektivitas Bakteriosin dari Lactobacillus plantarum terhadap Masa Simpan Filet Nila Merah pada Suhu Rendah. Skripsi. Unpad. Jatinangor.

Ouwehand, A.C. 1998. Antimicrobial Component from Lactic Acid Bacteria. In: S. Salminen and A. von Wright (Eds.) Lactic Acid Bacteria. Marcel Decker Inc., New York.

Purnomo, W. dan J. Julaeha. 2006. Pengaruh Pemberian EM Jamu Untuk Itik Gembala Terhadap Produksi dan Bobot Telur. Jurnal Penyuluhan Veteriner. Vol. 1, No. 2.

Price, S. A. dan L. M. C. Wilson. 1995. Pathofisiology : Clinical Concept of Pemeliharaan Kepiting Bakau (Scylla paramamosain). Prosiding Seminar Iptek Kelautan, Hal: IKN 57-60.

Sukaryani, S. 1997. Ragi, Bahan Makanan Ternak Alternatif Berprotein Tinggi. Poultry Indonesia. Nomor 205/Maret 1997, Hal. 15-16.

Sukrama, I D.M. 2009. Protein Adesin Dinding Sel Bifidibacteria sp Berat 57,41 kDa Menghambat Adesi Salmonella typhi Pada Sel Mencit. Disertasi. Universitas Udayana.

Susila, T.G.O., T.J. Putri., N.N.C. Kusumawati dan N.N. Siti. 1998. Penggunaan EM4 (Effective Microorganisms) sebagai Sumber Probiotik pada Ternak Babi yang diberi ransum Mengandung Limbah Hotel. Laporan Penelitian Berbagai Bidang Ilmu. Ditbinlitabmas. Dirjen Dikti, Fapet, Unud, Denpasar.

(39)

xxxix

Lingkungan. Laporan Penelitian BBI, Ditbinlitabmas, Dirjen Dikti, Fapet, Unud, Denpasar.

Suwidjayana, I.N. dan I.G.N.G. Bidura. 2000. Khasiat Ragi Tape dan Effective Microorganism Menurunkan Kolesterol dan Lemak Karkas Itik. Laporan Penelitian: Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan, Dirjen Dikti, Departemen P dan K. Univ. Udayana.

Travis, J. 2003. Gut Check : The Bacteria In Your Intestines are Wellcome Guest. Science News. 163(22):344-352.

Wididana, G.N., S.K. Riyatmo, T. Higa. 1996. Teknologi Effective Microorganism. Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan. Jakarta.

Wina, E. 2005. Teknologi Pemanfaatan Mikroorganisme Dalam Pakan untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Rumunansia di Indonesia: Sebuah Review. Wartazoa Vol. 15, N0. 4, Hal: 173-186.

Gambar

Tabel 3.1. Tabel Rancangan Penelitian
Gambar 4.1.a
Gambar 4.1.b
Gambar 4.2.e
+3

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok 'TAK(  pasien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan

“Optimization of a Savonius Rotor Vertical-Axis Wind Turbine For Use in Water Pumping System in Rural Honduras”.. Departement of Mechanical Engineering,

Purpose: ​ This study aimed to investigate implementation of regional regulations for banning smoking on employees smoking behavior in a government office in Boalemo.

KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA

Interaksi Sosial - Dalam artikel kali ini akan dibahas secara detail tentang Interaksi Sosial, Pengertian Interaksi Sosial, Syarat Terjadinya Interaksi Sosial, Ciri-Ciri

Pada kenyataannya, hampir seluruh guru-guru matematika sekolah Muhammadiyah Kabupaten Sukoharjo belum mengenal dan menguasai GeoGebra .Pelatihan yang diadakan ini

Pembandingan data yang didapatkan dari hasil survey (data primer) dengan data yang diperoleh dari instansi terkait (data sekunder) dilakukan untuk mendapat gambaran pola

Kesimpulan yang diperoleh adalah Virgin Coconut Oil dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit yang telah dibebani glukosa dan dosis yang paling efektif