• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Terhadap Pengusaha Sarang Burung Walet yang Tidak Melaksanakan Kewajiban

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai, mengenai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal ini adalah Dinas Pendapata, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai dalam hal penanganan terhadap pengusaha sarang burung walet masih banyak yang harus diperhatikan. Dikarenakan dalam prakteknya masih banyak kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah. Pada dasarnya pemerintah adalah

pihak yang bertanggung jawab terhdap suatu Negara, begitu juga daerah.57 Dalam pertanggung jawabannya pemerintah pusat bertanggung jawabterhadap Negara sedangkan pemerintah daerah sendiri bertanggung jawab terhadap daerah yang diekolanya. Dalam pengelolaannya pemerintah daerah harus senantia meminimalisir setiap tindakan ataupun perbuatan-perbuatanyang bertantangan dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.58

1. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang);

Namun hal ini tidaklah semudah yang dibayangkan, karena dalam prakteknya dikehidupan sehari-hari ada ketidakmampuan dan atau adanya unsur kesengajaan untuk melanggar aturan yang ditetapkan tersebut. Maka terciptalah suatu keadaan yang kacau, keadaan yang tidak menyenangkan, keadaan yang mengakibatkan adanya ketimpangan antara pemenuhan kewajiban dan hak. Dalam keadaan seperti ini terjadilah desakan kekuatan yang berupa sanksi-sanksi atas perbuatan mereka yang tidak memenuhi dan atau sengaja melanggar peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dari hal tersebut, disinlah peran hukum serta perangkat-perangkatnya dalam sistem pemerintahan berfungsi secaraefektif dan maksimal.

Berhubungan dengan efektif dalam penegakan aturn hukum maka akan lebih tepatnya jika dilihat dari salah satu teori efektifitas hukum yaitu menurut pendapat Soerdjono Soekanto yang menjelaskan bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor:

57

Marihot Pahala Siahaan, Op.Cit, hlm. 8

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan;

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergauln hidup.59

Dilihat dari teori diatas, maka dapat digambarkan bahwa efektifnya sebuat aturan hukum ditentukan oleh beberapa faktor yaotu dari undang-undangnya sendiri, yaitu sebuah undang-undang tersebut harus bisa memenuhi unsur hak dan kewajiban seseorang agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam lingkungan masyarakat, yakni adanya pihak yang menegakkan aturan tersebut yang didukung adanya sarana dan prasarana yang memadai, serta adanya kesadaran dari masyarakat untuk menjalankan undang-undang tersebut dalam kehidupan sehari-hari seiring dengan kebudayaan dilingkungan sekitarnya,

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai agar sebuah peraturan daerah dapat diterapkan secara efektif yaitu dengan cara melakukan pengawasan terhadap pengusaha sarang burung walet dalam melakukan pembayaran retribusi izin sarang burung walet.60

59

Soerdjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta, 2008, PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 8

60

Wawancara dengan Kepala Dinas Kabupaten Serdang Bedagai

Analisa ini didukung dengan adanya pendapat dari Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Bapak H. Gustian, SE, MM, Ak, CA mengatakan :

“Sudah ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah khsusnya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Aset dan Keuangan yaitu dengan cara melakukan pengawasan dan juga melakukan penegakan sanksi ke orang-orang yang melanggar PERDA. Pengawasan yang dilakukan itu pengawasan ke pengusaha-pengusaha yang tidak bayar pajak atau retribusi, dari pengawasan itu kalau ada yang tidak membayar ya harus diberikan sanksi tegas. Sanksi itu juga termasuk upaya Pemerintah Daerah sebagai fungsi represif.”

Dengan adanya pengawasan terhadap pengusaha tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh peraturan perundang-undangan yang telah dibuat mengenai pajak ataupun retribusi seperti PERDA Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet yang mewajibkan bagi pegusaha sarang burung walet membayar retribusi untuk izin pengusahaan penangkaran sarang burung walet tersebu, apakah dalam pelaksanaannya pengusaha sarang burung walet melaksanakan kewajiban hukumnya untuk membayar retribusi terhadap izin yang diterimanya untuk mengusahkan penangkaran sarang burung walet yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai.

Pengawasan itu sendiri menurut George R. Terry sebagaimana yang telah dikutip oleh Sujamto menjelaskan bahwa “Pengusaha adalah untuk menentukan apakah apa yang telah dicapai mengadakan evaluasi atasnya, dan mengambil tindakan-tindakan korektif, apabila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya

sesuai rencana.” 61 Selain itu juga pengawasan itu sendiri memiliki dua tujuan yaitu untuk menjamin bahwa kekuasaan itu digunakan utuk tujuan yang diperinthkan dan mendapat dukungan serta perstujuan dari masyarakat dan juga untuk melindungi hak-hak asasi manusia yang telah dijamin oleh Undang-undang dari pada tindakan penyalahgunaan.62

Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai sebaiknya bukan hanya pengawasan terhadap pembayaran retribusi izin saja tetapi juga pengawasan terhadap lingkungan sekitar kawasan penangkaran sarang burugn walet.63

61Ibid, hlm. 114

62

Sujatmo, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Jakarta, 1986, Chalia Indonesia, hlm. 18

63

Masrudi Muchtar, dkk, Hukum Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta, 2016, Pustaka Baru Press, hlm. 41

Jika dilihat dari peraturan daerah yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai masih kurang efektif dalam hal pengawasan khususnya di bidang lingkungan dan dampak lingkungan yang akan diakibatkan oleh sarang burung walet itu sendiri. Berbeda jika dibandingkan dengan Peraturan Daerah Kota Palangkaraya yang mengatur secara rinci mengenai tata lokasi yang dilarang maupun yang diizinkan untuk didirikan yang menjadi pengawasan oleh Pemerintah Daerah setempat. Berdasarkan Pasal 4 PERDA Kota Plangkaraya Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Izin Usaha Sarang Burung Walet bahwa pengusahaan sarang burung walet dilarang dibangun jika berdekatan dengan sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana perkantoran, jalan protokol, rumah dinas jabatan pejabat publik, dan bandara.

Penangkaran sarang burung walet baiknya berada 3-5 KM dari pemukiman penduduk ataupun sarana ibadah, dan pendidikan agar limbah dan dampaknpolusi suara tidak mengganggu kehidupan masyaraat sekitar penangkaran.64 Tetapi jika dilihat dari PERDA yang dikeularkan oleh Kabupaten Serdang Bedagai tidak ada membahas mengenai jarak yang baik antara penangkaran sarang burung walet dengan pemukiman penduduk. Akan lebih baik apabila suatu peraturan bukan hanya meninjau mengenai hukum saja tetapi juga meninjai mengenai dampak sosial ataupun lingkungan juga yang nantinya akan mengakibatkan suatu peristiwa hukum yang baru.65

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar ikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2

Tidak hanya upaya pengawasan saja yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, selain pengawasan Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai juga harus memberikan sanksi tegas kepada pengusaha/pengelolaa sarang burung walet yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh pemerintah, agar adanya efek jera terhadap pelaku pelanggaran bagi pengusaha lainnya. Adapun pemberian sanksi itu sesuai dengan yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan yaitu pasal 21 Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet yang berisi mengenai sanksi administasi yaitu :

64Op.Cit, Arif Budiman, Menyelami Bisnis Gedung Dan Sarang Burung Walet hlm. 6

% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi terutang atau kurang dibayar atau ditagih dengan menggunakan STRD.

Tanpa pengawasan dan juga pemberian snaksi tegas dari Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai, maka pengusaha sarang burung walet akan semakin merajalela untuk dengan sengaja tidak mau membayar pajak sesuai dengan kewajiban hukumnya dalam peraturan perundang-undangan. Semakin meningkatnya pengusaha sarang burung walet yang tidak mau membayar pajak atau retribusi maka akan semakin besar pula tingkat kerugian yang akan ditanggung oleh Pemerintah Daerah mengingat bahwa retribusi izin sarang burung walet merupakan salah satu sumber pendapatan daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

BAB V PENUTUP

Pada bagian ini akan memaparkan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibuat secara observasi, dan wawancara yang memperkuat penulis dalam proses penyimpulan.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis akan menyimpulkan uraian-uraian tersebut sebagai berikut:

1. Hal-hal yang menjadi fokus utama dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet yaitu: pertama, keterkaitan antara Peraturan terkait dengan tata ruang Kota/Kabupaten dan pembangunanyang berkelanjutan. Kedua mengatur kewajiban orang/badan dalam melakukan pengelolaan, pengusahaan dan pemanfatan sarang burung walet. Serta ketiga, tata cara pemungutan izin sarang burung walet.

2. Persyaratan dalam memperoleh izin pengusahaan sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai sudah memiliki uraian dan persyaratan yang jelas yang diatur didalam Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet. Dan begitu juga dalam hal pemungutan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset juga dengan jelas dan terperinci didalam Peraturan Daerah yang mengatur.

3. Seluruh pengusaha burung walet yang tidak membayarkan kewajibannya yaitu berupa retribusi dari sebagaimana telah ditetapkan sebagaimana dalam perundang-undangan, dengan begitu maka pengusaha sarang burung walet dapat dikatan melakukan suatu perbuatan melawan hukum. Sanksi baik secara administrasi maupun pidana diatur didalam Paturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet kurang terperinci dibandingkan dengan pertauran Kota Palangkaraya.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan memberikan beberapa saran kepada pihak terkait yaitu :

1. Harus ada sedikit perubahan substansional dalam isi Pekhususnya aturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Waket pada bagian persyaratan untuk mendapatkan izin usaha yang seharunya lebih mempertimbangkan dampak lingkungan berdasarkan asas pembangunan berkelanjutan.

2. Perlu adanya sosialisasi yang dilakukan secara berkesinambungan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan dan Aset (DPPKA) serta, BadanLingkungan Hidup kepada masyarakat mengenai Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 tentang Retribusi Izin

Sarang Burung Walet yang mengatur hal-hal mengenai prosedur dalam izin mendirikan bangunan untuk sarang burung walet.

3. Karena PERDA dibuat untuk di implementasikan kemasyarakat, maka Pemerintah harus bertindak tegas dalam menerapkan Peraturan Daerah ini, jika tidak, maka masyarakat akan seenaknya membangun bangunan walet sembarangan, serta banyaknya masyarakat yang menjadikan rumah tempat tinggal mereka menjadi bangunan walet/beralih fungsi, yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah sebenarnya.

Dokumen terkait