• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Kualitatif Rhodamin B pada Sampel

Sebelum dilakukan analisa kuantitatif rhodamin B pada sampel, perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui ada tidaknya rhodamin B pada sampel dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT).

Pemeriksaan dilakukan dengan cara menotolkan sampel yang telah dipekatkan pada plat KLT kemudian dielusi dengan menggunakan pengembang n-butanol : asam asetat glasial : akuades dengan perbandingan 40 : 10 : 24. Kemudian noda hasil KLT dilihat secara visual dan di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm (Ditjen POM, 2000). Hasil pemeriksaan kualitatif rhodamin B pada sampel diperoleh data, seperti ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil pemeriksaan kualitatif rhodamin B pada sampel menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT)

No Sampel Visual Sinar UV Harga Rf

1 Baku Pembanding Rhodamin B

Merah Jambu Kuning 0,94 2. Sampel + Baku

Pembanding Rhodamin B

Merah Jambu Kuning 0,92

Saus Cabai Bermerek

1. Finna - - - 2. Del Monte - - - 3. Morita - - - 4. Kokita - - - 5. Gaga - - - 6. Sasa - - - 7. Sambel Vegetarian - - - 8. Indofood - - - 9. Piring Lombok - - - 10. 2 Belibis - - - 11. Megah Sari - - - 12. Dena - - -

13. Saus Cabai Carrefour - - - 14. Chili Sauce - - -

Saus Cabai Tidak Bermerek

1. Sampel A - - - 2. Sampel B - - - 3. Sampel C - - - 4. Sampel D - - - 5. Sampel E - - - 6. Sampel F - - - 7. Sampel G - - - 8. Sampel H - - - 9. Sampel I - - -

10. Sampel J Merah Jambu Kuning 0,91

11. Sampel K - - - 12. Sampel L - - - 13. Sampel M - - - 14 Sampel N - - - 15. Sampel O - - - 16. Sampel P - - -

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa ada satu sampel yang memberikan hasil positif jika diamati secara visual dan diamati di bawah sinar UV. Ini berarti sampel tersebut positif mengandung rhodamin B. Pada pemeriksaan menggunakan metode kromatografi lapis tipas (KLT), suatu senyawa yang mengandung rhodamin B akan mudah diamati. Secara visual akan memberikan bercak berwarna merah jambu dan jika dilihat di bawah sinar UV 254 nm berfluoresensi kuning (Ditjen POM, 2000).

Selain itu, untuk mengidentifikasi suatu senyawa dapat kita lakukan dengan melihat harga Rf-nya. Identifikasi sahih dilakukan jika senyawa yang dianalisis dibandingkan dengan senyawa pembanding dan dengan campuran yang terdiri atas senyawa yang dianalisis dengan senyawa pembanding (cara spiking) pada lapisan yang sama (Gritter dkk, 1991).

Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif rhodamin B yang dilakukan terhadap 30 sampel saus cabai, diperoleh satu sampel saus cabai yang mengandung rhodamin B. Pada tabel hasil uji kualitatif rhodamin B, terdapat satu sampel yang memberikan harga Rf yang berdekatan dengan pembandingnya. Perhitungan harga Rf dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 46. Sampel J harga Rf dari campuran sampel dengan baku pembanding adalah 0,92 dan harga Rf dari sampel itu sendiri adalah 0,91. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel J positif mengandung rhodamin B. Angka Rf bernilai antara 0,00-1,00 dan ditentukan dua desimal (Stahl, 1985).

Pemeriksaan kualitatif rhodamin B pada sampel dilanjutkan secara spektrofotometri sinar tampak yaitu dengan membandingkan kurva absorbansi pada panjang gelombang 400-800 nm (Ditjen POM, 2006).

Pemeriksaan kualitatif rhodamin B dilakukan pada 30 sampel saus cabai dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak. Dari hasil pemeriksaan ini, diperoleh kurva absorbansi sampel J hampir sama dengan kurva absorbansi baku pembanding rhodamin B serta kurva absorbansi sampel J yang ditambahkan baku pembanding rhodamin B. Sehingga disimpulkan sampel J mengandung rhodamin B. Kurva absorbansi sampel dan baku rhodamin B dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva absorbansi pada panjang gelombang 400-800 nm Keterangan: = Kurva serapan baku rhodamin B

= Kurva serapan sampel ditambah baku rhodamin B

= Kurva serapan sampel J

Hasil pemeriksaan kualitatif rhodamin B pada sampel dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil pemeriksaan kualitatif rhodamin B pada sampel dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak.

No SAMPEL Spektrofotometri Sinar Tampak

λ maksimum (nm)

Baku Pembanding 557

Saus Cabai+Baku Pembanding 558.0

Saus Cabai Bermerek

1. Finna 427,5 2. Del Monte 459,5 3. Morita 434,5 4. Kokita 427,7 5. Gaga 433,5 6. Sasa 460,5 7. Sambel Vegetarian - 8. Indofood - 9. Piring Lombok 461,5 10. 2 Belibis 459 11. Megah Sari 458,5 12. Dena 459,5

13. Saus Cabai Carrefour 459,5 14. Chili Sauce 459,5

Saus Cabai Tidak Bermerek

1. Sampel A 459,5 2. Sampel B 638,5 3. Sampel C 537,0 4. Sampel D 536,5 5. Sampel E 638 6. Sampel F 537,5 7. Sampel G 536,5 8. Sampel H 638,5 9. Sampel I 537,5 10. Sampel J 557,5 11. Sampel K 536,5 12. Sampel L 638,5 13. Sampel M 457,5 14. Sampel N 419,5 15. Sampel O 417,0 16. Sampel P -

Keterangan : - : tidak ada

Bila dilihat Tabel 6, hasil pemeriksaan kualitatif rhodamin B yang dilakukan terhadap 30 sampel saus cabai dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak, diperoleh satu sampel yaitu sampel J mempunyai panjang

gelombang maksimum 557,5 nm. Panjang gelombang maksimum tersebut hampir sama dengan baku pembanding rhodamin B yaitu 557 nm. Perbedaan panjang gelombang sebesar 3 nm masih dalam batas toleransi yang diperkenankan, maka dapat disimpulkan sampel J mengandung rhodamin B (Ditjen POM, 1995).

4.2 Penetapan Kadar

4.2.1 Panjang Gelombang Maksimum Larutan Rhodamin B

Penentuan panjang gelombang maksimum larutan rhodamin B dilakukan pada konsentrasi 3 ppm dengan rentang panjang gelombang 400-800 nm. Menurut Khopkar (2008), sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800 nm. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum larutan rhodamin B diperoleh panjang gelombang maksimum pada 557 nm. Kurva serapan rhodamin B dapat dilihat padaGambar 2, halaman 31.

4.2.2 Waktu Kerja Larutan Rhodamin B

Waktu kerja ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan. Pada saat awal terjadi reaksi, absorbansi senyawa yang berwarna meningkat sampai waktu tertentu hingga diperoleh absorbansi yang stabil (Gandjar dan Rohman, 2007). Waktu pengukuran rhodamin B yang stabil adalah menit ke-23 sampai menit ke-32 pada penentuan waktu kerja larutan rhodamin B, dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 47.

4.2.3 Kurva Kalibrasi Larutan Rhodamin B

Pembuatan kurva kalibrasi larutan rhodamin B dilakukan dengan membuat larutan berbagai konsentrasi yaitu 2; 2,5; 3; 3,5; 4 mcg/ml, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 557 nm. Data dan perhitungan persamaan

regresi kurva kalibrasi dapat dilihat pada Lampiran 3-4, halaman 48-49. Kurva kalibrasi larutan rhodamin B dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kurva kalibrasi larutan rhodamin B dengan pelarut asam klorida

0,1 N pada panjang gelombang 557 nm secara spektrofotometri sinar tampak.

Persamaan regresi kurva kalibrasi adalah y = 0,61865x - 0,011875 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9991. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara konsentrasi dan absorbansi artinya dengan meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.

4.2.4. Kadar Rhodamin B pada Sampel

Berdasarkan hasil identifikasi dengan kromatografi lapis tipis dan spektofotometri sinar tampak disimpulkan sampel J mengandung rhodamin B, sehingga untuk sampel ini dilakukan penetapan kadar. Penetapan kadar dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 557 nm. Absorban

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 A bsor bans i Kosentrasi (mcg/ml) y= 0,16865x + 0,011875 r= 0,9991

sampel yang dihasilkan pada penetapan kadar memenuhi syarat yaitu pada rentang 0,2-0,6.

Idealnya kalibrasi standar seharusnya mendekati komposisi dari sampel yang dianalisis, tidak hanya pada konsentrasi analit tetapi juga dalam hal konsentrasi dari elemen lain yang ada dalam matriks sampel, sehingga dapat meminimalkan pengaruh dari berbagai komponen dalam sampel terhadap absorbansi yang terukur (Skoog dkk, 1996).

Hasil perhitungan kadar, analisa statistik kadar rhodamin B dapat dilihat pada Lampiran 5-6, halaman 50-53. Berdasarkan hasil penetapan kadar rhodamin B yang dilakukan diperoleh bahwa sampel J mengandung rhodamin B dengan kadar 32,0045 ± 0,0188 mcg/g dengan standar deviasi 0,0118. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 28, Tahun 2004, rhodamin B tidak boleh terdapat dalam bahan pangan. Berdasarkan hasil analisis rhodamin B yang pernah dilakukan pada berbagai sampel diperoleh kadar rhodamin B berkisar antara 0,0002-0,2769. Hal ini sangat berbahaya, karena semakin besar kemungkinan rhodamin B masuk ke dalam tubuh dan memberikan efek toksik. Dimana LD50 dari rhodamin B ini adalah 89,5 mg/kg (Budavari, 1989).

Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetik yang berbahaya, sering disalahgunakan untuk mewarnai berbagai makanan dan minuman. Jika rhodamin B digunakan sebagai pewarna makanan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan, gejala keracunan dan air seni berwarna merah muda (Yuliarti, 2007).

Dokumen terkait