• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Lincourt

BAB I Sejarah Arsitektur

A. Pengertian Arsitektur

3. Pemikiran Lincourt

Pendapat Lincourt, seorang arsitek berkebangsaan Perancis kelahiran 1941, yang sangat berkaitan dengan karya arsitektur adalah: “Fenomena arsitektur merupakan suatu keseluruhan simbiosis yang terdiri dari lima elemen dasar, yaitu:

a. Manusia, sebagai makhluk hidup penghuni dunia satu-satunya yang

memiliki akal-budi dan berbudaya;

b. Berkegiatan, dapat diartikan sebagai alat mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan ini;

c. Suatu lindungan/ naungan budaya, maksudnya adalah terwujudnya tempat bernaung bagi berkegiatan, hal itu dapat diartikan sebagai karya

TEKNIK GAMBAR DALAM PERSPEKTIF INTEGRASI ISLAM

d. Tempat bernaung ini diwujudkan sesuai di dalam alam lingkungan bagi kehidupan manusia;

e. Diproyeksikan melalui waktu, disesuaikan perkembangan zaman yang akan selalu terjadi dengan berjalannya waktu.

Demikianlah formulasi tentang fenomena arsitektur itu menjadi suatu intensional/ keterarahan kesadaran yang di dalam metode fenomenologi akan dijelaskan sejauh mana dapat mempengaruhi suatu konstitusi atau penciptaan. Perlu diketahui bahwa perwujudan karya arsitektur merupakan hasil penampakan dari imajinasi sang perancang yang berlandaskan berbagai aspek dan sendi kehidupan.

Dalam permasalahan kelima elemen itu, termasuk di sana kata -kata: “...

manusia menjalankan kegiatan memberi konotasi bahwa manusia di dalam

kehidupannya perlu ber-kegiatan/ bekerja/ berkarya. Kemudian dilanjutkan dengan kata-kata: “dalam suatu lingkungan budaya ...” yang memberikan konotasi suatu wujud arsitektur, karena arsitektur terwujud untuk melindungi kegiatan manusia. Dapat disebutkan bahwa karya arsitektur

memberi naungan/ perlindungan bagi umat manusia dalam melakukan

kegiatan, termasuk bekerja dan berkarya. Inilah yang akan mengantar kita pada pemikiran kegiatan manusia dalam bekerja dan berkarya.

Dalam pemikirannya untuk mengetahui esensi dari karya arsitektur, Lincourt berusaha mengupas dengan cara metode fenomenologi dalam permasalahan bidang arsitektur yang cukup rumit. Ia menemukan suatu istilah yang dipergunakan untuk ‘mengupas’ yaitu terdapatnya berbagai selubung multi-aspek nonteknis dan teknis yang ‘membungkus’ hasil karya arsitektur. Ia mengatakan lebih lanjut bahwa: selubung yang menutupi/ menyelimuti hasil karya arsitektur merupakan repre- sentasi konseptual tentang realitas, mengatur bagian-bagian yang mendasari deskripsinya dan sebagaimana diharuskan dalam proses desain arsitektur, serta mengintegrasikan masukan dari berbagai disiplin ilmu lainnya. I dendfikasi dan definisi spesifik dari masing-masing selubung bersumber dari pengamatan secara cermat atas

Sejarah Arsitektur

Konsep selubung diperlukan karena hal itu menyampaikan dua ide yang saling berhubungan secara timbal balik. Ide pertama, dari suatu realitas yang sepenuhnya dikemas, dibungkus oleh berbagai selubung/ selimut dalam jumlah sangat banyak. Ide kedua, ide dari meniadakan satu per satu selubung sehingga menemukan esensi pancaran dari realitas suatu objek (dalam hal ini wujud arsitektur). Apa yang tersembunyi dibalik selubung lebih bercahaya daripada apa yang ada pada saat pertama kali terlihat.

Beberapa aspek yang menyelubungi arsitektur, menurut Lincourt yaitu: a. Manusia, merupakan elemen dan aspek: terpenting dari arsitektur, karena

manusia tinggal/ menempati karya arsitektur.

b. Komponen kegiatan, merupakan tujuan fungsional dari arsitektur. Cara yang paling akrab untuk menggambarkan sebuah bangunan adalah menggambarkan secara rinci fungsi-fungsinya.

c. Lingkungan sekitar, kita harus mengamati totalitas dari lingkungan yang dimaksud, satu tempat dan daerah sekitarnya yang menyatu.

d. Kehadiran dalam evolusi, selubung yang bergerak ini adalah selubung dari sejarah. Sebelum benda-benda hasil karya manusia (artefak) dapat dijabarkan, kita harus melihat proses evolusi yang membangkitkannya. e. Materialitas, apa yang kita lihat adalah suatu endtas fisik yang dapat

diraba, semacam struktur yang dibuat dari bahan yang dirakit dengan cara sistematis. Untuk menganalisisnya, orang melihat rangka, dinding lantai, atap-atap, pintu, jendela- jendela, sebagaimana juga perabotan, peralatan dan alat-alat untuk mengerjakannya.

f. Sistem-sistem struktur, kata ‘organik’ menginspirasikan metafo manusia untuk menggambarkan sistem lingkungan yang dirancang. Seperti tubuh manusia, lingkungan yang dirancang juga mengandung susunan sistem yang terbatas. Dari seluruh sistem arsitektural yang paling tampak adalah sistem struktur. Suatu esensi komponen universal dari fenomena arsitektur, struktur yang didirikan adalah merupakan yang secara aktual membuat lingkungan fisik; mereka memberikan ruang-ruang tertutup; mereka menahan atap-atap yang melindungi kita.

TEKNIK GAMBAR DALAM PERSPEKTIF INTEGRASI ISLAM

g. Ekologi, keadaan ini mungkin sekali yang menginfiltrasikan setiap pori-pori dari benda-benda peninggalan arsitektural. Dia adalah selubung ekologi, alam yang hidup.

h. Bentuk dan Ruang bentuk didefinisikan di sini sebagai penampilan luas dari struktur dan bisa digambarkan sebagai bentuk geometris: kubus, prisma, bola. Arsitek adalah pemberi bentuk, tetapi mereka tak dapat mempraktekkan keahliannya tanpa mempunyai suatu pengertian yang akrab dari bahasa bentuk-bentuk dan hukum- hukum geometri.

i. Ekonomi, ini adalah tabir uang. Pada dasarnya, uang tak lain adalah suatu cara yang nyata untuk menilai dan merepresentasikan usaha yang dibutuhkan manusia untuk mengembangkan dan bertahan hidup.

j. Energi, kemudian manusia menemukan tabir energi, karena uang adalah bukan apa-apa bila bukan pengukuran dari energi. Energi, baik dalam arti sempit yang berupa tenaga fisik, maupun dalam arti luas yang berupa kekuatan kreatif manusia, adalah perlu untuk menciptakan rancangan lingkungan dan memeliharanya. Energi adalah bagian dan esensi alam dan suatu bagian dari fenomena arsitektural. Dalam terminologi fenomenologi, energi adalah potensialitas dari alam.

k. Karakter, dibalik materialitas benda arsitektural, dibalik konfigurasi yang dapat dimengerti, terdapat dimensi lain yang memerlukan kepekaan yang berbeda. Dimensi tambahan itu dibentuk oleh tiga elemen yang saling berinteraksi, yaitu: penampilan, keunikan dan perbedaan

l. Proyeksi, dibalik dari karakter terdapat tabir yang lebih misterius lagi: tabir dari perasaan manusia yang dialami dalam arsitektural. Tabir ini adalah hubungan eksperensial antara pengguna bangunan dan entitas fisiknya. Proyeksi adalah hubungan secara sadar maupun tidak sadar terhadap orang lain dari pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan sendiri.

Lincourt berpendapat bahwa keduabelas selubung tersebut dapat menjadi dasar mencari esensi arsitektural yang diinginkan. Dengan

Sejarah Arsitektur

aspek-aspek yang harus dimasukkan untuk melengkapi berbagai dasar pemikiran suatu perancangan arsitektur.

Dokumen terkait