• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Laboratorium

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II (Halaman 31-73)

Untuk mengetahui profil lemak darah seseorang, umumnya dilakukan pemeriksaan fraksi lemak darah di laboratorium. Fraksi lemak yang perlu diperiksa adalah kadar trigliserida, kadar kolesterol total, kolesterol-LDL, dan kolesterol-HDL. Kadar kol-LDL sebaiknya diukur secara langsung. Namun, untuk memperingan biaya pemeriksaan, kol-LDL dapat juga dihitung dengan rumus Friedewald, dengan syarat kadar trigliserida < 400 mg/dl. Rumusnya sebagai berikut:

Kadar kol-LDL = kol-total – kol-HDL – 1/5 trigliserida (mg/dl) (Dalimartha, 2008) Sebelum dilakukan pemeriksaan darah perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu agar hasilnya akurat. Untuk pemeriksaan trigliserida, diperlukan puasa 12 jam (semalam). Selama puasa boleh minum air putih, berkumur, atau sikat gigi. Untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol LDL, maupun kolesterol HDL, tidak perlu puasa. Darah yang diambil untuk pemeriksaan adalah darah vena. Orang yang akan diperiksa harus duduk sedikitnya 10 menit sebelum contoh darah diambil (Dalimartha, 2008).

Apabila hasil pemeriksaan laboratorium ternyata ada kadar lemak sebaiknya jangan tergesa-gesa membuat diagnosis displidemia primer dan langsung memberi obat hipolipidemik. Perlu dipikirkan terlebih dahulu kemungkinan menderita displidemia sekunder karena dengan penanggulangan penyakit primernya akan menormalkan kembali kadar lemak darahnya (Dalimartha, 2008).

Apabila ada keraguan apakah penyebabnya displidemia primer atau sekunder, baru dilakukan pemeriksaan yang lebih canggih seperti pemeriksaan apolipoprotein, LCAT (Lecithin-Cholesterol-Acyl-Transferase), Lp(a), enzim lipolitik, dan sebagainya (Dalimartha, 2008).

Alat dan Bahan : A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette

5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen kolesterol 6. Serum 7. Tissue Cara Kerja : A. Pra Analitik

1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah

2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar

4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan.

5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hati-hati agar tidak tercampur dengan sel darah.

B. Analitik

1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan :

a) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 µL standar dan 1000 µL reagen b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 µL aquades dan 1000µL reagen c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 µL sampel dan 1000µL reagen 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 20 menit pada suhu ruangan

3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300

b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu

c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “kolesterol”, tekan enter

d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar

e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar

f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat

g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien

h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab.

C. Pasca analitik

Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut. Hasil pemeriksaan :

A. Identitas pasien

Nama : Lorentia Hunga Jenis kelamin: Perempuan Umur : 20 Tahun B. Hasil Blanko : 0,001 Abs Standar : 0,253 Abs Sampel : 0,232 Abs C. Perhitungan Kolesterol=∆|.|Sampel

∆|.|Standar × Kons . Standar Kolesterol=0,232

0,253×200mg/dL

Kolesterol=183mg/dL

Pembahasan :

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 183 mg/dL dari pasien Lorentia Hunga (20 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar kolesterol pasien normal karena masih berada dalam batas nilai normal (<200 mg/dL).

Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan,

2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi,

4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), dll.

Hari/tanggal : Jumat, 20 Mei 2016

Judul Praktikum : Pemeriksaan Kadar Trigliserida

Tujuan Praktikum : Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan trigliserida menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : Enzimatik kolorimetrik test

Prinsip Pemeriksaan : Penentuan trigliserida ditentukan setelah pemisahan enzimatik dengan lipoprotein lipase. Indikator qunoneimine yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrine dan klorofenol oleh hidrogen peroksida dibawah reaksi katalitik peroksidase.

Dasar Teori :

Trigliserida merupakan lipid yang memiliki struktur ester, yang tersusun oleh tiga molekul asam lemak bebas dan satu molekul gliserol (Zulfikar, 2010)

Reaksi kimia untuk trigliserida pada prinsipnya memiliki kesamaan dengan senyawa alkena dan ester, misalnya trigliserida dapat terhidrogenasi oleh gas Hidrogen yang dikatalisis oleh logam nikel atau platina, reaksi untuk senyawa tersebut disajikan dalam persamaan reaksi pada gambar 2 (Zulfikar,2010):

Reaksi hidrolisis pada trigliserida akan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dapat berlangsung dalam suasana asam atau basa atau dapat pula dengan bantuan enzim. Trigliserida merupakan jenis lemak yang dapat ditemukan dalam darah dan merupakan hasil uraian tubuh pada makanan yang mengandung lemak dan kolesterol yang telah dikonsumsi dan masuk ke tubuh serta juga dibentuk di hati (Ayu,2011).

Setelah mengalami proses di dalam tubuh, trigliserida ini akan diserap usus dan masuk ke dalam plasma darah yang kemudian akan disalurkan ke seluruh jaringan tubuh dalam bentuk klomikron dan VLDL (very low density lipoprotein) (Ayu,2011).

Trigliserida dalam bentuk klomikron berasal dari penyerapan usus setelah konsumsi makanan berlemak. Sebagai VLDL, trigliserida dibentuk oleh hati dengan bantuan insulin dari dalam tubuh (Ayu,2011).

Sementara itu, trigliserida yang berada di luar hati dan berada dalam jaringan misalnya jaringan pembuluh darah, otot, jaringan lemak akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian akan dimetabolisme oleh hati menjadi kolesterol LDL (Ayu,2011).

Kalori yang didapatkan tubuh dari makanan yang dikonsumsi tidak akan langsung digunakan oleh tubuh melainkan disimpan dalam bentuk trigliserida dalam sel-sel lemak di dalam tubuh yang berfungsi sebagai energi cadangan tubuh (Ayu,2011).

Asupan makanan yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan efek trigliserida di dalam tubuh seseorang. Jika kadar trigliserida meningkat, maka kadar kolesterol pun akan meningkat pula (Ayu,2011).

Proses pencernaan lemak dari makanan selain menghasilkan kolesterol juga menghasilkan trigliserida dan lemak bebeas semua lemak ini akan diserap oleh tubuh melalui usus ke dalam darah. Keberadaan kolesterol dan trigliserida dalam darah memang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jika pengkonsumsian makanan yang mengandung lemak jenuh berlebihan maka mengakibatkan kadar kolesterol berlebihan juga. Hal ini akan menimbulkan ancaman dan masalah yang serius, terutama pada penyakit pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Penyakit ini dapat memicu timbulnya penyakit jantung coroner dan stroke (Wijayakusuma, Hembing, 2003).

Trigliserida yang berlebih dalam tubuh akan disimpan di dalam jaringan kulit sehingga tubuh terlihat gemuk. Seperti halnya kolesterol, kadar trigliserida yang terlalu berlebih dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan (Ayu,2011).

Namun, trigliserida dalam batas normal sebenarnya sangat dibutuhkan tubuh. Asam lemak yang dimilikinya bermanfaat bagi metabolisme tubuh. Selain itu, trigliserida memberikan energi bagi tubuh, melindungi tulang, dan organ-organ penting lainnya dalam tubuh dari cedera (Ayu,2011).

Trigliserida dikelompokkan menjadi (Putri,2011): A. Lemak Jenuh (lemak jahat)

Berbentuk padat pada suhu ruangan dan dikenal sebagai lemak jahat. Umumnya lemak jenuh terdapat dalam produk hewani. Semakin banyak konsumsi lemak jenuh, maka akan semakin tinggi kadar koleseterol dalam darah. Contoh makanan yang mengandung lemak jenuh : susu murni, keju berlemak, cokelat, daging, kelapa, mentega, babi, hati, ayam. Sebaiknya jangan terlalu banyak mengkonsumsi jenis lemak jenuh ini.

B. Lemak Tidak Jenuh (lemak baik)

Berbentuk cair atau lunak jika berada pada suhu ruangan. Lemak ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Jenis lemak tidak jenuh ini merupakan jenis lemak baik. Lemak ini terbagi dua yaitu lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Contoh makanan yang mengandung lemak tidak jenuh tunggal adalah zaitun, minyak kacang tanah, beberapa margarine yang non-dihidrogenasi, almond, kacang mete.

Sementara lemak tidak jenuh ganda bersumber dari makanan yang mengandung omega 3 (contoh: ikan salmon, makarel, dan sarden, biji rami, walnut, dan minyak dan margarin yang non-hidrogenasi dibuat dari kanola, biji rami dan kedelai. Konsumsi setidaknya 2 porsi ikan per minggu) dan omega 6 (bunga matahari, kedelai dan minyak jagung, walnut, almond, biji wijen dan beberapa margarine non-dihidrogenasi.)

C. Lemak Trans

Jenis lemak trans akan meningkatkan kolesterol. Lemak ini terbentuk selama proses kimiawi (misalnya proses pemasakan) yang disebut hidrogenasi. Hidrogenasi adalah ketika sebuah lemak cair berubah menjadi lemak yang lebih padat. Kebanyakan margarine mengandung lemak trans. Untuk itu, pilih margarine yang tidak mengandung lemak trans (Anda bisa melihat label yang tertera pada kemasannya). Lemak trans berbahaya dan sebaiknya dihindari karena jenis lemak trans bertindak seperti lemak jenuh di dalam tubuh manusia yang akhirnya dapat meningkatkan kolesterol. Menurut the National Cholesterol Education Program, kadar trigliserida yang normal adalah kurang dari 150 mg/dL. Kadar yang termasuk perbatasan tinggi adalah 150-199, dan 200-499 termasuk dalam tinggi (Budi, 2011).

Penentuan kadar trigliserida dapat dilakukan dengan metode enzimatik. Dimana reaksi yang terjadi pada penetapan kadar trigliserida adalah dengan terbentuknya senyawa kompleks 4-(p-benzokinon-monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan, yang kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 500 nm. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut: trigliserida dengan adanya enzim lipoprotein lipase akan dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dengan adanya adenosine trifosfat (ATP) oleh enzim gliserol kinase dirubah menjadi 3-fosfat. Selanjutnya gliserol-3-fosfat dioksidasi oleh enzim gliserol fosfat oksidase menjadi dihidroksiasetonfosfat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminofenazon dan 4-klorofenol membentuk senyawa 4-(p-benzokuinon-monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan (Dachriyanus, et al., 2007).

Ambang batas kadar trigliserida dalam darah adalah sebagai berikut (Budi,2011): A. Kadar yang diingini : maksimal 150 mg / dl

B. Kadar ambang batas tinggi : antara 151 - 250 mg /dl C. Kadar trigliserida tinggi : 251 - 400 mg / dl

D. Kadar trigliserida amat tinggi : 401 mg / dl atau lebih

Adiposit menghasilkan dan mensekresi beberapa protein yang berperan sebagai hormon. Hormon yang dikenal sebagai adiponektin, berperan penting dalam proses radang, dan aterosklerotik. Adiponektin merupakan salah satu dari banyak faktor spesifik jaringan adipose. Pengaruh adiponektin pada metabolisme trigliserida adalah dengan melibatkan perubahan intrinsik pada metabolisme lemak di otot skelet dan berpengaruh terhadap aktivitas lipoprotein lipase di otot skelet dan adiposit. Adiponektin dapat menurunkan akumulasi trigliserida di otot skelet dengan meningkatkan oksidasi asam lemak melalui aktivasi acetyl coA oxidase, Carnitine Palmytoyl Transferase-1 (CPT-1) dan AMP kinase. Adiponektin juga dapat menstimulasi Lipoprotein Lipase (LPL), yang merupakan enzim lipolitik yang dapat mengkatabolis VLDL melalui peningkatan ekspresi Peroxisome Proliferators Activator Receptor γ (PPARγ) di hati dan adiposit. Pada tingkat hepatik, adiponektin dapat menurunkan suplai Non Esterified Fatty Acid (NEFA) ke hati pada proses glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan sintesis trigliserida. Kadar adiponektin yang rendah dan dislipidemia pada penderita diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan kadar LPL (Renaldi, Olly, 2009).

Untuk diet menurunkan kadar trigliserida mulailah dengan (Budi,2011): A. Perbanyak makanan tinggi protein tak berlemak

B. Ganti karbohidrat dengan nilai glikemik tinggi dengan karbohidrat berglikemik rendah. C. Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran segar yang mengandung serat tinggi. D. Ganti konsumsi lemak jenuh dan trans dengan lemak yang baik.

E. Turunkan total lemak makanan sampai 20%-30% dari kalori.

F. Kurangi intake kalori untuk menurunkan berat badan dan pertahankan berat badan yang ideal.

G. Berolah raga minimal 30 menit per hari.

Alat dan Bahan : A. Alat 1. Centrifuge 2. Jarum 3. Microlab 300 4. Micropipette

5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen trigliserida 6. Serum 7. Standar trigliserida 8. Tissue Cara Kerja : A. Pra Analitik

1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah

2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar

4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan.

5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hati-hati agar tidak tercampur dengan sel darah.

B. Analitik

1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan :

a) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 µL standar dan 1000 µL reagen b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 µL aquades dan 1000µL reagen c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 µL sampel dan 1000µL reagen 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 20 menit pada suhu ruangan

3. Bacalah nilai absorbansinya pada alat mikrolab 300,dengan cara: a) Nyalakan mikrolab 300

b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu

c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “Trigliserida”, tekan enter

d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar

e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar

f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat

g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien

h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab.

C. Pasca analitik

Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut. Hasil pemeriksaan :

A. Identitas pasien

Nama : Astrit D. Haning Jenis kelamin: Perempuan Umur : 18 Tahun B. Hasil Blanko : 0,324 Abs Standar : 0,199 Abs Sampel : 0,451 Abs C. Perhitungan Kolesterol=∆|.|Sampel

∆|.|Standar × Kons . Standar Kolesterol=0,451

0,199×200mg/dL

Pembahasan :

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 453 mg/dL dari pasien Astrit Haning (18 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar trigliserida pasien tinggi karena masih berada diatas batas nilai normal (< 200 mg/dL).

Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan,

2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi,

4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), dll.

Hari/tanggal : Jumat, 27 Mei 2016

Judul Praktikum : Pemeriksaan Kadar Ureum

Tujuan Praktikum : Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan ureum menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : kolorimetrik test

Prinsip Pemeriksaan : Urea dihidrolisa dengan adanya urease menjadi ammonia dan CO2. Ammonia yang dihasikan dengan 2-oxoglutarate dan NADH dengan adanya GLDH membentuk glutamate dan NAD.

Dasar Teori :

Ureum adalah produk degradasi akhir,protein asam amino dan deaminasi. Amonia yang terbentuk dalam proses ini dimetabolisme menjadi ure di hati . Ini adalah jalur katabolisme yang paling penting untuk menghilangkan kelebihan-kelebihan nitrogen dalam tubuh manusia. Pada tahun 1914 Marshal memperkenalkan pengujian berdasarkan pada enzim urease untuk menentukan urea dalam darah. Amonia dilepaskan dari urea oleh urease diukur titrymetrically.Banyak teknik lain digunakan untuk mengukur amonia yang dihasilkan.Ini termasuk uji Indophenol Bertholoth dan reaksi dari amoniak dengan pereaksi nesller itu.Modifikasi berikutnya telah diterbikan ole Fawcett,Scott,Chaney dan Morbacth.Pada tahu 1995 Talke dan schubert menerbitkan prosedur yang benar-benar enzimatik untuk penentuan urea menggunakan urease atau glutamat dehidrogenase yang digabungkan (GLDH) sistem enzim. Uji analition urea didasarkan pada metode Berthelot. Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein (asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena

kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal.

Urea merupakan molekul dari amonia yang dibentuk pada proses deaminasi asam amino dalam hati. Penentuan kadar urea dalam serum dalam analisis klinik bermanfaat untuk mengetahui kondisis disfungsi ginjal (gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik, penyumbatan pada ginjal) dan pada kondisi yang tidak berkaitan dengan penyakit ginjal ( gagal jantung kongesti, kondisi pasca bedah/operasi, hipotensi). Penetapan kadar urea dalam serum dilakukan dengan menggunakan metode Bertholet. Pada metode ini, urea dipecah dengan enzim urease menghasilkan CO2 dan amonia. Setelah dicampur dengan pereaksi I dan II akan terjadi reaksi yang menghasilkan suatu kompleks yang absorbansinya dapat diukur dengan spektrofotometer UV-VIS. Pada praktikum ini digunakan dua serum test yang akan diuji yaitu test B dan D. Ke dalam tabung reaksi, masing-masing 0,01 mL serum test B dan D dan standar BUN yang telah disediakan ditambahkan urease sebanyak 0,10 mL. Blanko sampel dan blanko standar sebanyak 0,01 mL dimasukkan ke tabung reaksi yang berlainan. Didiamkan selam 20 menit pada suhu 37oC. Kemudian, ke dalam 4 tabung tersebut, ditambahkan reagen I (fenol 15 g/L, Na-nitroprussid 0,5 g/L) dan reagen II ( NaOCl 0,5 g/L, NaOH 6,0 g/L), masing-masing sebanyak 2,5 mL. Didiamkan kembali selama 20 menit pada suhu kamar. Setelah didiamkan selama 20 menit, dibaca absorbansinya pada spektrofotometer UV-vis. Panjang gelombang pengukuran yang digunakan merupakan panjang gelombang maksimum, yaitu 546 nm. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang memberikan nilai absorbansi yang paling besar. Pengukuran absorbansi test B dan D dilanjutkan dengan mengukur absorbansi dari blanko test B dan D, blanko standar, dan standar. Dari hasil pengukuran, didapatkan nilai absorbansi seperti pada table hasil pengamatan. Nilai absorbansi yang diperoleh tersebut digunakan untuk menghitung mg % BUN serum test, dimana diperoleh mg % BUN test B adalah 10,76 mg % dan untuk test D adalah 0,76 mg %. Angka normal BUN yaitu 5-20 mg/dL BUN. Hai ini berarti test B memiliki kadar ureum normal karena berada pada rentang normal, sedangkan untuk test D menunjukkan bahwa kadar ureum dalam serum rendah dan berada di bawah normal. Pada test B dengan kadar ureum pada rentang normal dapat dikatakan pasien memiliki kondisi seimbang antara pembentukan urea dan katabolisme protein serta ekskresi urea oleh ginjal dimana sejumlah urea dimetabolisme lebih lanjut dan sejumlah kecil hilang dalam keringat dan feses. Pada test D kadar ureum berada di bawah rentang normal, penyebab paling sering pada kejadian ini adalah membesarnya volume plasma (Baron, 1995). Alat dan Bahan :

A. Alat

1. Centrifuge 2. Jarum

3. Microlab 300 4. Micropipette

5. Tabung vakum tutup merah 6. Yellow tip dan blue tip B. Bahan 1. Aquadest 2. Darah 3. Kapas alkohol 4. Kapas kering 5. Reagen ureum 6. Serum 7. Standar ureum 8. Tissue Cara Kerja : A. Pra Analitik

1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah

2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacum tutup merah 3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu kamar

4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan.

5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan menggunakan pipet tetes secara hati-hati agar tidak tercampur dengan sel darah.

B. Analitik

1. Siapkan 3 tabung dengan ketentuan :

a) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 µL standar dan 1000 µL reagen 1A b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 µL aquades dan 1000µL reagen 1A c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 µL sampel dan 1000µL reagen 1A 2. Setelah tabung tersebut terisi,inkubasi selama 10 menit pada suhu ruangan 3. Tambahkan masing-masing tabung 1000 µL reagen 2, inkubasi 10 menit

a) Nyalakan mikrolab 300

b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu tekan enter akan tampak program test menu

c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “Ureum”, tekan enter

d) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan sampai terganti menjadi “measure reagen blank” pada layar

e) Kemudian masukkan reagen blank pada selang sambil menyentuh cypernya maka reagen blank akan terisap dan muncul “reagen standar” pada layar

f) Masukkan reagen standar pada selang sambil menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat

g) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap lalu masukkan identitas pasien

h) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya i) Matikan microlab.

C. Pasca analitik

Catat dan lakukan perhitungan,lalu berikan hasil tes tersebut. Hasil pemeriksaan :

A. Identitas pasien

Nama : Astrit Haning Jenis kelamin : Perempuan Umur : 18 Tahun B. Hasil Blanko : – Standar : 3,147 mg/dl Sampel : 2,9 mg/dl C. Nilai normal : 10 - 20 mg/dL Pembahasan :

Dari praktikum yang dilakukan di dapat hasil yaitu 2,9 mg/dL dari pasien Astrit Haning (18 tahun) . Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan kadar ureum pasien rendah karena berada dalam dibawah nilai normal (10-20 mg/dL).

Beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya : 1. Cara pemipetan,

2. Suhu ruangan, 3. Waktu inkubasi,

4. Kondisi sampel (lipemik, ikterik, hemolisis), dll. Masalah Klinis :

1. Peningkatan Kadar

 Penyebab Prerenal : katabolisme Protein menungkat  Renal : Gagal Ginjal akut

 Pasca Renal : Penyumbatan saluran ureter 2. Penurunan Kadar

 Nekrosis Hepatik akut,sirosis hepatis,reaksi air oleh antidiuretik Karsinoma payudara yang sedang, malnutrisi

Faktor-faktor yang mepengaruhi temuan lab:

1. Status dehidrasi dari penderita harus diketahui 2. Diet rendah Protein

PRAKTIKUM IX

Hari / Tanggal : Jumat, 27 Mei 2016

Judul Praktikum : Pemeriksaan Kadar Kreatinin

Tujuan Praktikum : Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan kreatinin menggunakan microlab 300

Metode Pemeriksaan : Kinetik jaffe

Prinsip Pemeriksaan : Kreatinin membentuk kompleks oranye-merah berwarna dalam asam pikrat. Perbedaan absorbansi pada kali tetap selama konversi sebanding dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel. Kreatinin ditambah asam pikrat menjadi kreatinin pikrat kompleks.

Dasar Teori :

Kreatinin adalah hasil akhir metabolisme otot dengan kecepatan hampir konstan dan diekskresikan dalam urin dengan kecepatan sama. Kreatinin diekskresi oleh ginjal melalui

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II (Halaman 31-73)

Dokumen terkait