• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan

3. Pemeriksaan Usaha dan Jaminan Nasabah

Pemeriksaan terhadap usaha nasabah sangat diperlukan agar dapat meminimalkan resiko pembiyaan yang macet. Pemeriksaan usaha nasabah atau yang biasa dikenal dengan istilah OTS (On The Spot) atau survei biasanya dilakukan oleh analis dan kepala warung mikro. Untuk memperoleh informasi tersebut analis dan KWM (Kepala Warung Mikro) dapat melakukan wawancara langsung dengan nasabah dan lingkungan sekitar.

Pada saat survei usaha, analis dan KWM pun sekaligus menilai/taksasi jaminan pembiayaan. Pihak bank melihat dan menilai kembali data-data yang sudah di informasikan nasabah apakah sudah benar dan akurat atau terdapat beberapa yang tidak sesuai.

Pemeriksaan terhadap usaha nasabah dapat dibagi atas beberapa aspek, yaitu pemasaran, keuangan, manajemen, dan hukum. Setelah dilakukan survei usaha dan jaminan, analis menuangkan hasilnya pada sebuah nota analisa pembiayaan agar komite dapat memberikan persetujuan terhadap pengajuan pembiayaan. Dalam menganalisa nasabah, analis dan KWM tidak terlepas dari prinsip 5C.

Deskripsi Responden

Dalam perealisasian pembiayaan oleh pihak Bank yang mengacu pada prinsip 5C terbagi menjadi tiga deskripsi responden yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan. Data nasabah dalam penelitian ini terdiri dari 112 nasabah produktif (wiraswasta) Warung Mikro BSM KCP Bogor Merdeka yang aktif dari 01 September 2010 sampai dengan 31 Maret 2013. Lalu dilakukan pengolahan data dan terdapat beberapa data yang harus dibuang (pencilan) karena menyebabkan data tidak normal. Data yang dibuang sebanyak 7, sehingga responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 105 nasabah. Karakteristik Individu

Salah satu prinsip dalam 5 C yaitu Character dan sangat penting dalam persetujuan pembiayaan. Karakteristik individu terbagi menjadi 4 yaitu umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, dan pendidikan yang menjadi dasar penilaian karakter nasabah.

Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, nasabah lebih didominasi oleh responden pria yaitu sebesar 61% atau 64 orang, sedangkan 39% atau 41 orang berjenis kelamin

wanita. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Pria 64 61%

Wanita 41 39%

Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 4, dapat terlihat bahwa nasabah Mikro BSM lebih didominasi oleh pria. Hal ini dapat dipahami karena adanya norma yang berlaku di masyarakat bahwa tugas mencari penghasilan merupakan tugas pria.

Usia

Usia menjadi kriteria lainnya dalam melihat karakter nasabah. Usia responden nasabah Mikro BSM KCP Bogor Merdeka mayoritas berada pada kisaran usia 31 – 40 tahun (usia produktif). Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase (%)

21 - 30 thn 16 15%

31 - 40 thn 47 45%

41 - 50 thn 35 33%

< 50 thn 7 7% Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Karakteristik responden berdasarkan usia untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan usia. Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Tingkat Pendidikan

Selain faktor jenis kelamin dan usia, tingkat pendidikan juga merupakan faktor yang perlu dilihat dari nasabah Mikro BSM, karena tinggi rendahnya pendidikan sangat mempengaruhi nasabah dalam memahami tata cara atau proses pengajuan pembiayaan sehingga realisasi pembiayaan sangat memungkinkan. Dalam penelitian tingkat pendidikan dibagi menjadi beberapa kategori dari lulusan SD hingga S2. Berdasarkan penelitian terhadap tingkat pendidikan responden yang dilakukan di BSM KCP Bogor Merdeka , diketahui bahwa tingkat pendidikan nasabah sebagian besar adalah SMA sebesar 49%. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dalam dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase(%)

SD 5 5% SMP 21 20% SMA 51 49% D3 9 8% S1 17 16% S2 2 2%

Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian, responden memiliki tingkat pendidikan yang beragam, akan tetapi mayoritas responden berpendidikan SMA, sehingga responden mudah dalam memahami proses pembiayaan mikro di BSM KCP Bogor Merdeka.

Karakteristik Usaha

Karakteristik usaha sangat berpengaruh terhadap persetujuan pembiayaan. Dalam prinsip 5C biasa dikenal dengan sebutan Capacity yaitu kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya dan menyangkut kemampuan nasabah untuk membayar kewajibannya. Karakteristik usaha dibagi menjadi 3 yaitu lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, dan jenis usaha.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Yang termasuk jumlah tanggungan dalam keluarga antara lain jika dia seorang pria maka tanggungan keluarganya adalah istri dan anak-anak. Jika dia seorang wanita dan suaminya memiliki penghasilan maka tanggungan keluarga yang dihitung hanya anak-anak, tetapi jika suami tidak memiliki penghasilan maka suami pun dihitung menjadi tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga faktor yang perlu diperhitungkan dalam realiasasi pembiayaan. Karena semakin sedikit tanggungan maka semakin sedikit pula biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah, begitupun sebaliknya. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase (%)

< 1 2 2%

1 - 2 44 42%

3 - 4 49 46%

>= 5 10 10%

Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

Lama Usaha

Lama usaha juga merupakan faktor yang penting dalam realisasi pembiayaan mikro, karena menurut asumsi bahwa semakin lama usaha yang dijalankan oleh nasabah maka akan semakin besar kemungkinan disetujuinya pengajuan pinjaman. Persyaratan pengajuan pembiayaan mikro adalah minimal usaha sudah berjalan 2 tahun. Karakteristik responden berdasarkan lama usaha dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha Lama Usaha Frekuensi Persentase (%)

< 5 tahun 63 60%

5 - 10 tahun 31 29%

11 - 15 tahun 8 8%

16 - 20 tahun 2 2%

> 20 tahun 1 1% Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Karakteristik responden berdasarkan lama usaha untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha.

Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa usaha-usaha yang sudah lama cenderung jarang mengajukkan pembiayaan ke Bank, karena usaha sudah stabil atau karena mereka membutuhkan pembiayaan di atas Rp 100.000.00 atau kebutuhan mereka adalah pembiyaan komersial. Karakteristik responden berdasarkan lama usaha didominasi oleh usaha-usaha yang baru berjalan tetapi sudah di atas 2 tahun. Usaha-usaha baru tersebut memang perlu dibantu oleh bank agar semakin besar dan kokoh.

Laba Bersih Per Bulan

Faktor selanjutnya yang di analisa adalah laba bersih per bulan. Faktor ini sangat menentukkan kelancaran pembayaran nasabah dan salah satu faktor penting agar pembiayaan dapat disetujui oleh pihak bank. Laba bersih dihitung dari omzet (laba kotor) dari usaha dikurangi oleh HPP (Harga Pokok Produksi)

dan biaya operasional sehingga menghasilkan laba bersih. Karakteristik responden berdasarkan tingkat laba bersih per bulan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Laba Bersih Per Bulan

Laba Per Bulan Frekuensi Persentase (%)

>1 juta 4 4%

1 juta-5 juta 66 62%

>5 juta-10 juta 23 22%

>10 juta-15 juta 9 9%

>15 juta 3 3%

Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Karakteristik responden berdasarkan tingkat laba bersih per bulan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.

4%

62% 22%

9% 3%

<1 juta 1 juta-5 juta >5 juta-10juta >10 juta-15 juta >15 juta

Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan tingkat laba per bulan.

Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan analisa di atas, responden BSM KCP Bogor Merdeka memiliki laba bersih mayoritas berkisar antara Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000 sebesar 62%. Laba bersih nasabah yang kurang dari Rp 1.000.000 sebesar 4%, laba bersih nasabah di atas Rp 5.000.000 sampai dengan Rp 10.0000.000 sebesar 22%, laba bersih nasabah di atas Rp 10.000.000 sampai dengan Rp 15.000.000 sebesar 9%, dan pendapatan nasabah di atas Rp 15.000.000 sebesar 3%.

Dapat terlihat bahwa masih banyak pengusaha mikro yang memiliki laba bersih di bawah Rp 1.000.000 yang belum menerima pembiayaan mikro di BSM KCP Bogor Merdeka.

Jenis Usaha

Dalam menilai usaha nasabah dapat terlihat dari jenis usaha yang nasabah jalankan. Jenis usaha dibagi menjadi 3, yaitu perdagangan, manufaktur dan jasa. Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Jenis Usaha Frekuensi Persentase (%)

Perdagangan 64 61%

Jasa 15 14% Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha.

Sumber : Data primer yang diolah, 2013.

Dari hasil analisa diperoleh hasil bahwa responden di BSM KCP Bogor Merdeka mayoritas berada pada jenis usaha perdagangan yaitu sebesar 61%. Untuk manufaktur sebesar 25% dan jasa sebesar 14%. Mayoritas nasabah mikro menjalankan jenis usaha perdagangan dengan rata-rata terbanyak memiliki usaha warung sembako. Hal tersebut terjadi karena letak BSM KCP Bogor Merdeka sangat dekat dengan pasar, diantaranya pasar anyar, pasar merdeka, pasar gunungbatu dan merupakan jalur berbagai angkutan umum sehingga pedagang banyak yang melewati kantor BSM KCP Bogor Merdeka.

Karakteristik Pembiayaan

Karakteristik pembiayaan dibagi menjadi 4, yaitu frekuensi pinjaman, jumlah pembiayaan yang diajukan, nilai agunan (collateral), dan jenis penggunaan pembiayaan.

Frekuensi Pinjaman

Dalam menilai karakater nasabah dapat dilihat dari frekuensi pinjamannya. Pada saat pengajuan maka dapat terlihat melalui Bank Checking banyaknya pinjaman yang dimiliki oleh nasabah. Dan dapat terlihat kelancaran nasabah dalam melakukan pembayaran angsuran. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pinjaman dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Pinjaman Frekuensi Pinjaman Frekuensi Persentase (%)

1-3 78 74%

4-6 21 20%

7-9 5 5%

> 9 1 1%

Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pinjaman untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pinjaman

Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Jumlah Pembiayaan yang Diajukan

Faktor berikutnya yang mempengaruhi realisasi pembiayaan adalah jumlah pembiayaan yang diajukan oleh nasabah. Jumlah pembiayaan yang diajukan merupakan dasar bagi bank untuk memberi penilaian apakah nasabah berhak menerima berdasarkan pengajuan. Untuk itu bank harus benar dalam menganalisa kebutuhan nasabah, karena dikhawatirkan adanya side streaming. Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan yang diajukan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pembiayaan yang Diajukan

Jumlah Pembiyaan Frekuensi Persentase (%)

<= 20 juta 65 62%

21 juta – 40 juta 25 24%

41 juta – 60 juta 5 5%

61 juta – 80 juta 1 1%

81 juta – 100 juta 9 8%

Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan yang diajukan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.

1%

24%

5% 8%

62%

Gambar 11 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan yang diajukan

Sumber : Data primer yang diolah, 2013.

Berdasarkan hasil olahan responden di BSM KCP Merdeka, bahwa mayoritas nasabah mengajukan pembiayaan di bawah Rp 20.000.000 yaitu sebesar 61%. Terlihat bahwa sebagian besar responden adalah usaha mikro yang membutuhkan modal yang tidak terlalu besar guna menunjang usaha kecilnya agar tetap stabil dan dapat berkembang.

Nilai Agunan

Nilai agunan merupakan salah satu kriteria terpenting dalam pengajuan pembiayaan, karena semakin besar nilai agunan maka semakin mungkin realisasi pembiayaan dapat terpenuhi. Tetapi dalam pembiayaan pada umumnya, agunan merupakan second way out. Ketika nasabah tidak mampu membayar angsurannya ke bank maka agunan dapat dijual guna pelunasan hutangnya pada bank. Karakteristik responden berdasarkan nilai agunan dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Agunan

Nilai Agunan Frekuensi Persentase (%)

<= 20 juta 53 52%

>20 juta – 50 juta 30 29% >50 juta – 80 juta 9 8% >80 juta – 100 juta 5 4%

> 100 juta 8 7%

Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Karakteristik responden berdasarkan nilai agunan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12.

4%

29% 8%

7%

52%

<= 20juta >20-50juta >50-80juta >80-100juta >100juta

Gambar 12 Karakteristik responden berdasarkan nilai agunan

Sumber : Data primer yang diolah, 2013.

Mayoritas nasabah mikro BSM KCP Bogor Merdeka memiliki nilai agunan sebesar <= Rp 20.000.000. Hal tersebut terjadi karena rata-rata realisasi berada pada kisaran Rp 20.000.000 dan pengusaha mikro memang belum memiliki banyak asset dengan nilai yang besar.

Jenis Penggunaan Pembiayaan

Jenis penggunaan pembiayaan di bagi menjadi dua, yaitu produktif dan konsumtif. Yang dimaksud dengan produktif adalah penggunaan pembiayaan untuk modal usaha atau investasi. Konsumtif adalah penggunaan pembiayaan untuk hal konsumtif, contohnya renovasi rumah, sekolah, dan lain sebagainya. Karakteristik responden berdasarkan jenis penggunaan pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Penggunaan Pembiayaan

Jenis Penggunaan Frekuensi Persentase (%)

Produktif 103 88%

Konsumtif 2 2%

Sumber : Data primer yang diolah, 2013

Karakteristik responden berdasarkan jenis penggunaan pembiayaan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Karakteristik responden berdasarkan jenis penggunaan pembiayaan

Sumber : Data primer yang diolah, 2013.

Penggunaan pembiayaan yang diajukan oleh pengusah mikro mayoritas memang digunakan untuk usaha (produktif) dan hanya sebagian kecil yang mengajukan pembiayaan yang digunakan untuk konsumtif. Hal tersebut terjadi karena pengusaha miko memiliki visi dan misi untuk pengembangan usaha sehingga mayoritas pengusaha mikro mengajukan pembiayaan pada bank hanya untuk usahanya saja.

Analisis Realisasi Pembiayaan Mikro Pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka

Dalam penelitian ini terdapat sebelas faktor yang diduga mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro di BSM KCP Bogor Merdeka, yaitu Umur (X1), Jenis Kelamin (X2), Jumlah Tanggungan Keluarga (X3), Pendidikan (X4), Lama Usaha (X5), Tingkat Laba Bersih Per Bulan (X6), Jenis Usaha (X7), Frekuensi Pinjaman

(X8), Jumlah Pembiayaan yang Diajukan (X9), Nilai Agunan (X10), dan Jenis Penggunaan Pembiayaan (X11).

Untuk membuat persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, homogenitas, multikolinieritas dan autokorelasi. Untuk hasil dari pengolahan menunjukkan bahwa data memiliki sebaran normal (lampiran 5). Dan untuk asumsi homogenitas terpenuhi dalam gambar residual plots (versus fits) pada lampiran 5 yang memiliki lebar pitaan sama, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diuji homogen.

Interpretasi Variabel-Variabel Dependen dan Independen

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen dan sebelas variabel independen. Pada saat dilakukan pengujian dari variabel-variabel tersebut ada salah satu variabel yang menghasilkan data yang kurang akurat dengan kondisi pada kenyataan. Hasil tersebut dapat terlihat pada hasil pengujian model regresi pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil Pengujian Model Regresi Linier Berganda (I)

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 1560788 3216973 0,49 0,629

Umur 38618 71143 0,54 0,589 1,366 DJ(jenis kelamin) -2728189 1118084 -2,44 0,017 1,418 Jumlah Tanggungan Keluarga -132867 459107 -0,29 0,773 1,654 DP1(pendidikan) 1577882 2538428 0,62 0,536 1,392 DP2 108737 1708047 0,06 0,949 2,224 DP3 452560 1401943 0,32 0,748 2,341 DP4 527294 2143145 0,25 0,806 1,715 Lama Usaha (tahun) 199513 111815 1,78 0,078 1,426 Tingkat laba bersih per bln 0,2665 0,1310 2,03 0,045 1,630 DU1(jenis usaha) -3377725 1525429 -2,21 0,029 2,614 DU2 -593201 1811711 -0,33 0,744 2,987 Frekuensi Pinjaman 95077 277940 0,34 0,733 1,347 Jumlah Pembiayaan yang diajukka 0,48929 0,03254 15,04 0,000 3,691 Nilai Agunan 0,08978 0,02155 4,17 0,000 3,220 DPP 11272698 3610872 3,12 0,002 1,161 S = 4694554 R-Sq = 94,1% R-Sq(adj) = 93,1%

Dari hasil di atas diperoleh bahwa variabel yang tidak sesuai adalah DPP (jenis penggunaan pembiayaan) menghasilkan positif untuk penggunaan konsumtif. Artinya jika pengajuan nasabah konsumtif maka realisasi pembiayaan akan naik karena bernilai positif, tetapi pada kenyataan bank akan lebih merealisasi jika kebutuhan nasabah untuk produktif. Hal tersebut terjadi karena data yang diperoleh berbanding jauh yaitu 2 : 103, sehingga faktor jenis penggunaan pembiayaan dihilangkan dan menghasilkan hasil olahan regresi berganda yang dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Hasil Pengujian Model Regresi Linier Berganda (II)

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 3118844 3328863 0,94 0,351

Umur 1621 73479 0,02 0,982 1,328 DJ (jenis kelamin) -2035874 1147885 -1,77 0,080** 1,362 Jumlah Tanggungan Keluarga -258883 479036 -0,54 0,590 1,642 DP1 (pendidikan) 1945254 2656051 0,73 0,466 1,389 DP2 -50376 1788319 -0,03 0,978 2,222

DP3 585002 1467811 0,40 0,691 2,339 DP4 75110 2239732 0,03 0,973 1,707 Lama Usaha (tahun) 196370 117117 1,68 0,097** 1,426 Tingkat laba bersih per b 0,2715 0,1372 1,98 0,051** 1,630 DU1 (jenis usaha) -3270250 1597424 -2,05 0,044* 2,613 DU2 -935714 1894217 -0,49 0,623 2,976 Frekuensi Pinjaman -27226 288225 -0,09 0,925 1,320 Jumlah Pembiayaan yang diajukka 0,50981 0,03338 15,27 0,000* 3,540 Nilai Agunan 0,08217 0,02243 3,66 0,000* 3,178 S = 4917373 R-Sq = 93,4% R-Sq(adj) = 92,4%

Ket : (*),(**) signifikan pada taraf nyata 5% dan 10%

Dalam penelitian ini nilai VIF pada masing-masing variabel tertinggi yaitu jumlah pembiayaan yang diajukkan sebesar 3,540. Karena nilai VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel bebas atau masing-masing variabel bebas tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya (bebas multikolinieritas). Untuk uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil Uji Autokorelasi

Dari hasil analisis pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, H0: tidak ada serial correlation (autokorelasi), H1: ada serial correlation (autokorelasi), sehingga tolak H0 jika Prob.chi-square(2) lebih dari alpha 5%. Berdasarkan hasil di atas maka tidak tolak H1 atau terima H0 artinya tidak ada autokorelasi.

Uji F (simultan)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikatnya.

Tabel 18 Hasil Uji F Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 14 3,09469E+16 2,21049E+15 91,42 0,000 Residual Error 90 2,17625E+15 2,41806E+13

Total 104 3,31231E+16

Dari hasil analisis pada Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara simultan variable umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha, frekuensi pinjaman, jumlah pembiayaan yang diajukan, dan nilai agunan berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi pembiayaan, karena nilai p-value (0.000) < alpha (0.05) maka tolak Ho sehingga minimal ada satu variable atau peubah bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas (Realisasi Pembiayaan).

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.046462 Prob. F(2,87) 0.9546

Uji T (parsial)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi regresi masing-masing variabel independen. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan yang diharapkan (α = 5% dan α = 10%), maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel dependen dengan independennya.

Berdasarkan hasil uji t diketahui variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro pada BSM KCP Bogor Merdeka. Berdasarkan hasil penelitian (tabel 16) pada α = 5% terdapat tiga variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan yaitu jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan dengan nilai p-value berturut-turut (0,044; 0,000; 0,000). Pada α = 10% terdapat enam variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan yaitu jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan dengan p-value berturut-turut (0,080; 0,097; 0,051, 0,044; 0,000; 0,000). Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Uji R2 menunjukkan seberapa besar model mampu menjelaskan variabilitas variabel independen. R2 adalah koefisien determinasi yang mengukur besarnya pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Dari hasil penelitian pada Tabel 16 diketahui bahwa R-Sq(adj) = 92,4% yang artinya kemampuan seluruh variabel X mampu menjelaskan secara nyata keragaman perealisasian pembiayaan sebesar 92,4%, sedangkan sisanya sebesar 7,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

Variabel Dependen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah jumlah realisasi pembiayaan mikro pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka. Untuk plafon mikro sendiri maksimum Rp 100.000.000. Dan untuk besaran realisasi pembiayaan mikro berfluktuatif dan rata-rata realisasi pembiayaan mikro berdasarkan penelitian adalah Rp 19.016.190.

Variabel Independen

Dalam penelitian ini variabel independen yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro pada α = 10% terdapat enam variabel yaitu jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha (perdagangan), jumlah pembiayaan yang diajukan, dan nilai agunan.

Berdasarkan hasil analisa regresi dari data panel pada Tabel 16 dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 3118844 + 1621 Umur (X1) - 2035874 DJ (jenis kelamin (X2)) - 258883 Jumlah Tanggungan Keluarga (X3) + 1945254 DP1 (pendidikan (X4)) - 50376 DP2 (X4) + 585002 DP3 (X4) + 75110 DP4 (X4) + 196370 Lama Usaha (tahun) (X5) + 0,272 Tingkat laba bersih per bln (X6) - 3270250 DU1(jenis usaha (X7)) -

935714 DU2 (X7) - 27226 Frekuensi Pinjaman (X8) + 0,510 Jumlah Pembiayaan yang diajukan (X9) + 0,0822 Nilai Agunan (X10).

Keterangan : X1 = Umur

X2 = Jenis Kelamin. Dummy 1 = perempuan dan 0 = laki-laki X3 = Jumlah Tanggungan Keluarga

X4 = Pendidikan. DP1 : 1 = SD, 0 = selain SD DP2 : 1 = SMP, 0 = selain SMP DP3 : 1 = SMA, 0 = selain SMA DP4 : 1 = D3, 0 = selain D3 X5 = Lama Usaha

X6 = Tingkat Laba Bersih per Bulan

X7 = Jenis Usaha. DU1 : 1 = perdagangan, 0 = selain perdagangan DU2 : 1 = manufaktur, 0 = selain manufaktur X8 = Frekuensi Pinjaman

X9 = Jumlah Pembiayaan yang Diajukan X10 = Nilai Agunan

Dari persamaan regresi di atas, maka dapat diinterprestasikan untuk masing-masing variabel yang mempengaruhi realisasi pembiayaan mikro sebagai berikut :

1. Jenis kelamin

Berdasarkan tabel 16, jenis kelamin termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan. Variabel jenis kelamin adalah variabel dummy yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Arti dari model regresi untuk jenis kelamin adalah jika jenis kelamin adalah perempuan maka realisasi pembiayaan akan turun sebesar 2035874. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena laki-laki merupakan penanggung jawab keluarga sehingga laki-laki berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarganya sedangkan perempuan dikhawatirkan tidak fokus pada usaha karena berperan juga sebagai ibu rumah tangga, sehingga realisasi pembiayaan untuk perempuan akan lebih rendah daripada laki-laki.

2. Lama usaha

Arti dari model regresi untuk lama usaha adalah jika lama usaha naik sebesar satu satuan maka realisasi pembiayaan akan naik sebesar 196370. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena semakin lama usaha akan semakin matang debitur dalam mengelola usahanya sehingga pengalaman dalam mengelola usaha akan berpergaruh terhadap kelangsungan usaha debitur.

3. Tingkat laba bersih per bulan

Arti dari model regresi untuk tingkat laba bersih per bulan adalah jika tingkat laba bersih per bulan naik sebesar satu satuan maka realisasi pembiayaan naik sebesar 0,272. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena semakin tinggi laba bersih per bulan akan semakin besar pula tingkat kemampuan membayar pinjaman debitur.

4. Jenis usaha (perdagangan)

Arti dari model regresi untuk jenis usaha perdagangan adalah jika jenis usaha adalah perdagangan maka realisasi pembiayaan akan turun sebesar 3270250. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena dikhawatirkan dalam usaha perdagangan debitur memiliki banyak stock dan terjadi penumpukan karena tidak laku dan jenis usaha perdagangan tidak mengandung sesuatu yang unik karena banyak yang menjalankan usaha sejenis serta memiliki banyak pesaing. Sehingga jika usaha debitur adalah perdagangan maka realisasi pembiayaan akan turun dibandingan jika jenis usaha debitur manufaktur atau jasa.

5. Jumlah pembiayaan yang diajukan

Arti dari model regresi untuk jumlah pembiayaan yang diajukan adalah jika jumlah pembiayaan naik sebesar satu satuan maka realisasi pembiayaan naik sebesar 0,510. Hal tersebut terjadi pada kondisi sebenarnya karena ketika debitur mengajukan bank akan menyetujui pembiayaan yaitu sebesar 85% dari kebutuhan nasabah, maka ketika debitur mengajukan tinggi maka realisasi pembiayaan akan naik.

6. Nilai agunan

Arti dari model regresi untuk nilai agunan adalah jika nilai agunan naik sebesar satu satuan maka realisasi pembiayaan akan naik sebesar

Dokumen terkait