• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Ukur 50 ml sampel, masukkankedalamlabudestilat b. Tambahkan 100 aquadest dan 5 ml asam fosfat 85 %

c. Pasang alat destilasi, lakukan destilasi sampai diperoleh destilat + 50 ml yang di tambung di dalam Erlenmeyer yang berisi 10 ml aquadest (ujung pendingin harus tercelup kedalam aquadest)

d. Lakukan test kualitatif terhadap destilat yaitu :

e. Reaksi Asam Kromatopat yaitu sebagian di destilat masukkan kedalam tabung reaksi + asam kromatopat 0,5 % dalam H2SO4 60 %, panaskan di atas waterbath sampai berubah menjadi warna ungu ( + Formaldehid) 2. PemeriksaanKuantitatif

a. Timbang berat Erlenmeyer kosong b. Ukur sampel sebanyak 3 ml

c. Ditambahkan 25 ml H2O2 encer dan 50,0 ml NaOH kemudian di panaskan di penangas hingga berhenti berbuih (15 menit)

d. Sampel di keluarkan dari penangas air kemudian didinginkan selama 30 menit

48

e. Ditambahkan indicator PP (phenolfthalen) sebanyak 3 tetes kedalam larutan sampel

f. Larutan sampel menjadi warna merah jambu

g. Sampel di titrasi dengan HCL 0,1 N sampai warna menjadi warna semula dilihat berapa ml HCL yang habis

h. Dibuat larutan blanko yaitu 25 ml NaOH 0,1 N ditambah indicator PP sebanyak 3 tetes kemudian dititrasi dengan HCL 0,1 N hingga warna merah jambu hilang

i. Rumus kadar Formaldehid

Kadar Formaldehid = V Blanko−V sampel × N ×30,03

Berat Sampel x 100 % Ket : V sampel = Volume titrasisampel

N = Normalitas NaOH yang digunakan

Metode Analisis Data

Berdasarkan jenis penelitian data dianalisa secara deskriptif yang disertai dengan narasi dan pembahasan serta diambil kesimpulan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan yaitu kandungan formaldehid pada bahan pangan yaitu0% serta merujuk pada referensi yang relevan.

49

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini ialah pasar tradisional kota Medan yang dikategorikan besar dan ramai pembeli setiap harinya yaitu pasar Sambu, pasar Sukaramai, pasar Peringgan dan juga dari satu supermarket yaitu Brastagi Supermarket. dan sampel ikan laut langsung dari lokasi-lokasi tersebut dan dilakukan uji di laboratorium Biokimia dan Kimia Makanan FMIPA USU

Pasar Sambu

Pasar Sambu, Kelurahan Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota, Propinsi Sumatera Utara. meliputi pasar-pasar tradisional yang tersebar di berbagai lokasi antara lain jalan Bintang, jalan Bulan, jalan Bedagai, jalan Seram, jalan Veteran, jalan Sei Kera dan jalan Sutomo . Pasar sambu sebagai pasar tradisional memasarkan berbagai kebutuhan pokok, dan bahan pangan segar seperti buah-buahan, sayuran-sayuran dan daging dan sebagainya.

Pasar Pringgan

Pasar Pringgan Terletak di Jl. Iskandar Muda, Babura, Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara. Pasar ini buka Pasar ini buka pada pagi pukul 04.00 WIB sampai sore hari pukul 17.00 WIB. Barang-barang dagangan yang dijual di pasar ini kurang teratur letaknya sehingga konsumen sedikit sulit ketika mencari kebutuhan yang ingin dibeli. Aroma pasar tradisional yang tidak sedap karena adanya barang dagangan yang busuk atau sampah disekitar pedagang, serta sirkulasi udara yang buruk. Jumlah pedangang pada pasar tradisional umumnya terlalu padat dan sempit sehingga konsumen sedikit sulit dalam berbelanja.

50

Tempat berjualan pedagang terkesan kumuh. Suasana pasar tradisional dan sekitarnya umumnya berisik dan tidak tenang.

Pasar Sukaramai

Pasar Sukaramai terletak di Kelurahan Sukaramai II Kecamatan Medan Area Kota Medan. berdiri pada tahun 1970 yang masih berupa pasar dalam bentuk tradisional. Pembangunan terakhir dilaksanakan pada tahun 1998. Luas wilayah Pasar Sukaramai ± 2.630 m2 dan. Pasar ini menjual berbagai kebutuhan pokok dan bahan pangan segar seperti buah-buahan, sayuran-sayuran dan ikan.

Brastagi Supermarket

Swalayan Brastagi Supermarket terletak di Jalan Gatot Subroto no. 288 Kelurahan Sei Putih Tengah, Kecamatan Medan Petisah. Brastagi Supermarket buka mulai pukul 09.00-22.30 WIB. Luas areal Brastagi Supermarket yaitu ±4500 m2. Brastagi Supermarket menjual berbagai kebutuhan pokok dan bahan pangan segar seperti buah-buahan, sayuran-sayuran dan ikan baik dari yang lokal maupun impor. Aroma brastagi supermarket tidak ada aroma tidak sedap karena barang dagangan masih dalam kondisi fresh, serta sirkulasi udara yang sejuk. Jumlah barang yang dijual pada pasar moderen tertata dengan baik dan lapang sehingga memudahkan konsumen dalam berbelanja. Pasar tradisional terkesan rapi, bersih, dan sejuk. Suasana pasar moderen dan sekitarnya umumnya senyap dan tenang.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kadar Formalin pada Ikan Laut

Pemeriksaan kadar formalin pada ikan laut yang dijual di pasar Sambu, pasar Periggan, pasar Sukaramai, dan Brastagi Supermarket dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan Makanan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara dengan

menggunakan metode titrasi iodiometri. Hasil pemeriksaan kandungan formalin yang diperiksa secara kuantitatif menunjukkan seluruh sampel mengandung formalin dengan kadar yang berbeda.

Tabel 3

Kandungan Formalin pada Jenis Ikan Laut di Pasar Sambu

Jenis ikan Jenis Uji

Sumber : Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan makanan FMIPA USU(2019) Keterangan:

MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat Tabel 4

Kandungan Formalin pada Jenis Ikan Laut di Pasar Pringgan

Jenis ikan Jenis Uji

Sumber : Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan makanan FMIPA USU(2019) Keterangan:

MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat Tabel 5

Kandungan Formalin pada Jenis Ikan Laut di Pasar Sukaramai

Jenis ikan Jenis Uji

Keterangan Kualitatif Kuatitatif

Ikan Dencis (C1) Tidak ada - MS

(bersambung)

52

Tabel 5

Kandungan Formalin pada Jenis Ikan Laut di Pasar Sukaramai

Jenis ikan Jenis Uji

Sumber : Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan makanan FMIPA USU(2019) Keterangan:

MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat Tabel 6

Kandungan Formalin pada Jenis Ikan Laut di Brastagi Supermarket

Jenis ikan Jenis Uji

Sumber : Laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan makanan FMIPA USU(2019) Keterangan:

MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan hasil uji terhadap 16 sampel jenis ikan laut yang di ambil dari setiap lokasi yang telah ditentukan ditemukan 10 sampel yang positif mengandung formalin dengan sampel yang paling tinggi kandungan formalinnya adalah Ikan Kakap (B4) sebesar 7,2841 mg/kg yang berasal dari pasar Pringgan dan terendah Ikan Dencis (D1) sebesar 2,1012 mg/kg dari Brastagi Supermarket.

dan ditemukan 6 sampel yang tidak mengandung formalin.

Sumber Ikan yang Dijual di Pasar Tradisional dan Supermarket

Pasar Sambu. Berdasarkan informasi yang diberikan beberapa pedagang ikan di pasar Sambu sumber ikan yang dijual diperoleh dari Aceh singkil, pulau banyak hampir seluruh pedagang mendatangkan ikan dari tempat tersebut. dan banyak ikan yang mereka jual sudah mereka perkirakan habis dalam sehari dimana mereka telah memiliki pelanggan tetap yang memesan dagangannya.

Pasar Sukaramai. Sumber ikan yang dijual di pasar sukaramai di peroleh dari cemara. banyak pedangan yang memperoleh ikan dari sana dikarenakan jenis ikanya lebih lengkap. hampir seluruh pedagang eceran mengambil ikan dari tempat tersebut. para pedagang mengambil ikan dalam jumlah yang telah mereka perkirakan dapat habis 1 hari dimana mereka telah memiliki pelanggan tetap.

Pasar Pringgan. Para pedagang di pasar peringgan memperoleh ikan dari tempat-tempat yang berbeda ada yang mengambil ikan dari belawan dan tanjung balai. Pedagang ikan di pasar peringgan juga mengambil ikan dagangannya dengan jumlah yang telah dipekirakan dapat mereka habiskan dalam sehari.

Brastagi Supermarket. Ikan diberastagi supermarket disusun dengan rapi dan paling banyak jenisnya. Jika dibandingkan dengan ikan yang dijual dipasar tradisional. Ikan di tempat ini diperoleh dari pemasok yang sudah bekerja sama dengan pihak supermarket mereka. Ikan dari pihak pemasok datang setiap harinya. Ikan dari brastagi supermarket tidak selalu habis dalam 1 hari dan akan di pasarkan lagi keesokan harinya

54

Tabel 7

Kadungan Formalin Berdasarkan Jenis Ikan dan Lokasinya

Lokasi pasar Sukaramai sedangkan di lokasi lainnya ditemukan kandungan formalin.

2. Ikan tongkol yang aman dan tidak mengandung formalin dapat ditemukan di pasar Sambu, pasar Pringgan, dan Brastagi Supermarket. sedangkan yang lokasi pasar Sukaramai ditemukan kandungan formalin.

3. Ikan kembung yang aman dan tidak mengandung formalin berada pada pasar Pringgan dan 3 lokasi lainnya ditemukan kandungan formalin.

4. Ikan kakap yang aman dan bebas formalin ditemukan di pasar Sukaramai dan ikan kakap yang diperoleh dari lokasi lainnya ditemukan kandungan formalin.

55

Dalam penelitian ini terdapat beberapa ikan yang mengandung formalin seperti ikan dencis, tongkol, kakap merah dan kembung yang di jual di pasar tradisional dan brastagi supermarket. Menurut informasi yang diperoleh dari pedagang sumber ikan yang dijual di pasar sambu berasal dari Aceh singkil, pasar Pringgan berasal dari Tanjung Balai, pasar Sukaramai berasal dari Cemara dan Brastagi Supermarket berasal dari pemasok khusus yang sudah bekerja sama dengan pihak supermarket (Widyaningsih, 2006).

Setiap pedagang, mereka menjual ikan dengan jumlah yang berbeda dimana ikan tersebut selalu terlihat segar agar dapat menarik perhatian orang yang mau membeli ikan, dimana jenis ikan tersebut sesuai dengan bahan tambahan pangan yaitu dimana bahan yang ditambahkan secara sengaja dalam makanan dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan, cita rasa, tekstur dan memperpanjang daya simpan. Jenis bahan tambahan makanan yang sering digunakan adalah pemutih, pengental, pengenyal, pewarna, pemanis dan sebagainya. Bahan tambahan pangan yang digunakan ada yang alami dan sintetik (bahan kimia) yang diizinkan oleh pemerintah (Widyaningsih, 2006).

Setelah dilakukan uji kadar formalin dengan menggunakan metode titrasi iodiometri di laboratorium Biokimia dan Kimia Bahan Makanan FMIPA USU, terhadap 16 sampel ikan yang diambil dari setiap lokasi yang telah di tentukan.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sampel yang berasal dari pasar sambu

56

yang mengandung formalin yaitu ikan Dencis, ikan Kembung dan kakap dengan kadar formalin yang tertinggi pada Ikan Kakap yaitu 7,1440 mg/kg. Pasar pringgan sampel yang berformalin yaitu ikan Dencis, ikan Kakap dengan kadar tertinggi pada ikan kakap yaitu 7,2841 mg/kg. Pada pasar Sukaramai sampel ikan yang berformalin ada pada ikan tongkol dan ikan kembung dan kadar tertinggi ada pada ikan Tongkol dengan kadar 5,1829 mg/kg. Sedangkan, Brastagi Supermarket ikan yang berformalin terdapat di ikan Dencis, ikan Kembung dan ikan Kakap dan kadar tertinggi ada pada ikan kembung sebesar 4,4825 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa ikan laut yang di jual di pasar tradisional Sambu, pasar Pringgan dan pasar Sukaramai tidak memenuhi syarat dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan dimana terdapat pelarangan penggunaan formalin pada makanan ( Permenkes, 2012).

Sampel ikan laut yang berasal dari brastagi supermarket yang merupakan pasar modern yag diharapakan lebih menjaga keamanan produknya ternyata juga tidak memenuhi syarat karena ikan Dencis, ikan kembung dan ikan kakap yang mereka pasarkan positif mengandung formalin. Hal ini menunjukkan bahwa ikanlaut yang di jual di supermarket belum tentu aman dari zat yang tidak diperuntukkan pada makanan dan tentunya berbahaya bagi kesehatan manusia.

Bahan tambahan pangan sintetis merupakan hasil sintetis secara kimia.

Keuntungan menggunakan bahan tambahan pangan sintetis adalah lebih stabil, lebih pekat dan penggunaannya hanya dalam jumlah sedikit. Namun kelemahannya, bahan ini dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan, bahkan ada beberapa bahan tambahan pangan yang bersifat

karsinogenik atau dapat menimbulkan kanker (Saparinto, 2006).

Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa masih tingginya tingkat peredaran ikan laut yang mengandung bahan yang berbahaya di pasaran yang dapat membahayakan kesehatan konsumen jika dikonsumsi secara terus menerus.

Seperti yang di sampaikan pada dosis yang rendah formalin juga sudah memunculkan efek gangguan kesehatan berupa sakit perut akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi syaraf serta terganggunya peredaran darah. Sedangkan pada dosis yang tinggi, formalin dapat menyebabkan diare berdarah, kencing darah, muntah darah, dan akhirnya menyebabkan kematian (Cahyadi, 2006).

Formalin dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat disertai radang, ulcus, dan hidrosis membrane mukosa. Hal ini karena sifatnya yang merupakan iritan kuat membrane mukosa. Dapat juga menyebabkan muntah dan diare berdarah. Paparan formalin melalui saluran pencernaan disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat dan perforasi lambung. Efeksistemik dapat berupa depresi susunan syaraf pusat, koma, kerjang, albuminaria, terdapatnya sel darah merah di urine (hematuria) dan asidosis metabolic. Dosis fatal formalin melalui saluran pencernaan pernah dilaporkan sebesar 30 ml (Khomsan, 2008).

Formalin juga dapat menyebabkan kanker karena merupakan zat karsinogen seperti yang sifatnya dapat mengacaukan susunan protein atau RNA sebagai pembentuk DNA. Jika susunan DNA kacau, maka akan memicu terbentuknya sel-sel kanker. Hal ini diperkuat dengan hasil uji toksisitas formalin pada hewan percobaan seperti tikus, mencit, dan kelinci. Hasil penelitian membuktikan, bahwa paparan formaldehid yang berulang dapat meningkatkan

58

pembentukan sel-sel baru yang tidak terkontrol (Cahyadi, 2006).

Semakin tebal daging ikan semakin besar pula penggunaan formalin terhadap ikan laut. Salah satu produk ikan laut yang cukup dikenal adalah dencis, kakap merah, kembung dan tongkol. Pada penelitian ini kandungan formalin ditemukan pada setiap jenis ikan laut yang berbeda tempat. Dimana para penjual ikan disetiap tempat yang diteliti penjual memperoleh ikan tersebut dari sumber yang berbeda. Ikan yang selalu habis di pasar tradisional seperti sambu, pringgan dan sukaramai, sedangkan Brastagi supermarket jika tidak habis hari ini, akan dijual kembali keesokan harinya (Adawyah, 2014).

Pada umumnya pengawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya formalin sangat kurang. Karena itulah formalin yang seharusnya digunakan untuk industri sering disalah gunakan sebagai pengawet makanan demi mengejar keuntungan produsen saja, tetapi dapat membahayakan dan merugikan kesehatan masyarakat (Widyaningsih, 2006).

Pedagang biasanya membubuhi formalin dengan kadar minimal, sehingga konsumen pada umumnya bingung ketika harus membedakan dengan bahan pangan segar. Untuk itu, masyarakat harus lebih waspada dan dapat memilih dengan baik (Cahyadi, 2008).

Ada beberapa hal yang menyebabkan pemakain formalin untuk bahan tambahan makanan (pengawet) meningkat, antara lain harganya yang jauh lebih murah dibanding pengawet lainnya, seperti natrium benzoat atau natrium sorbat.

Selain itu, jumlah yang digunakan tidak perlu sebesar pengawet lainnya, mudah digunakan untuk proses pengawetan karena bentuknya larutan, waktu pemrosesan

pengawetan lebih singkat, mudah didapatkan ditoko bahan kimia dalam jumlah besar (Widyaningsih, 2006).

Formalin yang terkandung pada jenis ikan laut tidak dapat dihilangkan kandungan formalinnya tetapi dapat dikurangi dengan beberapa cara seperti Penurunan kadar formalin oleh sanger (2008) maka dapat disimpulkan bahwa jenis perendaman yang paling baik digunakan dalam prosesdeformolinisosi pada ikan laut segar adalah air dengan nilai 0,0085% karena kadar formalin yang keluar dalam daging ikan setelah perendaman lebih banyak dan hanya sedikit kadar formalin yang tertinggal dalam daging ikan sedangkan lemon cui (Citrus mitis) 5% dan asam asetat 5% memiliki nilai 0,0709% karena hanya sedikit kadar formalin yang berkurang dan paling banyak kadar formalin yang tertinggal dalam daging ikan.

Penurunan kadar formalin dapat dilakukan dengan dikukus, direbus, digoreng, dan direndam dalam air. Kadar formalin yang direndam dalam air dapat mengurangi kandungan formalin dalam ikan asin sehingga ikan asin lebih aman untuk diikonsumsi namun tidak dapat menghilangkan formalin 100%. Air yang digunakan pada perendaman ikan asin ini bermacam-macam misalnya air panas, air leri, dan air garam. Ikan asin yang direndam air selama 60 menit mampu mendegradasi kadar formalin sampai 66,03% dan direndam dalam air garam mampu mendegradasi kadar formalin sampai 89,53% (Triwidodo, 2008).

Ikan yang aman dapat dilihat dari warna kulit terang dan jernih kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut warna-warna khusus yang masih ada terlihat jelas. Sisik menempel kuat pada tubuh

60

sehingga sulit dilepas. Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit dilepas.

Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah Insang tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan.

Daging kenyal, menandakan rigormatis masih berlangsung. Daging dan bagian tubuh lain berbau segar bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan. Ikan segar akan tenggelam bila ditaruh di dalam air. (Adawyah Rabitul, 2014).

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi ada tidaknya kandungan formalin pada empat jenis ikan laut yang sering dikonsumsi masyarakat. Dikarenakan mengingat biaya yang dibutuhkan dalam menguji formalin setiap sempel maka ditentukan hanya 1 sampel dari setiap jenis ikan laut pada setiap lokasi penelitian yang akan di identifikasi kandungan formalinnya. Lokasi penelitian terdiri dari tiga pasar tradisional dan satu pasar modern dan lokasi yang telah ditentukan memiliki jarak yang cukup jauh dari laboratorium.

61

syarat karena mengandung formalin yang dilarang penggunaanya untuk bahan makanan.

2. Tiga dari 4 sampel ikan dencis yang diperiksa tidak memenuhi syarat karena mengandung formalin. Kadar formalin ikan dencis tertinggi 6,1635 mg/kg yang di peroleh dari Pasar Peringgan.

3. Satu dari 4 sampel ikan Tongkol yang diperiksa tidak memenuhi syarat karena mengandung formalin. Kadar formalin ikan Tongkol ialah 5,1829 mg/kg yang di peroleh dari Pasar Sukaramai.

4. Tiga dari 4 sampel ikan Kembung yang diperiksa tidak memenuhi syarat karena mengandung formalin. Kadar formalin ikan Kembung tertinggi 4,7627 mg/kg yang di peroleh dari Pasar Pringgan.

5. Tiga dari 4 sampel ikan Kakap yang diperiksa tidak memenuhi syarat karena mengandung formalin. Kadar formalin ikan Kembung tertinggi 7,2841 mg/kg yang di peroleh dari Pasar Pringgan.

6. Sumber-sumber ikan laut dari setiap pasar berbeda-beda ada yang memperoleh dari cemara, aceh singkil, dan belawan. Sedangkan dari Brastagi Supermarket mereka peroleh dari pemasok tetap yang telah bekerja sama dan ikan masuk setiap hari.

62

7. Sampel ikan terbanyak mengandung formalin berasal dari pasar Sambu, 3 sampel positif mengandung formalin dan Brastagi Supermarket 3 sampel positif mengandung formalin.

Saran

1. Kepada para produsen ikan Laut agar sebaiknya tidak lagi menggunakan bahan berbahaya seeperti formalin untuk dijadikan bahan pengawet pada ikan laut yang dapat membahayakan kesehatan konsumen dan beralih pada penggunaan bahan pengawetan yang lebih aman.

2. Kepada konsumen agar lebih Diperhatikan dalam memilih bahan makanan khususnya ikan laut yang mengandung formalin dan tanpa formalin.

3. Kepada Instasi terkait perlu diadakan pemberian informasi dan pengawasan tentang bahaya formalin kepada produsen ikan laut dan masyarakat agar ikan laut yang mengandung formalin tidak beredar lagi di pasar-pasar khususnya pasar-pasar di Kota Medan.

63

Afrianto, E., Livianwaty, E. (1989). Pengawetan dan pengelolaan ikan.

Yogyakarta : Kanisius.

Alfina. (2006). Analisis kandungan formalin pada ikan segar yang di jual di Pasar Inpres II Kisaran Kecamatan Kota Kisaran Barat Kabupaten Asahan Tahun 2006 (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/38608

Chandra, B. (2014). Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC .

Dosrosier, N. (2008). Teknologi pengawetan pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Febrianti, D. Sari, R. (2016). Analisis kualitatif formalin pada ikan tongkol yang dijual di Pasar Lama Banjarmasin. Jurnal Pharmascience, Vol .03, No. 02, 64 – 68.

Hapsari, A. (2010) Pengaruh perendaman dengan larutan cuka 5% dan air panas terhadap pelepasan kadar formalin pada cumi-cumi, ikan gembung udang dan ikan dencis secara spektofotometri sinar tampak Tahun 2010 (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17227

Khomsan, A.& Anwar, F. (2008). Sehat itu mudah, wujudkan hidup sehat dengan makanan tepat. Jakarta: PT Mizan Publika.

Ma’rufa, H. Meiske M,S. &Wuntua, A,D. (2014). Analisis kandungan formalin dan boraks pada ikan asin dan tahu dari Pasar Pinasungkulan Manado dan Pasar Beriman Tomohon. Jurnal MIPA UNSRAT Online 6 (2) 24-28.

Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.

Prima, G. Krianto, T. & Wispriyono, B. (2017). Perilaku penggunaan formalin pada pedangang dan produsen mie basah dan tahu di Provinsi Jakarta.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.11(1), 39-48.

Saanin, H. (1968). Taksonomi dan kunci identifikasi ikan 1. Bogor: Bina Cipta.

64

Saraswati, T. Indraswari, E. dan Nuraini. (2009). Pengaruh formalin, diazepam dan minuman beralkohol terhadap konsumsi pakan, minum dan bobot tubuh musmusculus. Jurnal Biologi F.MIPA UNDIP.17(3): 141-144.

Saparianto, C. (2006). Bahan tambahan pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Sinaga, E. J. (2009). Analisis kandungan formalin pada ikan kembung rebus di beberapa Pasar tradisional Kota Medan Tahun 2009 (Skripsi, Universitas

Sumatera). Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22500

Syah. D. (2005). Manfaat dan bahaya tambahan pangan. Bandung: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Triwidodo, A. (2008). Perbandingan kadar alkohol dan asam asetat pada cuka Air cucian beras (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/752/

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Widyaningsih, D. (2006). Alternatif pengganti formalin pada produk pangan.

Surabaya : Trubus Agrisarana.

Wisnu, C. (2006). Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Yuliarti, N. (2007). Awas bahaya di balik lezatnya makanan. Yogyakarta:

Andi.

Yulisma, A., C. Yulvizar dan E. Rudi. (2012). Pengaruh konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap total plate count (TPC) bakteri pada ikan kembung (Rastrelliger sp) asin. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi 4(2), 72-76.

` `

65

66

Lampiran 2. Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Laporan Hasil Analisa

67

68

Lampiran 4. Laporan Hasil Analisa

Lampiran 5. Surat Keterengan Selesai Melakukan Penelitian

70

Lampiran 6.Gambar Dokumentasi

Gambar 1. Ikan Dencis Pasar Sambu

Gambar 2. Ikan Tongkol Pasar Sambu

Gambar 3. Ikan kembung Pasar Sambu

Gambar 4. Ikan Kakap Pasar Sambu

72

Gambar 5. Ikan Dencis Pasar Pringgan

Gambar 6. Ikan Tongkol Pasar Pringgan

Dokumen terkait