bangsa dan daerahdaerah bagian daripada Negara. b. Mengenai pemerintahan bagianbagian Negara, berdasarkan atas tjita tjita demokrasi politik dan demokrasi fungsionil, terdapat unsurunsur sebagai berikut: 1. Dapat dibedakan antara bagian jang terikat kepada daerah (terri torial) dan jang terikat kepada golongangolongan.
2. Dengan adanja pemerintahan bagi bagianbagian Negara, baik daerah maupun golongan, tidak ditiadakannja pemerintahan pusat Negara mengenai daerahdaerah dan golongangolongan. Jang demikian itu sesuai dengan tjitatjita demokrasi politik berdasarkan atas ke kuasaan dan tjitatjita demokrasi fungsionil berdasarkan atas pe meliharaan kepentingan guna mentjapai tudjuan Negara. Maka didalam soal pembagian pemerintahan bagianbagian Negara, dua tjitatjita demokrasi dan tudjuan Negara tersebut dipersatukan, se hingga baik kekuasaan maupun tudjuan daripada pemerintahan bagian Negara (jang daerah atau jang golongan), adalah sebagian dari kekuasaan dan tudjuan pemerintahan pusat Negara, sehingga dalam kedudukannja tidak disamping atau diluar atau sama tinggi dengan pemerintah pusat Negara, akan tetapi didalam lingkungan dan dibawah pemerintahan pusat Negara.
3. Kekuasaan dan tudjuan pemerintahan bagianbagian Negara adalah terbatas pada lingkungan daerah atau golongannja sendiri. Mengi ngat pedoman pokok jang terdapat dalam Pembukaan mengenai tudjuan dan togas bekerdjanja Negara, maka tudjuan dan tugas bekerdjanja daerah atau golongan dengan perubahan jang selaras, adalah sebagaimana jang diuraikan diatas, dalam perintjiannja se perti dibawah.
a. memelihara kepentingan umum jang chusus mengenai daerah atau golongan sendiri sebagai kesatuan;
b. memelihara kepentingan umum dalam arti kepentingan ber sama daripada para warga negara jang warga daerah atau warga golongan, jang tidak dapat dilakukan oleh warga daerah atau warga golongan sendiri;
c. memelihara kepentingan bersama daripada warga negara, jang warga daerah atau warga golongan perseorangan; jang ti dak seluruhnja dapat dilakukan oleh mereka sendiri, dalam bentuk bantuan dari daerah atau golongan;
d. memelihara kepentingan dari warga negara dan warga daerah atau warga golongan perseorangan, jang tidak seluruhnja da pat diselenggarakan mereka sendiri, didalam bentuk bantuan dari daerah atau golongan;
e. memelihara ketertiban dan keamanan didaerah atau dalam go longannja sendiri;
f.didalam menjelenggarakan segala sesuatu itu harus ada pem batasan diri jaitu pada jang tidak bersifat nasional, dalam arti halnja merupakan kepentingan umum bagi seluruh Negara atau mempunjai sifat umum karena bawaan hakekat dirinja, dan jang tidak bersifat internasional atau ada hubungannja de ngan lingkungan internasional.;
g. dalam memelihara segala sesuatu itu maka, tidak tjuma menge nai warga daerah atau warga golongan dalam keseluruhannja sadja, akan tetapi semua golongan didalamnja, semua keluarga dan semua perseorangan;
h. tidak tjukup ada kesedjahteraan dan ketinggian martabat ke hidupan umum bagi seluruh warga daerah atau warga golongan sebagai kesatuan, akan tetapi segala sesuatu itu Jrarus tertjapai djuga buat setiap golongan didalamnja, setiap keluarga dan se tiap perseorangan, sehingga dengan demikian tertjapai keadilan sosial, jang pemeliharaannja diselenggarakan baik oleh daerah atau golongan maupun oleh perseorangan sendiri, tanpa atau dengan bantuan daerah atau golongan.
4. Mengenai lingkungan daerah dan lingkungan golongan dalam hal batas wilajahnja tidak terdapat pedoman, sehingga dapat soma dan dapat berlainan.
Adapun,pengaruh bentuk Negara Kesatuan terhadap susunan dan sifat pemerintahan Negara, adalah terletak pada pembagian pemerintahan Negara dalam pemerintahan pusat Negara dan pemerintahan bagianbagian Negara dalam daerahdaerah sebagai bentuk idea demokrasi politik, djadi tidak me ngenai golongangolongan berdasarkan atas demokrasi fungsionil. Unsur jang terkandung didalamnja ialah, bahwa pemerintahan bagianbagian Negara adalah akibat daripada pemerintahan pusat Negara. Kekuasaan, tudjuan dan tugas bekerdjanja, bagaimanapun besar dan luasnja, adalah tidak asli (originer), akan tetapi berasal atau sebagian dari pemerintahan pusat Negara (derivalif).
V. Bentuk susunan pemerintahan Negara dalam Undangundang dasar. Bentuk susunan pemerintahan Negara dalam Undangundang Dasar berturutturut akan dilihat, pertama dari sudut Pembukaan, kedua dari sudut bentukanbentukan demokrasi dalam susunan pemerintahan Negara didjaman modern ini menurut penggolongan dan perumusan ilmiah.
1. Apabila dilihat dari unsurunsur dalam Pembukaan, maka dapat dike temukan halhal sebagai berikut:
Pedoman jang mengenai hakekat dan sifat Negara berudjud dasar demokrasi daripada Negara itu, ialah demokrasi monodualis (perseorangan bersama, dwitunggal sifat individu dan machluk sosial daripada manusia dalam kedudukan jang sanm, kekeluargaan gotong rojong, keadilan sosial). Dasar demokrasi monodualis ini mewudjudkan tjitatjita (idee) demokrasi politik, bawaan daripada rakjat sebagai asal mula (pendukung) kauasaan Negara, dan tjitatjita demokrasi fungsionil, bawaan daripada rakjat sebagai pendukung kepentingan, jang penjelenggaraannja harus dilaksanakan dalam Negara, baik oleh rakjat maupun oleh Negara. 1. Didalam susunan pemerintahan Negara menurut Undangundang dasar, tjitatjita demokrasi politik itu mendapatkan bentuk reali sasi dalam dipilihnja semua alatalat perlengkapan Negara, jaitu Madjelis Permusjawaratan Rakjat, Kepala Negara dan Dewan Per wakilan Rakjat. Adapun mengenai pars Menteri jang tidak dipilih itu tidak bertentangan dengan tjitatjita demokrasi politik, jang lazimnja dalam bentukbentuk demokrasi pads umumnja mentang tidak dipilih.
Akan tetapi, karena diangkat oleh Kepala Negara, dapat dikatakan mendjadi wakil rakjat dengan tjara dan dalam bentuk jang tidak lang
sung, ditambah dengan ketentuan didalam dan diantara alatalat per lengkapan Negara harus ada musjawarah.
2. Djuga kekuasaan kehakiman menurut ketentuan dalam pasal 24 Undang undang Dasar, sesuai dengan tjitatjita demokrasi politik sebagaimana ditjantumkan dalam pendjelasan „ialah kekuasaan jang merdeka, artinja terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerin tah”.
3. Tjitatjita demokrasi politik ini djuga terselenggara dalam bentuk realisasi pemerintahan daerah bagi daerah besar dan daerah ketjil, jang susunannja „memandang dan mengingati dasar permusjawa ratan dan sistim pemerintahan Negara”.
4. Adapun tjitatjita demokrasi fungsionil, bentuk realisasinja terdapat didalam susunan Madjelis Permusjawaratan Rakjat, jaitu ketjuali terdiri atas anggautaanggauta Dewan Perwakilan Rakjat djuga terdiri atas utusanutusan dari daerahdaerah dan golongangolongan, menurut aturan jang ditentukan dengan undangundang. Sedangkan jang dimaksud dengan golongangolongan, menurut pendjelasan „ialah Badanbadan seperti Koperasi, Serikat Sekerdja dan lain lain Badan kolektip. Aturan demikian memang sesuai dengan an djuran mengadakan sistim koperasi dalam ekonomi, maka ajat ini mengingat akan adanja golongangolongan dalam Badanbadan ekonomi”.
Ketjuali dalam bentuk keanggotaan Madjelis Permusjawaratan Rak jat itu, tjitatjita demokrasi fungsionil djuga didjelaskan dalam bentuk adanja pemerintahan daerah, jang susunan pemerintahannja berdasar kan atas halhal asal usul dalam daerah jang bersifat istimewa.
Mengenai daerahdaerah ini menurut pendjelasan, jang dimaksud ialah daerahdaerah Swapradja dan masjarakatmasjarakat hukum rakjat (volksgerneenschappen) seperti desa di Djawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dan sebagainja. „Daerahdaerah itu mempunjai susunan asli dan oleh karenanja dapat dianggap sebagai daerah jang bersifat istimewa. Negara Re publik Indonesia menghormati kedudukan daerahdaerah istimewa tersebut dan segala peraturan Negara jang mengenai daerah itu akan mengingati hakhak analusul daerah tersebut. Didalam pen djelasan djuga disebut daerah jang bersifat otonom dan daerah jang bersifat administrasi belaka, akan tetapi tidak djelas, apakah daerah daerah ini djuga dapat mempunjai utusanutusan didalam Madje lis Permusjawaratan Rakjat.
5. Lain halnja dengan tjitatjita demokrasi politik, maka didalam Un dang undang Dasar tjitatjita demokrasi fungsionil tidak mendapat kan pendjelmaan jang selengkaplengkapnja didalam susunan pe merintahan Negara.
Mengenai Dewan Perwakilan Rakjat, tentang anggotanja tidak ada ketentuan seperti jang mengenai Madjelis Permusjawaratan Rakjat, meskipun jang demikian itu belum berarti, bahwa susunan Dewan Perwakilan Rakjat tentu tidak akan mengenal utusanutusan dari daerah dan golongangolongan rakjat itu, berhubung dengan dalam pasal 19 hanja ditentukan, bahwa susunan Dewan Perwakilan Rakjat ditetapkan dengan Undangundang.
Ada djuga ketentuan lain, jaitu pasal 33, jang memperingatkan kepada kemungkinan adanja bentuk realisasi tjitatjita demokrasi fungsionil itu. Ketentuannja berbunji „Perekonomian disusun se bagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan”, sedang kan pendjelasannja mengatakan, bahwa „dalam pasal 33 tertjan tum dasar demokrasi ekonomi. Produksi dikerdjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggotaanggota masjarakat. Kemakmuran masjarakatlah jang diutamakan, bukan kemakmuran seseorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Bangun peru sahaan jang sesuai dengan itu ialah koperasi”.
6. Akan tetapi bagaimanapun djuga, jang paling panting ialah, bahwa dengan adanja ketentuanketentuan jang tertjantum dalam Undang undang Dasar jang demikian itu, benarbenar setjara ilmiah dapat di simpulkan, bahwa pembukaan Undangundang Dasar, pertama me ngandung unsur tjitatjita demokrasi fungsionil dan kedua tjitatjita demokrasi fungsionil itu didjelmakan dalam ketentuan Undang undang Dasar.
c. Djika susunan pemerintahan Negara dalam Undangundang Dasar ditindjau dari sudut unsurunsur dalam Pembukaan, dapat diperoleh hal hal sebagai dibawah.
1. Jang dapat dikatakan dipenuhi dalam susunan pemerintahan Ne gara dalam Undangundang Dasar adalah, bahwa setiap orang, jang berbangsa Indonesia, mempunjai hak mengambil bagian dalam pemerintahan Negara samasama didalam hal kedudukamrja, sen dirisendiri atau menurut golongan, pengambilan bagian itu ada lah dalam bentuk perwakilan dan semua alat perlengkapan peme rintahan Negara adalah wakil rakjat, ketjuali Menteri jang mendjadi wakil rakjat dengan tiara jang tidak langsung, adanja kerdja sama dan (gotong rojong) dan musjawarah, serta terpisahnja kekuasaan baik dalam arti fungsi maupun dalam alatalat perlengkapannja dalam anti kerdja sama dan bermusjawarah; sedangkan terpisahnja kekuasaan Negara tidak sempurna, karena Kepala Negara bertang gung djawab kepada Madjelis Permusjawaratan Rakjat dan bet hubungan dengan anggotaanggota Dewan Perwakilan Rakjat merangkap anggauta Madjelis Permusjawaratan Rakjat, Kepala Negara setjara tidak langsung djuga mempunjai hubungan tanggung djawab dengan Ddwan Perwakilan Rakjat. Adanja Kepala Negara jang tidak turuntemurun, akin tetapi dipilih, dengan kedudukan dan sifat Kepala Negara jang mendjadi penanggung djawab peme rintahan Negara, adanja pemerintahan pusat Negara dan pemerin tahan daerah.
2. Adapun jang dapat dikatakan think dipenuhi lengkap, ialah matjam matjam golongan jang mengambil bagian dalam pemerintahan Negara karena didalam Undangundang Dasar hanja diberi tempat dalam Madjelis Permusjawaratan Rakjat dan jang disebutkan hanja bebera pa djenis golongan, jaitu golongan ekonomis dan golongangolongan jang mempunjai tempat tinggal disatu daerah, jang bersifat istimewa dengan mempunjai hakhak asalusul atau susunan pemerintahan 4408
asli: sedangkan ada golongan lainlainnja lagi jang dimaksudkan di dalam Pembukaan Undangundang Dasar; sepertinja sukusuku bangsa, golongan usaha bersama, dan golongan sedjarah senasib, go longan kebudajaan, adatistiadat: genealogis, kesusilaan, kepertjajaan, golongan daerah kelahiran, daerah tempat tinggal, golongan kesedjah teraan dan Ketjerdasan kehidupan bangsa. d. Adapun mengenai unsurunsur tentang hal tjara pengangkatan, kedu dukan dan pertanggungan djawab maka susunan pemerintahan pusat Negara dalam Undangundang Dasar telah memenuhi djuga unsur unsur jang tertjantum didalam huruf a sub. 1, 2, 3 dan 4 tentang Kepala Negara.
Akan tetapi mengenai harus adanja alatalat perlengkapan bagi penjelenggaraan seluruh tugas pemerintahan pusat Negara didalam Undangundang Dasar hanja ada ketentuan, bahwa penjelenggaraan tugas itu akan diatur lebih landjut dalam undangundang, sehingga tidak dapat diperoleh ketentuan tentang djenis alatalat perlengkapan jang akan diadakan. Menurut jang tersebut diatas, selengkapnja alatalat perlengkapan Negara itu ialah bagi tata usaha Negara, bagi biaja Negara, bagi pemerintahan umuni dan kesedjahteraan serta kebahagiaan rakjat (alatkekuasaan kepamongan Negara), bagi keselamatan Negara dan bangsa (alat kekuasaan angkatan perang Negara), bagi ketertiban dan keamanan umum (alat kekuasaan kepolisian Negara) dan bagi pemeliharaan ketertiban hukum (alat kekuasaan kehakiman). Selandjntnja tentang hubungan antara pemerintahan pusat Negara dengan pemerintahan bagianbagian Negara dan djuga kekuasaan dan tudjuan pemerintahan daerah belum dapat diketemukan didalam Undang undang Dasar, karena dalam pasal 18 jang bersangkutan tiada ditentukan suatupun.
c. Maka dari itu dapat disimpulkan, bahwa pendjelmaan unsurunsur dalam Pembukaan Undangundang Dasar, jang mengenai pemerintahan Negara, dapat dikatakan sudah terlaksana didalam Undangundang Dasar dengan baik, meskipun masih ada kekurangan dalam halhal jang panting djuga, jaitu dalam hal pelaksanaan demokrasi fungsionil, dalam hal alatalat perlengkapan pemerintahan pusat Negara dan dalam hal desentralisasi.
2. Sebagaimana tersebut pada permulaan, maka susunan pemerintahan Ne gara didalam Undangundang Dasar perlu djuga dipandang dari sudut bentukanbentukan demokrasi dalam susunan pemerintahan Negara di djaman modern ini menurut penggolongan dan perumuaan ilmiah.
a. Sistim jang terdapat di Inggeris dan negaranegara jang menganut sistim jang serupa, adalah jang dinamakan demokrasi parlementer. Menteri bertanggung djawab kepada Dewan Perwakilan Rakjat dan Kepala Negara 'hanja sebagai lambang. Di Amerika Serikat Kepala Negara mendjadi penanggung djawab pemerintahan Negara dan Menterimenterinja tidak bertanggung djawab kepada Dewan Perwakilan Rakjat.
Adapula Kepala Negara sebagai lambang Negara, anggotaanggota Pemerintahan dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakjat dan ada pengawasan langsung dari rakjat dalam bentuk referendum
seperti di Swiss. Lagipula ada sistim demokrasi rakjat seperti di Rusia dan negaranegara jang menganut sistim jang serupa, ialah Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan adalah jang mendjadi pendjelmaan rakjat sepenuhnja dan mendjadi penanggung djawab kekuasaan Negara seluruhnja, disampingnja ada Perwakilan Rakjat jang tidak mempunjai hak kekuasaan jang seperti dimiliki oleh Perwakilan Rakjat di negaranegara dengan sistim demokrasi jang lainlainnja. b. Susunan pemerintahan Negara seperti tertjantum dalam Undang undang Dasar merupakan suatu sistim atau bentuk demokrasi jang tersendiri, tidak sama dengan sistimsistim demokrasi jang disebut kan diatas.
Djika ada sifat kesamaannja dengan sistim demokrasi seperti di Amerika Serikat, ialah hanja dalam hal bahwa Kepala Negara dipilih dan mendjadi penanggung djawab pemerintahan Negara dengan Menterimenteri jang diangkat oleh Kepala Negara tetapi tidak bertanggung djawab kepada Dewan Perwakilan Rakjat, Perbedaannja ialah, bahwa susunan pemerintahan Negara menurut Undangundang Dasar mengenal pertanggungan djawab Kepala Negara kepada Madjelis Permusjawaratan Rakjat, jang mendjadi pemegang kekuasaan jang tertinggi, karena merupakan badan jang melakukan sepenuhnja kedaulatan rakjat. Mungkin dengan d'emikian dalam hal ini ada sifat kesamaan dengan sistim demo krasi di Swiss, jaitu pada dasarnja ada pertanggungan djawab kepada rakjat, dalam arti rakjat mempunjai alat pengontrol jang chusus, hanja sadja dalam bentuk jang lain.
c. Dimuka dikatakan Negara Indonesia adalah monodualis (atas dasar dwitunggal sifat individu dan machluk sosial daripada manusia), ti dak individualistis (atomistis) dan tidak organis (absolutis). Dalam angka III sub 2 dikemukakan, bahwa dilihat dari sudut hidup bersama antara negaranegara, Negara Indonesia mempunjai hakekat, sifat, bentuk dan susunan jang tersendiri, sehingga memberi kedudukan tersendiri diluar pihak manapun djuga. Maka sekarang ternjata, bahwa dalam hal susunan pemerintahan, Negara Indonesia mempunjai djuga sistim demokrasi jang tersendiri, tegas berlainan dengan sistim de mokrasi jang manapun.
Sifatnja monodualis dalam arti keseimbangan atau saling batas membatasi antara alatalat perlengkapan Negara, dan antara Peme rintah dan rakjat, adalah terdapat dalam bentuk keharusan kerdja sama dan musjawarah antara alatalat perlengkapan Negara dan ter dapat pula dalam pertanggungan djawab dari Kepala Negara kepada Madjelis Permusjawaratan Rakjat, jang djuga merupakan pertang gungan djawab tidak langsung kepada Dewan Perwakilan Rakjat mendjadi anggota djuga dari Madjelis Permusjawaratan Rakjat. Ada unsur pertanggungan djawab jang istimewa, jang terdapat dalam sistim demokrasi jang lainlain, ialah pertanggungan djawab Dewan Perwakilan Rakjat selama waktu terpilihnja. Dalam pembitjaraan untuk menentukan haluan Negara dalam Madjelis Permusjawaratan Rakjat para anggota, jang bukan anggota Dewan Perwakilan Rak jat, dapat menjangkut pula kebidjaksanaan Dewan Perwakilan Rak
jat. 4410
PRODUKSI.
BIDANG KOPRA DALAM RANGKA RENTJANA PEMBANGUNAN SEMESTA.
Introduksi: Sudah sedjak beberapa tahun terachir, kopra hanja dipandang sebagai projek commercieel. Kopra An Sich memang adalah penghasilan deviezen jang tetap dan sebagai bahan jang tidak mengenal musim, merupakan bidang investasi jang paling pasti. Akan tetapi sengadja atau tidak, sering dilupakan, bahwa ko pra itu bukanlah bahan dasar, akan tetapi adalah hasil dari tanaman kelapa. Pohon kelapa jang ada ditanah air kita, seka rang ini, umumnja rata2 sudah mentjapai 50 tahun, dan dalam tempo delapan tahun lagi, pohon2 tersebut hanja dapat meng hasilkan kopra untuk kebutuhan pemakaian dalam negeri sa dja dan tidak mempunjai surplus lagi untuk dapat dieksport. Oleh karena itu, kalau kita mengambil langkah2 pembangunan dalam bidang kopra, maka investasinja harus fundamenteel pula, jakni dalam bidang produksi pohon kepala.
Planning : investasi dalam bidang produksi tanaman kelapa, memakan waktu delapan tahun lamanja, dihitung dari waktu mulai dita nam, sampai sudah menghasilkan buah kelapa jang dapat diolah mendjadi kopra. Tetapi hasilnjapun lama dinikmati, oleh karena investasi de lapan tahun itu, akan memberi buah selama 80 tahun. Planning dibagi dalam dua tingkat, jakni: a. Mempertahankan produksi dari tanaman2 kelapa jang ada dengan berangsurangsur mengadakan peremadjaan dalam waktu lima tahun. b. Penambahan produksi sesuai dengan lapangan marketing. Perintjian angka2 dalam usaha mempertahankan produksi dengan djalan me ngadakan peremadjaan: A. 1. Produksi sekarang setahun 1 djuta ton (kopra equivalent) Kebutuhan Dalam Negeri 800.000 ton ( idem ) Untuk ekspor tersedia 200.000 ton
2. a. Tanaman kelapa 50/60% sudah lebih dari 50 tahun (tua). Produksi menurun overall 2 4 % per tahun.
b. Bertambahnja penduduk + 2% setahun atau rata2 2.000.000 orang dalam 5 tahun pertama jang akan datang ini.
3. Kebutuhan per capita/tahun 8 — 9 KG. kopra, tiap tahun bertam bah 2.000.000 x 9 KG = 18.000 ton kopra.
KESIMPULAN: Dalam djangka waktu delapan tahun, dengan tidak ada peremadjaan, maka persediaan untuk expor ti dak lagi dapat diadakan jang berarti kehilangan de viezen.
Sebaliknja dengan adanja peremadjaan maka dalam djangka waktu delapan tahun, quantum untuk expor tetap dapat disediakan.
B. Keadaan jang dapat ditjapai sesudah peremadjaan delapan tahun. 1. Keadaan hasil tanaman tiap potion rata2 10 Kg/per tahun.
(Hasil penjelidikan menundjukkan dapat ditjapai ratan 25 KG/per tahun).
Dengan melalui masa seleksi ditaksir hasil rata2 15 KG/tahun.
2. Untuk dapat mempertahankan produksi, sehingga quantum expor 200.000 ton kopra setahun tetap tersedia, diperlukkan tanaman ke lapa baru sedjumlah 13.000.000 pohon.
3. Dengan bertambahnja penduduk diperlukan tambahan kopra se djumlah 2000.000 x 10 KG = 20.000.000 ton setahun.
4. Untuk mengganti penurunan produksi karena menurunnja hasil pohon kelapa diperlukan 2% dari 1.000.000. ton = 20.000 ton.
5. Djadi djumlah kekurangan jang harus dipenuhi tersebut pada (3) dan (4) ada 40.000 ton tiap tahun, djumlah mana harus dihasil kan oleh + 3000.000 pohon jang berarti dalam tempo 8 tahun ha rus ditanam 24.000.000 pohon.
KESIMPULAN: Untuk tersedianja expor 13.000.000 pohon Keperluan karena bertambahnja penduduk 12.000.000 ,, Tambahan karena penurunan produksi 12.000.000 ,, D j u m l a h 37.000.000 pohon Untuk mentjapai djumlah tersebut dalam 5 tahun berarti tiap tahun harus ditambah 7,4 djuta pohon.